Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN OSILOSKOP

(Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dalam Mata Kuliah Alat Ukur Fisika)

Dosen Pengampu : Dr. Karya Sinulingga M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

FISIKA DIK’A 2019

 DIAN RONALDO SIHOTANG ( 4193321011 )


 LAILU SUJA ( 419121015)
 PUTRI PRATIWI (4191121005)

PENDIDIKAN FISIKA - A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pengukuran dalam ilmu elektro merupakan salah satu prosedur standar yang harus
dilakukan. Karena melalui pengukuran akan diperoleh besaran-besaran yang diperlukan, baik
untuk pengambilan keputusan dan instrumen kontrol maupun hasil yang diinginkan oleh
seorang user. Salah satu alat ukur yang tidak kalah penting untuk diketahui yaitu osiloskop.
Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Dengan
mengunakan osiloskop kita dapat mengetahui besaran-besaran pada sinyal listrik seperti
tegangan, frekuensi, periode dan bentuk sinyal dari objek yang diukur. Oleh sebab itu
osiloskop penting untuk dipelajari karena dengan menggunakan osiloskop dapat lebih
memudahkan kita dalam mengukur beberapa besaran sekaligus. Selain itu dengan osiloskop
kita juga dapat membedakan gelombang AC dan gelombang DC, serta dapat juga melihat
atau mendeteksi gangguan-gangguan dalam sistem transmisi atau penyaluran seperti
gangguan noise. Karena osiloskop sangat penting untuk diketahui dan dipelajari, terutama
untuk mahasiswa elektro, maka pada kesempatan ini kami membuat makalah mengenai
osiloskop yang disertai penjelasan dan prinsip kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka kami mengambil rumusan masalah yang akan dibatasi dan
dibahas menurut pembagian di bawah ini.
1. Apa saja fungsi dari setiap bagian osiloskop?
2. Bagaimana prinsip kerja dari osiloskop?
3. Bagaimana cara menggunakan osiloskop dengan benar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian atau panel osiloskop beserta fungsinya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari osiloskop.
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari osiloskop.
4. Mahasiswa dapat memahami penggunaan osiloskop.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada
sumbu vertikal (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horizontal (X) menunjukkan
besaran waktu t.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat
sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal
yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis
vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tomboltombol yang bisa digunakan
untuk menyesuaikan tampilan di layar.

Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam
arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop
digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.

Osiloskop ‘Dual Trace’ dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang
sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda
dalam suatu rangkaian elektronik.

Sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Sumbu vertikal (Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horizontal (X) menunjukkan
besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi
bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.

Gambar 1 Representasi Sinyal Osiloskop Dinyatakan Dalam Tiga Dimensi


Wujud dari osiloskop terlihat pada Gambar 2 mirip sebuah pesawat televisi dengan
beberapa tombol pengatur. kecuali terdapat garis-garis (grid) pada layarnya.

Gambar 2 Wujud Osiloskop yang Mirip dengan Televisi Kuno

Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua
sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua
untuk melihat sinyal keluaran. Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan
pada layar monitor osiloskop, yaitu :

1. Gelombang sinusoidal
2. Gelombang blok
3. Gelombang gigi gergaji
4. Gelombang segitiga.
Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) di semua perangkat yang
menggunakan rangkaian VCO. Meskipun sudah berpengalaman dalam hal menggunakan
osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat tersebut.
Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal
akibatnya.

2.2 Bagian-Bagian Osiloskop Beserta Fungsinya

Gambar berikut menunjukkan contoh Panel Osiloskop Digital (DSO BK-2542B)


Gambar 3 Front Panel Osiloskop Digital

Gambar 4 Back Panel Osiloskop Digital

2.3 Fungsi dan Kegunaan Osiloskop

Secara Umum Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran
yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal
yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode
dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara
sinyal masukan dan sinyal keluaran.

Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu:

1. Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.


2. Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
3. Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
4. Membedakan arus AC dengan arus DC.
5. Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

2.4 Prinsip dan Cara Kerja Osiloskop


Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat
tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip
kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - Analog Real Time Oscilloscope) dan
tipe digital (DSO - Digital Storage Osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan
keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu
mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang
sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik
yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.

2.4.1 Osiloskop Analog

Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas elektron
dalam tabung sesuai bentuk sinyal kemudian menampilkannya pada layar. Osiloskop ini
menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik melalui gerakan pancaran elektron (electron
beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT - Cathode Ray Tube) dari kiri ke kanan. Pancaran
elektron dari bagian senapan elektron (electron gun) yang membentur atau menumbuk dinding
dalam tabung tersebut mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada layar tabung sehingga
terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan bentuk dasar gelombang atau
sinyal. Diagram atau rangkaian osiloskop ini disajikan pada gambar 5a dan 5b sebagai berikut.

Gambar 5a Diagram Dasar Osiloskop Analog

Gambar 5b Diagram Blok Osiloskop Analog


Bergantung kepada pengaturan skala vertikal(volts/div), attenuator akan memperkecil
sinyal masukan sedangkan amplifier akan memperkuat sinyal masukan. Selanjutnya sinyal
tersebut akan bergerak melalui keping pembelok vertikal dalam CRT (Cathode Ray Tube).
Tegangan yang diberikan pada pelat tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak (berkas
elektron yang menumbuk fosfor dalam CRT akan menghasilkan pendaran cahaya). Untuk
“menampilkan” gambar garis pada layar, diperlukan gelombang gigi gergaji yang diberikan
kepada pasangan pelat horizontal tersebut. Tegangan gigi gergaji ini dihasilkan oleh time base
generator/sweep generator atau generator sapu, yang kemudian diperkuat oleh penguat
horizontal. Tegangan gigi gergaji ini naik secara linier terhadap waktu sehingga berkas elektron
pada layar bergerak dari kiri ke kanan. Setelah sampai di bagian paling kanan layar, tegangan
gigi gergaji turun dengan cepat ke nol sehingga memulai gerakan berulang dari bagian kiri layar.
Secara mudahnya tegangan positif akan menyebabkan titik tersebut naik sedangkan tegangan
negatif akan menyebabkan titik tersebut turun. Gerakan balik yang cepat ini tidak dapat
ditangkap oleh mata sehingga yang terlihat adalah gambar garis horizontal lurus pada layar yang
tidak terputus. Agar osiloskop dapat menggambarkan bentuk gelombang yang sedang diamati
maka gelombang tersebut diumpankan ke rangkaian vertikal. Rangkaian vertikal ini berfungsi
memperkuat atau melemahkan simpangan vertikal dari gelombang masukan, sehingga tegangan
yang diberikan ke pasangan pelat defleksi vertikal menghasilkan medan listrik yang dapat
mempengaruhi gerakan vertikal elektron secara proporsional selagi ia bergerak menuju ke layar,
yang berakibat bentuk gelombang pada layar dapat diperbesar atau diperkecil.

Sinyal akan bergerak juga ke bagian sistem trigger untuk memulai sapuan horizontal
(horizontal sweep). Sapuan horizontal ini menyebabkan titik cahaya bergerak melintasi layar.
Jadi, jika sistem horizontal mendapat trigger, titik cahaya melintasi layar dari kiri ke kanan
dengan selang waktu tertentu. Pada kecepatan tinggi titik tersebut dapat melintasi layar hingga
500.000 kali per detik. Secara bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok vertikal
akan menghasilkan pemetaan sinyal pada layar. Trigger diperlukan untuk menstabilkan tampilan
sinyal berulang. Untuk meyakinkan bahwa sapuan dimulai pada titik yang sama dari sinyal
berulang, hasilnya bisa tampak pada gambar berikut.

Gambar 6 Perbandingan Tampilan Sinyal Sebelum dan Setelah di-Triger

Selain menyangkut vertikal dan horizontal, osiloskop analog mempunyai dimensi ketiga
yang disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas kelabu). Tingkatan kelabu ini
diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada tabung gambar, yang meragakan detil
gambar bagian tertentu secara sekilas saja. Kondisi ini terjadi karena kecepatan pancaran
elektron mempengaruhi kecerahan jejaknya. Makin cepat pancaran bergerak dari satu titik ke
titik lain pada bagian tertentu, makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi elektron-elektron pada
fosfor yang terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar gelombang
bagian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang yang lainnya.

Skala kelabu ini juga menunjukkan frekuensi relatif dari event-event individual (gejala
khusus) yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya berulang (repetitif). Pancaran elektron
yang mengambarkan bagian gelombang yang bentuknya sama secara berulang akan
menyebabkan bagian yang dapat tergambar dengan terang di layar, sedangkan event lekuk
gelombang yang jarang terjadi akan mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi
jelas bahwa daerah dari lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang nampak lebih
terang daripada daerah yang kurang distimulasi.

Kesimpulannya, gambar yang diragakan oleh ART kadang begitu redupnya sehingga
sulit untuk dilihat baik karena sinyal masukannya mempunyai sisi-sisi yang begitu cepat (seperti
halnya gelombang kotak dari suatu astable multivibrator yang bagian sisi tegak gelombangnya
hampir tak terlihat), atau karena gelombang repetitif menghasilkan event-event tertentu yang
demikian jarangnya.

Cahaya yang dihasilkan oleh fosfor mempunyai waktu hidup yang sangat pendek setelah
pancaran elektron berlalu. Untuk fosfor yang sering digunakan pada CRT yaitu P31, cahaya yang
dihasilkan akan turun sampai ke suatu harga yang masih dapat dilihat dengan nyaman dalam
ruang yang bercahaya sedang dalam waktu 38 mikrodetik. Jika laju kecepatan pancaran elektron
untuk mengeksitasi ulang terjadi di bawah 1/38 mikrodetik atau 26 kHz, maka akan terjadi
penurunan cahaya secara dramatis di layar.

Kedipan (flicker) merupakan suatu fenomena lain yang membatasi kinerja CRT. Jika laju
eksitasi ulang jatuh dibawah harga minimum tertentu, umumnya sekitar 15 sampai 20 Hz, maka
akan terjadi kedipan, yakni peragaan di layar akan tampak nyala dan padam bergantian. Peragaan
bagian gelombang yang nampak redup baik karena sinyal yang diamati mempunyai sisi-sisi atau
tebing gelombang yang begitu cepat atau pada gelombang repetitif yang menghasilkan event-
event tertentu yang demikian jarang, kini dapat diatasi dengan dengan teknologi MCP (
Microchannel Plate) dari Tektronix, yang mampu meningkatkan intensitas peragaan bagian-
bagian yang redup dari sebuah gelombang sampai 1000 kali kecerahan aslinya tanpa menaikkan
intensitas peragaan pada bagian-bagian yang lebih kuat.

2.4.2 Osiloskop Digital (Digital Storage Oscilloscope)


Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan
ADC (Analog to Digital Converter) yang terlihat pada Gambar 7 untuk mengubah besaran
tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital. Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan
ditampilkan lebih dulu di-sampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian
menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori.
Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan
kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai 10 dihentikan. Beberapa DSO
memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi
(pengambilan) gelombang yang akan diukur.

Gambar 7 Blok Diagram Osiloskop Digital

Seperti halnya ART, DSO melakukan akuisisinya dalam satu event pemicuan. namun
demikian ia secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan sinyal masukan, mengalirkan
nilainya melalui memori dalam suatu proses kerja dengan cara; pertama yang disimpan, yang
pertama pula yang akan dikeluarkan, sambil menanti picu terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali
event picu yang didefinisikan oleh penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan yang
kemudian mengirimkan informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja pemicuan yang
demikian ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang diperoleh sebelum picu
(pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang disediakan.
DSO mempunyai dua cara untuk "menangkap" atau mencuplik gelombang, yakni dengan
teknik single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini, osiloskop memperoleh
semua cuplikan dengan satu event picu. Sayangnya laju cuplik DSO membatasi lebar pita
osiloskop ketika beroperasi dalam waktu nyata (real time). Secara teori (sesuai dengan Nyquist
sampling theorema), osiloskop digital membutuhkan masukan dengan sekurang-kurangnya dua
cuplikan per periode gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk gelombang. Dalam praktek,
tiga atau lebih cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi. Jika pencuplik tidak dapat sama
cepat dengan sinyal masukannya, osiloskop tidak akan dapat mengumpulkan suatu jumlah yang
cukup yang berakibat menghasilkan suatu peragaan yang lain dari bentuk gelombangnya aslinya.
yakni osiloskop akan menggambarkan struktur keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi
yang jauh lebih rendah dari frekuensi sinyal sesungguhnya.

Ketika menangkap suatu gelombang bentuk tunggal (single shot waveform ) dengan
cuplikan waktu nyata, osiloskop digital harus secara akurat menangkap frekuensi sinyal
masukan. Osiloskop digital biasanya menspesifikasikan dua lebar pita; real time dan analog.
Lebar pita analog menyatakan frekuensi tertinggi jalur masukannya yang dapat lolos tanpa cacat
yang serius pada sinyalnya. Lebar pita real time menunjukkan frekuensi maksimum dari
osiloskop yang dapat secara akurat mencuplik menggunakan satu event picu. Bergantung dari
osiloskopnya, kadangkadang kedua lebar pita tersebut mempunyai harga yang sama, kadang
mempunyai nilai yang berbeda jauh. Sebagai contoh misalnya lebar pita analog dari suatu DSO
350 MHz dan lebar pita real time-nya hanya 40MHz.

Dengan metode alternatif yakni menggunakan equivalent-time sampling DSO secara


akurat dapat menangkap sinyal-sinyal sampai pada lebar pita osiloskopnya, tetapi hanya pada
sinyal-sinyal yang sifatnya repetitif. Dengan teknik ini, osiloskop digital menerima cuplikan-
cuplikan pada banyak event-event picu yang kemudian secara berangsur-angsur mengkonstruksi
keseluruhan bentuk gelombangnya. Hanya lebar pita analog yang membatasi osiloskop pada
frekuensi berapa dapat menerima teknik ini.

Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent time akan
mencuplik pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time base) yang di pilih.
Pada kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital menerima jauh lebih banyak cuplikan
daripada yang dapat disimpannya. Bergantung kepada mode akuisisi yang kita pilih, suatu DSO
akan membuang cuplikan ekstra atau menggunakannya untuk pemrosesan sinyal-sinyal
tambahan seperti deteksi puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang
(envelope).

Dalam menangkap bentuk bagian gelombang yang diukur sebelum terjadinya picu pada
time base generator-nya, DSO mempunyai keunggulan dibanding ART karena DSO secara terus
menerus mencuplik dan mendigitalisasikan sinyal masukan selagi ia menanti sebuah event picu
sehingga aktivitas gelombang sebelum terjadinya picu dapat diamati.
2.5 Penggunaan Osiloskop

Pada saat menggunakan osiloskop perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop dihubungkan pada ”ground”. Disamping
untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi
tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang
besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x
(peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.
5. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.
7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop Analog

Sebelum menggunakan osiloskop, osiloskop harus di kalibrasi terlebih dahulu. Langkah


langkahnya adalah sebagai berikut.

a) Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang osiloskop
sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN.
b) Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
c) Set saluran pada tombol CH1.
d) Set mode pada Auto.
e) Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
f) Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang bernama
horizontal dan vertikal.
g) Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
h) Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan
terhadap tegangan masukan.
i) Pasang probe pada salah satusaluran, (misal CH1) dengant ombol pengalih AC/DC pada
kedudukan AC.
j) Atur saklar/switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
k) Ujung probe pada titik kalibrasi.
l) Atur Time/Div pada posisi 1 ms agar tampak garis kotak-kotak yang cukup jelas. Setelah
tahapan K, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.

Mengukur Tegangan AC

Langkah-Langkah Mengukur Tegangan Arus Bolak-Balik (AC)


1. Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan bentuk
gelombang yang diarahkan ke CH tersebut.
2. Diatur saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk gelombang.
3. Diatur saklar SEC/DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
4. Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang negatif,
gelombang berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
5. Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit dengan pusat garis
gratikul vertikal.
6. Hitunglah tegangan puncak- kepuncak (peaks to peaks) dengan menggunakan persamaan:
Vpeak to peak = (defleksi vertikal) x (penempatan saklar VOLT/ DIV).

Mengukur Tegangan DC

1. Pilih mode SOURCE pada LINE.


2. Pilh mode COUPLING pada DC.
3. Pilih DC pada tombol AC-DC.
4. Siapkan baterai yang akan diukur.
5. Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
6. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di layar sebaik
mungkin.
7. Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
8. Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.
Mengukur Beda Fasa Pengukuran beda fasa antar dua buah sinyal dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:

1. Dengan osiloskop “Dual Trace” Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan
sinyal kedua dihubungkan pada kanal B dari osiloskop.
Gambar 8 Metode Dual Trace 2.

2. Dengan metode “Lissajous” Sinyal pertama dihubungkan pada input Y, dan sinyal kedua
dihubungkan pada input X osiloskop.

Gambar 9 Metode Lissajous

Mengukur Periode dan Frekuensi

1. Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.


2. Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang gelombang).
3. Tentukan periode gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan faktor pengali.
4. Tentukan frekuensi gelombang (1/periode).

2.6 Kinerja Osiloskop

Istilah yang dijelaskan pada bagian ini akan sering digunakan untuk membicarakan
kehandalan sebuah osiloskop.

1. Lebar Pita (Bandwidth) Spesifikasi bandwidth menunjukan daerah frekuensi yang dapat
diukur oleh osiloskop dengan akurat. Sejalan dengan peningkatan frekuensi, kapabilitas
dari osiloskop untuk mengukur secara akurat semakin menurun. Berdasarkan perjanjian,
bandwidth menunjukkan frekuensi ketika sinyal yang ditampilkan tereduksi menjadi
70.7% dari sinyal sinus yang digunakan. (angka 70.7% mengacu pada titik “-3 dB”,
sebuah istilah yang berdasar pada skala logaritmik).
2. Rise Time Rise Time adalah cara lain untuk menjelaskan daerah frekuensi yang berguna
dari sebuah osiloskop. Perubahan sinyal rendah ke tinggi yang cepat, pada gelombang
persegi, menunjukkan rise time yang tinggi. Rise time menjadi sebuah pertimbangan
penting ketika digunakan dalam pengukuran pulsa dan sinyal tangga. Sebuah osiloskop
hanya dapat menampilkan pulsa yang risetime-nya lebih rendah dari rise time osiloskop.
3. Sensitivitas Vertikal Sensitivitas vertikal menunjukan berapa kemampuan penguatan
vertikal untuk memperkuat sinyal lemah. Sensitivitas vertikal biasanya bersatuan
mVolt/div. Sinyal terlemah yang dapat ditangkap oleh osiloskop umumnya adalah 2
mV/div.
4. Kecepatan Sapuan (Sweep Speed) Untuk osiloskop analog, spesifikasi ini menunjukkan
berapa cepat “trace” dapat menyapu sepanjang layar, yang memudahkan untuk
mendapatkan detail dari sinyal. Kecepatan sapuan tercepat dari sebuah osiloskop
biasanya bersatuan nanodetik/div (ns/Div).
5. Akurasi Gain Akurasi penguatan menunjukkan seberapa teliti sistem vertikal
melemahkan atau menguatkan sebuah sinyal.
6. Basis Waktu dan Akurasi Horizontal Akurasi horizontal menunjukkan seberapa teliti
sistem horizontal menampilkan waktu dari sinyal. Biasanya hal ini dinyatakan dengan
prosentase eror.
7. Sample Rate Pada osiloskop digital, sampling rate menunjukkan laju pencuplikan yang
bisa ditangkap oleh ADC (tentu saja sama dengan osiloskop). Sample rate maksimum
ditunjukkan dengan Megasample/detik (MS/s). Semakin cepat osiloskop mencuplik
sinyal, semakin akurat osiloskop menunjukkan detil suatu sinyal yang cepat. Sample rate
minimum juga penting jika diperlukan untuk melihat perubahan kecil sinyal yang
berlangsung dalam waktu yang panjang.
8. Resolusi ADC (Resolusi Vertikal) Resolusi dari ADC (dalam bit) menunjukkan seberapa
tepat ADC dapat mengubah tegangan masukan menjadi nilai digital.
9. Panjang Record Panjang record dari sebuah osiloskop digital menunjukkan berapa
banyak gelombang dapat disimpan dalam memori. Tiap gelombang terdiri dari sejumlah
titik. Titik-titik ini dapat disimpan dalam sebuah record gelombang. Panjang maksimum
dari record bergantung dari banyaknya memori dalam osiloskop. Karena osiloskop hanya
dapat menyimpan dalam jumlah yang terbatas ada pertimbangan antara detail record dan
panjang record. Karena itu kita dapat memperoleh sebuah gambaran detil untuk waktu
yang pendek atau gambaran yang kurang mendetil untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pada beberapa osiloskop kita dapat menambahkan memori untuk meningkatkan panjang
record.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Fungsi osiloskop secara umum adalah untuk menganalisa tingkah laku besaran yang
berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal
yang sedang diamati.
2. Pada prinsip kerjanya, antara osiloskop analog dan digital memiliki prinsip dasar yang
sama. Hanya saja pada osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu di-
sampling (dicuplik) dan didigitalisasikan dengan ADC.
3. Cara penggunan osiloskop adalah yang pertama pengkalibrasian, kemudian mengatur
fokus, intensitas, kemiringan, x-position, dan y-position, setelah probe dikalibrasi maka
dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan
persegi pada layar.

3.2 Saran

Untuk lebih mengetahui dan mengerti tentang osiloskop ada baiknya langsung melihat
dan mempraktekan materi ini, agar bisa lebih memahami mengenai osiloskop. Menyadari bahwa
penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya
dapat di pertanggung jawabkan.

\
DAFTAR PUSTAKA
Moris, Alan S. 2001. Measurement & Instrumentation Principles. Edisi Ketiga.

Woburn: Butterworth-Heinemann. 114-118. B+K Precision Corp. 2001. Oscilloscope


Applications Guidebook. Edisi Ketiga. Placentia: B+K Precision. 4-23. Sunomo. (1997).
Osiloskop Analog versus Digital

Anda mungkin juga menyukai