Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
Muhammad Irsal Qadri (PO714203191056)
Fardiansyah Muchtar (PO714203191046)
Iga Maya Safitra (PO714203191048)
Nurul Annisa Yunus (PO714203191065)
Qutratunnad Usman (PO714203191066)
i
KATA PENGANTAR
TIM PENULIS
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi..................................................................................................3
B. Penanganan Spesimen Cairan Ascites..................................................4
a. Persiapan Paasien.............................................................................4
b. Peralatan...........................................................................................5
c. Posisi Pasien.....................................................................................5
d. Prosedural.........................................................................................6
C. Penyebab dan Gejala Ascites................................................................8
D. Diagnosis Ascites..................................................................................9
E. Pemeriksaan Ascites.............................................................................9
F. Pengobatan Ascites...............................................................................14
G. Komplikasi Ascites...............................................................................15
H. Pencegahan Ascites...............................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ascites merupakan akumulasi cairan patologis di dalam cavum
abdomen. Kata ascites berasal dari Bahasa Yunani ‘askos’ yang berarti tas
atau karung. Secara klinis ascites adalah komplikasi dari beberapa
penyakit seperti hepar, jantung, ginjal, infeksi, dan keganasan. Prognosis
tergantung dari penyebab dari ascites tersebut. Pada keadaan normal,
jumlah cairan peritoneal tergantung pada keseimbangan antara aliran
plasma ke dalam dan keluar dari darah dan pembuluh limfa. Apabila
keseimbangan tersebut terganggu maka terbentuklah ascites.
Ketidakseimbangan kadar plasma mungkin disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas kapiler, peningkatan tekanan vena, penurunan protein
(tekanan onkotik), atau peningkatan obstruksi limfa.
Ascites merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi
pada penyakit sirosis dan hipertensi portal. Lebih dari 50% penderita
sirosis akan berkembang menjadi ascites dalam waktu 10 tahun periode
pengamatan. 85% kasus ascites disebabkan oleh sirosis hepatis dan 10%
ascites disebabkan oleh keganasan. Tipe lain dari ascites dikategorikan
sebagai kardiogenik, neprogenik, infeksi, dan varian lainnya (Huang et al.,
2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Penyebab dan gejala ascites?
2. Apa saja yang termaksuk dalam pemeriksaan cairan ascites ?
3. Bagaimana diagnosis ascites?
4. Bagaimana pemeriksaan ascites?
5. Bagaimana pengobatan ascites?
6. Bagaimana Komplikasi ascites?
7. Bagaimana pencegahan ascites?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Penyebab dan gejala ascites
2. Untuk mengetahui yang termaksuk dalam pemeriksaan cairan ascites ?
3. Untuk mengetahui bagaimana diagnosis ascites
4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan ascites
5. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan ascites
6. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi ascites
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan ascites
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ascites
Asites adalah pengumpulan cairan di dalam rongga perut. Asites
merupakan peningkatan jumlah cairan intra peritoneal. Asites adalah
akumulasi cairan dan sel maligan di kavum peritoneum sebagai tanda dari
karsinomatosis peritoneal. (Suharjo, 2014). Penyebab asites terbanyak adalah
gangguan hati kronis dan kurangnya protein (albumin). Albumin adalah salah
satu jenis protein yang berfungsi untuk mengikat cairan. Saat tubuh
kekurangan albumin atau hipoalbuminemia, maka cairan yang ada di dalam
sel akan bocor ke jaringan sekitar, termasuk ke rongga peritoneal.
Penumpukan cairan tersebut akan menyebabkan munculnya beragam gejala,
termasuk nyeri perut, kembung, dan perut membesar.
3
5) Micellanous : Myxedema, ovarian disease (Meigs’ syndrome), chronic
hemodialysis
BAB II
PEMERIKSAAN CAIRAN ASITES
A. Penanganan Spesimen Cairan Ascites
a) Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang paling awal dilakukan tindakan pungsi asites
adalah memperoleh informed consent pasien. Pasien harus mendapatkan
penjelasan dari dokter mengenai tindakan yang akan dilakukan, termasuk
risiko dan komplikasi yang bisa terjadi, serta alternatif tindakan lainnya.
Pernyataan persetujuan pasien dinyatakan dalam lembar persetujuan sesuai
dengan aturan rumah sakit/klinik tempat tindakan dilakukan.
Pada umumnya tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan pada
pasien. Pasien dengan risiko gangguan pembekuan darah dan perdarahan
sebaiknya dilakukan pemeriksaan international normalised ratio (INR) dan
trombosit.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan pada pasien dengan asites
walaupun bukan prosedur yang rutin. Pada beberapa kondisi dapat
dilakukan pungsi asites dengan panduan USG, seperti pada saat terdapat
kontraindikasi relatif. Pemeriksaan USG terutama dapat dilakukan untuk
menentukan kemungkinan etiologi penyakit pasien, memperkirakan
volume asites, dan menentukan lokasi dilakukannya pungsi asites.
Pemeriksaan USG juga dapat dilakukan guna mencegah terjadinya
komplikasi. Studi juga menemukan bahwa pemeriksaan USG lebih
superior pada untuk menentukan jumlah dan lokasi asites dibanding CT-
scan.
Pemeriksaan fisik umum dilakukan untuk menentukan keadaan
umum pasien, terutama tanda vital, serta pemeriksaan status lokalis untuk
menentukan lokasi dilakukannya penusukan. Pasien juga diminta untuk
4
mengosongkan kandung kemih sebelum dilakukan tindakan pungsi, dapat
dengan kateter atau secara spontan.
b) Peralatan
Beberapa peralatan yang digunakan pada tindakan pungsi asites adalah:
Sarung tangan steril
Masker
Cairan povidone iodine 10% atau alkohol 70%
Kassa setril
Duk steril
Anestesi lokal, biasanya lidocaine
Syringes 5 ml dan 50 ml
Jarum 18 G untuk anestesi, 20 atau 22 G untuk pungsi asites
diagnostik. 14 atau 16 G angiokateter
Tabung pemeriksaan steril
Infus set untuk mengalirkan cairan asites
Tabung untuk menampung cairan, terutama pada pasien dengan asites
masif.
Tensimeter
c) Posisi Pasien
Posisi pasien saat dilakukan pungsi asites memengaruhi keberhasilan
tindakan. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman. Biasanya posisi
yang paling optimal untuk dilakukannya pungsi asites adalah supine.
Posisi ini terutama dipilih pada pasien dengan asites dalam jumlah yang
besar. Pada pasien dengan asites masif, posisi dapat dimodifikasi dengan
posisi semi supine dengan kepala lebih tinggi dalam posisi yang nyaman
untuk pasien.
Pasien biasanya akan merasa nyaman dalam posisi 30o dengan kepala
terletak lebih tinggi. Posisi pasien tersebut akan menyebabkan pergerakan
cairan asites sehingga manuver yang dapat dilakukan adalah melakukan
pungsi pada daerah parakolik atau midline linea alba. Posisi lain yang
5
dapat dilakukan adalah dengan posisi lateral dekubitus, terutama pada
jumlah cairan asites yang sedikit. Penusukan dilakukan dengan pendekatan
parakolik lateral.
d) Prosedural
Prosedural pungsi asites harus dilakukan dengan teknik steril. Berikut
kah-langkah pungsi asites:
1. Menentukan Lokasi Penusukan
Penusukan dilakukan dengan sebelumnya menentukan lokasi.
penusukan adalah tidak ada infeksi lokal, tidak terlalu jauh ke
lateral, tidak ada jaringan parut, tidak ada pembesaran vena yang
terlihat jelas, dan tidak ada adhesi saluran cerna dalam rongga
peritoneal. Penusukan sebaiknya dilakukan pada dinding abdomen
yang paling tipis yang sudah ditentukan sebelumnya pada
pemeriksaan USG. Lokasi dinding abdomen yang paling tipis
adalah midline linea alba. Pada pasien dengan obesitas, lokasi yang
paling disarankan adalah daerah parakolik lateral yang memiliki
dinding yang paling tipis.[1-3] Pada keadaan kondisi pungsi asites
tanpa panduan USG, perkusi dinding abdomen dapat dilakukan
untuk menentukan lokasi penusukan. Penusukan dilakukan di garis
tengah abdomen, 2 cm di bawah umbilikus atau di kuadran bawah,
yakni 2-3 cm di sisi lateral muskulus rektus abdominis.
2. Universal Precautions
Tindakan diawali dengan operator melakukan cuci tangan dan
menggunakan sarung tangan steril. Bila memungkinkan dapat
menggunakan masker. Pada daerah kulit yang akan ditusuk
dilakukan tindakan antiseptik dengan klorheksidin, cairan
povidone iodine, atau alkohol 70%. Daerah tersebut lalu ditutupi
oleh duk steril.
3. Anestesi Lokal
Setelah menentukan lokasi penusukan, lakukan anestesi lokal
pada akan dipungsi. Anestesi lokal biasanya dilakukan dengan
6
menggunakan lidocaine yang diaplikasikan dengan jarum dengan
ukuran yang kecil. Anestesi awalnya dilakukan secara infiltratif
pada daerah penusukan, kemudian dilanjutkan ke dalam secara
perlahan sehingga menembus dinding peritoneum.
4. Aspirasi Cairan Asites
Operator kemudian melakukan penusukan dengan jarum
ukuran 22 G dan tabung 50 ml secara perpendikular. Sembari
dilakukan penusukan, lakukan peregangan kulit dengan tangan
lainnya guna mencegah terjadi penusukan pada lapisan otot yang
tumpang tindih sehingga mengurangi risiko kebocoran. Setelah
jarum menembus rongga peritoneum, cairan diaspirasi untuk
dikirimkan ke laboratorium guna pemeriksaan bila diperlukan. Bila
pungsi asites terapeutik akan dilakukan, syringes kemudian
dilepaskan dan diganti dengan infus set untuk dapat mengalirkan
cairan asites pada tabung yang sudah disiapkan sebelumnya.
Pemeriksaan tensi berkala harus dilakukan guna mencegah terjadi
hipotensi terutama selama tindakan pungsi asites yang
mengeluarkan cairan dalam jumlah yang besar.
5. Tahap Penyelesaian
Bila cairan asites yang diaspirasi sudah cukup, jarum kemudian
ditarik perlahan sembari melepaskan traksi kulit. Setelah jarum
keluar sepenuhnya, diberikan penekanan pada daerah penusukan
untuk menghentikan perdarahan.
6. Pemeriksaan Cairan Asites secara Visual
Pemeriksaan cairan asites secara visual dapat dilakukan
langsung setelah dilakukan aspirasi cairan. Cairan asites dapat
menunjukkan gambaran jernih, seperti susu, berkabut atau keruh,
kemerahan dan straw coloured. Impresi awal ini dapat membantu
klinisi dalam memikirkan kemungkinan diagnosis pasien.
7
B. Penyebab dan Gejala Ascites
a. Penyebab Ascites
Ada beberapa penyebab terjadinya asites atau pengumpulan cairan
dirongga perut seperti berikut ini :
Kelainan di hati
Sirosis, terutama yang disebabkan oleh alkoholisme
Hepatitis alkoholik tanpa sirosis
Hepatitis menahun
Penyumbatan vena hepatic
Kelainan diluar hati
Gagal jantung
Gagal ginjal, terutama sindroma nefrotik
Perikarditis konstriktiva
Karsinomatosis, dimana kanker menyebar ke rongga perut
Berkurangnya aktivitas tiroid
Peradangan pankreas.
b. Gejala Ascites
Gejala dan keluhan yang timbul saat seseorang mengalami ascites bisa
muncul secara bertahap atau tiba-tiba. Hal ini tergantung pada penyebab
yang mendasari terjadinya asites. Namun, saat seseorang mengalami
asites, biasanya akan muncul beberapa gejala berikut ini:
Perut yang terlihat membesar dan membengkak seperti balon
Muncul rasa kembung
Mual atau muntah
Sakit perut
Sesak napas, terutama pada saat berbaring
Gangguan pencernaan
Sensasi rasa terbakar di dada (heartburn) akibat naiknya asam
lambung
Peningkatan berat badan
8
Selain gejala yang telah disebutkan di atas, penderita asites juga bisa
mengalami pembengkakan pada tungkai dan pergelangan kaki,
pembengkakan pada pembuluh darah vena yang ada di anus (wasir),
demam, dan hilangnya nafsu makan
C. Diagnosis Asites
Tes pemindaian, seperti USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat
keberadaan dan jumlah cairan berlebih, sekaligus memeriksa penyebab
yang mendasari asites
Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, kadar elektrolit,
dan kadar albumin di dalam darah
Paracentesis dengan mengambil sampel cairan dari rongga perut, untuk
mengetahui jumlah sel darah merah dan putih, memeriksa kadar
albumin (protein), amilase, dan glukosa, serta melihat keberadaan
partikel penyakit, seperti infeksi atau kanker
Angiografi, untuk memeriksa aliran darah terutama pada vena hati
Laparoskopi, untuk memeriksa kondisi organ di dalam perut
D. Jenis Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Makroskopis
Terdiri dari pemeriksaan warna dan kejernihan
3. Pemeriksaan Mikroskopis (hitung sel dan hitung jenis)
4. Pemeriksaan Kimia
5. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Pemeriksaan Fisik
Shifting dullnes = pada penderita yang terlentang, dicari batas timpani
pekak (permukaan cairan) di bagian lateral abdomen
Bila posisi penderita dimiringkan, maka batas timpani pekak menjadi
bergeser
9
Gambar teknik untuk memeriksa redup yang berpindah. Daerah
berwarna menunjukkan daerah timpani. (Dari Mark H. Swartz.
1995, hal 252)
Undulasi:
1. Dua telapak tangan ditaruh di kiri dan kanan dinding abdomen.
2. Telapak tangan penderita atau pemeriksa kedua, pada sisi ulnar ditekan
ke dinding abdomen.
3. Ujung-ujung jari memberikan tekanan pada satu sisi, maka telapak
tangan yang lain merasakan adanya gelombang.
Fluid Wave
Pemeriksaan asites bisa dilakukan dengan cara menekan secara dalam
ke arah garis tengah dinding abdomen (untuk mencegah vibrasi
sepanjang dinding abdomen), letakkan telapak tangan yang satu
berlawanan dengan telapak tangan yang lain untuk mendengarkan
adanya cairan asites.
Pudle Sign
Pasien pada posisi bertumpu pada lutut dan siku tangan, yang mana
akan menyebabkan cairan asites berkumpul di bagian bawah abdomen.
10
Lakukan perkusi dari bagian samping perut (lank) ke garis tengah. Pada
area asites suara perkusi akan lebih mengeras.
Pemeriksaan penunjang
Foto thorax dan abdomen
CT-Scan
2. Pemeriksaan Makroskopis
a) Metode : Visual (Manual)
b) Tujuan: Untuk mengetahui warna dan kejernihan cairan
c) Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi
- cairan ascites
d) Cara Kerja :
1. Cairan Ascites dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
2. Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
e) Hasil:
11
infeksi (parasite dan tuberkulosis), keganasan, kelainan kengenital,
traumatis, proses inflamasi, nefropati, dan kardiopati. Ascites berdarah
menunjukkan adanya tumor jinak atau ganas, pankreatitis hemoragik,
atau ulkus perforasi, Ascites berwarna jernih atau kekuning-kuningan
sering dihubungkan dengan sirosis
3. Pemeriksaan Mikroskopis
1) Hitung jumlah leukosit
a. Metode : Bilik Hitung
b. Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan Ascites.
c. Prinsip Pemeriksaan: sampel diencerkan dengan larutan pengencer
tertentu kemudian leukosit dalam larutan di hitung dalam kamar
hitung improved Neubauer dengan mikroskop.
d. Alat dan Bahan
Mikroskop
Hemacytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup,
pipet thoma leukosit
Tissue
Larutan Turk atau NaCl 0,9%
Cairan Rongga Perut / Ascites
e. Cara kerja
1) Pipet sampel sampai tanda 0,5
2) Pipet larutan turk/NaCl 0,9% sampai tanda 11
3) Kocok pipet lalu buang 4-5 tetes
4) Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung
pada semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x.
Catatan :
- Pengencer NaCl 0,9% digunakan apabila pada pemeriksaan
makroskopik ditemukan adanya cairan ke arah eksudat dan
terdapat bekuan yang banyak. Namun sebaiknya digunakan
larutan NaCl 0,9% bila ragu membedakanya.
12
- Larutan Turk mengandung asam asetat yang dapat
menyebabkan protein menjadi denaturasi sehingga terjadi
bekuan.
f. Hasil
Cairan asites yang normal mengandung < 500 leukosit/microliter dan
< 250 leukosit PMN / microliter. Inflamasi yang lain dapat
menyebabkan peningkatan sel darah putih. Jumlah netrofil > 250
sel / microliter menunjukan adanya hepatitis bakterial. Pada
peritonitis TB dan peritoneal Carsinomatosis terhadap predominan
limfosit.
2) Hitung jenis leukosit
a. Metode : Giemsa Stain
b. Tujuan : Untuk menghitung jenis sel mononuklear dan polinuklear
dalam cairan
c. Alat dan Bahan :
- Objek Gelas - Metanol absolut
- Kaca Penghapus - Giemsa
- Sentrifuge - Cairan Rongga Perut / Ascites
- Tabung reaksi
- Timer
d. Cara Kerja :
Apabila cairan jernih maka cairan dilakukan sentrifugasi 5 menit
3000 rpm dibuat hapusan tebal, namun bila cairan sudah keruh dan
berkeping-keping maka dapat langsung dibuat sediaan hapus
tipis/tebal.
Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x dengan oil
emersi.
4. Pemeriksaan Kimia
13
Pemeriksaan SAAG (Serum-ascites albumin gradient)
SAAG adalah pemeriksaan terbaik untuk mengklasifikasikan asites
dengan hipertensi portal (SAAG>1,1 g/dl) dan non portal HT
(SAAG<1,1 gr/dl). Pengukuran nilai albumin berhubungan langsung
dengan tekanan portal. Spesimen harus diperoleh secara berkelanjutan.
Ketepatan hasil SAAG + 97% dalam mengklasifikasikan asites. Kadar
albumin yang meningkat dan rendah menjelaskan sifat asites
transudat/eksudat..
5. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan Kultur atau pewarnaan gram
Sensitifitas kultur darah kira-kira 92 % dalam mendeteksi
pertumbuhan bakteri pada cairan asites. Pewarnaan gram
sensitifitasnya hanya 10% dalam memberikan gambaran bakteri pada
peritonitis bakterial spontan. Kira-kira diperlukan 10000 bakteri/ml
agar dapat terlihat pada pewarnaan gram. Pada peritonitis bakteri
spontan nilai konsentrasi rata-rata bakteri 1 organisme/ml.
E. Pengobatan Ascites
1) Pemberian obat-obatan
Diuretik, untuk meningkatkan pengeluaran cairan dan garam dari tubuh
sehingga mengurangi keluhan dan tekanan pada vena hati
Kemoterapi, untuk membunuh sel kanker jika asites disebabkan oleh
kanker
Antibiotik, untuk mencegah atau mengobati infeksi, terutama jika asites
dipicu oleh adanya infeksi bakteri
2) Tindakan medis dan operasi
Paracentesis, untuk mengeluarkan cairan berlebih dari dalam rongga
perut
Pembedahan, untuk membuang jaringan kanker
Transplantasi hati, untuk mengobati asites yang disebabkan oleh
kerusakan hati yang sangat parah
3) Pengobatan secara mandiri
14
Menghindari konsumi minuman beralkohol, untuk mengurangi risiko
bertambah parahnya kerusakan hati
Membatasi konsumsi garam, untuk mengurangi penyerapan cairan
tubuh,
Membatasi jumlah cairan yang boleh diminum sesuai anjuran dokter
F. Komplikasi Asites
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ascites merupakan akumulasi cairan patologis di dalam cavum
abdomen. Ascites merupakan salah satu komplikasi yang paling sering
terjadi pada penyakit sirosis dan hipertensi portal. Ada beberapa jenis
pemeriksaan ascites diantaranya yaitu pemeriksaan fisik, mikroskopis,
makroskopis, kimia dan bakteriologi.
B. Saran
Adapun saran yaitu diharapkan dalam pengambilan cairan ascites
di butuhkan pemeriksaan fisik terlebih dahulu untuk menentukan kadaan
umum pasien agar tidak terjadi hal yang membahayakan pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
.
Analis Kesehatan. 2013. Pemeriksaan Transudate Dan Eksudat.
http://kuliahanaliskesehatan.blogspot.com/2013/05/pemeriksaan-transudat-
eksudat.html . Diakses pada 18 januari 2021
Cahyono, J.B.& Suharjo B. 2014. Hepatitis A. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius
Huang LL., Xiang Xia HH., and Lin Zhu S. Ascitic fluid analysis in the
differential diagnosis of ascites: focus on cirrhotic ascites. Journal of Clinical
and Translational Hepatology. 2014 vol. 2; 58-64.
Mark H. Swartz, Buku Ajar Diagnostik Fisik. EGC, 1995: 252.
Merry Dame C.P. 2020. Asites. https://www.alodokter.com/asites. Diakses pada
17 januari 2021
Timbang Rasa Klinik. 2011. Pemeriksaan Fisik Abdomen.
http://timbangrasaclinic.blogspot.com/2011/09/pemeriksaan-fisik-
abdomen.html?m=1. Diakses pada 18 januari 2021
Yazid. 2016. Makalah Penyakit Asites. http://www.atlm.web.id/2016/11/makalah-
penyakit-asites.html. Diakses pada 18 januari 2021.
17