by twelve13
2 Votes
Fisika klasik menganggap bahwa fenomena partikel dan fenomena gelombang adalah dua hal yang
berbeda. Tapi fisika kuantum menunjukkan yang sebaliknya. Bagaimana mungkin? Mari kita
telusuri.
Pada akhir abad ke-19, salah satu fenomena yang tidak bisa dijelaskan oleh fisika klasik adalah
masalah spektrum radiasi dari benda hitam.
Sebuah benda hitam adalah benda yang menyerap semua energi yang datang kepada benda tesebut.
Jika kita melihat sebuah benda, itu karena cahaya dipantulkan oleh benda tersebut. Ini berarti,
energi cahaya tidak diserap semua tapi sebagian besar dipantulkan oleh benda tersebut.
Sebuah benda hitam tidak akan memantulkan cahaya. Cahaya yang datang ke permukaannya akan
diserap seluruhnya. Dengan menyerap energi, energi-dalam dari benda meningkat. Hasilnya
adalah benda bertambah hangat. Benda ini selanjutnya akan mengeluarkan radiasi termal akibat
perbedaan suhu antara benda dan lingkungannya. Percobaan menunjukkan spektrum dari radiasi
termal ini.
Saat fisika klasik mencoba untuk menjelaskan bentuk dari spektrum radiasi dari sebuah benda
hitam, timbul suatu ketidakcocokkan dengan hasil percobaan. Menurut penghitungan fisika klasik,
radiasi termal akan memiliki intensitas tak berhingga untuk frekuensi tinggi radiasi. Ini disebut
bencana ultraviolet (ultraviolet catasthrope).
Solusi dari masalah ini diberikan oleh Max Planck. Ia mengasumsikan bahwa energi yang diserap
dan dipancarkan oleh benda hitam harus berbentuk diskrit, yaitu kelipatan dari sebuah konstanta
Planck.
Planck menggambarkan ini sebagai berikut.
Sebuah benda hitam digambarkan sebagai sebuah lubang dari sebuah kotak. Lubang ini akan
menerima semua cahaya yang masuk ke dalamnya dan tidak memantulkannya. Kotak ini bersifat
konduktif. Di dalam kotak, cahaya membentuk gelombang-gelombang diam dengan ujung-
ujungnya berada di dinding-dinding kotak yang karena bersifat konduktif maka amplitudonya
sama dengan nol.
Dengan penghitungan sederhana kita bisa melihat bahwa frekuensi dari gelombang cahaya di
dalam kotak bersifat diskrit. Dengan demikian, energi cahaya di dalam kotak pun bersifat disktrit.
Energi diskrit inilah yang dipancarkan oleh benda hitam (lubang kotak).
Pada saat Planck mengemukakan solusinya, para fisikawan tak terlalu menanggapi hal ini secara
serius. Meskipun hasil penghitungan Planck sangat cocok dengan hasil percobaan di laboratorium,
para fisikawan menganggap bahwa penghitungan ini bersifat ad hoc, artinya hanya berlaku untuk
kasus benda hitam saja. Einsteinlah yang membawa asumsi Planck ini lebih lanjut dalam
menjelaskan efek fotolistrik sehingga membuka pintu ke arah terbentuknya teori kuantum.
Artikelnesia / 09/11/2012
12 Votes
(Pustaka Fisika). Mungkin kita pernah menyaksikan logam yang dipanaskan sampai suhu tertentu
terlihat berpijar dan mengeluarkan cahaya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa benda pada
temperatur tinggi akan memancarkan energi radiasi gelombang elektromagnetik. Pada daerah
tampak, radiasi ini sering kita lihat sebagai cahaya. Makin tinggi suhu, makin tinggi frekuensi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan. Ini juga menunjukkan makin besar energi kalor
yang dipancarkan.
Benda Hitam
Benda hitam adalah benda khayal yang dengan kondisi ideal tertentu yang berusaha diciptakan
oleh para ilmuwan fisika untuk menganalisis prilaku radiasi yang terperangkap dalam rongganya.
Di anggap sebagai benda khayal karena sulitnya menemukan benda dengan hitam sempurna.
Benda yang hampir hitam sempurna adalah jelaga lampu. Jelaga ini memancarkan kira-kira 1%
energi radiasi yang mengenainya. Para ilmuwan bersepakat bahwa yang dimaksud dengan benda
hitam disini adalah benda dengan ruang tertutup yang terdapat lubang kecil di dindingnya.
Gambar: Radiasi Benda Hitam
Sebagian besar energi radiasi yang masuk melalui lubang ini akan diseraap oleh dinding-dinding
bagian dalam. Dari sebagian yang terpantul hanya sebagian kecil yang dapat keluar lewat lubang
tersebut. Jadi dapat dianggap bahwa lubang ini berfungsi sebagai penyerap yang sempurna. Benda
hitam ini akan memancarkan radiasi lebih banyak jika bendanya memiliki suhu tinggi. Spektrum
benda hitam panas mempunyai puncak frekuensi lebih tinggi daripada puncak spektrum benda
hitam yang lebih dingin.
Fisika Klasik dan Radiasi Benda Hitam
Terdapat masalah besar yang menarik dan belum terpecahkan oleh para ilmuwan fisika di akhir
abad 19. Mengenai penjelasan ilmiah radiasi benda hitam. Ada dua teori klasik yang mencoba
menjelaskan spektrum radiasi benda hitam, yaitu teori Wien dan teori Rayleigh-Jeans. Teori Wien
menyatakan hubungan antara intensitas radiasi dengan panjang gelombang menggunakan analogi
antara radiasi dalam ruangan dan distribusi kelajuan molekul gas. Namun teori Wien gagal
menjelaskan panjang gelombang yang panjang.
Berbeda dengan Wien, teori Rayleigh-Jeans menyatakan gubungan antara intensitas dan panjang
gelombang radiasi dengan menggunakan penurunan dari teori klasik murni. Namun ternyata, teori
ini hanya berhasil menjelaskan radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang panjang. Untuk
panjang gelombang yang pendek teori ini tidak dapat dipakai.
EFEK FOTOLISTRIK
Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam tersebut disinari
cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian Albert
Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya merupakan
pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki energi sebesar hf.
Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik.
Advertisment
Percobaan Efek Fotolistrik
dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m= massa elektron (kg)
v= kecepatan elektron (m/s)
e= muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)
Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan pada keping
akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari
frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik
tergantung pada jenis logam yang dipakai.
Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik
Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori kuantum
(foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran
yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek
fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika intensitas
foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik elektron foto
tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal
intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi jika
frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal
yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari
permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan logam
dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron foto
bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.
Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa foton
memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya
menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika
diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena
elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat
elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi
ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam
yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi
kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan
tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan
elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi
ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut
panjang gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi
kinetik elektron foto dapat dinyatakan dalam persamaan :
E = Wo + Ek atau Ek = E Wo
sehingga Ek = hf hfo = h (f fo)
Suatu eksperimen dilakukan pada akhir abad ke-19 untuk mengamati fenomena radiasi. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa cahaya yang menumbuk permukaan logam tertentu
menyebabkan elektron terlepas dari permukaan logam tersebut. Fenomena ini dikenal
sebagai Efek Fotolistrik dan elektron yang terlepas disebut sebagai fotoelektron. Skema
eksperimen yang dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Hubungan arus fotolistrik dengan perbedaan potensial (voltase) yang terbaca dari hasil
eksperimen plat E dan plat C untuk dua jenis intensitas cahaya ditunjukkan pada grafik dibawah.
Saat nilai voltase tinggi, besar arus menunjukkan nilai yang maksimal dan besar arus tersebut
tidak dapat bertambah naik. Besarnya arus maksimum dapat bertambah jika intensitas cahaya
ditingkatkan, hal ini terjadi karena semakin tinggi intensitas cahaya yang ditembakkan maka
semakin banyak elektron yang keluar dari plat logam. Ketika besar beda potensial (voltase)
makin mengecil dan bahkan nilainya sampai minus (-V0), ternyata tidak ada arus yang mengalir
yang menandakan tidak ada fotoelektron yang mengalir dari plat E ke plat C. Potensial V0disebut
sebagai potensial henti.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan, ternyata nilai beda potensial tidak bergantung pada
intensitas cahaya yang diberikan, akan tetapi karena banyaknya muatan fotoelektron yang keluar
dari plat. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya energi kinetik maksimum dari efek fotolistrik
dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
Persamaan ini memungkinkan kita untuk mengukur besarnya nilai energi kinetik maksimum
secara eksperimental dengan menentukan beda potensial saat nilai arus sama dengan nol.
Dari eksperimen efek fotolistrik yang dilakukan, ternyata teori klasik yang menyatakan cahaya
sebagai gelombang gagal menjelaskan mengenai sifat-sifat cahaya yang terjadi pada efek
fotolistrik. Oleh karena itu, teori kuantum Einstein dipakai untuk menjelaskan sifat penting
cahaya pada fenomena ini.
Dimana,
Fungsi kerja menggambarkan energi minimum yang diperlukan agar elektron dapat terus
menempel pada logam.
Dengan menggunakan foton sebagai model cahaya, efek fotolistrik dapat dijelaskan dengan
benar daripada yang diprediksikan oleh konsep-konsep klasik, yaitu:
1. Besarnya energi kinetik yang dikeluarkan fotoelektron tidak bergantung pada intensitas
cahaya. Jika intensitas cahaya digandakan, maka jumlah fotoelektron yang keluar juga
berlipat ganda, namun besarnya energi kinetik maksimum pada setiap fotoelektron nilainya
tidak berubah.
2. Elektron terlepas dari logam falam waktu yang singkat. Selang waktu antara cahaya yang
datang dan fotoelektron yang keluar tergantung pada besarnya paket energi yang dibawa
foton. Jika intensitas cahaya yang diterima rendah, hanya sedikit foton yang datang per unit
waktu.
3. Keluarnya elektron tidak bergantung pada frekuensi cahaya. Jika energi yang dibawa foton
besarnya tidak lebih dari fungsi kerja, maka elektron tidak dapat dikeluarkan dari
permukaan logam.
4. Besarnya energi kinetik maksimum fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya. Sebuah
foton dengan frekuensi yang lebih besar membawa energi yang lebih besar dan akan
mengeluarkan fotoelektron dengan enrgi kinetik yang lebih besar dibandingkan dengan
foton berfrekuensi rendah.
Model Einstein mampu memprediksi hubungan antara energi kinetik maksimum elektron dan
frekuensi cahaya. Hasil eksperimen yang membuktikan teori Einstein tersebut dapat dilihat pada
grafik dibawah.
Terdapat frekuensi ambang logam dimana jika frekuensi cahaya berada dibawah frekuensi
ambang maka tidak ada fotoelekton yang terlepas. Frekuensi ambang tersebut berhubungan
dengan fungsi kerja sebagai berikut:
Dimana,
Dengan menggabungkan persamaan diatas dengan persamaan sebelumnya, maka besarnya energi
kinetik maksimum dari sebuah elektron yang terlepas diformulasikan dengan:
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, elektron dapat keluar dan timbul energi kinetik jika
frekuensi cahaya yang diantarkan oleh paket yang dibawa foton lebih besar dari frekuensi
ambangnya.
Selain itu, dapat diketahui pula panjang gelombang ambang berdasarkan frekuensi ambangnya:
Dimana,
Pembahasan:
Logam (eV)
Na 2,46
Al 4,08
Fe 4,50
Cu 4,70
Zn 4,31
Ag 4,73
Pt 6,35
Pb 4,14
Diketahui besar fungsi kerja natrium sebesar 2,46 eV.
Diketahui bahwa:
Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek fotolistrik, dan efek Compton
menunjukkan bahwa cahaya juga dapat berperilaku sebagai partikel. Sebagai partikel cahaya
disebut dengan foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.
Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua
buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa
udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak
ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada
salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron
yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk arus listrik.
Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik
memunculkan sejumlah fakta yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu
adalah sebagai berikut.
1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu saja)
yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek
fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari
cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam.
Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas
cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang
ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk
cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya
diperbesar.
3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya
yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron
terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang
cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak
dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui konsep
energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai untuk
menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan
oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai
kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan
sebagai E = hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini
dapat dituliskan sebagai
E = W0 + Ekm
hf = hf0 + Ekm
Ekm = hf hf0
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0 adalah
energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f adalah
frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas
dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik
dapat ditulis sebagai
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan
energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam
biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6
1019 J.
Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat dihentikan
oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik
dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan
pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain),
terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV0
Sifat Partikel dari Cahaya: Efek Compton
22 February 2010 Aktifisika Fisika Moderncompton, efek compton, foton, sinar-X
Efek Compton
By zuhdiismail | October 21, 2010
1 Comment
Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya saja foton tidak mempunyai
massa diam. jika hal ini benar kita harus bisa menganalisis tumbukan antara foton dengan elektron,
misalnya, dengan cara yang sama seperti tumbukan bola bilyard dianalisis dengan mekanika
pendahuluan.
gambar dibawah ini menunjukan bagaimana tumbukan serupa itu digambarkan, dengan foton itu
digambarkan, dengan foton sinar-x menumbuk elektron (yang mula-mula dalam keadaan diam
terhadap sistem koordinat laboratorium) dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula
sedangkan elektronnya menerima impulse dan mulai bergerak. dalam tumbukan ini foton dapat
dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi
kinetik K yang diterima oleh elektron, walaupun sebenarnya kita mengamati dua foton yang
berbeda. jika foton semula mempunyai frekuensi v, maka foton hambur mempunyai frekuensi yang
lebih rendah v, sehingga:
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron
hv hv = K (1)
karena momentum partikel tak bermassa berkaitan dengan energi menurut rumus
E = pc
dan karena energi foton adalah hv, momentumnya adalah
p = E/c = hv/c (2)
(3)
dan tegak lurus pada arah ini
(4)
Sudut menyatakan sudut antara arah mula dan arah foton hambur, dan ialah sudt antara arah foton mula
dan arah elektron yang tertumbuk. dari pers. 1, 3 dan 4 kita sekarang mendapatkan rumus yang
menghubungkan beda panjang gelombang antara foton mula dan foton hambur dengan sudut antara arah
masing-masing, kedua besaran tersebut adalah kuantitas yang dapat diukur.
langkah awal mengalikan persamaan 3 dan 4 dengan c dan menuliskannya kembali sebagai berikut:
dengan mengkuadratkan masing-masing persamaan ini dan menambahkannya, sudut dapat dieliminasi,
tinggal
(5)
karena
maka akan didapatkan (6)
(7)
hubungan ini akan kita sederhanakan dalam panjang gelombang sebagai pengganti frekuensi bagi persamaan
7 dengan 2h2c2
(8)
persamaan 8 diturunkan oleh Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala yang diperiksanya yang
pertama kali diamatinya, dikenal sebagai efek Compton. gejala ini menunjukan bukti kuat yang mendukung
teori kuantum radiasi.
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti
lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector).