Anda di halaman 1dari 15

Reaksi Transfusi Non Imun

• Tidak melibatkan Ag dan Ab


• Lebih banyak disebabkan oleh efek pemberian
komponen darah yang berpengaruh terhadap
metabolisme tubuh
REAKSI TRANSFUSI NON IMUN AKUT
A. Sepsis karena kontaminasi bakteri di dalam kantong darah
• Sepsis merupakan reaksi tubuh terhadap infeksi yang
cukup berat, jika tidak tertangani dengan baik, maka
dapat terjadi kerusakan organ.
• Kontaminasi bakteri merupakan penyebab utama
terjadinya infeksi pada pasien paska transfusi
• Jenis komponen darah yang sering terkontaminasi
bakteri adalah komponen trombosit.
• contoh : komponen trombosit yang disimpan
pada suhu 22±20C. Kondisi tersebut
memungkinkan bakteri dapat tumbuh dan
memperbanyak diri.
• Selain itu, jenis kantong komponen trombosit
yang berpori, dapat meningkatkan
kemungkinan kontaminasi bakteri dari
lingkungan sekitar.
• Kontaminan pada Komponen sel darah merah :
Sebagai contoh, bakteri Yersinia enterolitica yang
tidak terlalu menampakkan gejala klinis, yaitu donor
hanya menderita diare ringan.
• Suhu dingin (2-60 C) : Bakteri batang Gram negatif
(Yersinia enterocolitica, E.coli, Enterobacter/Pantoea
sp, Serratia marcescens dan S.liquifaciens,
Pseudomonas sp) dan bakteri kokus Gram positif
(Staph. Epidermidis, Propionibacteria, Staph aureus).
• Gejala klinis pasien yang diakibatkan karena
kontaminasi bakteri, yaitu : demam (kenaikan
suhu dapat > 20 C), menggigil, mual, muntah,
hipotensi dan dapat terjadi shock. Gejala ini
dapat terjadi beberapa menit pada saat
transfusi.
• B. Efek transfusi terhadap komponen darah simpan
• Komponen darah yang disimpan dalam jangka waktu
tertentu, akan memberikan reaksi transfusi terhadap
pasien.
• Sel darah merah pada komponen darah simpan
dapat lisis :
• (i) stress mekanik pada sel yang terjadi selama proses
pengolahan darah, seperti sentrifugasi, homogenisasi,
• (ii) kontaminasi bakteri,
• (iii) variasi sel darah merah donor seperti donor dengan
sferositosis herediter, donor dengan defisiensi glukosa 6
phosphat dehydrogenase.
• Penghancuran sel darah merah yang
ditransfusikan di sirkulasi mengurangi efek
terapi dari transfusi, mengaktifkan sistem
retikuloendotelial sistem (RES) pasien dan
terakumulasinya Fe di dalam tubuh pasien.
• Berkurang/hilangnya fungsi pompa kation dalam sel
darah merah pada komponen darah simpan
menghasilkan ketidakseimbangan kadar natrium (Na)
dan kalium (K).
• Kalium yang berada di dalam sel darah akan keluar ke
plasma, sedangkan Na yang berada di luar sel akan
masuk ke dalam sel darah. Pompa Na+/K+ inaktif pada
suhu 40 C. Hal ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi kalium darah (hiperkalemia) pada pasien
paska transfusi.
• Peningkatan kalium dalam plasma dapat menyebabkan
komplikasi jantung dan bisa berakhir dengan kematian
pasien
• Biasanya komplikasi hiperkalemia karena
transfusi terjadi pada bayi baru lahir, pasien
gagal ginjal, pasien dengan kondisi hipotermia
dan asidosis.
• Mikroagregat yang terdiri atas sel lekosit,
trombosit dan benang fibrin yang terbentuk
selama penyimpanan komponen darah dapat
menyebabkan reaksi transfusi. Beberapa studi
menunjukkan bahwa mikroagregat dapat
menimbulkan komplikasi di organ paru-paru.
C. Efek transfusi dalam jumlah dan volume besar
– Jika transfusi dilakukan pada pasien yang mengalami
perdarahan parah dan harus ditransfusi dengan jumlah
darah yang cukup banyak (6 unit kantong darah dewasa)
dalam waktu kurang dari 24 jam, maka berbagai macam
reaksi transfusi non imun dapat terjadi.
• Reaksi hipotermi
• Keracunan sitrat
• Hipokalsemia
– Pada transfusi dalam jumlah besar, ada kemungkinan
terjadinya mikroagregat trombosit, fibrin dan lekosit.
Mikroagregat tersebut tidak bisa disingkirkan dengan
filter darah biasa dengan ukuran 170 µm.
• Hiperkalemia terjadi karena efek darah simpan yang
menyebabkan kalium dapat ke luar sel darah
merah.
• Penurunan konsentrasi kalium darah (hipokalemia)
juga dapat terjadi pada pasien yang mendapat
transfusi darah dalam jumlah banyak.
– Komponen darah simpan merupakan sel darah merah
dengan konsentrasi kalium di dalam sel yang berkurang
pada proses penyimpanan. Pada saat ditransfusikan,
kalium yang berada pada plasma pasien akan pindah
secara osmosis ke dalam sel darah merah untuk
memenuhi kebutuhan kalium di dalam sel darah yang
ditransfusikan.
• Reaksi transfusi berikutnya adalah
oversirkulasi yang terjadi jika volume darah
pasien meningkat di atas kapasitas sistem
kardiopulmonari tubuh pasien.
REAKSI TRANSFUSI NON IMUN TUNDA
• Akumulasi Fe
• Akumulasi/penumpukan Fe merupakan reaksi
transfusi pada pasien dengan terapi transfusi
rutin, seperti : pasien thalasemia, sickle cell dan
penyakit anemia kronis lainnya.
• Gejala klinis yang timbul pada pasien adalah :
kelemahan otot, kelelahan, penurunan berat
badan, ikterus, anemia, denyut jantung yang
tidak teratur.
• Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai