DISUSUN OLEH :
NAMA : DEA ESTEFANIA
NIM : 4193321014
KELAS : FISIKA DIK A 2019
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
Rahmat dan HidayahNya, penulis dapat menyelesaikan Critical BookReport
tepat pada waktunya. Critical Book Report ini disusun guna memenuhi salah satu
tugas Biologi. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, didalamini penulis berusaha
menjelaskan bagaimana Pembahasan tentang Biologi. Critical Book Report yang penulis
susun ini belumlah sempurna, akantetapi penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dalam pembuatan CBR ini.
Oleh karena itu,penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihakyang telah membantu dalam pembuatan CBR ini sampai selesai. Serta
ucapant eri m akasih penulis sampaikan juga kepada bapak /i bu dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis.Akhir kata, penulis berharap CBR ini dapat
bermanfaat bukan hanya bagi penulis sendiri namun juga dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membacaCBR ini untuk menambah wawasannya. Kritik dan saran yang
membangun sangatpenulis harapkan demi kesempurnaan CBR ini.
Dea Estefania
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1BAB II PEMBAHASAN
2.1Sinopsis Buku
22.2 Kelemahan dan Kelebihan Buku
92.4Perbandingan Kedua Buku
11DAFTAR PUSTAKA
BAB I
ISI
BUKU UTAMA
Pengertian Ekologi
Secara etimologis, istilah “Ekologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Oikos” yang
artinya habitat dan “Logos” yang artinya “Ilmu”. Sehingga secara bahasa, definisi ekologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara sesama organisme dan juga antara
organisme dengan lingkungannya.
Pada dasarnya masyarakat petani sudah mengetahui bahwa dalam kotoran ternak,
kompos, maupun daun-daunan mengandung hara yang diperlukan tanaman, sehingga dengan
apa yang dilakukan oleh petani tersebut membantu proses-proses ekologis terutama dalam
hubungannya dengan pendauran/ siklus hara. Ekologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Makhluk hidup dalam
kasus pertanian adalah tanaman, sedangkan lingkungannya dapat berupa air, tanah, unsur
hara, dan lain-lain. Kata ekologi sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, sedangkan logos artinya ilmu atau
pengetahuan. Jadi semula ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat
tinggalnya”. Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya”.
Saat ini ekologi lebih dikenal sebagai ”ilmu yang
Agar lebih memahami apa itu ekologi, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:
1. Ernst Haeckel
Menurut Ernst Haeckel (1866), pengertian ekologi adalah ilmu pengetahuan komprehensif
tentang hubungan organisme terhadap lingkungan hidupnya.
2. C. J. Krebs
Menurut C. J. Krebs (1972), pengertian ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang interaksi yang menentukan distribusi dan kelimpahan organisme.
3. E. P. Odum
Menurut E. P. Odum (1963), pengertian ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
struktur dan fungsi alam “The study of the structure and function of nature”.
4. Charles Elton
Menurut Charles Elton (1927), pengertian ekologi adalah sejarah alam yang sifatnya ilmiah
“Scientific natural history”.
5. G. Tyler Miller
Menurut G. Tyler Miller (1975), definisi ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara organisme dengan organisme lain dan dengan lingkungannya.
6. C. Elton
Menurut C. Elton, ekologi adalah ilmu yang mengkaji kehidupan alam secara ilmiah atau
dapat di singkat ilmu yang mempelajari sejarah alam.
Setiap ilmu memiliki batas-batas wilayah studi. Perlu dimaklumi bahwa batas wilayah
kerja suatu ilmu umumnya bertumpang tindih dengan batasbatas wilayah kerja dari ilmu-ilmu
lain. Sehubungan dengan itu maka sudah selayaknya kalau kita ingin mengetahui juga batas
wilayah kerja dari ilmu ekologi. Untuk mempelajari gambaran yang cukup jelas tentang
batas-batas wilayah kerja dari ilmu ekologi dapat kiranya dipergunakan konsep model dari
Miller. Konsep tersebut beranggapan bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu
ekosistem yang tersusun oleh berbagai komponen atau kesatuan . Menurut konsep tersebut
bagian-bagian atom akan membentuk satuan atom. Satuan atom akan membentuk satuan
demikian proses pembentukan satuan lainnya. Dalam konsep model tersebut ditetapkan
selanjutnya batas-batas wilayah kerja dari berbagai pengetahuan. Kita melihat batas-batas
dari:
(2) daerah hidup atau daerah yang dihuni oleh jasad-jasad hidup dan
(3) daerah yang masih merupakan tanda tanya. Dipaparkan pula batas-batas
dengan benda dan jasad mikroskopis, (3) daerah makroskopis, dan (4) daerah
kosmis. Dalam model tersebut ditampilkan batas wilayah kerja ilmu ekologi,
yaitu batas terbawah adalah tingkat organisme atau tingkat individu dan batas
Makromolekul ——> protoplasma ——> sel ——> jaringan ——> organ tubuh ——>
sistem organ ——> organisme ——> populasi ——> komunitas ——> ekosistem ——>
biosfer.
1. Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang kompleks,
seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
2. Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang
terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang menjadi pemisah dari
satuan dasar lainnya.
3. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan
otot.
4. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi
tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada tumbuhan.
5. Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis, seperti kerja
sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara hidung dengan tangan.
6. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
7. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada suatu
daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di Ujung Kulon,
populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di Jawa Barat.
8. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang menempati suatu
daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi berinteraksi satu dengan lainnya. Misalnya
populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau Sumatra atau populasi ikan mas
berinteraksi dengan populasi ikan mujair.
9. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik
yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup maupun tak
hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem
ekologi.
10. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-kira 9000
m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah permukaan tanah, dan beberapa ribu
meter di bawah permukaan laut.
1. Individu
Individu adalah satuan organisme dari setiap jenis atau species tertentu. Misalnya; seorang
manusia, seekor gajah, seekor burung, seekor ikan, dan sebagainya.
2. Populasi
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang berada di suatu tempat dan waktu
tertentu. Misalnya populasi manusia, populasi burung, populasi rumput, dan sebagainya.
3. Komunitas
Komunitas adalah suatu kelompok mahluk hidup yang terdiri atas beberapa populasi dan
saling berinteraksi satu sama lainnya pada suatu tempat dan waktu tertentu. Misalnya
komunitas padang rumput yang di dalamnya terdapat populasi rumput, populasi belalang,
populasi burung, populasi ular, dan lainnya .
4. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu kondisi dimana terjadi hubungan timbal balik dan saling
ketergantungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Misalnya ekosistem hutan,
ekosistem air laut, dan lainnya.
5. Biosfer
Biosfer adalah tingkatan organisasi biologi yang paling besar dimana di dalamnya
terdapat semua kehidupan yang ada di bumi dan terdapat interaksi antara lingkungan fisik
secara keseluruhan.
Dengan adanya ekologi, maka manusia dapat memahami berbagai mahluk hidup dan
hubungannya dengan tempat tinggalnya. Contohnya, bagaimana seekor unta dapat bertahan
hidup pada tempat yang bersuhu tinggi sedangkan penguin bertahan hidup di tempat bersuhu
dingin.
Ekologi juga dapat membantu manusia mengenal perilaku mahluk hidup lainnya yang
bermanfaat bagi manusia. Misalnya, sistem sonar kapal selam yang diadaptasi dari hewan
kelelawar dan lumba-lumba ternyata bermanfaat bagi manusia untuk menentukan suatu
lokasi.
Ekologi dapat membantu manusia untuk mengetahui dampak produk yang dihasilkan
manusia terhadap lingkungan. Misalnya, produk DDT yang ditujukan untuk memberantas
hama ternyata mencemari lingkungan manusia dan organisme lainnya.
Dengan adanya ekologi maka manusia dapat mengetahui struktur dan skala pangan
setiap mahluk hidup. Misalnya, tumbuhan sebagai produsen, hewan herbivora sebagai
konsumen tingkat 1, hewan karnivora sebagai konsumen tingkat 2, manusia sebagai
konsumen tingkat 3, hewan pengurai, dan hasil pengurai tersebut dikonsumsi oleh produsen
sebagai sumber energi.
Ekologi juga dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah pertanian yang
dihadapi oleh manusia. Misalnya, untuk menjaga kesuburan tanah dibutuhkan beberapa
mikroba yang dapat menghasilkan nitrat dan ammonium.
6. Memecahkan Masalah Energi
Ekologi juga dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah kesehatan yang
dihadapi. Misalnya, mengetahui bahwa nyamuk Aedes Aegypti adalah penyebab demam
berdarah yang dapat diatasi dengan penanganan tertentu, seperti menguras atau membuat
genangan air bersih tempat nyamuk bertelur.
Jenis-Jenis Ekologi
Pada dasarnya istilah ekologi digunakan pada beberapa bidang kehidupan manusia.
Mengacu pada pengertian ekologi, adapun beberapa jenis ekologi adalah sebagai berikut:
The International Union for Conservation of Nature (IUCN), juga berpendapat bahwa
pada tahun 2009, 48.000 species yang beresiko, 2 % diantaranya berada di alam liar dan tidak
terlindungi dengan baik sehingga sangat mudah untuk diganggu oleh manusia. Alaminya
sebagian dari kehilangan keanekaragaman hayati adalah proses yang sudah seharusnya
terjadi, tetapi sering kali laju penurunannya menuju kepunahan dipercepat oleh kegiatan
manusia. Secara umum dapat dikatakan tantangan utama penyelamatan keanekaragaman
hayati di Indonesia terdiri dari :
Ketiga, eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan baik di hutan maupun di laut
Keempat, korupsi dan keseluruhan tata kelola sumber daya alam yang buruk terkait
berbagai isu seperti konservasi dan preservasi hutan, alokasi dan distribusi akses terhadap
sumber, terlebih dipicu dengan praktek bad governance yang member peluang kepada pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengeksploitasi alam.
Indonesia, dengan kondisi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan dengan
keunggulan masingmasing, sudah sepatutnya perlu mengembangkan ekologi lansekap yang
baik, yang meliputi penataan ruang berdasarkan struktur lahan, fungsi lingkungan dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi lingkungannya. Keunggulan
dari kemampuan flora dan fauna tersebut sangat diperlukan untuk mengoptimalkan fungsi-
fungsi dari konsep “Green Building” dalam bentuk optimalisasi ruang terbuka hijau (RTH)
dalam bentuk koefisien daerah hijau (KDH) pada lahan pembangunan “Green Building”.
Degradasi RTH di perkotaan dapat membuat berkurangnya kualitas lingkungan. Kondisi
RTH di Jakarta, sebagai contoh saat ini hanya 9% dari perencanaan tata ruang RTH yang
sebesar 30%. Bila kondisi pemenuhan RTH tidak dapat dicapai, akan terus terjadi penurunan
keanekaragaman hayati didalamnya selain penurunan kualitas lingkungan (Greenship 2010).
Minister of Environment, Gusti Muhammad Hatta said “We need appreciate all
parties – central and local governments, universities, companies, NGOs and individuals –
making various efforts to support environmental conservation either in city or rural.”
Tolak ukur lain yang dinilai adalah area lansekap didaerah lain seperti diatas
basement, roof garden, terrace garden dan wall garden sesuai Peraturan Menteri PU
No.5/PRT/M/2008 mengenai ruang terbuka hijau tentang kriteria vegetasi untuk pekarangan.
Diperkaya dengan penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan budidaya lokal dalam skala
provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai lembaga yang menyediakan
data akan keanekaragaman hayati di negeri ini. Sejauh ini memang yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana kita dapat menentukan standard metrik untuk mengukur
keanekaragaman hayati disuatu daerah karena perbedaan tindakan sebagai solusi di setiap
negara di seluruh dunia melaksanakannya, untuk itu diperlukan suatu komunitas para peneliti
yang didukung pemerintah .
Hal lain yang ikut mempengaruhi faktor keberlangsungan keanekaragaman hayati adalah
masalah penyedian material untuk menopang pembangunan, yang seharusnya mengacu pada
ekstraksi dari sumber material terdekat dengan jumlah yang harus dibatasi pula. Seperti
contohnya penyedian kayu yang tidak perlu didatangkan dari luar daerah tanaman namun
cukup dari lingkungan sekitar sehingga lacak dan pembalakannya juga dapat di deteksi. Oleh
karenanya habitat lokal perlu dilestarikan untuk menopang akan kebutuhan ini.
Proses sertifikasi terhadap lacak dan pembalakan sumber material juga sangat berguna
untuk membedakan produk material itu berasal dari sumber yang lestari atau tidak.
Contohnya sertifikasi lacak balak pada material kayu. Dalam penilaian tersebut, asesor akan
menilai kebertelusuran kayu dari industri sampai ke sumber bahan baku melalui penilaian
administrasi kayu, sehingga didapatkan rantai tak terputus yang menggambarkan asal kayu
berasal dari hutan yang diproduksi secara lestari. Kegunaan lain dari sistem sertifikasi ini
adalah sebagai alat untuk menyatukan kepentingan lingkungan, kelestarian sumber daya
hutan dan kepentingan ekonomi dan dagang. Dari segi pembeli, konsumen yang cinta
lingkungan mempunyai pilihan atas seleranya atas produk-produk yang ramah lingkungan
dan berasal dari sumber yang dikelola secara ramah lingkungan. Dari segi bisnis, para
pengusaha mempunyai alat untuk menunjukkan kemampuannya mengelola usahanya,
legalitasnya dan menunjukkan tanggung jawab moralnya terhadap lingkungan dan
masyarakat.
Salah satu upaya Indonesia melalui Konferensi International Asosiasi Biologi Tropika
dan Konservasi (ATBC) yang dilangsungkan di Bali pada pertengahan Juli 2010 lalu.
Konferensi asosiasi ini sudah dimulai sejak 1963 dan Indonesia sudah terlibat sejak awal.
(ATBC) merupakan asosiasi yang beranggotakan ratusan ilmuwan (scientist) dari 70 negara,
dengan fokus pada upaya konservasi untuk menjaga keberlanjutan dari keragaman hayati
(biodiversity) yang sebagian besar terdapat di dalam hutan. Data United Nations Environment
Programme (UNEP) dan Sekretariat Convention on Biological Diversity menunjukkan 100
spesies hewan dan tumbuhan punah setiap harinya, bersamaan dengan hilangnya habitat
hutan tropis. Adapun, lebih dari 6 juta hektare hutan tropis yang kaya akan keragaman hayati,
hilang setiap tahunnya. Konferensi tersebut menghasilkan Deklarasi Bali yang isinya antara
lain, mendesak Indonesia sebagai “Megadiversity Country” melalui implementasi kebijakan
moratorium penebangan hutan disertai evaluasi terhadap kandungan biodiversitas di
dalamnya.
Kesemuanya terkonsentrasi pada isu yang sedang hangat akhir-akhir ini yaitu : masalah
fragmentasi hutan yaitu berupa kondisi terbelahnya hutan oleh pengalihan fungsi untuk
perkebunan, pertanian, atau permukiman. Kegiatan fragmentasi tersebut menjadikan hutan
tidak lagi berupa satu keutuhan, hutan makin terbagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Hal itu menyebabkan peluang interaksi populasi suatu hewan dan tumbuhan menjad terpisah-
pisah dan tidak berhubungan satu dengan yang lainnya. Peluang untuk kawin silang menjadi
sempit. Akibatnya hanya akan terjadi perkawinan sedarah yang dapat memerosotkan kualitas
genetika suatu hewan/tumbuhan yang lalu ikut menurunkan daya tahan suatu habitat sehingga
mereka mudah punah. Kehilangan satu jenis hewan atau tumbuhan akan mempengaruhi
keanekaragaman sehingga kehilangan biodiversitas secara tidak langsung bisa berdampak
terhadap kelangsungan dan ketahanan pangan.
Contoh paling nyata seperti yang diterapkan Bakrie Plantation di Sumatra, mereka
bergerak dibidang industri kelapa sawit, mereka membuka lahan hutan menjadi perkebunan
kelapa sawit, otomatis struktur habitat ekosistem di lingkungan tersebut akan berubah drastis
karena tumbuhan kelapa sawit yang tergolong tanaman keras (akar serabut) sangat banyak
dalam menggunakan air dari dalam tanah, membuat tanah menjadi kering, unsur hara menjadi
hilang sehingga keseimbangan disekitarnya pun terganggu. Penanaman tumbuhan tersebut
hanya untuk jangka waktu tertentu untuk fungsi penyedian (palm oil) yang terbatas pula,
walaupun bersifat sementara namun kondisi lahan menjadi tidak subur atau bahkan
cenderung menjadi lahan yang sudah tidak dapat terpakai. Penggunaaan pestisida yang harus
diterapkan sebagai prasyarat dalam menanam jenis tumbuhan tertentu dapat ikut memberikan
efek negatif terhadap lingkungan jika digunakan dengan berlebihan dalam skala besar.
Dikarenakan komponen pembentuknya yang tidak dapat terurai dengan mudah dalam air
dapat mengganggu ekosistem. Karena pembukaan hutan rapat tidak dapat dihindari oleh
mereka, maka proses penanaman disuatu lahan dilakukan secara tumpang sari, atau berselang
seling untuk mencegah suatu hama tanaman tertentu berkembang secara pesat.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah, setiap perusahaan untuk membentuk reputasi yang
baik terhadap lingkungan di mata masyarakat, mereka harus memperbaiki kinerjanya terlebih
dahulu sebelum mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Tantangan terbesar adalah
mengembangkan pemahaman terhadap CSR dan sikap saling menghormati di masyarakat dan
pemerintah daerah pada umumnya sebagai stakeholder, sehingga pada waktu kita memulai
untuk menggunakan lahan sebagai wadah kegiatan, kita tidak bertindak seperti halnya
penguasa, namun harus jeli, memiliki pemahaman serta mengikutsertakan masyarakat adat
yang ada disekitarnya untuk turut serta mendukung program CSR dan regulasi pemerintah
yang sudah jelas namun sering diabaikan.
Diantaranya prinsip segala sesuatunya bersifat siklis, dimana prinsip ini pada tataran
praktis berarti perusahaan harus melakukan daur ulang sebanyak mungkin atas materi yang
dipergunakannya, serta mengatur aliran energy sebaik mungkin sehingga tidak ada yang
sampai terbuang percuma yang akhirnya akan hanya berdampak merusak lingkungan.
Prinsip yang kedua adalah keanekaragaman, alam mengajarkan bahwa keanekaragaman
dari tingkatan genetik, spesies, hingga ekosistem merupakan kekayaan dan sumber kekuatan
yang sangat besar. Ketergantungan diantara mereka saling terjaga sehingga tidak akan mudah
punah oleh perubahan alam.
Prinsip yang ketiga adalah lokalitas dan beradaptasi sebanyak mungkin terhadap kondisi
lokal. Hal ini diaplikasikan dengan penggunaan sumber daya lokal seoptimum mungkin,
penyelesaian masalah sampah lokal, penghormatan terhadap kenyataan bahwa sumber daya
lokal bersifat terbatas dan karenanya harus dihemat atau digantikan, serta kerjasama yang erat
dengan pemangku kepentingan lokal. Terakhir adalah perubahan yang bertahap. Hal ini
berarti perusahaan harus terus menerus melakukan perubahan sistemik dan aplikatif sehingga
dapat mendukung lingkungan yang sudah tentu akan terus menurun kualitasnya agar
kehancuran tidak akan tampak.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara etimologis, istilah “Ekologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Oikos” yang
artinya habitat dan “Logos” yang artinya “Ilmu”. Sehingga secara bahasa, definisi ekologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara sesama organisme dan juga antara
organisme dengan lingkungannya.
Manfaat Ekologi Bagi Manusia Ada banyak manfaat ekologi yang bisa diberikan kepada
manusia dan lingkungan hidupnya. Sesuai dengan pengertian ekologi, adapun beberapa manfaat
ekologi adalah sebagai berikut:
Dengan adanya ekologi, maka manusia dapat memahami berbagai mahluk hidup dan
hubungannya dengan tempat tinggalnya. Contohnya, bagaimana seekor unta dapat bertahan
hidup pada tempat yang bersuhu tinggi sedangkan penguin bertahan hidup di tempat bersuhu
dingin.
Ekologi juga dapat membantu manusia mengenal perilaku mahluk hidup lainnya yang
bermanfaat bagi manusia. Misalnya, sistem sonar kapal selam yang diadaptasi dari hewan
kelelawar dan lumba-lumba ternyata bermanfaat bagi manusia untuk menentukan suatu
lokasi.
Ekologi dapat membantu manusia untuk mengetahui dampak produk yang dihasilkan
manusia terhadap lingkungan. Misalnya, produk DDT yang ditujukan untuk memberantas
hama ternyata mencemari lingkungan manusia dan organisme lainnya.
4. Memetakan Konsumsi Pangan
Dengan adanya ekologi maka manusia dapat mengetahui struktur dan skala pangan
setiap mahluk hidup. Misalnya, tumbuhan sebagai produsen, hewan herbivora sebagai
konsumen tingkat 1, hewan karnivora sebagai konsumen tingkat 2, manusia sebagai
konsumen tingkat 3, hewan pengurai, dan hasil pengurai tersebut dikonsumsi oleh produsen
sebagai sumber energi.
Ekologi juga dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah pertanian yang
dihadapi oleh manusia. Misalnya, untuk menjaga kesuburan tanah dibutuhkan beberapa
mikroba yang dapat menghasilkan nitrat dan ammonium.
KELEBIHAN
Di dalam kedua buku ini covernya membuat para pembaca lebih tertarik untuk
membacanya isis kedua buku ini sangat mudah untuk di mengerti oleh para pembaca .
KEKURANGAN
Panduan Penerapan GREENSHIP, Konsil Bangunan Hijau Indonesia, Juni, 2010 United
Nations Environment
Institute, 2008, The Corporate Ecosystem Services Review. Guidelines for Identifying
Business Risks and Opportunities Arising from Ecosystem Change, Version 1, Washington,
DC (RESOURCE OF GBC INDONESIA)