Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern ini alat elektronika sudah menjadi sesuatu yang sangat
penting bagi setiap orang. Di sekeliling kita dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menjumpai barang- barang elekronik. Barang elektronik tersusun atas rangkaian
elektronika yang dimana dapat menghantarkan arus listrik, mempunyai tegangan,
serta hambatan, hal inilah yang bekerja dalam suatu rangkaian suatu barang
elektronik sehingga barang tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam
elektronika terdapat berbagai macam rangkaian elektronika dari rangkaian yang
paling sederhana hingga rangkaian yang sangat kompleks, dimana pada masing-
masing rangkaian tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing.
Rangkaian elektronika ini dasamya adalah rangkaian yang sederhana hingga
menjadi rangkaian yang kompleks, Rangkaian elektronika yang kompleks
merupakan rangkaian elektronika yang sulit untuk dilakukan pengukuran terhadap
rangkaian tersebut karena rangkaiannya yang rumit. Selain itu, untuk mampu
melakukan pengukuran atau mengubah rangakaian tersebut menjadi rangkaian
yang sederhana membutuhkan analisis dan penerapan beberapa teori untuk bisa
menyelesaikan pengukuran pada rangkaian tersebut. Untuk sebuah perangkat
elektronika yang menggunakan rangkaian sederhana yang dapat dengan mudah
dilakukan analisis serta pengukuran besaran-besarannya, namun jika perangkat
tersebut menggunakan rangkaian yang rumit maka akan sangat sulit untuk
melakukan analisis maupun pengukuran terhadap rangkaiannya secara langsung.
Pam ilmuan mencari suatu strategi yang nantinya akan dapat digunakan untuk
menganalisis rangkaian elektronika yang rumit hanya dengan menggunakan
metode yang cukup sederhana. Strategi yang umum digunakan dalam meganalisis
rangkaian listrik adalah melakukan penyederhanaan rangkaian seminimal mungkin.
Dalam hal ini, bagaimana caranya agar mendapatkan sub rangkaian paling
sederhana dimana paling sedikit elemennya tanpa mengubah besar arus dan
tegangan diluar rangkaian. Rangkaian sederhana dengan hasil pengukuran yang
sama dengan rangkaian aslinya tersebut disebut sebagai rangkaian setara. Dalam
hal rangkaian setara dikenal rangkaian setara thevenin dan norton. Rangkaian setara
thevenin merupakan rangkaian setara dengan hambatan yang disusun seri dengan
sumber tegangan. Sedangkan rangkaian setara norton merupakan rangkaian setara
dengan humbatan yang disusun paralel dengan sumber arus.
Dengan rangkaian setara tersebut kita dapat melakukan pengukuran pada
keluaran suatu rangkaian kompleks. Hal tersebutlah yang menjadi dasar untuk
melakukan percobaan ini, dimana tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah agar
mahasiswa dapat melakukan pengukuran tegangan thevenin, hambatan thevenin,
dan arus norton dari rangkaian-rangkaian sederhana dan menyelidiki pengaruh
beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian elektronik dengan
menggunakan teorema thevenin dan norton. Oleh karena itu percobaan kali ini
diberi judul rangkaian setara thevenin dan norton.
B. Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin dan arus Norton
dari rangkaian rangkaian sederhana.
2. Menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian
eletronik dengan menggunakan teorema Thevenin an Norton.
C. Manfaat Praktikum
Dari tujuan diatas, adapun manfaat praktikum yaitu:
a. Manfaat Teoritis
1. Mahasiswa mengetahui hubungan antara tegangan Thevenin, arus Norton dan
hambatan Thevenin, serta mampu mengetahui perumusannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh beban terhadap tegangan output dan arus
beban dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton.
b. Manfaat Praktis
Ditinjau secara praktis, dengan adanya praktikum ini kita dapat mengetahui:
1. Mengetahui pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output dan dapat
membuat kita lebih paham tentang teorema Thevenin dan Norton.
2. Mengetahui pengaplikasian tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan arus
Norton dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI

Percobaan teorema thevenin dan norton bertujuan untuk menerapkan teorema


thevenin dan norton untuk menentukan arus yang mengalir dalam resistor variable
dan untuk memebandingkan hasil antara eksperimen dan perhitungan Hukum Ohm
adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan
kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila
nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial
yang dikenakan kepadanya. Orang yang berhasil menemukan hukum ohm adalah
seorang ahli fisika bernama George Simon Ohm. Dia berhasil menemukan
hubungan antara besar beda potensial dengan besarnya kuat arus yang mengalir.
Sehinggan pernyataan tersebut disebut dengan hukum Ohm yang berbuyi: "Kuat
arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara
ujung-ujung penghantar jika suhu penghantar tetap. Hukum ohm, mengatakan
bahwa tegangan antar bermacam macam jenis bahan penghantar (V) berbanding
lurus dengan arus yang mengalir pada bahan tersebut (Maulana: 2022).
Dalam memperlajari ilmu yang berhubungan dengan elektro tentunya tidak akan
lepas dengan sautu perhitungan. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan
harus berdasarkan kaidah-kaidah, hukum-hukum, dan metode-metode tertentu.
Suatu perhitungan dalam ilmu elektro tidak akan diselesaikan dengan menggunakan
cara yang sama. Tentunya tiap-tiap permasalahan yang berhubungan dengan
keelektroan akan diselesaian dengan cara yang berbeda, tergantung apa yang dicari.
Teorema-teorema tersebut tidak lepas dari hukum kirchoff dan hukum ohm. Salah
satu teorema tersebut adalah teorema Thevenin dan Norton. Teorema ini digunakan
untuk menganalisis suatu rangkaian dengan sumber lebih dari satu (Maulana:
2022).
Teori Thevenin, dikonseptualisasikan oleh Hermann von Helmholtz dan Leon
Charles Thevenin, membahas bahwa jika suatu rangkaian mengikuti jaringan linier,
titik mana pun dapat diganti asalkan tetap membawa sumber arus, hambatan, dan
tegangan. Di balik itu, idenya adalah untuk memasok yang setara. Awalnya, Teori
Thevenin hanya dapat diterapkan pada rangkaian yang beroperasi dengan sistem
DC; karena sistem DC agak sederhana, penggantian komponennya dengan yang
setara dimungkinkan. Akhirnya, bagaimanapun. kemampuannya untuk menangani
beban dalam sistem non-linier ditemukan, itu dapat menawarkan solusi untuk
sistem AC (Wibowo).
Selain itu, Teori Thevenin menekankan bahwa sirkuit rata-rata hanya dapat
dianggap memiliki linier sesuai dengan rentang terbatas; itu hanya dapat digantikan
oleh komponen dengan nilai di antara rentang. Teori Thevenin mengikuti bahwa
disipasi daya dapat menghasilkan nilai unik, dan juga dapat menghasilkan nilai
yang identik. Namun, hasilnya hanya dapat dicapai dengan daya yang dipasok oleh
resistor eksternal (Wibowo).
Teorem Thevenin menyatakan bahwa, jika terdapat sepasang terminal dalam
rangkaian linear, rangkaian itu boleh digantikan dengan punca voltan unggul V LT
yang bersiri dengan rintangan RTH. VLT berasamaan dengan voltan litar terbuka
pada terminal, dan RTH ialah rintangan setara merentasi terminal apanila punca tak
bersandar di pintaskan pada punca arus tak bersandar digantikan dengan litar
terbuka (David : 2009).
Kita akan menggambarkan teorem Thevenin dengan litar yang ditunjukkan
dalam Rajah 2.22. Bahagian litar dalam petak garis putus-putus akan digantikan
dengan setaraan Theveninnya. Voltan litar terbuka VT didapatkan dengan
memutuskan litar yang selebihnya dan menentukan voltan merentasi terminal bagi
litar terbuka yang tinggal. Bagi contoh ini, peraturan pembahagi voltan memberikan

(1)

Gambar 1.1 Contoh yang menggambarkan teorema Thevenin


(Sumber: Pengenalan kepada mekatronik dan sistem pengukuran)
Untuk mencari RTH bekalan V, dipintaskan (yakni, V, = 0), membumikan
hujung bahagian kiri R,. Jika ada punca arus dalam litar terbuka. Oleh sebab R, dan
R₂ adalah selari relatif kepada terminal terbuka, rintangan setara ialah

(2)
Gambar 1.2 Litar setara Thevenin
(Sumber: Pengenalan kepada mekatronik dan sistem pengukuran)

Gambar 1. 3 Litar setara Thevenin


(Sumber: Pengenalan kepada mekatronik dan sistem pengukuran)

Satu lagi perwakilan litar setara ialah setaraan Norton yang ditunjukkan dalam
Rajah 2.24. Di sini rangkaian linear digantikan dengan punca arus unggul IAP dan
rintangan Thevenin RTH selari dengan punca ini. Ip diperoleh dengan menghitung
arus yang akan mengalir melalui terminal sekiranya ia dipintaskan bersama-sama,
setelah dibuang litar beban yang tinggal. Dapat ditunjukkan bahawa arus Ip yang
mengalir melalui RT menghasilkan voltan Thevenin VT yang baru sahaja
dibincangkan (David : 2009).
Setaraan Thevenin dan Norton tak bersandar pada litar rangkaian yang tinggal
yang mewakili beban. Ini berguna kerana perubahan dalam beban boleh dibuat
tanpa perlu menganalisis semula setaraan Thevenin atau Norton (David : 2009).

DAFTAR PUSTAKA

David dan Michael, 2009. Pengenalan kepada MEKATRONIK dan Sistem


Pengukuran
Maulana Aditiya dkk, 2022. Rangkaian AC menggunakan Teorema Thevenin dan
Norton, Reopoteknologi.id, Volume 2 (3)
Wibiwo Agus. Rangkaian dasar eletronika, Yayasan prima Agus Tekenik
Bekerja sama dengan Universitas Sains & Tekenologi komputer
(Universitas STEKOM)

Anda mungkin juga menyukai