Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara merupakan hal yang sangat vital bagi kelangsungan

hidup makhluk hidup. Tanpa adanya udara, makhluk hidup tidak akan

bisa bertahan hidup lama, bahkan hanya beberapa menit saja. Hal ini

karena udara yang ada di bumi ini mengandung banyak gas – gas

yang dibutuhkan, terutama untuk kepentingan bernafas, yakni gas

oksigen. Oleh karena oksigen ini sangat dibutuhkan untuk bernafas,

maka dari itulah udara ini dianggap sebagai komponen yang sangat

dibutuhkan disetiap saat. Tidak sembarang udara bisa dikonsumsi oleh

makhluk hidup. Makhluk hidup memerlukan keadaan udara yang

bersih dan sehat untuk memenuhi kebutuhannya sehari – hari,

terutama untuk bernafas. Banyak pihak yang membutuhkan keadaan

udara yang bersih dan sehat ini terutama manusia. Manusia

membutuhkan udara yang bersih untuk bernafas yang mana dihirup

paru-paru. Ketika udara yang dihirup oleh manusia tidak dalam

keadaan yang bersih, maka hal itu bisa membahayakan kesehatan

paru – paru manusia tersebut (Wardhani, 2015).

Udara Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada

lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik

Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhinya kesehatan

1
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Adanya

kegiatan makhluk hidup menyebabkan komposisi udara alami berubah.

Jika perubahan komposisi udara alami melebihi konsentrasi tertentu

yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya,

maka udara tersebut dikatakan telah te rcemar. Dalam upaya menjaga

mutu udara ambien agar dapat memberikan daya dukung bagi

makhluk hidup untuk hidup secara optimal, maka dilakukan

pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta

pemulihan mutu udara (Syafri dkk, 2013)

Aktivitas manusia dapat mengubah komposisi kimia udara

sehingga jumlah spesi dan konsentrasi zat - zat kimia dapat

bertambah, terutama apabila aktivitas tersebut di dalam ruangan

dengan sirkulasi udara yang buruk. Kualitas udara dalam ruangan

tidak hanya dipengaruhi oleh pencemaran kimia tetapi juga oleh faktor

lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban (Abdullah, 2011).

Polusi udara tidak hanya terjadi di luar ruangan, tetapi juga

terjadi di dalam ruangan. Polusi udara di dalam ruangan memiliki

dampak yang lebih berbahaya bagi kesehatan dibanding polusi udara

di luar ruangan (Nahar et al, 2016). Selain itu, menurut United States

Enviromental Protection Agency (EPA), polusi udara dalam ruangan 2

sampai 10 kali lebih berbahaya dibandingkan polusi udara luar

ruangan. Menurut United States EPA, manusia terpapar polusi udara

dalam ruangan 2 hingga 5 kali lebih banyak, bahkan 100 kali lebih

2
tinggi daripada tingkat polusi di luar ruangan. Hal ini menunjukkan

bahwa makin tinggi tingkat polusi udara di dalam ruangan, makin tinggi

pula ancaman kesehatannya. Oleh karena itu, kualitas udara dalam

ruangan merupakan faktor penting bagi kesehatan manusia.

Parameter mikrobiologi udara yang sering digunakan adalah

angka kuman udara, bersifat total meliputi semua kuman yang ada di

udara (Tri Cahyono, 2017), WHO (2016) melaporkan bahwa di negara

berkembang, sekitar 400-500 juta orang saat ini menghadapi masalah

polusi udara dalam ruangan, diperkirakan 3 juta kematian setiap tahun

disebabkan oleh pencemaran udara, 0,2 juta disebabkan oleh

pencemaran udara di luar ruangan sedangkan 2,8 juta lainnya

disebabkan oleh polusi udara di dalam ruangan. Hal ini karena

sejumlah bakteri dan jamur tumbuh di dalam ruangan ketika

kelembaban optimal tersedia untuk pertumbuhan. Dampak terpenting

dari kondisi ini adalah peningkatan prevalensi gejala pernapasan,

alergi, asma, dan gangguan sistem kekebalan tubuh (Prabowo &

Burhan, 2018).

Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara

di sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi

mengandung bermacam – macam jenis mikroorganisme dalam jumlah

yang beragam. Mikroorganisme yang paling banyak berkeliaran di

udara bebas adalah bakteri, jamur dan mikroalga. Udara bukan

merupakan medium tempat mikroba tumbuh, tetapi merupakan

3
pembawa bahan partikular, debu, dan tetesan air yang semuanya

sangat mungkin dimuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroba yang

mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam

lingkungan, misalnya dari saluran pernafasan manusia disemprotkan

melalui batuk dan bersin. Mikroba asal udara dapat terbawa partikel

debu, nasib akhir dari mikroba asal udara diatur keadaan di

sekelilingnya, misalnya kelembaban, cahaya dan suhu. (waluyo, 2009)

Mikroorganisme yang terdapat di udara tersebut diidentifikasi

sebagai penyebab berbagai penyakit seperti iritasi pada mata dan kulit,

permasalahan pernafasan, dan udara mampu menjadi media

penyebaran berbagai macam penyakit menular seperti difteri,

tuberkulosis, pneumonia, batuk rejan (Irianto, 2007; Syahrul, 2018).

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh National

Institution for Occupational Safety and Healthy (NIOSH) dijelaskan

bahwa mikroorganisme merupakan salah satu pencemar yang

berbahaya pada udara dalam ruangan. Mikroorganisme yang terdapat

di udara tersebut diidentifikasi sebagai penyebab berbagai penyakit

seperti iritasi pada mata dan kulit, permasalahan pernafasan, dan

udara mampu menjadi media penyebaran berbagai macam penyakit

menular seperti difteri, tuberkulosis, pneumonia, batuk rejan (Irianto,

2007; Syahrul, 2018). Salah satu ruangan yang sangat mempunyai

tingkat kontaminasi yang tinggi yaitu laboratorium, karena digunakan

untuk penelitian dengan berbagai macam sampel yang infeksius

4
seperti feses, urine, darah dan lainnya. Laboratorium adalah suatu

tempat yang digunakan untuk melakukan kegiatan eksperimen,

penelitian, pengukuran, serta penetapan, yang dilengkapi dengan alat-

alat dan bahan-bahan yang mendukung pekerjaan tersebut.

Laboratorium merupakan ruangan dengan tingkat kontaminasi

yang cukup tinggi, karena digunakan untuk praktikum secara terus

menerus dengan adanya berbagai macam sampel yang infeksius baik

darah, serum, push, dan lainnya. Tidak menutup kemungkinan adanya

kontaminasi dari laboratorium yang satu dengan laboratorium lainnya

dikarenakan penggunaan pakaian pengaman (Jas Laboratorium).

Mikroorganisme yang sering di temukan di ruang laboratorium

sebagian besar didapatkan koloni jamur yang tumbuh di media adalah

Aspergillus sp., Penicillium sp., Fusarium sp. dll. Koloni dari jenis jamur

ini merupakan jamur kontaminan yang sering berada di udara. (Alqawi

dkk, 2017)

Poltekkes Kemenkes Makassar memiliki sarana dan prasarana

pembelajaran yang lengkap salah satunya Laboratorium. Laboratorium

merupakan tempat belajar utama selain ruang kelas yang terletak di

jurusan Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Farmasi, Keperawatan Gigi,

Kesehatan Lingkungan dan Teknologi Laboratorium Medis. Sering

ditemukan jamur kontaminan pada saat praktikum di laboratorium

mikrobiologi jurusan Teknologi Laboratorium Medis dan fasilitas di

laboratorium seperti dinding dan lantai sering ditumbuhi jamur.

5
Mikotoksin pada jamur dapat menyebabkan penyakit serius

pada saat imunitas menurun. Bersin – bersin merupakan salah satu

tanda masuknya mikroba bisa berupa bakteri atau jamur melalui

hidung, dalam keadaan yang parah dapat mengakibatkan infeksi

saluran pernafasan. Dampak buruk pertumbuhan jamur di laboratorium

masih belum banyak diketahui dan masih banyak mahasiswa yang

tidak peduli dengan kesterilan alat – alat di laboratorium. Padahal dari

alat – alat yang tidak steril bisa menyebabkan penyakit serius.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengangkat judul “Isolasi dan Identifikasi Jamur di

Udara pada Laboratorium Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes

Kemenkes Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Terdapat Jamur di Udara

pada Laboratorium Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes

Kemenkes Makassar?”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada atau tidaknya jamur yang terdapat di

udara pada Laboratorium Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes

Kemenkes Makassar.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk pembelajaran yang bermanfaat untuk

keilmuan peneliti dan pengalaman.

2. Bagi Instansi

Bagi instansi, penelitian ini diharapkan akan menjadi sumber

dan motivasi untuk penelitian Mikologi selanjutnya, selain itu juga

akan menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang Mikologi di kampus jurusan Teknologi

Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Makassar.

Anda mungkin juga menyukai