ISI
2.1 STOPSITE 1
Stopsite ini terletak di Kali Mbayanan, Desa Putat, Sambipitu, pada singkapan
ini terdapat litologi berupa breksi dan batupasir. Koordinat lokasi pengamatan ini
adalah X = 4417190, Y = 9130186 dan Z = 157
2.1.1. Litologi
5
terbuka, komposisi fragmen tuf, litik batuan beku, matriks pasir halus, semen
karbonat.
2.1.2. Stratigrafi
2.1.3. Struktur
Pada stopsite ini tidak dijumpai struktur berupa sesar maupun lipatan, hanya
berupa kedudukan lapisan batuan yang arah dipnya relatif ke arah selatan.
2.1.4. Profil
6
Gambar 2.1.2. Penampang Utara – Selatan singkapan Breksi Nglanggran dan Batupasir Sambipitu
7
2.1.6. Foto-Foto
Gambar 2.1.4. Kenampakan arah kemiringan dan kelurusan fragmen. Azimuth Pengambilan foto N
320°E
8
Gambar 2.1.5. Kenampakan Breksi di Lapangan. Azimuth N 285°E
9
2.2. STOPSITE 2
Stopsite ini terletak di Kali Oyo, Desa Bunder, pada singkapan ini terdapat
litologi berupa batugamping klastik, yaitu grainstone, packstone, dan mudstone
(Dunham,1962). Koordinat lokasi pengamatan ini adalah:
X : 449908
Y : 9127503
Z : 135
2.2.1 Litologi
2.2.2. Stratigrafi
10
2.2.3 Struktur
Pada stopsite ini tidak dijumpai struktur berupa sesar maupun lipatan, hanya
dijumpai kekar dengan kedudukan N 358°E/ 74° dan N 159°E/ 76° dan kedudukan
lapisan batuan yang relatif ke arah selatan.
2.2.4 Sketsa/profil
11
2.2.5 Sejarah geologi
2.2.6 Foto-foto
12
Gambar 2.2.3. Kenampakan batugamping klastik di lapangan. Azimuth N 225°E
13
Gambar 2.2.5 Bentang alam. Azimuth N 315°E
2.3 STOPSITE 3
Lokasi ini terletak di pinggir Desa Bayemharjo, Tegalombo, Pacitan dengan
koordinat X = 489117, Y = 9105692 dan Z = 421 m.
2.3.1 Litologi
Pada lokasi pengamatan ini juga dijumpai ada nya batulempung berwarna
hitam yang memiliki komposisi karbon (C) sehingga disebut batulempung karbonan
14
dengan deskripsi batuan warna coklat kehitaman, ukuran butir Lempung (<1/256
mm), derajat pemilahan baik, kemas tertutup, laminasi sejajar, terdiri dari mineral
berukuran lempung, semen Karbonat, Sisipan cerat karbon berwarna hitam.
2.3.2 Stratigrafi
2.3.3 Struktur
15
2.3.5. Sejarah Geologi
2.3.6. Foto-foto
o
Gambar 2.3.2 Foto Parameter litologi batugamping klastik lokasi pengamatan 3. Azimut foto N272 E
16
o
Gambar 2.3.3 Kenampakan batugamping terumbu lokasi pengamatan 3. Azimuth foto N273 E
Gambar 2.3.4 Batulempung karbonan menunjukkan adanya lapisan karbon berwarna hitam
17
Gambar 2.3.5 Singkapan batugamping terumbu, batugamping klastik dan batulempung karbonatan
2.4. STOPSITE 4
Lokasi ini terletak di Ds. Gembong, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Arjosari
dengan koordinat X = 5173860, Y = 9102172 dan Z = 32 m.
2.4.1. Litologi
Pada stopsite ini terdapat singkapan batupasir vulkanik dengan butiran halus
pada bagian bawah dan mengkasar ke bagian atas. Pada batupasir bagian bawah
muncul tanda – tanda terjadinya alterasi mineral dimana ditemukan mineral berupa
klorit yang berperan sebagai matriks bada tubuh batuan batupasir vulkanik.
Batupasir Vulkanik memiliki karakteristik warna abu – abu, dengan ukuran butir Pasir
sedang (0,25 mm – 0,5 mm), bentuk butir rounded, Derajat pemilahan terpilah baik,
kemas tertutup, Fragmen: Lithik, Matriks: Kuarsa, Plagioclase Feldspar dan Klorit,
Semen: Silika, dengan struktur perlapisan sejajar, laminasi sejajar dan laminasi
bergelombang.
18
2.4.2 Stratigrafi
Pada kala oligosen terjadi peningkatan aktivitas gunung api di pulau Jawa,
akibat letusan eksplosif tersebut menyebabkan terendapkannya endapan
vulkaniklastik seperti batupasir tufan dan tuf. Dijumpainya batuan detritus halus
dengan struktur sedimen perlapisan sejajar, laminasi sejajar dan laminasi
bergelombang menunjukkan bahwa endapan ini diendapkan pada arus turbid low
densiti yang dipengaruhi lereng pada laut dalam.
19
2.4.5. Foto-foto
Gambar 2.4.1 Litologi batupasir vulkanik Formasi Arjosari pada lokasi pengamatan
20
Gambar 2.4.2 Singkapan batupasir vulkanik menunjukkan struktur perlapisan
21
2.5 STOPSITE 5
Lokasi ini terletak di pinggir Sungai Grindulu, Desa Gemaharjo, Tegalombo,
Pacitan dengan koordinst X = 536530, Y = 9102172 dan Z = 316 m.
2.5.1. Litologi
Lava yang dijumpai yaitu lava basalt dengan warna hitam, struktur lava
bantal, vesikuler, tekstur derajat kristalisasi hipokristalin, derajat granularitas fanerik
halus-afanitik, bentuk kristal anhedral, relasi inequigranular vitroverik, komposisi
mineral piroksen 20%, zeolit 20%, plagioklas 10% dan massa dasar gelas 50%.
Zeolit pada lava basalt merupakan mineral sekunder hasil dari alterasi hidrotermal
yang mengisi pada lubang lubang gas yang ada pada permukaan lava.
Batuan beku andesit memiliki warna abu-abu kehijauan, struktur masif dan
sebagian memiliki struktur columnar joint, tekstur derajat kristalisasi hipokristalin,
derajat granularitas fanerik halus-afanitik, bentuk kristal anhedral, relasi
inequigranular vitroverik, memiliki komposisi mineral klorit, plagioklas, pyrit dan
massa dasar gelas. Batuan beku andesit ini sudah banyak mengandung klorit yang
berarti telah mengalami ubahan kloritisasi. Batuan beku Basalt memiliki warna hitam,
struktur masif, tekstur derajat kristalisasi hipokristalin, derajat granularitas fanerik
halus-afanitik, bentuk kristal anhedral, relasi inequigranular vitroverik, memiliki
komposisi mineral yang dapat diamati yaitu piroksen, plagioklas dan massa dasar
gelas.
22
2.5.2. Stratigrafi
Secara stratigrafi hubungan breksi vulkanik dan lava basalt yang termasuk ke
dalam Formasi Mandalika dengan batuan beku andesit adalah cross cutting
relationship. Begitu juga intrusi sill basalt yang merupakan intrusi yang kedua
menerobos breksi vulkanik dan andesit juga memiliki hubungan stratigrafi cross
cutting relationship terhadap batuan yang lebih tua di lokasi pengamatan ini.
Pada Sungai Grindulu dijumpai adanya bidang sesar dan disertai dengan
kekar-kekar penyerta berupa shear fracture dan gash fractue. Sesar Sungai Grindulu
memiliki kedudukan bidang sesar N 176° E/ 78°. Dengan data kedudukan kekar
yaitu sebagai berikut :
23
Gambar 2.5.1 Hasil analisa sesar lokasi pengamatan 5
Adanya struktur geologi seperti kekar dan sesar menjadi zona lemah untuk
terjadinya intrusi pada daerah ini. Intrusi yang dijumpai yaitu intrusi andesit berupa
dyke pada lokasi ini membentuk columnar joint. Adanya intrusi basalt berupa sill
yang mengintrusi dyke andesit mengakibatkan adanya larutan hidrotermal, kekar-
kekar menjadi jalur larutan hidrotermal dan menyebabkan batuan disekitarnya yaitu
intrusi dyke dan breksi vulkanik mengalami alterasi hidrotermal berupa kloritisasi
atau propilitik dengan mineral dominan yang dijumpai yaitu mineral klorit.
24
2.5.5. Foto-foto
25
Gambar 2.5.3 Kenampakan Lava bantal pada lokasi pengamatan dan menunjukkan adanya lubang
gas yang terisi mineral.
26
Gambar 2.5.4 Intrusi sill Basalt (kiri) dan intrusi dyke andesit yang membentuk columnar joint (kanan)
2.6 STOPSITE 6
Lokasi Pengamatan 6 berada di Desa Ngandong, Karangtengah, Ngawi
dengan koordinat X = 552002, Y = 9183793 dan Z = 92 m.
2.6.1. Litologi
27
1962). Selain itu juga dijumpai Packestone dengan warna fresh putih, warna lapuk
coklat muda, ukuran butir < 2 mm, grain supported, Allochem interklast, tuff, fosil,
mikrit kalsit, sparit karbonat. Wackestone dijumpai dengan warna fresh putih, warna
lapuk hitam, ukuran butir < 2 mm, mud supported, allochem interklast, tuf, fosil,
mikrit kalsit, sparit karbonat (Dunham, 1962). Kedudukan lapisan batugamping
klastik yaitu N 265o E / 31o.
2.6.2. Stratigrafi
2.6.3 Struktur
2.6.4. Profil
28
2.6.5. Sejarah Geologi
Batugamping klastik yang ada pada lokasi ini merupakan rombakan dari
batugamping non klastik yang merupakan reef sedangkan batugamping klastik
merupakan flank dari reef. Dijumpai allochem tuf menunjukkan bahwa endapan pada
lokasi pengamatan ini masih dipengaruhi oleh endapan dari volcanik arc dan
merupakan penciri dari endapan back arc basin. Perulangan antara batugamping
klastik dan non klastik menunjukkan adanya perubahan muka air laut pada kala
Pliosen bawah. Pertumbuhan reef yang semakin ke arah basin ditunjukkan oleh
batugamping non klastik yang semakin ke arah utara menunjukkan adanya regresi.
2.6.6. Foto-foto
Gambar 2.6.2 Batugamping klastik yang menunjukkan adanya struktur perlapisan dan batugamping
non klastik
29
2.7 STOPSITE 7
Lokasi ini terletak di Desa Bungkul, Bojonegoro dengan koordinat X = 556641, Y =
9188223 dan Z = 102 m.
2.7.1. Litologi
2.7.2 Stratigrafi
Singkapan ini termasuk pada Formasi Kerek yang merupakan Formasi pada
Zona Kendeng. Hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri litologinya yang masih mengandung
unsur vulkanik. Secara stratigrafi, Formasi Kerek lebih tua dari Formasi Klitik yang
selaras berada diatasnya.
Pada singkapan ini diduga terjadi deformasi karena kedudukan batuan yang
sudah tidak horisontal (the law of horizontalisme). Dan diinterpretasikan terdapat
lipatan pada singkapan ini, karena adanya perbedaan arah dip pada bagian utara
dan selatan. Di bagian selatan dijumpai kedudukan N 255° E/ 10° sedangkan di
bagian utara dijumpai kedudukan lapisan batuan N 092° E/ 12°. Selain itu juga
dijumpai adanya kekar-kekar dengan kedudukan N 113° E/ 77° dan N 044° E/ 78°.
30
2.7.4. Sketsa/ Profil
31
endapan ini memiliki kedudukan yang tidak lagi horisontal. Diinterpretasikan
mengalami gaya kompresi sehingga terjadi kekar-kekar dan adanya antiklin pada
lokasi pengamatan ini.
2.7.6. Foto-foto
32
Gambar 2.7.4 Singkapan perulangan batupasir tuf karbonatan dan napal yang menunjukkan struktur
perlapisan
2.8 Stopsite 8
2.8.1 Litologi
2.8.2 Stratigrafi
33
Fm. Sonde diatasnya adalah selaras. Formasi Kalibeng memiliki penyebaran
sepanjang pegunungan kendeng dengan ketebalan berbeda-beda berkisar antara
500-700 meter.
2.8.3 Struktur
Gambar 2.8.1 Analisis Sesar A pada lokasi penelitian 8 (Foto sesar di bagian foto)
Pada kenampakan atas ( map view ) hubungan antara sesar mendatar dan
sesar naik adalah sesar mendatar dipotong oleh sesar naik. Tegasan yang
menghasilkan kedua jenis sesar terdiri dari 2 periode. Sesar mendatar terbentuk
oleh tegasan yang relatif timur laut - barat daya (NE-SW) dan sesar naik terbentuk
oleh tegasan yang berarah relatif tenggara - barat laut (SE-NW). Ada pola struktur
Pulau Jawa, arah sesar mendatar sesuai dengan pola Meratus dan sesar Naik
sesuai dengan pola Jawa-Sakala.
34
Sesar A
Sesar A yaitu sesar naik (Rickard, 1972) dengan kedudukan bidang sesar N255oE /
65o, plunge 74o, bearing N008oE dan rake 80o.
Gambar 2.8.1 Analisis Sesar A pada lokasi penelitian 8 (Foto sesar di bagian foto)
Sesar B
Sesar B yaitu sesar turun kiri (Rickard, 1972) dengan kedudukan bidang sesar
N275oE / 51o, plunge 37o, bearing N311oE dan rake 49o.
35
Gambar 2.8.2 Analisis Sesar B pada lokasi penelitian 8 (Foto sesar di bagian foto)
Sesar C
Sesar C yaitu sesar mendatar kanan naik (Rickard, 1972) dengan kedudukan bidang
sesar N203oE / 70o, plunge 25o, bearing N211oE dan rake 21o
Gambar 2.8.3 Analisis Sesar C pada lokasi penelitian 8 (Foto sesar di bagian foto)
36
2.8.4 Sejarah Geologi
Berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Bawah atau zona N17 – N19 berdasarkan
hadirnya Gr. Pleisiotumida, Gr. Tumida, dan Gr. Dehiscens immatura. Terendapkan
di laut terbuka, jauh dari pantai, lautan yang dalam, zona bathyal dengan kedalaman
200 - 500 meter dengan mekanisme arus turbidit.
Untuk strukturnya terbentuk sesuai tegasan pulau jawa yaitu utara selatan.
2.8.5 Foto-Foto
0
Gambar 2.8.4 Foto Parameter Litologi oleh Rizky Pratama Azimut N 095 E
0
Gambar 2.8.5 Foto Parameter Singkapan oleh Rizky Pratama Azimut N 067 E
37
Gambar 2.8.6 Foto Bidang sesar A oleh Rizky Pratama
38
Gambar 2.8.8 Foto Bidang sesar C oleh Rizky Pratama
2.9. STOPSITE 9
Stopsite ini terletak di Dusun Gadu, Desa Sambungrejo, Kecamatan Cepu.
Pada stopsite melakukan pengamatan Batupasir-gampingan dan Batugamping-
pasiran. formasi Selorejo. Lalu pada stopsite ini pula terdapat Mega Crossbeding
dan batugamping formasi Selorejo ini memperlihatkan struktur burrow, dan
memperlihatkan terdapatnya kandungan fosil. Koordinat lokasi pengamatan ini
adalah X : 561708, Y : 9213332 dan Z : 57.
2.9.1. Litologi
39
Globigerina). Selain itu juga dijumpai adanya batugamping dengan deskripsi warna
putih kekuningan, struktur perlapisan, tekstur ukuran butir <2 mm, pemilahan baik,
kemas mud supported, allochem fosil, mikrit kalsit, sparit karbonat, Nama batuan
Packestone atau batugamping pasiran.
2.9.2. Stratigrafi
Satuan batuan ini semula oleh Trooster (1937) disebut sebagai Selorejo beds.
Selanjutnya Udin Adinegoro (1972) dan Koesoemadinata (1978) menyebutnya
sebagai anggota dari formasi Lidah. Harsono (1983) menyimpulkan bahwa Selorejo
ini merupakan anggota dari formasi Mundu. Anggota Selorejo ini tersusun oleh
perselingan antara Batugamping keras dan lunak, kaya akan foraminifera planktonik
serta mineral glaukonit. Penyebaran anggota Selorejo ini tidak terlalu luas, terutama
meliputi daerah sekitar Blora, sebelah utara Cepu (dusun Gadu) dan di selatan Pati.
Ketebalan hanya berkisar 0-100m. Berdasarkan kandungan foraminifera planktonik,
umur dari anggota Selorejo ini adalah Pliosen (N 21).
3. Struktur geologi
Pada Stopsite ini terdapat struktur Mega Crossbeding yang dapat diketahui
dari perbedaan strike dalam lapisan batupasir yaitu terdapat beberapa kedudukan,
seperti: N 60o E/ 9o dan N 96o E/ 5o.
4. Sketsa/ Profil
40
2.9.5. Sejarah Geologi
Ciri Litologi satuan batuan ini sangat berbeda dengan ciri litologi formasi
Mundu dan formasi Lidah. Satuan batupasir ini terletak tidak selaras diatas napal
formasi Mundu dan ditutup secara selaras oleh Lempung formasi Lidah.
Ketidakselarasan yang terjadi pada akhir pliosen disebabkan oleh adanya
penurunan muka laut global. Berdasarkan kandungan foraminifera planktonik, umur
dari anggota Selorejo ini adalah Pliosen (N 21). Anggota Selorejo ini tersusun oleh
perselingan antara Batugamping keras dan lunak, kaya akan foraminifera planktonik
serta mineral glaukonit. Penyebaran anggota Selorejo ini tidak terlalu luas, terutama
meliputi daerah sekitar Blora, sebelah utara Cepu (dusun Gadu) dan di selatan Pati.
Ketebalan hanya berkisar 0-100m.
2.9.6. Foto-foto
41
Gambar 2.9.3. Foto litologi batupasir karbonatan
2.10. STOPSITE 10
Lokasi ini terletak di pinggir jalan tepatnya di Kali Modang, Cepu dengan
koordinat X = 559001, Y = 9217934 dan Z = 91 m.
42
2.10.1. Litologi
1. Coklat putih (fresh), coklat (lapuk), mega cross bedding, pasir sedang (1/4 –
1/2 mm), membundar, baik, grain supported, fragmen kalsit, matrik kuarsa,
hornblende, plagioklas, semen karbonat, Batupasir karbonatan.
2. Coklat putih (fresh), coklat (lapuk), mega cross bedding, pasir kasar (1/2 – 1
mm), membundar, baik, grain supported, fragmen kalsit, matrik kuarsa,
hornblende, plagioklas, semen karbonat, Batupasir karbonatan.
Terdapat pula struktur sedimen primer yang berkembang pada singkapan berupa
ichnofossil yaitu bioturbasi. Berdasarkan informasi geologi regional, ditemukan unsur
mineral glaukonit yang tinggi di dalam lapisan batupasir dan kalkarenit namun saat
pengamatan di lapangan, penulis tidak menemukan mineral tersebut dengan lup
perbesaran 60X.
2.10.2. Stratigrafi
Formasi ini berumur Miosen Akhir bagian atas atau zona N17 – N18 (Blow,
1969) yang ditunjukkan dengan kehadiran fosil foraminifera plankton berupa
Globigerina plesiotumida. Lingkungan pengendapan menunjukkan adanya
pendangkalan yang berangsur dari bagian bawah formasi menuju bagian atas, yang
ditunjukkan dengan ukuran butir yang lebih kasar. Bagian bawah diendapkan pada
lingkungan laut terbuka dengan kedalaman sekitar 200 m atau neritik luar dan
bagian bawah diendapkan pada bagian laut neritik luar pada kedalaman 60 – 100 m
(Pringgoprawiro, 1983).
43
2.10.3. Struktur geologi
Pada lokasi penelitian, tidak dijumpai kehadiran struktur geologi seperti kekar,
sesar maupun lipatan. Lokasi ini telah mengalami proses tektonik berupa kedudukan
lapisan yang tidak horisontal yaitu N121oE/ 11o. Struktur sedimen sekunder berupa
kehadiran mega cross bedding yang menunjukkan lingkungan pengendapan yang
memiliki arus pasang surut.
Pada lokasi penelitian, dilakukan pembuatan profil kasar pada lapisan batuan
sedimen klastik. Pengamatan menunjukkan terdapat sedikit perbedaan ukuran butir
antara lapisan batuan sedimen dibawah dan diatasnya yaitu mengkasar keatas.
44
2.10.5. Sejarah Geologi
2.10.6. Foto-foto
45
Gambar 2.10.3 Struktur megacross bedding lapisan batupasir karbonatan
Gambar 2.10.4 Singkapan profil batupasir karbonatan dengan (A) Batupasir karbonatan ukuran pasir
o
sedang dan (B) Batupasir karbonatan ukuran pasir kasir. Azimuth : N011 E
2.11. STOPSITE 11
Pada stopsite 11 ini terletak di daerah desa Ampel, Blora yang dimana daerah
pengamatan berada di dekat sekitar kuburan cina dijumpai singkapan sedimen
46
dengan ciri litologi batulempung hitam karbonan, batupasir kuarsa sisipan gipsum
dan batugamping bioklastik yang keadaannya yang sudah terlihat lapuk.
2.11.1. Litologi
2. Lapisan kedua
Deskripsi Batuan
Batupasir kuarsa, coklat, pasir sedang, rounded, good sorted, tertutup, kuarsa,
litik, plagioklas, hornblende, gipsum semen silika, wavy lamination
2.11.2. Stratigrafi
Secara stratigrafi pada stopsite ini merupakan satuan batuan berasal dari
Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Tengah yang dicirikan oleh litologi
batulempung hitam carbonan dan batupasir kuarsa yang merupakan sedimen klastik
yang berada di lingkungan lagun sampai transisi dan sedimen non klastik yang
berada di lingkungan shallow marine berupa litologi batugamping, yang dimana
kontak antar litologi berupa selaras dan dipnya ke arah selatan.
Pada lokasi penelitian ini yang dijumpai hanyalah struktur primer berupa
struktur batuan sedimen akibat dari pengaruh proses sedimentasi maupun akibat
dari transgresi regresi yang membentuk strutur berupa wavy lamination dan hering
bone yang terdapat pada litologi batupasir kuarsa yang terbentuk dari pengaruh
47
pasang surutnya air laut atau dari arus traksi, juga dari litologi batulempung hitam
terdapat struktur paralel lamination. Dari batugamping bioklastiknya sendiri terdapat
struktur masif yang diakibatkan dari energi arus air laut yang kuat selama periode
Miosen Tengah yang masuk dalam zona Kendeng.
Pada stopsite ini merupakan Formasi Ngrayong yang dicirikan oleh batuan
sedimen klastik yang terdiri dari batulempung hitam yang mengandung karbon dan
batupasir kuarsa dari kedua litologi tersebut yang berbeda lingkungan
pengendapannya, dimana dari litologi yang paling tua, yaitu batulempung hitam
karbonan yang dulunya berada di lingkungan lagun yang material dari detritus halus
mengalami transportasi dari darat dan terperangkap dicekungan di daerah sekitar
lagun yang dimana di lingkungan tersebut keadaannya lama kelamaan mulai terjadi
reduksi yang mulai mengikat unsur CO2 dan terdapat banyak bakteri anaerob
didaerah tersebut yang mulai terakumulasi dengan material detritus halus dan
48
tumbuhan. Secara waktu geologi mulailah terbentuk carbon-carbon di lingkungan
lagun tersebut dan terbentuklah batulempung hitam karbonan.
Setelah terbentuknya material dari detritus halus berupa litologi batulempung
hitam karbon, juga material detritus halus – kasar juga rombakan dari mineral kuarsa
dari darat tertransport dan terendapkan di cekungan di lingkungan transisi lalu
terakumulasi menjadi batupasir kuarsa lalu terjadi fase regresi dari laut dangkal
terhadap daerah transisi mengakibatkan terbentuknya struktur ripple mark, juga di
lingkungan transisi tersebut yang terhalang oleh barier-barier yang hanya sedikit air
laut yang masuk ketika terjadinya pasang air laut dan hanya sedikit material air laut
yang masuk, juga di lingkungan tersebut mulai terjadi proses evaporasi dikarenakan
air meteorik dan air laut yang masuk di lingkungan transisi yang dihalangi oleh barier
tersebut mulai teruapkan akibat sinar matahari dan mulai memproduksi garam dan di
daerah lingkungan tersebut terbentuklah mineral-mineral gipsum (CaSO4.2H2O).
Kemudian pada fase akhirnya terjadi transgresi dan mulai berkembanglah
biota-biota laut di lingkungan laut dangkal yaitu foram bentos dan foram plankton
yang hidup secara insitu, yang tidak lama kemudian biota laut yang hidup secara
insitu tersebut mati dan terendapkan dimana tempat makhluk hidup itu berkembang
dan terakumulasikan yang bakal menjadi batugamping bioklastik (boundstone,
Dunham,1962) selama kala Miosen Tengah di cekungan zona Rembang.
2.11.6. Foto-foto
49
Keterangan:
- Azimuth : N 46oE
- Jarak : 1,8 m
- Cuaca : Cerah
Keterangan:
- Struktur : lenticular dan paralel lamination
- Kedudukan : N 83o E /50o
50
Gambar 2.11.4 Singkapan batugamping
Keterangan:
- Azimuth : N62oE
- Jarak : 2,5m
- Cuaca : Cerah
2.12. STOPSITE 12
Pada stopsite 12 dilakukan pengamatan terhadap semburan air formasi
yang diperkirakan dari formasi kalibeng zona Kendeng (Pringgopawiro, 1983).
Pada stopsite ini kita menemukan adanya letupan letupan lumpur yang
mengandung gas dan sudah bercampur dengan air dan garam. Di mana hingga saat
ini kandungan garam yang di bawa oleh air tersebut di manfaatkan untuk pembuatan
garam yang dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat desa Kuwu, Kecamatan
Kradenan, Kabupaten Grobogan.
Setelah air formasi yang mengandung garam diambil dari sumur maka perlu
ditempatkan kedalam bak penampungan untuk proses pendinginan, hal ini
dikarenakan air formsi yang ada selain mengandung garam juga mengandung gas
gas yang bersifat thermal atau panas sehingga dapat merusakkan bamboo bamboo
jika langsung di jemur di bawah sinar matahari.
51
2.12.1 Sejarah Geologi
Adapun proses keluarnya hal ini diperkirakan bahwa air formasi ini termasuk
dari formasi kalibeng yang ditekan oleh formasi pucangan , dimana kita ketahui
bahwa penyusun lithologi formasi kalibeng adalah napal atau batuan sedimen
berbutir halus yang sangat baik untuk menyimpan air yang kemudian mendapatkan
beban dari formasi di atasnya sehingga menyebabkan fluida yang ada pada formasi
ini mendapatkan tekanan dan akhirnya keluar melalui rekahan dan celah celah yang
ada.
2.12.2 Foto-Foto
52
Gambar 2.12.2 Bak penampungan air garam
53
2.13. STOPSITE 13
Pada stopsite 13 ini dengan koordinat S : 07°53’29,8” , E : 110°32’50,7”
terletak di desa Kedungombo, Sragen yang dimana daerah pengamatan merupakan
daerah Bendungan Kedungombo yang merupakan wilayah pertemuan antar tiga
kabupaten, yaitu Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Grobogan.
Bendungan ini membendung aliran sungai Serang, dimana sungai ini termasuk
dalam lingkup kerja Badan Pelaksana Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai
Jragung, Tuntang, Serang, Lusi dan Juana juga Bendungan Kedungombo ini
merupakan tipe bendungan urugan (rock fill dam). Pada kedalaman 90 meter
dibawah bendungan ini merupakan Formasi Kalibeng.
Pada tahun 1985 pemerintah merencanakan membangun waduk baru di
Jawa Tengah untuk pembangkit tenaga listrik berkekuatan 22,5 Juta Megawatt dan
dapat menampung air untuk kebutuhan 70 hektar sawah disekitarnya, yang dimana
luas bendungan ini seluas 50 km2 yang merupakan bendungan yang paling luas di
Jawa Tengah dan dirancang oleh seorang geologist, yaitu Pak Suhartono yang
merupakan ahli geologi teknik dan merupakan alumni dari UPN. Manfaat langsung
dari pembangunan Bendungan Kedungombo, yaitu peningkatan irigasi,
pengendalian banjir daerah Serang Bawah, penyediaan tenaga listrik sebesar
1x22,5 MW dan manfaat tak langsungnya, yaitu untuk tempat wisata, peningkatan
MAT disekitar bendungan, penyedian air industri dan air minum dimasa mendatang.
2.13.1. Litologi
2.13.2. Stratigrafi
Pada stopsite ini terletak pada Zona Kendeng terdiri dari Formasi Kerek
(Tmk) berumur Miosen Tengah dan Formasi Kalibeng (Tmpk) berumur Pliosen.
Kedudukan Formasi Kalibeng selaras diatas Formasi Kerek, struktur geologi secara
54
regional terdapat jauh diluar lokasi kawasan Bendungan Kedungombo, berupa
struktur antiklin dan sesar, baik sesar mendatar maupun sesar naik.
2.13.3. Struktur
Pada stopsite ini struktur geologi yang berkembang di Bendungan
Kedungombo sangat kompleks, yang dimana termasuk kedalam Zona Kendeng
yang merupakan “Retro arc fold thrust belt” pada zaman Tersier Akhir. Perlipatan-
perlipatan asimetri berarah umum barat – timur yang berkembang menjadi sesar
naik yang banyak dijumpai disini. Selanjutnya perlipatan – perlipatan dan sesar –
sesar naik ini dipotong oleh sesar – sesar mendatar utama yang berarah timur laut –
barat daya, berkembang ke sesa mendatar orde dua. Sedangkan kekar yang
berkembang pada umumnya akibat tektonik adalah shear fracture dan gash fracture.
Tektonik yang bertanggung jawab terhadap perkembangan struktur geologi di
daerah ini sebagaimana di zona Kendeng pada umumnya yaitu tektonik Plio –
Pleistosen.
55
Gambar 2.13.2 Peta Geologi daerah Kedungombo
2.13.4. Sketsa
56
diendapkan pada lereng dari zona bathyal atas, juga dilihat dari litologi kalsirudit
menunjukkan struktur sedimen graded bedding dan hubungan antar perlapisannya
menunjukkan berkembangnya seri turbidit dari sikuen Bouma (1982) mengalami
sendimentasi selama periode Miosen Tengah. Sedangkan dari Formasi Kalibeng
(Tmpk) juga diendapkan dengan mekanisme turbidit yang diendapkan pada lereng
bathyal atas, juga dilihat dari litogi yang hadir yang menunjukkan struktur cross
bedding dan laminasi konvolut yang dimana menunjukkan berkembangnya seri
turbidit dari sikuen selang B dan C dari sikuen Bouma (1982) yang mengalami
sedimentasi selama periode Pliosen.
2.13.6 Foto-foto
57
Gambar 2.13.5 Bendungan Kedungombo arah utara
58