Anda di halaman 1dari 12

2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis peneitian yang dilakukan adalah penelitian observasional

dengan kriteria penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan keberadaan jamur di udara pada laboratorium

mikrobiologi, parasitologi dan hematologi di Jurusan Teknologi

Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Makassar.

B. Kerangka Operasional

Laboratorium

Mikrobiologi
Parasitologi
Hematologi

Setelah digunakan

Pengukuran

Pencahayaan Suhu Kelembaban Isolasi dan


Identifikasi
Luxmeter Hygrometer Hygrometer
Jamur Udara

Hasil

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 3.1 Skema Kerangka Operasional
3

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di

laboratorium Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes

Kemenkes Makassar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan untuk dilaksanakan pada bulan

Februari – Maret 2023

D. Populasi,Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah laboratorium Jurusan

Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Makassar

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Laboratorium

Mikrobiologi, Parasitologi dan Hematologi Jurusan Teknologi

Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Makassar

3. Penentuan Titik Sampel

Penentuan jumlah titik sampel ditentukan melalui rumus

(ISO 14644-B3) Jumlah titik sampel = √ luas rauangan . dengan


satuan per m2 . Adapun dimensi ruang laboratorium titik sampel

setiap ruangan dapat dilihat pada table 3.1


4

Tabel 3.1 Dimensi Ruang Laboratorium Jurusan Teknologi

Laboratorium

No. laboratoriu Panjang Lebar Luas Jumlah titik sampel 10% dari
m (m) (m) (m2) (√ luas rauangan . titik
1. Mikrobilogi 9,30 7,90 73,47 8 1
2. Parasitologi 11,60 7,05 81,78 9 1
3. Hematologi 12,20 7,30 89,06 10 1

Adapun titik sampel ruang laboratorium tersebut, yaitu :

Jumlah titik sampel = √ luas rauangan .

Keterangan :

= titik sampe 1

Dari hasil perhitungan diperoleh lokasi pengambilan sampel

di ruang laboratorium terdapat 27 titik sampel. Menurut Kepmenkes

RI No.1335/MENKES/SK/X/2002. Tentang Standar Operasioanal

Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruangan,

Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari jumlah masing – masing

ruang. Dari hasil perhitungan didapatkan 1 titik sampel disetiap

ruang. Jumlah titik sampel secara keseluruhan berjumlah 3 titik.

4. Waktu Pengambilan Sampel

Menurut Kepmenkes RI No.1335/MENKES/SK/X/2002

tentang Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran

Sampel Kualitas Udara Ruangan bahwa waktu pengukuran suhu,

kelembapan dan pencahayaan dilakukan pada siang hari,


5

sedangkan untuk pengambilan sampel jamur dilakukan setelah

pembersihan ruangan dan masing – masing laboratorium dilakukan

pengukuran selama satu hari.

E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang

menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen

(variable terikat). Variabel bebas pada penelitian ini adalah suhu,

kelembaban, dan pencahayaan.

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jamur udara.

F. Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua yakni,data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan materi atau

kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat

penelitian berlangsung.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari

pihak lain. Data sekunder terbagi dua yakni internal dan eksternal, data

sekunder internal berasal dari lingkungan sendiri, misalnya hasil dari

penelitian yang dilakukan sebelumnya. Data sekunder eksternal

berasal dari pihak luar, misalnya data dari publikasi, instansi

pemerintah, badan ilmiah lainnya.Suhu, derajat panas dingin suatu

ruangan.
6

G. Definisi Operasional
1. Kelembaban, presetase kandungan uap air di udara dalam ruangan

2. Pencahayaan, intesnsitas cahaya yang terdapat dalam ruangan

3. Isolasi jamur udara, Menanam sampel pada media PDA dan bila

tumbuh jamur dilakukan pengamatan

4. Identifiksi jamur udara, Mengambil jamur yang tumbuh dalam PDA

dan dilakukan pengamatanuntuk mengetahui jamur tersebut

5. Laboratorium adalah ruangan yang digunakan untuk praktikum dan

menggunakan beberapa specimen

6. Setelah digunakan, ketika laboratorium telah digunakan untuk

proses praktikum dan dilakukan pembersihan

H. Instrumen Penelitian
1. Suhu, derajat panas dingin suatu ruangan

2. Kelembaban, presetase kandungan uap air di udara dalam ruangan

3. Pencahayaan, intesnsitas cahaya yang terdapat dalam ruangan

4. Isolasi jamur udara, Menanam sampel pada media PDA dan bila

tumbuh jamur dilakukan pengamatan

5. Identifiksi jamur udara, Mengambil jamur yang tumbuh dalam PDA

dan dilakukan pengamatanuntuk mengetahui jamur tersebut

6. Laboratorium adalah ruangan yang digunakan untuk praktikum dan

menggunakan beberapa specimen

7. Setelah digunakan, ketika laboratorium telah digunakan untuk

proses praktikum dan dilakukan pembersihan


7

a. Suhu

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah hygrometer

Cara kerja :

1) Menentukan titik pengkuran yang akan dilakukan pengukuran

2) Meletakkan hygrometer pada titik yang telah ditentukan

3) Menunggu hingga alat menunjukkan skala tertentu

b. Kelembaban

Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah

hygrometer

Cara kerja :

1) Menentukan titik pengukuran yang akan dilakukan pengukuran

2) Meletakkan hygrometer pada titik yang telah ditentukan

3) Menunggu hingga alat menunjukan skala tertentu.

c. Alat Ukur Jamur

1) Alat : Medium PDA

Cara kerja :

2) Persiapan pembuatan media dengan menggunakan metode

agar :

a) Lakukan siapkan medium sintetis sebanyak 500 ml dan

campurkan dengan air sebanyak 1 liter. Campurkan seluruh

bahan ke dalam erlenmeyer hingga larut. Kemudian

masukan ke dalam autoklav selama 15 menit dengan suhu

121°C untuk mensterilkan bahan tersebut.


8

b) Tuangkan bahan yang sudah di sterilkan ke dalam cawan.

Tunggu hingga medium memadat

3) Cara kerja :

a) Buka tutup cawan media agar pada saat akan meletakan di

lokasi pengambilan sampel. Hidupkan stopwatch selama 15

menit pada tiap ruangan yang akan di ukur, kemudian tutup

cawan media agar dan beri lebel.

b) Cara pembacaan /analisis : sampel yang telah dibawa di

inkubasi selama 3 – 7 hari. Setelah di inkubasi kemudian

dilakukan identifikasi jamur

I. Prosedur Penelitian
a. Suhu

Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah hygrometer

Cara kerja :

1) Menentukan titik pengkuran yang akan dilakukan pengukuran

2) Meletakkan hygrometer pada titik yang telah ditentukan

3) Menunggu hingga alat menunjukkan skala tertentu

b. Kelembaban

Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah

hygrometer

Cara kerja :

1) Menentukan titik pengukuran yang akan dilakukan pengukuran

2) Meletakkan hygrometer pada titik yang telah ditentukan


9

3) Menunggu hingga alat menunjukan skala tertentu.

c. Isolasi dan Identifikasi Jamur

1) Alat : Medium PDA

Cara kerja :

2) Persiapan pembuatan media dengan menggunakan metode

agar :

a) Lakukan siapkan medium sintetis sebanyak 500 ml dan

campurkan dengan air sebanyak 1 liter. Campurkan seluruh

bahan ke dalam erlenmeyer hingga larut. Kemudian

masukan ke dalam autoklav selama 15 menit dengan suhu

121°C untuk mensterilkan bahan tersebut.

b) Tuangkan bahan yang sudah di sterilkan ke dalam cawan.

Tunggu hingga medium memadat

4) Cara kerja :

a) Buka tutup cawan media agar pada saat akan meletakan di

lokasi pengambilan sampel. Hidupkan stopwatch selama 15

menit pada tiap ruangan yang akan di ukur, kemudian tutup

cawan media agar dan beri lebel.

b) Cara pembacaan/analisis : sampel di inkubasi selama 3 – 7

hari. Setelah di inkubasi kemudian dilakukan identifikasi

jamur
10

J. Analisa Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan analisis kategori studi korelasi, dimana peneliti

mengharapkan memperoleh apakah variable bebas berhubungan

dengan variable terikat. Analisis data dilakukan secara bertahap

meliputi analisis univariat, dan bivariat. Analisis univariat untuk melihat

distribusi frekuensi variable bebas dan variable terikat, kemudian

dilanjutkan dengan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara

variable terikat dengan variable bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, T. (2017) Penyehatan Udara. Edited by Erang Risanto.


Yogyakarta : Penerbit ANDI (Anggota IKAPI).

Khairiah, Ashar, T. and Santi, D. N. (2012) Analisis Konsentrasi Debu Dan


Keluhan Kesehatan Pada Masyarakat Di Sekitar Pabrik Semen Di
Desa Kuala Indah Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara Tahun
2012, Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, pp. 1–7.

Amelia, R., & Baiturrahmah, U. (2020). BUKU AJAR HISTOLOGI Rinita


Amelia. March, 1–180.

Aughey, E dan Frye, F.L. 2001. Comporative Veterinary Histologi : with


Clinical Correletes. London : Manson Publishing

Bacha, W.J., dan Bacha, L.M. 1990. Color Atlas of Veterinary Histology. 1
Philadephia, London : Lea dan Febiger.

Bancroft, J.D. and Gamble, M. (2008). No Title. Theory and Practice of


Histological Techniques. 6th Edition, Churchill Livingstone, Elsevier,
China., 433–453.

Bindhu, P.R., Krishnapillai, R., Thomas, P dan Jayanti, P. 2013. Fact in


Artifacts. Jurnal of Oral and Maxillofacial Pathologi. 17(3) : 397-401
11

Boon, M.E., and Drijver, J.S., 2006. Routine Cytological Staining


Technique, Theoritical background and practice.

E Khristian, D. I. (2017). Sitohistoteknologi, Pusat Pendidikan Sumber


Daya Manusia Kesehatan. 178–205.

Engel, K. B., & Moore, H. M. (2011). Effects of preanalytical variables on


the detection of proteins by immunohistochemistry in formalin-fixed,
paraffin-embedded tissue. Archives of Pathology and Laboratory
Medicine, 135(5), 537–543. https://doi.org/10.5858/2010-0702-rair.1

Ganjali, H., & Ganjali, M. (2013). Fixation in tissue processing.


International Journal of Farming and Allied Sciences, 2, 686–689.

Hewitt, S. M., Lewis, F. A., Cao, Y., Conrad, R. C., Cronin, M., Danenberg,
K. D., Goralski, T. J., Langmore, J. P., Raja, R. G., Williams, P. M.,
Palma, J. F., & Warrington, J. A. (2008). Tissue handling and
specimen preparation in surgical pathology: Issues concerning the
recovery of nucleic acids from formalin-fixed, paraffin-embedded
tissue. Archives of Pathology and Laboratory Medicine, 132(12),
1929–1935. https://doi.org/10.5858/132.12.1929

Indrawati Ari. 2017. Teknik Pembuatan dan Evaluasi Preparat Histologi


Dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin. National Laboratory Animal
Center. Mahidol University

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan


Indonesia 2016

Khan, S., Tijare, M., Jain, M., dan Desai, A. 2014. Artifats In
Histopathology A Potensial Cause of Misinterpretation. Research and
Review Journal of Dental Sciences. 2(2). p-ISSN : 2322-0090

Kroemer, G., Galluzzi, L., Vandenabeele, P., Abrams, J., Alnemri, E. S.,
Baehrecke, E. H., Blagosklonny, M. V., El-Deiry, W. S., Golstein, P.,
Green, D. R., Hengartner, M., Knight, R. A., Kumar, S., Lipton, S. A.,
Malorni, W., Nuñez, G., Peter, M. E., Tschopp, J., Yuan, J., … Melino,
G. (2009). Classification of cell death: Recommendations of the
Nomenclature Committee on Cell Death 2009. Cell Death and
Differentiation, 16(1), 3–11. https://doi.org/10.1038/cdd.2008.150

Lee, J. D. (1991). Concise Inorganic Chemsitry 4th ed.

Musyarifah, Z., & Agus, S. (2018). Proses Fiksasi pada Pemeriksaan


Histopatologik. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(3), 443.
12

https://doi.org/10.25077/jka.v7.i3.p443-453.2018

Peckham,M.,2014., Histology at A Glance., Institute for Molecular and


Cellular Biology,Faculty of Biological Sciences,University of Leeds
Leeds, UK

Prahanarendra, G. (2015). Gambaran Histologi Organ Ginjal, Hepar, Dan


Pankreas Tikus Sprague Dawley Dengan Pewarnaan He Dengan
Fiksasi 3 Minggu. Studi Awal Histoteknik, 1–69.

Prasetyani, T. (2017). No Title. http://repository.unimus.ac.id/id/eprint/467

Rina,S., 2013. Petunjuk Praktikum Mikroteknik. Bagian Histologi Dan


Biologi Sel FK UGM. Yogyakarta

Samuelson, D.A. 2007. Textbook of Veterinary Histology. St. Luis,


Missouni : Saunders Elsevier.

Sumarno, 2011, Prosending Pertemuan Ilmiah Bidang Imunohistokimia


dan Western Blot, Semarang.

Suntoro, S. H. (1983). M. P. (Histologi dan H. J. B. K. A. (1983). No Title.


Metode Pewarnaan : (Histologi & Histokimia), Vol.III, 333–334.

Sari, Y. E. S., Riesti., A., & Rahmawati., M. S. R. (2019). Modul praktikum


sitohistoteknologi. 1–72.

Suvarna, S. K., & Layton, C. (2013). The gross room/surgical cut-up. In


Bancroft’s Theory and Practice of Histological Techniques.
https://doi.org/10.1016/b978-0-7020-4226-3.00005-6

Waheed,U., 2012. Histotechniques Laboratory Techniques In


Histopathology, A Handbook for Medical Technologist. LAP
LAMBERT.

Weydert, J. A., Van Natta, T. L., & DeYoung, B. R. (2007). Comparison of


fungal culture versus surgical pathology examination in the detection
of Histoplasma in surgically excised pulmonary granulomas. Archives
of Pathology and Laboratory Medicine, 131(5), 780–783.
https://doi.org/10.5858/2007-131-780-cofcvs

Wonodirekso, S .2003. Penuntun Praktikum Histologi, Edisi 1. Jakarta


Pusat, Penerbit Dian Rakyat.
13

Anda mungkin juga menyukai