TUGAS PAPER
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
[Pick the date] [TYPE THE DOCUMENT TITLE]
A. Pengertian Rheologi
Rheologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir dan logos
berarti ilmu. Dengan kata lain, rheologi adalah istilah yang menggambarkan mengenai studi
mengenai aliran suatu cairan. Namun pembahasan rheologi tidak hanya sebatas cairan saja
melainkan juga membahas karakteristik deformasi plastis suatu benda padat ketika diberikan gaya.
Rheologi mempejari hubungan antara tegangan geser (shear stress) dengan kecepatan geser (shear
rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat. Rheologi sangat erat
kaitannya dengan viskositas (kekentalan).
Dalam mekanika fluida, rheologi adalah ilmu tentang bagaimana fluida mengalir dan
berubah bentuk ketika diberikan gaya. Sifat rheologi didasarkan pada respon dan deformasi cairan
ketika diberikan gaya normal atau tangensial. Suatu fluida akan mengalir karena adanya tekanan
yang diberikan. Tekanan yang diberikan pada suatu benda dengan arah tegak lurus disebut normal
stress sedangkan apabila sejajar dengan benda disebut dengan tegangan geser (shear stress).
Suatu elemen fluida yang tidak diberi gaya tidak akan mengalir karena didalam fluida
tersebut terdapat suatu hambatan yang menahan aliran, disebut dengan viskositas. Secara
molekuler, viskositas fluida terjadi disebabkan oleh gerakan acak dari molekul yang berpindah
dari suatu lapisan ke lapisan lain dan resultan dari gerak tersebut menghasilkan suatu hambatan
(drag).
Secara umum terdapat dua jenis sifat fluida, yaitu fluida newtonian dan fluida non-
newtonian. Fluida newtonian memiliki karakteristik yaitu hubungan antara nilai tegangan geser
dengan kecepatan gesernya akan berupa garis lurus (linier) jika diplot dalam kurva shear stress-
shear rate. Contoh fluida newtonian adalah air dan udara. Sementara fluida non-newtonian tidak
memenuhi ketentuan diatas. Sebagian besar jenis fluida di dunia ini adalah fluida non-newtonian.
Dari kurva diatas dapat dilihat perbedaan mendasar antara fluida newtonian dengan non-
newtonian. Fluida newtonian memiliki kurva yang linier sementara fluida non-newtonian memiliki
kurva yang tidak linier. Ciri khas lainnya yang membedakan antara fluida newtonian dan non-
newtonian adalah bahwa fluida newtonian nilai viskositasnya tetap (konstan) pada suhu dan
tekanan tertentu dan tidak tergantung oleh shear rate. Sementara pada fluida non-newtonian, nilai
viskositasnya berubah-ubah bergantung pada besarnya shear stress yang diberikan pada fluida.
Beberapa jenis fluida non-newtonian dapat dikelompokkan lagi berdasarkan karakteristik
kurvanya yaitu fluida pseudoplastik (shear thickening), fluida dilatan (shear thinning) dan plastik
Bingham.
1. Plastik Bingham
Fluida yang termasuk dalam kategori plastik Bingham tidak akan mengalir sebelum
suatu gaya tertentu dilampauinya. Gaya tersebut disebut dengan yield value. Pada nilai
tegangan dibawah yield value fluida akan bertindak sebagai bahan elastik sedangkan diatas
harga ini fluida akan mengikuti hukum Newton (kurva berbentuk linier).
2. Fluida pseudoplastik (shear thickening)
Viskositas fluida pseudoplastik akan berkurang dengan naiknya shear rate.
Berbeda dengan plastik Bingham, pada fluida pseudoplastik tidak terdapat nilai yield value.
Karena kurva tidak mempunyai bagian yang linier maka fluida pseudoplastik tidak
mempunyai harga viskositas yang tetap.
3. Fluida dilatan (shear thinning)
Berkebalikan dengan fluida pseudoplastik, viskositas fluida dilatan akan bertambah
dengan naiknya shear rate. Persamaannya dengan fluida pseudoplastik adalah fluida jenis
ini juga tidak memiliki nilai viskositas yang tetap karena kurvanya tidak linier.
Selain itu dalam beberapa kasus, ditemukan fluida yang memiliki karakteristik rheologi
yaitu nilai viskositasnya berubah terhadap waktu. Fluida jenis ini terbagi menjadi 2 yaitu
tiksotropik dan antitiksotropik. Fluida tiksotropik mengalami penurunan viskositas apabila
diberikan tekanan konstan terus-menerus sepanjang waktu. Kebalikannya, fluida antitiksotropik
mengalami kenaikan nilai viskositas apabila diberikan perlakuan serupa.
B. Parameter-Parameter pada Rheologi dan Cara Pengukurannya
Parameter yang paling utama dalam pembahasan mengenai rheologi fluida adalah shear
stress, shear rate dan viskositas. Shear stress (τ) adalah parameter untuk menyatakan besarnya
gaya per satuan luas yang diperlukan untuk menyebabkan fluida mengalami deformasi (mengalir).
Rumus matematis dari shear stress adalah besarnya gaya tekan (F) dibagi dengan luas penampang
materi yang menekan. Shear rate adalah parameter yang menyatakan perbedaan kecepatan (dv)
antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh suatu jarak dr.
Untuk melakukan pengukuran terhadap shear stress dan shear rate pada fluida, umumnya
digunakan alat ukur yaitu rheometer. Terdapat 2 tipe umum dari alat ukur rheometer. Rheometer
yang dapat mengatur nilai shear stress yang diberikan pada fluida yang akan diukur disebut
rotational atau shear rheometer. Rheometer yang memberikan stress tambahan (selain shear
stress) pada fluida yang akan diukur disebut extensional rheometer.
Selain shear stress dan shear rate, parameter lainnya yang diukur dalam pembahasan
mengenai rheologi fluida adalah viskositas. Viskositas adalah ketahanan untuk mengalir dari suatu
fluida yang mendapatkan tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan
untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas pada awalnya diselidiki oleh Sir
Isaac Newton yaitu dengan mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu seperti pada
gambar berikut :
Dimana nilai C dan S adalah konstanta empirik dan T adalah temperatur absolut. Nilai C
dan S didapat melalui eksperimen. Sementara untuk cairan maka persamaan matematis yang
digunakan adalah :
𝜇 = 𝐷𝑒𝐵/𝑇
Dimana nilai B dan D adalah konstanta empirik dan T adalah temperatur absolut.
Persamaan ini disebut sebagai Persamaan Andrade. Nilai konstanta empirik dari persamaan diatas
juga didapat melalui eksperimen.
Pada viskositas dalam zat cair gaya yang paling berperan adalah gaya kohesi antar partikel
zat cair. Dalam kasus gas, yang berperan adalah gaya akibat tumbukan antar molekul-molekul
dalam gas. Suatu fluida yang mudah mengalir berarti memiliki nilai viskositas yang rendah
sementara fluida-fluida yang sulit mengalir artinya memiliki viskositas yang tinggi. Aliran viskos
dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang
tersebut.
Berdasarkan hubungan antara viskositas dengan shear stress dan shear rate maka dapat
dinyatakan bahwa makin besarnya viskositas akan makin besar pula shear stress yang dibutuhkan
untuk menggerakkan fluida. Hal tersebut sesuai dengan pemahaman diatas bahwa viskositas yang
besar membuat fluida sulit untuk bergerak.
Berhasil atau tidaknya penentuan dan evaluasi sifat-sifat rheologis suatu fluida bergantung
pada pengukuran viskositas fluida. Untuk menentukan viskositas fluida pada umumnya digunakan
alat ukur berupa viskometer. Viskometer umumnya digunakan untuk mengukur viskositas fluida
yang tidak berubah pada suhu dan tekanan yang tetap. Jika viskositas fluida berubah dikarenakan
perubahan kondisi aliran maka rheometer lebih utama digunakan untuk mengukur viskositas.
Secara umum, prinsip kerja viskometer adalah membuat sebuah benda untuk bergerak
melintasi fluida yang diam (fluida yang akan diukur) atau sebaliknya. Gaya gesek (drag) yang
disebabkan oleh kecepatan relatif fluida dan permukaan adalah ukuran dari besarnya viskositas
suatu fluida.
Beberapa tipe dari viskometer yang sering digunakan adalah :
1. Viskometer kapiler/Ostwald
Viskositas dari fluida bisa ditentukan dengan menggunakan viskositas kapiler/
Ostwald. Cara kerjanya adalah dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh fluida untuk
melintasi 2 tanda ketika ia mengalir karena pengaruh gravitasi (Gambar 5). Waktu alir
dari fluida yang diuji dibandingkan dengan waktu suatu zat yang viskositasnya sudah
diketahui (contohnya air) ketika melewati 2 tanda tersebut. Berikut adalah ilustrasi dari
viskometer kapiler/Otswald.
2. Viskometer Hoppler
Viskometer Hoppler mengukur viskositas dengan cara menghitung kecepatan bola
yang bergerak melewati fluida. Bola memasuki fluida akibat gaya gravitasi namun akan
dihentikan oleh fluida dengan menggunakan gaya angkat (buoyancy) dan juga gaya viskos.
Dengan mengukur kecepatan bola saat berada dalam fluida maka viskositas fluida dapat
diketahui.