Anda di halaman 1dari 27

1.

Pendahuluan
1.1.Pengertian Panasbumi
Indonesia merupakan negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar,
yaitu Lempeng Hindia Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Interaksi
ketiga lempeng tersebut dapat membentuk rangkaian gunungapi yang merupakan
tempat sumber energi panas bumi.
Dikutip dari Rusdianto, dkk (2015) panas bumi atau Geothermal, berasal dari akar
kata bahasa Yunani, tersusun atas kata “Geo” yang berarti bumi dan thermos yang
berarti panas. Secara sederhana, panas bumi dapat diartikan sebagai sumber energi
panas yang berasal dari dalam bumi. Beberapa definisi lain tentang panas bumi,
diantaranya menurut Hochstein dan Browne (2000) yang mendeskripsikan panas bumi
sebagai proses perpindahan panas dari suatu tempat tertentu dalam kerak bumi, dimana
panas (heat) dipindahkan dari sumber panas (heat source) menuju ke suatu tempat
pengeluaran panas di permukaan (heat sink), sedangkan bila mengacu pada UU Panas
Bumi No 21 tahun 2014, panas bumi didefinisikan sebagai sumber energi panas yang
terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas
lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi.
1.2.Sistem Panasbumi
Secara umum, pembentukan energi panas bumi berkaitan dengan kegiatan
vulkanisme dan mekanisme pembentukan magma. Sistem panas bumi pada suhu
tinggi, umumnya terletak di sepanjang zona vulkanik punggungan pemekaran benua,
di atas zona subduksi dan anomali pelelehan di dalam lempeng. Batas-batas pertemuan
lempeng merupakan pusat lokasi munculnya sistem hidrotermal. Perpindahan energi
panas secara konduktif pada lingkungan tektonik lempeng, diperbesar oleh adanya
gerakan magma dan sirkulasi hidrotermal.
Persyaratan utama untuk pembentukan sistem panas bumi (hidrotermal) adalah
sumber panas (heat source), reservoir untuk mengakumulasi panas, dan lapisan
penudung (caprock) sebagai tempat terakumulasinya panas. Sumber panas dalam
sistem panas bumi umumnya berasal dari magma. Pembentukan awal magma dapat
terjadi sebagai hasil pelelehan mantel (partial melting) atau karena pelelehan sebagian
kerak bumi pada proses penebalan lempeng benua, seperti yang terjadi pada tumbukan
antar lempeng benua (collision).
Reservoir panas bumi yang produktif, umumnya memiliki suhu yang tinggi,
geometri yang cukup besar, porositas dan permeabilitas yang baik serta kandungan
fluida yang cukup. Porositas dan permeabilitas merupakan salah satu aspek yang
diperhitungkan dalam penentuan daerah prospek panas bumi. Umumnya, permeabilitas
memiliki keterkaitan unsur-unsur struktur seperti sesar, kekar dan rekahan. Keberadaan

1
batuan penudung (caprock) yang bersifat impermeable sangat diperlukan untuk
mencegah jalan keluar akumulasi fluida panas dalam reservoir.
Keberadaan energi panas bumi diharapkan dapat memberikan manfaat yang
berarti bagi kesejahteraan masyarakat. Selain digunakan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP), energi panas bumi dapat dimanfaatkan secara langsung,
seperti untuk keperluan berbagai proses industri, pertanian, perkebunan, peternakan,
dan juga untuk pengembangan sektor parwisata.

2. Manifestasi Panasbumi
Berdasar Ibrahim,dkk (2004), keberadaan sistem geothermal dapat ditunjukkan dengan
adanya:

1. Mata air hangat


2. Mata air panas
3. Alterasi clay hydrothermal (lempung smektit, dkk)
4. Endapan travertine
5. Steaming Vent
6. Hot Ground
7. Mud Pools

Untuk mencari dan mengidentifikasi manifestasi hydrothermal, beberapa metode-


metode perlu dilakukan. Berdasar Oktoberiman,dkk (2015), dalam studi kasus
eksplorasi sistem geothermal di daerah Bantarkawung, Brebes, Jawa Tengah, terdapat
3 metode yang dilakukan:

2.1.Fault Fracture Density (FFD)


Analisis FFD adalah analisis dengan metode pengideraan jauh yang digunakan untuk
mencari area/zona geothermal berdasarkan berat jenis rekahan yang ada di daerah
telitian. Metode ini didapatkan dari garis kelurusan struktur yang diilustrasikan dari
refleksi topografi seperti garis kelurusan sungai, kelurusan lembah, sesar atau kekar,
kontak litologi, serta manifestasi geothermal yang terlihat.

Berdasar hasil penelitian di daerah Brebes yang terlampir dalam Oktoberiman, dkk
(2015), kalkulasi dari distribusi intensitas struktur dengan FFD, daerah ini dibagi
menjadi 2 area struktur, yaitu daerah intensitas struktur tinggi dan daerah intensitas
struktur rendah. Dalam peta, daerah intensitas tinggi ditunjukkan dengan warna kuning
hingga merah, sedangkan daerah intensitas rendah dapat dilihat pada warna biru hingga
hijau. Area dengan intensitas tinggi berasosiasi dengan batuan sumber panas karena
intensitas struktur ini berasosiasi aliran fluida (uap panas). Peta FFD dalam kasus ini
menunjukkan anomali berat jenis struktur yang berada di tengah dan utara daerah

2
telitian. Berat jenis pada struktur berhubungan dengan manifestasi geothermal karena
semakin besar densitas pada struktur, semakin besar juga potensi geothermalnya.

Gambar 1 Peta FFD daerah Brebes

2.2.Pemetaan Geologi
Berdasarkan Oktoberiman, dkk (2015), pemetaan geologi dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan peta geologi. Peta geologi merupakan peta yang memberikan
informasi mengenai persebaran dan susunan stratigrafi batuan serta merefleksikan
bentuk tiga dimensi komposisi batuan di bawah permukaan tanah. Pemetaan geologi
merupakan metode yang dilakukan dengan cara penelitian secara langsung berdasar
aspek geologi yang terlihat dalam lapangan seperti litologi, stratigrafi, serta struktur
yang dapat menjelaskan keberadaan mata air panas di daerah telitian dan mengukur
temperatur mata air panas dan temperatur sungai.
Berdasar jurnal dari Oktoberimann,dkk (2015), manifestas mata air panas yang diteliti
dalam pementaan geologi berada di tengah dan daerah utara pada daerah telitian.
Manifestasi mata air panas ini berada pada unit batupasir yang juga dikontrol oleh
aspek geologi yang berada di area tersebut. Batupasir memiliki permeabilitas yang
lebih baik daripada batulempung, semakin baik permeabilitasnya, semakin bagus juga
batuan tersebut dijadikan sebagai media untuk mengalirnya air panas dalam mata air
tersebut. Besaran struktur yang ada pada unit batupasir juga membentuk permeabilitas
sekunder sehingga dapat menjadi media yang efektif terhadap mata air panas yang
mengalir.

3
2.3.Analisis Geokimia
Dalam Oktoberimann (2015),analisis geokimia adalah proses pengukuran dan analisis
kandungan kimia sehingga dapat menjelaskan hubungan dengan keberadaan mata air
panas dan sumber geothermal di sekitar area telitian. Analisis ini bertujuan untuk
mendapatkan besarnya elemen kimia dalam air seperti HCO3-, SO42-, Na, Ca, Mg, K,
Cl, B, dan Ph. Hasil dari data tersebut akan diplot pada diagram trilinear pipper untuk
mengetahui tipe air panasnya.
Tabel 1 Kandungan kimia pada mata air di daerah penelitian Oktoberimann
dkk (2015)

Selanjutnya, jika sudah diketahui kandungan kimianya, akan dilakukan analisis lanjut,
yakni:
1. Tipe air dan Reservoir
Tipe air dapat diketahui berdasar rasio Cl, SO42-, dan HCO3- yang dapat dilihat
dalam contoh pada tabel di bawah.

Tabel 2 Rasio Konsentrasi Kalkulasi dari Cl, SO42-, dan HCO3-

Selanjutnya, air panas dikategorikan sebagai air bikarbonat seperti yang ada pada
diagram triangular dibawah untuk menentukan adanya pencampuran air.
Semakin tinggi konten HCO3 dibandingkan dengan SO42- dan Cl-, maka
mengindikasikan terdapatnya mekanisme aliran lateral dimana menyebar gas
magmatic H2S atau CO2 dari sumber ke daerah lain. Data ini juga dapat digunakan
untuk menganalisis kondisi reservoir air panas berdasar rasio Na+/1000, K+/100,
dan √Mg2+.

4
Gambar 2 Diagram Triangular Cl, SO42-, dan HCO3-

Tabel 3 Kalkulasi Rasio Konsentrasi Na/1000-K/100-√Mg di air panas

Gambar 3 Grafik triangular konsentrasi Na/1000-K/100-√Mg untuk


menentukan temperature Reservoir

Gambar 4 Grafik Li-Cl/100-B/4 dari air Panas

5
2. Pola pengaliran air panas
Berdasarkan kandungan kimia dari mata air panas (dalam air ini pada daerah telitian
Oktoberiman,2015), pola pengaliran dapat dilihat dari kandungan Cl yang
dibandingkan dengan kandungan B dan Li serta rasio Na/K dan K/Mg

2.4.Citra Lansat
Berdasar Gaffar (2013), citra lansat dapat digunakan untuk membantu eksplorasi
geothermal.meliputi :
A. Kompleks vulkanik serta intepretasi dari lava serta produk piroklastik serta
intepretasi adanya kaldera/sesar. (gambar A)
B. Keberadaan batuan yang telah teralterasi pada daerah geothermal serta
manifestasi yang lain seperti fumarole, solfatara, mata air panas, hot soil, mud
pool, geyser, dan lainnya. (gambar B)
C. Area batuan sedimen dan intepretasi adanya lipatan atau sesar (Gambar C).

Gambar 5 Contoh Citra Lansat dan Intepretasinya

3. Monitoring Panasbumi
Dalam monitoring ini, sampel yang telah diambil dari mata air panas, mata air,
dan danau kawah, dicatat dan dianalisis suhu, pH, konduktivitas, ORP, dan
alaklinitas diukur di lapangan dengan penyelidikan atau titrasi asam.

Mata air panas dari sistem yang bersumber dari gunung api memiliki variasi
temperatur, pH, konduktivitas, major anion dan major kation yang luas, tetapi
memiliki nilai K dan Ca yang relatif sama jika dibandingkan dengan yang
bersumber dari sesar. Temperatur dari sistem yang bersumber dari gunung api
berkisar 22o-95oC, mata air panasnya sangat asam hingga sedikit basa (pH 1-8.4),
konduktivitasnya 86-14600 μS/cm, konsentrasi HCO3 berkisar 1634.8 mg/L, SO4
3005.5 mg/L dan Cl dari 6.9 to 8084 mg/L, Mg 2.6-211.9 mg/L, Na dari 2.2-2979
mg/L, K dari 1.4-119.8 mg/L dan Ca dari 4.9-510.7 mg/L. Sedangkan, Temperatur

6
dari sistem yang bersumber dari sesar berkisar 47o-102oC, mata air panasnya sedikit
asam hingga sedikit basa (pH 5-8.1), konduktivitasnya 1500-17340 μS/cm,
konsentrasi HCO3 berkisar 22-1085.8 mg/L, SO4 1285.5 mg/L dan Cl dari 122.1-
6184.5 mg/L, Mg 97.7 mg/L, Na dari 115.8-1797.4 mg/L, K dibawah 94.2 mg/L,
dan Ca dari 62.8-2047.6 mg/L.

4. Geotermometer
Baik geotermometer kimia kualitatif maupun kuantitatif digunakan dalam
eksplorasi untuk energi geothermal. Teknik kuantitatif yang tersedia membutuhkan
analisis kimia dari air termal dari mata air ataupun sumur. Berkebelikan dengan itu,
Teknik kualitatif digunakan untuk melihat konsentrasi anomaly dari beberapa
elemen indikator dalam sebagian besar varietas sumber, termasuk tanah, gas tanah,
fumarole, mata air panas dan dingin, serta aliran. Hal ini diasumsikan bahwa
elemen indikator telah terdispersi dari sumber panas dalam kedalaman tertentu.
Analisis tanah dan gas tanah menyediakan indikator kemungkinan potensi untuk
mendeteksi target “kebutaan” atau geothermal tersembunyi yang tidak memiliki
ekspresi permukaan dari air termal.

4.1. Geotermometer Kuantitatif


Asumsi yang sering dibuat dalam penggunaan komposisi dari mata air panas dan
air sumur untuk memperkirakan temperatur subsurface yang telah didiskusikan oleh
White (1970) dan oleh Fournier dkk (1974). Asumsi ini dapat diringkas sebagai:

1. Reaksi tergantung suhu yang melibatkan jumlah batuan dan air


2. Adanya persediaan yang memadai dalam setiap reaktan
3. Terdapat ekuibrilium di reservoir atau akifer yang berhubungan dengan reaksi
indikator spesifik
4. Tidak ada reequiilibrasi dari konstituen indikator yang terjadi setelah air keluar
dari reservoir
5. Tidak ada pencampuran dari air yang berbeda selama pergerakan ke permukaan
atau kemungkinan evaluasi hasil pencampuran.
Pencapaian ekuibrilium di reservoir tergantung pada jumlah faktor yang ada seperti
kinetik beberapa reaksi, temperatur reservoir, reaktivitas batuan dinding, konsentrasi
elemen indikator dalam air, dan waktu tinggal air di reservoir pada suhu tertentu. Jadi
dalam beberapa situasi, ekuibrilium di reservoir mungkin dapat dicapai untuk beberapa
rekasi dan bukan untuk reaksi lain.

Ada atau tidaknya reekuilibrasi air setelah meninggalkan reservoir selama mengalir
ke permukaan tergantung pada faktor yang sama: laju aliran, jarak kenaikan, jenis dan
reaktivitas batuan dinding yang dilalui, suhu awal reservoir, dan kinetika dari beberapa

7
reaksi yang mungkin terjadi. Reaksi yang berbeda dapat terjadi pada kenaikan air
dalam tingkat yang berbeda. Oleh sebab itu, temperatur semu terakhir dari ekuilibrasi
mungkin berbeda dari geotermometer kimia yang berbeda. Dua tipe utama reaksi
tergantung suhu yang mungkin berguna untuk geotermometer merupakan kelarutan
dan reaksi pertukaran.

4.2. Kelarutan
Kelarutan mineral biasanya berubah sebagai fungsi temperatur dan tekanan.
Geotermometer silika dari Fournier dan Rowe (1966) berdasar pada tingkat kelarutan
kuarsa dan sering digunakan untuk memperkirakan temperature subsurface di system
mata air panas. Konten silika pada air dari mata air panas atau sumur dapat
dikorelasikan dengan temperature terakhir dari ekuilibrasi dengan kuarsa dengan
gambar 1.

Gambar 6 Kelartan kuarsa sebagai fungsi temperatur (Fournier dan Rowe (1966)

Jika sampel air seperti telah didinginkan secara adiabatic (oleh boiling) sebelum
sampling, gunakan kurva B yang mengoreksi kemungkinan hilangnya uap maksimim.
Bila sampel mungkin dinginkan terutama oleh konduksi, gunakan kurva A.
geotermometer kuarsa mungkin cocok dalam kisaran temperature 150-225°C. Pada
suhu yang lebih tinggi, silika cenderung mengalami pengendapan selama kenaikan air.
Pada suhu lebih rendah, spesies silika lain seperti kristobalit dan kalsedon atau silika
amorf mungkin dapat mengontrol silika terlarut (Fournier dan Rowe, 1966; Fournier,
1970; Fournier dan Rowe, 1962; Arnorsson, 1970; Arnorsson, 1975). Persamaan yang
berkaitan dengan kelarutan, karbon, dalam MgSiO2/ kg air hingga suhu kisaran 0-
250°C dari beberapa mineral silika murni adalah:

8
Dengan menggunakan data eksperimen dari Marshall dan Slusher (1968), yang
memberikan produk kelarutan anhidrit dari 100-200°C pada beberapa kekuatan ionic,
Sakai dan Matsubaya (1974) menggunakan konsentrasi produk Ca2+ dan SO4- untuk
memperkirakan temperatur subsurface di system mata air panas. Perkiraan suhu
tersebut sesuai dengan perkiraan suhu dari fraksinasi isotop oksigen antara sulfat dan
air. Geotermometer anhidrit ini mungkin cocok untuk air panas dengan konsentrasi
Ca2+ dan HCO3- yang relatif rendah (dimana konsentrasi Ca2+ tidak dikontrol oleh
larutan dan pengendapan karbonat.

4.3. Reaksi Pertukaran


Konstanta kesetimbangan untuk reaki pertukaran dan alterasi bergantung pada
suhu. Gambar 2 memperlihatkan rasio Na/K di sumur geothermal yang ditandai
sebagai fungisi temperature akifer yang memasok air. Rasio Na/K biasanya bekerja
dengan baik untuk memperkirakan temperatiur dan didapat bila temperature air
dibawah 100°C. Geotermometer Na-K-Ca (Fournier dan Truesdell, 1973) terbukti
lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan geotermometer untuk air dengan
temperatur rendah, seperti pada gambar 3.

9
Gambar 7 Nilai Na/K untuk air murni pada temperatur setimbang

Persamaan untuk garis padat yang digambar pada gambar 3 adalah:

Gambar 8 Garis tengah kurva Geotermometer air murni dengan hubungan Na-K-Ca oleh Fournier dan
Truesdell (1973)

Dimana konsentrasi unit adalah mol/kg dan β= 1/3 untuk air dengan kesetimbangan
diatas 100oC dan β= 4/3 untuk air dengan kesetimbangan dibawah 100oC. Paces (1975)
menyarankan bahwa faktor koreksi digunakan pada persamaan (1) untuk air kurang

10
dari 74oC dengan tekanan parsial CO2 dalam akifer riatas 10-4 atm. Faktor koreksi, I,
dikurangkan dari sisi kanan persamaan (1) adalah:

I= -1.36-0.253 log PCO2


Hal ini sesuai dengan kesimpulan Renner dkk (1975) yang memperkirakan
beragam suhu pada mata air panas dengan kadar CO2 tinggi di seperti di California
yang memiliki kadar tidak wajar. Rasio √𝐶𝑎/𝐾 dan √𝐶𝑎/𝑁𝑎 juga mungkin berguna
untuk memperkirakan temperature (Fournier dan Truesdell,1973). Berdasarkan Mahon
(1970). Cusicanqui dan Ellis menemukan bahwa mata air kebanyakan bersumber
langsung dari akifer panas memiliki rasio Na/Ca yang tinggi. Hal ini mungkin karena
penurunan pelarutan kalsium karbonat.

4.4. Pendinginan ke Atas


Air panas yang naik dapat mendingin dengan proses boiling secara adiabatik,
dengan cara konduksi, dengan mencampurkannya pada air dingin dangkal, dan dengan
kombinasi dari kedua proses ini. Air yang naik dengan cepat dan langsung dari akifer
Bersama pendinginan secara konduktif seperti memiliki komposisi kimia yang
menggambarkan kesetimbangan batuan-air dalam temperature akifer. Dimana akifer
pada temperature dibawah suhu atmosfer, air dapat muncul di sekitar temperature
akifer. Namun saat akifer memiliki temperatur lebiih tinggi daripada temperature
atmosfer, air akan mendingin secara adiabatic, muncul sebagai mata air mendidih, dan
pemisahan uap selama kenaikan air harus dipertimbangkan. Dimana air naik secara
perlahan atau tidak langsung ke permukaan, pendinginan konduktif cenderung terjadi.

4.5.Model Pencampuran
Air di banyak mata air panas mengandung campuran air panas dalam dan air dingin
dangkal. Kesetimbangan kimia parsial maupun total mungkin atau tidak mungkin
terjadi setelah pencampuran. Perkiraan suhu komponen air panas berdasar reaksi
penggantian menggunakan rasio konstituen terlarut mungkin sedikit mempengaruhi
pencampuran, asalkan:

1. Air panas terkonsentrasi dalam elemen indikator dan air permukaan sangat
encer karena elemen yang sama
2. Sedikit atau tidak ada reaksi kimia yang terjadi setelah pencampuran untuk
mengganti konsentrasi relatif elemen indikator. Pengenceran dapat
berpengaruh pada geotermometer Na-K-Ca karena akar kuadrat dari
konsentrasi terlibat dalam perhitungan.

Fournier dan Truesdell (1974) menggambarkan dua model pencampuran yang


dapat diterapkan pada laju pengaliran mata air dan suhu dibawah boiling. Dalam model
1 entalpi air panas dengan uap yang tercampur serta suhu air dingin serupa dengan

11
entalpi awal dari air panas pada kedalaman tertentu. Dalam model 2, entalpi air panas
dalam zona pencampuran lebih sedikit daripada entalpi air panas pada kedalaman
karena untuk keluar uap selama kenaikan. Dalam kedua model, konten silika awal pada
air panas sangat penting dan dikontrol oleh pelarutan kuarsa dan tidak ada pelarutan
lanjut atau perpindahan silika yang terjadi sebelum atau setelah pencampuran. Karena
prosedur ini kurang praktis, Truesdell dan Fournier (1977) telah memikirkan prosedur
yang lebih simple menggunakan penandaan silika terlarut vs entalpi, seperti yang
digambarkan pada gambar 4. Pada situasi dimana tidak ada uap yang hilang sebelum
pencampuran, tandai silika dan konten panas (entalpi) dari mata air panas dan dingin
dalam dua poin, A dan B, lalu gambar garis lurus melewati poin ini untuk memotong
kurva pelarutan kuarsa (perhatikan bahwa dibawah 100oC, temperature dalam celsius
dihitung setara dengan kalori/gram. Beri titik C lalu beri konten silika asli dan entalpi
air panas dalam. Temperature original dari komponen air panas lalu didapatkan pada
tabel uap (Keenan dkk, 1969).

Gambar 9 Grafik pelarutan silika-entalpi untuk menentukan temperatur pada mata air panas

Dalam keadaan ini dimana jumlah maksimal uap menghilang dari air panas
sebelum pencampuran, titik silika dan konten panas dari air dari mata air panas dan
dingin dalam dua poin yakni A dan D, dalam gambar 4. Untuk mendapat entalpi asli
dari komponen air panas, gerakan secara horizontal melewati diagram dari poin E ke
kurva maksimal uap yang hilang, berikan titik F. konten silika asli dari komponen air
panas ditunjukkan oleh poin G. bila uap diasumsikan untuk keluar dari air pada
temperatur diatas 100oC, entalpi asli dari air panas akan berada pada nilai yang
sebanding dengan garis horizontal, antara kurva uap yang hilang secara maksimal dan
kurva pelarutan kuarsa (tanpa pengurangan uap). Jarak yang bersamaan dengan garis

12
horizontal antara kedua kurva dan jauh dari kurva pengurangan uap maksimal akan
berada pada proporsi:
𝐻𝑥 − 100
𝐻𝑞 − 100
Dimana Hx adalah entalpi cairan air dalam kalori/g pada asumsi temperatur uap yang
terpisah, dan Hq adalah entalpi cairan air dimana garis horizontal memotong kurva
pelarutan kuarsa. Model pencampuran diatas tidak dapat digunakan pada mata air
pendidihan karena panas yang dihasilkan terlepas pada uap setelah pencampuran. Pada
kondisi tertentu, namun, model pencampuran lain dapat digunakan untuk
memperhitungkan temperatur subsurface yang lebih dalam dalam sistem lalu akan
didapatkan dari metode biasa untuk menggunakan geotermometer kuarsa atau silika
(Truesdell dan Fournier, 1975; Fournier dkk, 1975; Fournier dan Rowe, 1966).

Gambar 10 Hipotesis hubungan entalpi dengan klorida (Fournier,1975)

Model mata air mendidih membuat penggunaan dari penandaan entalpi vs klorida
(gambar 5), dan hal ini bekerja baik dimana temperatur awal dari komponen air panas
diatas 200oC. dalam penggunaan model ini sangat penting untuk mengasumsikan
bahwa (1) tidak ada uap yang hilang atau bertambah saat sebelum atau setelah
pencampuran; (2) penyetimbangan kembali dengan kuarsa didapat setelah
pencampuran (seperti terdapat >200oC); dan (3) silika tidak terlarut selama kenaikan
air yang tercampur hingga point sampling permukaan.

13
Konstruksi dan penggunaan entalpi vs plot klorida didiskusikan oleh Truesdell
dan Fournier (1975). Secara detail, konten klorida pada air dingin, dari uap dan dari air
dalam mata air panas menunjukkan pada temperature pendidihan permukaan (HS1
melewati HSn dalam gambar 5) dapat diperlihatkan dalam plot ini. Garis dari air dalam
mata air panas melalui rata-rata komposisi dan entalpi dari uap yang terpisahkan (HS1
ke uap dll pada gambar 5) memperlihatkan variasi dalam entalpi dan konten klorida
dari fraksi cairan air disebabkan proses pemisahan uap pada saat perjalanan ke
permukaan. Poin AQ1 dan AQn pada setiap garis ini diketahui dari indikasi temperature
oleh geotermometer silika yang digunakan pada mata air masing-masing,
memperkirakan pendinginan adiabatic dan dengan didapatkannya entalpi air dari tabel
uap (Keenan dkk, 1969). Pelemahan garis memperlihatkan panas dan konten klorida
dari air yang akan dihasilkan dari pencampuran air panas dan air dingin, melemahkan
air dangkal. Poin AQ3 hingga AQn diperlihatkan dibawah garis pelemahan karena silika
seperti pelarutan dari temperature tinggi (>225oC) air selama perpindahan ke
permukaan dan entalpi diperkirakan dari konten silika dari kemunculan mata air.

Jika air dalam mata air diperkirakan mendingin karena konduksi estimasi
temperature subsurface sedikit tinggi dan entalpi akan didapat dengan geotermometer
silika, dan kandungan klorida dari air dalam akan sama seperti kemunculan mata air
(seperti pada poin AQx akan tertitik secara langsung diatas poin HSx termasuk
bersamaan dengan penandaan garis ke uap). Diskusi yang lebih lengkap dalam probel
ini dimana adiabatic dan pendinginan secara konduktif dapat dilihat di Fournier dkk
(1975).

3. Hidrologi Panasbumi
Lembah Dixie berada di cekungan barat dan provinsi Range di tengah~barat diantara
Stillwater dan pegunungan Clan Alpine~Augusta (CAA) (Gambar 1). Lembah dan
daerah sekitar dicirikan dengan sumur artesis dan kelimpahan mata air perennial.
Humboldt Salt Marsh menutupi sebagian besar daerah di tengah lembah. Lapangan
geothermal lembah Dixie (DVGF) berada di baratlaut lembah, hingga daerah barat
daya. Operasi pembangkit listrik dimulai pada tahun 1988 dan memproduksi 62 MWe.
Fluida dihasilkan dari kedalaman 2500-3000m dengan temperatur sekitar 250oC.
Lapangan produksi saat ini meliputi sekitar 20 km2. Korporasi Geotermal Oxbow
memiliki dan mengoperasikan pembangkit listriik dan sumur geothermal.

3.1.Setting Geologi
Cekungan lembah Dixie terkumpul di bagian barat karena aktivitas tektonik
sesar Stillwater (gempa bumu dalam 1915 dan 1954, M=7; Okaya dan
Thompson, 1985). Cekungan yang terkumpul di timur karena step faults,
beberapa diteliti dalam lembah dengan kelurusan mata air kea rah Utara~

14
Timurlaut. Sedimentasi lembah memenuhi 2000m di barat dan menipis pada
area CAA ke timur. Batuan tertua dalam cekungan hidrologi adalah sikuen laut
Mesozoik. Dalam area CAA, bagian Triasik atas terdapat pelite, kuarsa, arenit,
klastik, dan batugampng mikrit, dan dolomit yang tebal.
Lapisam tipis dari jurasik bawah, mendeformasi karbonat, kalkarenit, dan
pelitik menumpanginya, kadangkala pada kontak sesar. Jurassic Humboldt
Lopolith menumpangi lapisan triasik pada area Troasol da;a, kontak sesar
(Speed,1976). Lapisan tersebut berkomposisi mafik (gabro berbutir kasar,
pikrit, anortosit), dan secara lokal memiliki ketebalan lebih dari 1200 m (Speed,
1976). Sikuen mesozoik ini diintrusi oleh granidiorit Kapur (69~104 Ma) yang
tidak dapat dikenali di bawah permukaan. Sikuen tersebut memotong lereng
bawah barat SW dan dapat ditemui di footwall dalam sesar Stillwater oleh
lubang bor DVGF (kedalaman ~3300m). terdapat tuff siklik kenozoik yang
tebal diantara lubang bor tersebut. Ditemukan diatas lapisan Lopolit dalam
lubang bor DVGF. Data seismic mengindikasikan kedalaman basemen pra
tersier sedalam lebih dari ~2500m di lembah berdasarkan DVGF. Terdapat
tudung basalt berumur kenozoik akhir pada daerah telitian, dan membentuk unit
yang luas. Dalam lubang bor DVGF ditemukan pengisian lapisan di bawah
lembah pada kedalaman ~2100 hingga 2400 meter.

3.2. Keadaan Hidrologi


Lembah Dixie adalah cekungan tertutup dengan drainase permukaan ~5200km2
(Parchman dan Knox, 1981). Terdapat garis pantai Plestiosen dan endapan danau
(Danau Dixie), serta kemungikan terjadi recharge secara vertikal (Thompson dan
Burke, 1973; Bell dan Katzer, 1990). Pergeraan airtanah dalam area ini mungkin
dikontrol oleh aliran rekahan dan struktur geologi. Namun, sangat sedikit informasi
mengenai hidrologi daerah ini,. Lembah ini mengandung akuifer yang sangat banyak
dan tidak diketahui. Akifer unconfined dangkal ditemukan di dekat Humboldt Salt
Marsh. Sumur irigasi di utara lembah menarik air dari cekungan yang lebih dalam,
namun ketebalan atau pengurung akifer ini belum diketahui. Penyelesaian sumur
domestic Dixie berada di bawah artesian head, membuat suatu jebakan. Sementasi
kadang mengurangi porositas dalam litologi tersebut. Lubang bor menembus unit
sementasi ini di sebelah utara DVGF menunjukkan tekanan hidrolik rendah dengan
gradient suhu rendah mengindikasikan porositas renadh (William dkk,1997). Bagian
triasik dalam SW dan CAA secara substatif retak hanya bila berdekatan dengan zona
sesar utama (Speed, 1976). Granodiorit kapur memiliki permeabilitas rendah bila
dijumpai saat pengeboran. Seperti lopolit, masuk ke badan batuan beku mestinya
batuan tersebut harus merekah~rekah dan bervariasi (Nordstrom dkk,1989).

15
3.3.Karakteristik Kimia dan Isotop
Air dari SW dan CAA dapat dibedakan dengan cara Cl dan HCO3 tinggi. Fluida dari
DVGF terletak pada lapangan dengan Ca,Mg rendah dan Cl tinggi. Komposisi δD dan
δ18O dari air SW dan CAA mirip namun terlihat berbeda dari lembah, mata air panas,
dan fluida reservoir (Gambar 11). Keberatan komposisi secara isotopic (sedikit negatif)
membuat kondisi δD dan δ18O recharge lebih hangat dibanding di lembah. Kejadian
ini menunjukkan bahwa perairan lembah, termasuk mata air panas, yang terisi selama
iklim yang lebih dingin. Terdapat hubungan serupa di perairan Great Basin, Flynn dan
Buchanan (1993) menunjukkan bahwa air yang lebih ringan merupakan air yang
terkumpul pada plestosen akhir (10~30 Ka). Posisi rata~rata aliran reservoir saat ini
merupakan hasil rata~rata dari pencampuran dengan air yang terinjeksi dan menjadi
lebih berat karena evaporasi pada menara pendingin.

Gambar 11 Komposisi Hidrogen-Oksigen dari air di lembah Dixie

Harga δD fluida reservoir mengindikasikan bahwa tidak ada kesamaan yang ada pada
area SW/CAA. Hal ini tidak berarti bahwa reservoir tidak terisi kembali dalam area
tertentu, hanya saja reservoir terisi kembali selama iklim yang lebih dingin.

3.4. Pengembangan Komposisi Kimia


Asal klorida. Asal Cl menjadi jelas dengan memeriksa 36Cl/Cl (gambar 5). Banyak Cl
dalam air yang mengandung HCO/Cl tinggi dan berasal langsung dari curah hujan
(terkonsentrasi dalam tanah dengan penguapan). Satu~satunya litologi yang dianggap
melimpah terjadi di bawah permukaan dengan nilai 36Cl/Cl adalah granodiorite zaman
kapur (Tabel 4; Nimz dkk, 1997).

16
Gambar 12 Hubungan Klorida pada air di Lembah Dixie

Tabel 4 Karakteristik harga Cl pada batuan

Asal Bikarbonat. Sampel HCO/Cl rendah terletak pada garis lain antara δ13C atmosfer
dan nilai tengah antara batungamping dan urat kalsit yang dihitung dari area SW.
Kebanyakan air berinteraksi dengan karbonat bawah permukaan yang telah ditambah
HCO3, dialterasi nilai asli δ13C atmosfer, dan umur 14C dibuat meningkat. Hal ini tidak
sepenuhnya jelas tentang endapan karbonat, meskipun terdapat nilai batukapur dan
kalsit δ13C yang terukur. Kedua, komposisi 87Sr/86 Srdalam air terlihat dikontrol oleh
pelarutan karbonat. Memproyeksikan trend 87Sr/86Sr ke titik akhir nilai batugamping
δ13C menghasilkan nilai 0,7095. Hal ini terlalu tinggi untuk airlaut Mesozoik bahkan
Paleozoik (yang biasanya <0,7088) menunjukkan bahwa kemungkinan sampel bukan
berasal dari karbonat marin (Burke dkk, 1982).

17
3.5.Umur Recharge Air
Usia spesifik daripada yang berasal dari δD~ δ18O dapat diperkirakan menggunakan
14
C, asalkan objek merupakan kimia karbonat, terutaman δ13C. Pengukuran tertua yang
wajar untuk area SW adalah ~9ka.. sampel DV56, yang merupakan mata air SW,
memberikan umur yang tidak benar yaitu ~19ka, dan seperti mata air panas lembah
dalam HCO dan δ13C adalah plestosen sehingga masuk akal. nilai δD cukup kecil
membuat hal tersebut masuk akal. umur SW termuda yang masuk akal berdasar 14C
adalan ~900a, meski terdapat beberapa sampel 36Cl/Cl. Usia tertua yang dapat
dipercaya untuk air non termal dihitung di lembah adalah ~14ka (Sumur Shaw). Usia
termuda maksimal untuk sampel mata air panas adalah ~13 ka (Dixie), dan untuk sumur
termal adalah ~12 ka. Berdasar bukti ini, kisaran nilai δ13C, dan δD-δ18O, dapat
diterima bahwa kebanyakan air termal di daerah ini adalah ~12-14 ka.

3.6. Bukti Pencampuran Air


Bukti pencampuran antara atau dalam kimia/ isotop atau kelompok umur dapat
memandu untuk mengetahui aliran hidrologi. Dalam kelompok, sistem yang paling
sugestif untuk pencampuran adalah 36Cl/Cl. Pencampuran penghitungan menunjukkan
jumlah endmember Cl kecil. Karena itu kemungkinan saat terjadi interaksi batuan,
pencampuran endmembers Cl tinggi dengan 36Cl/Cl rendah dapat menghasilkan
sebagian rasio 36Cl/Cl rendah dalam SW, lembah, dan kelompok mata air panas.
Gambar 7 juga memberikan beberapa wawasan mengenai asal mula dan evolusi
endmember 36Cl/Cl rendah. Dengan asumsi air yang terisi dengan rasio atmosfer
36
Cl/Cl (~300E-15).

Gambar 13 Kurva Pelarutan dan Pencampuran Cl

3.7.Observasi dan Implikasi


Berdasarkan pengukuran kimia dan isotop, ada beberapa observasi yang dapat
dilakukan mengenai hubungan antar kelompok hidrokimia dan aliran hidrologi
regional.

18
A. Air Daerah Lembah Dixie: Karakteristik dan hubungan Kimia
1. Airtanah lembah, mata air panas dan fluida DVGF terisi selama kondisi dingin
dibandingkan air SW-CAA, menunjukkan umur plestosen akhir yang dikuatkan
dengan 14C (~12-14 ka).
2. Beberapa air yang terlihat di CAA sangat muda, <50a
3. Banyak air yang terlihat di area SW lebih tua dibandingkan dengan air CAA
(misal ~9 ka) meski mereka memiliki nilai δD yang berdekatan.
4. Beberapa air lembah dengan umur plestosen tetap ada meskipun air tersebut
sanngat encer (misalnya Shaw)
5. Air 36Cl/Cl terendah (fluida DVGF, DV56) tidak dapat menurunkan sebagian
besar Cl dari batuan sumber, sikuen marin triasik atau Humboldt Lopolith.
Satu-satunya litologi di daerah dengan 36Cl/Cl yang mirip dengan air ini adalah
granodiorit kapur.
6. Model 36Cl/Cl menunjukkan bahwa fluida reservoir berubah dari air permukaan
yang encer seperti sumur Shaw, bukan dari air permukaan yang terkonsentrasi
seperti di dalam area SW.
7. Nilai δ13C menunjukkan kelompok HCO3/Cl berinteraksi dengan karbonat
lautan , dalam perbandinganya berdasarkan tren δ13C kalsit, bukan dari
kelompok HCO3/Cl rendah .
8. Kemungkinan terjadi pencampuran kelompok kimia walaupun sangat sedikit.
Dalam kelompok, pencampuran internal dengan endmembers 36Cl/Cl yang
rendah (DVGF-atau DV56-fluida) sering ditemukan

B. Aliran Fluida Regional: Asal Mula, Nilai Relatif, dan Jalan Aliran
1. Bila Cl dalam fluida reservoir berasal dari granodiorite, maka batuan ini berada
jauh dibawah lembah, sebagian besar cl tergabung di dalam zona sesar pada
kontak granodiorite, atau aliran fluida melewati zona sesar SW.
2. Rata-rata aliran air bawah tanah dari area telitian ke lembah berjalan lambat;
air lembah tetap merupakan air pleistosen. Analisis garis aliran akan
menunjukkan <1m/a tingkat aliran.
3. Kontrol jalan aliran sangat bervariasi dalam sistem hidrologi regional,
buktinya:
a. Tipe artesis encer artesis dam fluida DVGF seumur.
b. Arus dalam reservoir melebihi 0,25m/a, dengan asumsi kedalaman
300m dan skala waktu 12 ka.
c. Laju aliran ke lembah sumur domestic dangkal adalah <0,03 m/a,
diasumsikan aliran piston vertikal, dengan kedalaman <300m dan umur
12ka (jalan aliran non vertikal mebutuhkan waktu yang lebih lama).

19
d. Umur yang tua dan TDS yang tinggi di air SW menunjukkan sumber
yang dalam dan gradient hidrologi regional yang naik keatas demgam
axis di daerah SW; kemungkinan mempengaruhi lembah.
e. Meskipun gradien naik keatas, mata air panas hanya mengandung
sedikit fraksi reservoir-air.

4. Geokimia Panasbumi
2.1. Konsep Hot Dry Rock
Kelayakan Teknik konsep batuan Hot Dry Rock “HDR” ekstraksi energi
geothermal telah dibuktikan pada tahub 1978 (terser dan Albright,1978). Dari situ
beberapa eksperimen telah dilakukan pada reservoir pertama (Fase 1) untuk
memperkirakan performa reservoir. Geokimia fluida didapatkan selama eksperimen ini
dan didiskusikan oleh Grigsby dkk (1983) dan Goff dan Grigsby (1982).

Konsep HDR pada produksi energi geothermal termasuk ekstrasi energi dari panas
pada batuan buatan yang impermeabel pada sistem geothermal. Pertama ruang aliran
kekar dibuat oleh perekahan hidrolik pada batuan antara dua lubang bor (gambar 1).
Air dingin dipompa masuk ke satu sumur, melewati sistem rekahan yang dipanaskan,
dan naik ke lubang kedua. Di permukaan, air panas dijaga pada tekanan tertentu untuk
mencegah masalah penyerta dan pemanasan pada skala formasi. Energi dipindahkan
dari air panas ke pendingin yang menggerakan turbin di dalam pemutar. Air
ditambahkan ke air produksi yang didinginkan sesuai kebutuhan dan membuat suatu
pengurangan penyebaran di reservoir sebelum diresirkulasi melalui sistem fraktur
(Smith dkk, 1975).

Gambar 14 Konsep Hot Dry Rock

20
Desain waduk awal terdiri dari dua lubang yang terhubung oleh sistem ekstraksi
rekahan panas yang membentan sepanjang 2,5-3 km. lubang pertama, Geothermal Tert-
2 (GT-2) yang dibor pada tahun 1974 hingga kedalaman 2,98 km dengan suhu 197oC.
lubang kedua , Energy Extraction-1 (EE-1), secara langsung di bor hingga 3,06 km
pada tahun 1975. Dua lubang bor dan rekahan hidrolik buatan menghubungkan sistem
Phase-1. Lubang ketiga, EE-2, dibor langsung hingga 4,4 km (14.400 true vertical
depth) pada tahun 1980, dan lubang ke empat EE-3, telah dibor hingga kedalaman 4,1
km (13.399 feet) pada 1981. Sepasang sumur bor merupakan sistem Phase-II yang
dikembangkan untuk menunjukkan daya tahan reservoir untuk ekstraksi panas
komersil. Sampel fluida EE-2 dan EE-3 telah dikumpulkan selama beberapa
eksperiman dan operasi kerja. Tiga tipe sampel telah dikumpulkan: (1) Sampel lubang
bawah dikumpulkan pada temperatur asli dan tekanan dengan alat sampling 1 liter
cairan temperatur tinggi yang dikembangkan oleh Los Alamos; (2) sampel lubang yang
dihasilkan dari kembalinya fluida yang dipompa ke lubang bor dalam percobaan
perekahan; serta (3) sampel dasar pembalikan sirkulasi lubang sumur untuk
menghilangkan cairan yang terperangkap dalam sumur bor sebelum operasi kerja
(gambar 4). Sampel lubang biasanya dikumpulkan pada pemisah uap, dan
membutuhkan koreksi untuk flashing.

2.2. Geokimia Fluida


Sampel fluida (kecuali pada sampel pembalikan sirkulasi EE-3) telah dikumpulkan
sesuai prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Grigsby dkk (1983). Sampel
EE-3 yang tidak dikumpulkan berdasar prosedur tersebut adalah ”grab samples” yang
disaring dan direaksikan atau dilarutkan dalam laboratorium setelah penundaan selama
24-48 jam.

Ion domain dalam larutan ini adalah Na, Cl, dan HCO3, dengan trace element minor
berupa B, As, F, dan Br. Konsentrasi tinggi dari semua spesies, terutama pencairan EE-
3, sampel dasar, merupakan sampel yang paling signifikan dimana menggambarkan
fluida paling terkonsentrasi yang pernah diteliti dalam gunung Jemez (Trainer, 1974;
Goff dan Grigsby, 1982; White dkk, pada buku ini).Tidak ada efek konsentrasi karena
uap yang hilang atau pendidihan. Hal ini juga merupakan bukti dari konsentrasi silika
yang sedikit dalam sampel dasar, meski tidak pasti bila silika dari sampel telah
terpolimerasi sebelum analisis.

Kehadiran formasi fluida unik dalam batuan prekambrium berasal dari beberapa
bukti:

1. Pergantian isotop oksigen dan hydrogen menunjukkan terdapat perubahan


jangka panjang yang ada pada air dan batuan;
2. Hubungan pencampuran ini mengindikasikan kehadiran konsentrasi fluida asal;

21
Pembuatan sampel mengandung air meteorik yang dipompa dari dasar bagian vulkanik
dibawah lembah Fenton (kira-kira sedalam 780 m). titik kluster ini dekat dengan garis
air meteorik Craig (Craig,1961). Fluida terinjeksi yang mengandung air produksi
ditambah air yang dibuat sebelum digunakan kembali dalam sistem. Fluida yang
diproduksi (gambar 5.) memperlihatkan kombinasi fluida pori (air formasi) yang
berada dalam batuan reservoir dalam periode tertentu dan membuat komposisi fluida
meteoric. Sampel awal fluida yang diproduksi HDR menunjukkan pengkayaan dalam
18O dari 6,5/ mil secara relatif dalam pembuatan fluida. Setelah resirkulasi dilanjutkan,
fluida formasi dicairkan dengan air meteorik sehingga “keadaan tetap” fluida hanya
menunjukkan penggantian 1.5-2/ mil. Sewajarnya, terdapat penggantian sebesar 15-
20/mil dalam rasio isotop hydrogen dalam sampel awal, namun secara perlahan
penggantian ini turun menjadi 5-10/mil.

Gambar 15 bagian Isotop Oksigen dan Hidrogen pada Sampel EE-3

Diperhatikan bahwa rasio B/Cl dan Li/Cl dalam sistem lembah Fenton secara
signifikan berbeda dari rasio dalam fluida Baca. Sifat campuran ini juga dilihat dalam
rasio Na/Cl dan K/Cl, namun dalam kasus ini perbedaaan antara sampel lembah Fenton
dan sampel geothermal Valles tidak berlanjut. Kemungkinan, Na dan K menunjukkan
efek kesetimbangan minor kembali dengan mineral silika. Namun, skala waktu untuk
resirkulasi lebih cepat dibandingkan skala waktu untuk re-ekuibrasi (Charles,1979) dan
efek re-ekuibrasi ini tertutup oleh resirkulasi.

Air formasi lembah Fenton menggambarkan pengkayaan 18O sebesar 6.5%,


memperlihatkan adanya interaksi air-batuan dalam lingkungan dengan temperatur
tinggi. Kami berpendapat bahwa fluida lembah Fenton dan Baca secara termal
mengalir karena proses magmatik dalam skala waktu yang berbeda. Konsentrasi tanpa
dimensi <C> ditentukan dalam:

22
Dimana C(x)adalah konsentrasi spesies dalam air formasi, C(t) adalah konsentrasi
spesies dalam fluida terproduksi dalam skala waktu tertentu (t) dan Cmadalah
konsentrasi dalam pembuatan fluida (Grigsby dkk,1983). Grafik <C> untuk Na, K, Cl,
dan B diperlihatkan dalam gambar 7. dalam eksperimen selama 280 hari. Harga C (t)
dan Cm dihitung langsung sedangkan Cx tidak dapat dihitung secara langsung, namun
diperkirakan oleh harga awal C(t=0).

2.3.Model Geokimia
Tingkatan dimana fluida ini ditambahkan dapat secara kasar dihitung berdasarkan
mengetahui penambahan konsentrasi spesies fluida pori dalam sirkulasi fluida saat
melewati sistem downhole. Terlihat dalam sistem, lantas pencampuran sederhana dari
fluida dalam jalan aliran rekahan utama dengan fluida pori dapat digunakan untuk
menentukan jumlah relatif fluida pori dan fluida fresh. Hubungan pencampuran ini
secara mudah dihitung dengan:

Dimana x adalah fraksi dari fluida pori dalam fluida produksi, C adalah konsentrasi
injeksi, dan C,,,,, adalah konsentrasi terproduksi. Grafik A yang menunjukkan x vs
waktu dalam percobaan 280 hari terlampir dalam gambar 8. Dengan mengintegrasikan
kurva (setelah merubah aliran fraksi menjadi tingkat aliran) kami menemukan volume
kumulatif fluida pori berpindah dari batuan prekambrium sebesar 6.700 m 3 (1.8x106
gal).
2.4.Geotermometer
Kuarsa adalah mineral yang paling reaktif dibawah kondisi air mengalir yang
teresirkulasi melewati sampel granodiorite dari GT-2 pada 200oC (Charles,1979). Saat
kuarsa terlihat dalam fluida resirkulasi, aktivitas cairan-silika hampir seluruhnya
dikontrol oleh pelarutan kuarsa. Kelarutan kuarsa sebagai fungsi temperatur sudah
diketahui (Morey dkk, 1962; Kennedy, 1950).
Hubungan geotermometer kuarsa secara empiris dituliskan dalam:

Dimana konsentrasi cairan-silika dirumuskan dalam milligram. Rumus ini digunakan


dalam kisaran temperatur 0-250oC.

Geotermometer yang baik untuk memprediksi temperature reservoir adalah


geotermometer Na-K-Ca (Fournier dan Truesdell,1973), dengan persamaan:

23
5. Pemanfaatan Panasbumi (Sebagai Heat Pump)
Bekerja dengan sistem pipa bawah tanah, panas bumi yang bersuhu konstan
menukar energi pada bangunan dan bumi sesuai kebutuhan pemanasan dan
pendinginan. Pada musim panas, sistem ini mengalirkan panas dari bangunan ke daerah
yang lebih dingin melalui sistem loop. Pertukaran panas ini bekerja secara natural dan
merupakan cara yang sangat efisien untuk menciptakan iklim yang nyaman pada
bangunan. Pada musim dingin, sistem membalik dan mensirkulasi air didalam loop
tertutup dan membuangnya ke unit. Ini ditekan hingga temperature yang lebih tinggi
dan terkirim sebagai udara panas dalam sistem indoor yang nantinya akan
didistribusikan di seluruh area. Geothermal merupakan sistem pendingin terefisien
karena temperature tanah tetap stabil dan tidak mempengaruhi suhu lingkungan. Pompa
panas bumi mengambil energi ke permukaan dengan jumlah konstan per tahunnya.
a. Sistem Instalasi
Instalasi dari heat pump ini ada 2 macam, yakni sistem loop tertutup dan terbuka.
a. Sistem loop tertutup
Loop tertutup adalah sistem dimana kedua ujung pipa loop ditutup.. air atau
fluida lain disirkulasikan secara berulang dan tidak ada air baru yang dimasukan
ke loop. Panas ditransfer melalui dinding pipa ke/dari sumber, yang dapat berupa
tanah, air tanah, atau air permukaan. Setelah panas diekstraksi dari air, temperatur
di dalam loop menurun dan sumber panas mengalir dalam loop. Setelah pipa loop
dimasukkan kedalam lubang bor, maka pipa disemen menggunakan campuran
bentonite untuk konduktivitas termal maksimum. Sebagai salah satu loop yang
hemat, loop horizontal dapat diterapkan dalam lapangan terbuka, taman, atau
tempat parker
b. Sistem loop terbuka
Sering disebut sistem sumur terbuka, sistem sumur ini memompa air keluar dari
sekitar tubuh air atau sumur air, dan mengeluarkan air kedalam tubuh air lain atau
sumur air. Sistem sumur ini kadang menggunakan plat panas pengganti didalam
gedung untuk membuat air loop terpisah dari air sumur. Hal ini mencegah segala
kontaminasi dan pengaruh dari performa dan memperpanjang umur sistem. Sistem
sumur ini merupakan sistem ter-efisien karena air sumur selalu berada pada
temperatur yang sama setiap tahun.

24
b. Tonase Pendingin Udara (TR) dan Efisiensi Energi (EER)
Menggunakan Panasbumi
Tipe operasi pendingin udara yang direkomendasi. Panas dialirkan dari komponen
terdekat dengan mensirkulasikan udara disekitar dan melewati komponen tersebut
sehingga udara mendingin, dilembapkan kembali, dan dikembalikan kembali tanpa
kontak udara dari permukaan. Panas dihilangkan dari dalam pendingin udara dan
dilepaskan dengan menggunakan siklus pendinginan kompresi uap. Hal ini terjadi
dalam keadaan sistem yang tertutup rapat, menggunakan pendigin udara atau air.
Diagram skematik dari tipe pendingin udara dapat dilihat dari gambar 1 dan 2.
Harga energi dan tuntutan beban yang mengakibakan krisis tenaga sering terjadi,
Geothermal space conditioning system menemukan solusinya. Spesialis ssitem
geothermal saat dibandingkan dengan pendingin udara biasa adalah: memberikan
area pendingin dibanding sistem biasa; mengurangi tonase yang dibutuhkan dimana
dapat mengurangi kapasitas yang menguntungkan biaya modal ke klien secara
ekonomis. Sistem waktu berkala dapat mengurangi konsumsi tenaga oleh sistem
dan mengurangi tagihan energi sehingga dapat menghemat klien dan perusahaan
listrik.
c. Pendingin udara konvensional dibanding pendingin udara panasbumi
Perbandingan antara sumber udara Geotermal dan konvensional rumit karena
pengurangan efisiensi sumber udara secara tajam sebagai fungsi dari temperatur
ruangan. Produsen peralatan sumber udara cepat mengirimkan EER dan SEER
(Seasonal Energy Efficiency Ratios) dalam model efisiensi tinggi , namun
pemeriksaan lanjutan performa actual menunjukkan bahwa angka tinggi ini tidak
mengkorelasikan sumur pada kondisi pemasangan yang tidak realistis.

Sistem panasbumi untuk pendingin udara lebih efisien dibandingkan dengan


sumber udara konvensional. Kalkulasi mudah memperlihatkan biaya energi untuk
geothermal 40% lebih murah dibandingkan sumber udara, 50% lebih murah
dibanding sumber udara pada 100o, dan hingga 55% bila temperature terus naik.

25
Gambar 16 Perbedaam sisten pendingin konvensional dan dengan geothermal

6. Keuntungan penggunaan pendingin udara Panasbumi


a. Efisiensi tinggi dan stabil
b. Kualitas udara baik
c. Peralatan dan kontrol mudah
d. Harga perbaikan yang murah
e. Pemanas air yang murah
f. Tidak membutuhkan peralatan outdoor
g. Alat pendingin yang terbungjus
h. Pompa panasbumi ini dapat digunakan dimanapun untuk sistem pemanas dan
pendingin hunian, komersil, dan industri.
i. Sistem pompa panasbumi ini memiliki biaya rendah dibanding kan sistem
pemanas dan pendingin lain.
j. GHP aman dan bersih karena tidak ada pembakaran dan tidak berbau; aman,
operasi handal setiap tahun, serta dibanding dengan sistem HVAC
konvensional, GHP memberikan kenyamanan dan manfaat konstan.

26
7. Kekurangan penggunaan pendingin udara panasbumi
a. Investasi tinggi untuk suplai air dan sistem loop
b. Kordinasi perdagangan dapat menjadi problem selama instalasi menjadi 2 atau
lebih kontraktor yang terlibat untuk pengeboran, trenching, dan pemipaa.
c. Edukasi publik. Banyak konsumen kurang percaya tentang pipa panasbumi
karena pengalaman masa lalu dengan pompa udara. Konsumen butuh
dijelaskan megenai fakta bahwa geothermal tidak menghentikan siklus dan
terdapat kompresor di dalamnya.
d. Beberapa orang takut dalam menerima energi baru.

27

Anda mungkin juga menyukai