Anda di halaman 1dari 19

Fisika Kuantum Radiasi Benda Hitam

by twelve13

2 Votes

Fisika klasik menganggap bahwa fenomena partikel dan fenomena gelombang adalah dua hal yang
berbeda. Tapi fisika kuantum menunjukkan yang sebaliknya. Bagaimana mungkin? Mari kita
telusuri.

Pada akhir abad ke-19, salah satu fenomena yang tidak bisa dijelaskan oleh fisika klasik adalah
masalah spektrum radiasi dari benda hitam.

Sebuah benda hitam adalah benda yang menyerap semua energi yang datang kepada benda tesebut.
Jika kita melihat sebuah benda, itu karena cahaya dipantulkan oleh benda tersebut. Ini berarti,
energi cahaya tidak diserap semua tapi sebagian besar dipantulkan oleh benda tersebut.

Sebuah benda hitam tidak akan memantulkan cahaya. Cahaya yang datang ke permukaannya akan
diserap seluruhnya. Dengan menyerap energi, energi-dalam dari benda meningkat. Hasilnya
adalah benda bertambah hangat. Benda ini selanjutnya akan mengeluarkan radiasi termal akibat
perbedaan suhu antara benda dan lingkungannya. Percobaan menunjukkan spektrum dari radiasi
termal ini.

Saat fisika klasik mencoba untuk menjelaskan bentuk dari spektrum radiasi dari sebuah benda
hitam, timbul suatu ketidakcocokkan dengan hasil percobaan. Menurut penghitungan fisika klasik,
radiasi termal akan memiliki intensitas tak berhingga untuk frekuensi tinggi radiasi. Ini disebut
bencana ultraviolet (ultraviolet catasthrope).
Solusi dari masalah ini diberikan oleh Max Planck. Ia mengasumsikan bahwa energi yang diserap
dan dipancarkan oleh benda hitam harus berbentuk diskrit, yaitu kelipatan dari sebuah konstanta
Planck.
Planck menggambarkan ini sebagai berikut.

Sebuah benda hitam digambarkan sebagai sebuah lubang dari sebuah kotak. Lubang ini akan
menerima semua cahaya yang masuk ke dalamnya dan tidak memantulkannya. Kotak ini bersifat
konduktif. Di dalam kotak, cahaya membentuk gelombang-gelombang diam dengan ujung-
ujungnya berada di dinding-dinding kotak yang karena bersifat konduktif maka amplitudonya
sama dengan nol.

Dengan penghitungan sederhana kita bisa melihat bahwa frekuensi dari gelombang cahaya di
dalam kotak bersifat diskrit. Dengan demikian, energi cahaya di dalam kotak pun bersifat disktrit.
Energi diskrit inilah yang dipancarkan oleh benda hitam (lubang kotak).

Pada saat Planck mengemukakan solusinya, para fisikawan tak terlalu menanggapi hal ini secara
serius. Meskipun hasil penghitungan Planck sangat cocok dengan hasil percobaan di laboratorium,
para fisikawan menganggap bahwa penghitungan ini bersifat ad hoc, artinya hanya berlaku untuk
kasus benda hitam saja. Einsteinlah yang membawa asumsi Planck ini lebih lanjut dalam
menjelaskan efek fotolistrik sehingga membuka pintu ke arah terbentuknya teori kuantum.

Radiasi Benda Hitam


Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah benda hitam pertama kali
diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862. Dalam Fisika, benda hitam (atau
blackbody) adalah sebutan untuk benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal)
dengan baik. Radiasi termal yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam dalam
bentuk radiasi gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun gelombang
cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu, dan untuk gas
berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori dalam Fisika klasik, benda
hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi yang mungkin agar supaya energi dari
benda tersebut dapat diukur. Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah
dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700
Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang inframerah,
sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi, semakin tinggi suhu benda
hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari
panjang gelombang merah, jingga, kuning hingga putih.
Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna hitam. Sebuah benda
hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga warnanya bisa lebih terang, walaupun benda
itu menyerap semua cahaya yang datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu
sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya.
Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip radiasi benda hitam
adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga. Dengan mengabaikan bahan
pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi yang masuk, maka selama panjang gelombang
datang lebih kecil dibandingkan dengan diameter lubang, cahaya yang masuk ke lubang itu akan
dipantulkan oleh dinding rongga berulang kali serta semua energinya diserap, yang selanjutnya
akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang elektromagnetik melalui lubang itu juga.
Lubang pada rongga inilah yang merupakan contoh dari sebuah benda hitam. Temperatur dari
benda itu akan terus naik apabila laju penyerapan energinya lebih besar dari laju pancarannya,
sehingga pada akhirnya benda hitam itu mencapai temperatur kesetimbangan. Keadaan ini
dinamakam dengan setimbang termal (setimbang termodinamik).

Gejala Kuantum: Radiasi Benda Hitam

Artikelnesia / 09/11/2012

12 Votes
(Pustaka Fisika). Mungkin kita pernah menyaksikan logam yang dipanaskan sampai suhu tertentu
terlihat berpijar dan mengeluarkan cahaya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa benda pada
temperatur tinggi akan memancarkan energi radiasi gelombang elektromagnetik. Pada daerah
tampak, radiasi ini sering kita lihat sebagai cahaya. Makin tinggi suhu, makin tinggi frekuensi
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan. Ini juga menunjukkan makin besar energi kalor
yang dipancarkan.
Benda Hitam
Benda hitam adalah benda khayal yang dengan kondisi ideal tertentu yang berusaha diciptakan
oleh para ilmuwan fisika untuk menganalisis prilaku radiasi yang terperangkap dalam rongganya.
Di anggap sebagai benda khayal karena sulitnya menemukan benda dengan hitam sempurna.
Benda yang hampir hitam sempurna adalah jelaga lampu. Jelaga ini memancarkan kira-kira 1%
energi radiasi yang mengenainya. Para ilmuwan bersepakat bahwa yang dimaksud dengan benda
hitam disini adalah benda dengan ruang tertutup yang terdapat lubang kecil di dindingnya.
Gambar: Radiasi Benda Hitam

Sebagian besar energi radiasi yang masuk melalui lubang ini akan diseraap oleh dinding-dinding
bagian dalam. Dari sebagian yang terpantul hanya sebagian kecil yang dapat keluar lewat lubang
tersebut. Jadi dapat dianggap bahwa lubang ini berfungsi sebagai penyerap yang sempurna. Benda
hitam ini akan memancarkan radiasi lebih banyak jika bendanya memiliki suhu tinggi. Spektrum
benda hitam panas mempunyai puncak frekuensi lebih tinggi daripada puncak spektrum benda
hitam yang lebih dingin.
Fisika Klasik dan Radiasi Benda Hitam
Terdapat masalah besar yang menarik dan belum terpecahkan oleh para ilmuwan fisika di akhir
abad 19. Mengenai penjelasan ilmiah radiasi benda hitam. Ada dua teori klasik yang mencoba
menjelaskan spektrum radiasi benda hitam, yaitu teori Wien dan teori Rayleigh-Jeans. Teori Wien
menyatakan hubungan antara intensitas radiasi dengan panjang gelombang menggunakan analogi
antara radiasi dalam ruangan dan distribusi kelajuan molekul gas. Namun teori Wien gagal
menjelaskan panjang gelombang yang panjang.

Berbeda dengan Wien, teori Rayleigh-Jeans menyatakan gubungan antara intensitas dan panjang
gelombang radiasi dengan menggunakan penurunan dari teori klasik murni. Namun ternyata, teori
ini hanya berhasil menjelaskan radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang panjang. Untuk
panjang gelombang yang pendek teori ini tidak dapat dipakai.

Intensitas Radiasi Planck


Teori fisika klasik yang menganggap cahaya sebagai gelombang, ternyata tidak dapat
menerangkan spektrum radiasi benda hitam. Kegagalan ini menggugah Max Planck untuk
melakukan penyelidikan spektrum radiasi benda hitam. Ia menyatakan suatu anggapan yang sangat
radikal kala itu, yaitu cahaya dapat dianggap sebagai partikel yang terdiri atas paket-paket energi
yang disebut sebagai kuanta atau foton. Teori ini lantas terbukti dengan adanya fenomena efek
fotolistrik dan efek compton yang hanya mampu dijelaskan jika cahaya dianggap sebagai partikel.
Mas Planck menggunakan dasar teoritis untuk memperkuat rumus empirisnya dengan membuat
beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Energi radiasi yang dipancarkan oleh getaran melekul-molekul benda bersifat diskrit, yang
besarnya E = n . h . f. n adalah bilangan kuantum (n = 1, 2, 3, ) dan f adalah frekuensi
getaran molekul, sedangkan h adalah konstanta Planck.
2. Molekul-molekul menyerap atau memancarkan energi radiasi dalam paket diskrit yang
disebut kuantum dan foton. Energi radiasi terkuantitasi, dimana energi satu foton sama
dengan konstanta Planck dikalikan frekuensi getaran molekulnya (h x f)

EFEK FOTOLISTRIK

Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam tersebut disinari
cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck, kemudian Albert
Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki bahwa cahaya merupakan
pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang memiliki energi sebesar hf.
Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik.
Advertisment
Percobaan Efek Fotolistrik

Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik


Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk mengadakan
percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi dengan dua elektroda A
dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa
ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada
saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal
ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang
terlepas dari permukaan (yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila
tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan
jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai
tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir
atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang
nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa
energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar :
Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial
henti

dengan :
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m= massa elektron (kg)
v= kecepatan elektron (m/s)
e= muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)
Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan pada keping
akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari
frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik
tergantung pada jenis logam yang dipakai.
Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik
Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori kuantum
(foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran
yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek
fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika intensitas
foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik elektron foto
tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal
intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi jika
frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal
yang tertentu agar dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari
permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan logam
dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron foto
bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar.
Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa foton
memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya
menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika
diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena
elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat
elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi
ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam
yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi
kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan
tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan
elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi
ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut
panjang gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi
kinetik elektron foto dapat dinyatakan dalam persamaan :
E = Wo + Ek atau Ek = E Wo
sehingga Ek = hf hfo = h (f fo)

Grafik hubungan antara Ek dengan f


dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h= konstanta Planck
f= frekuensi foton
fo = frekuensi ambang
Efek Fotolistrik

Suatu eksperimen dilakukan pada akhir abad ke-19 untuk mengamati fenomena radiasi. Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa cahaya yang menumbuk permukaan logam tertentu
menyebabkan elektron terlepas dari permukaan logam tersebut. Fenomena ini dikenal
sebagai Efek Fotolistrik dan elektron yang terlepas disebut sebagai fotoelektron. Skema
eksperimen yang dilakukan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Skema eksperimen fotolistrik. Sumber gambar: Serway, Jewet

Lihat juga materi lainnya:


Gelombang Elektromagnetik
Listrik Statis
Eksperimen dilakukan dengan menembakkan berkas cahaya ke sebuah plat logam E yang
terdapat pada selubung gelas (agar kondisi eksperimen terkontrol). Terdapat sebuah plat logam
lain (plat C) yang diposisikan sejajar untuk menangkap elektron yang keluar dari plat E. Kedua
plat tersebut tersambung dengan sebuah sirkuit dimana terdapat amperemeter untuk membaca
aliran elektron dari plat E ke plat C.

Hubungan arus fotolistrik dengan perbedaan potensial (voltase) yang terbaca dari hasil
eksperimen plat E dan plat C untuk dua jenis intensitas cahaya ditunjukkan pada grafik dibawah.
Saat nilai voltase tinggi, besar arus menunjukkan nilai yang maksimal dan besar arus tersebut
tidak dapat bertambah naik. Besarnya arus maksimum dapat bertambah jika intensitas cahaya
ditingkatkan, hal ini terjadi karena semakin tinggi intensitas cahaya yang ditembakkan maka
semakin banyak elektron yang keluar dari plat logam. Ketika besar beda potensial (voltase)
makin mengecil dan bahkan nilainya sampai minus (-V0), ternyata tidak ada arus yang mengalir
yang menandakan tidak ada fotoelektron yang mengalir dari plat E ke plat C. Potensial V0disebut
sebagai potensial henti.

Dari hasil eksperimen yang dilakukan, ternyata nilai beda potensial tidak bergantung pada
intensitas cahaya yang diberikan, akan tetapi karena banyaknya muatan fotoelektron yang keluar
dari plat. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya energi kinetik maksimum dari efek fotolistrik
dirumuskan sebagai berikut:

Dimana,

adalah muatan elektron (C),

adalah potensial henti (volt),

Persamaan ini memungkinkan kita untuk mengukur besarnya nilai energi kinetik maksimum
secara eksperimental dengan menentukan beda potensial saat nilai arus sama dengan nol.

Dari eksperimen efek fotolistrik yang dilakukan, ternyata teori klasik yang menyatakan cahaya
sebagai gelombang gagal menjelaskan mengenai sifat-sifat cahaya yang terjadi pada efek
fotolistrik. Oleh karena itu, teori kuantum Einstein dipakai untuk menjelaskan sifat penting
cahaya pada fenomena ini.

Teori Kuantum Mengenai Efek Fotolistrik


Pada model Einstein mengenai efek fotolistrik, sebuah foton dengan intensitas cahaya
memberikan semua energinya hf ke sebuah elektron yang terdapat di plat logam. Akan tetapi,
penyerapan energi oleh elektron tidak terjadi secara terus-menerus dimana energi dipindahkan ke
elektron dengan paket tertentu, berbeda seperti yang dijabarkan pada teori gelombang.
Pemindahan energi tersebut terjadi dengan konfigurasi satu foton untuk satu elektron.
Elektron keluar dari permukaan plat logam dan tidak bertabrakan dengan atom lainnya sebelum
mengeluarkan energi kinetik maksimum . Menurut Einstein, besarnya energi kinetik
maksimum untuk elektron yang terbebas tersebut dirumuskan dengan:

Dimana,

adalah konstanta Planck (Js),

adalah frekuensi foton (Hz),

adalah fungsi kerja (eV),

Fungsi kerja menggambarkan energi minimum yang diperlukan agar elektron dapat terus
menempel pada logam.

Dengan menggunakan foton sebagai model cahaya, efek fotolistrik dapat dijelaskan dengan
benar daripada yang diprediksikan oleh konsep-konsep klasik, yaitu:

1. Besarnya energi kinetik yang dikeluarkan fotoelektron tidak bergantung pada intensitas
cahaya. Jika intensitas cahaya digandakan, maka jumlah fotoelektron yang keluar juga
berlipat ganda, namun besarnya energi kinetik maksimum pada setiap fotoelektron nilainya
tidak berubah.
2. Elektron terlepas dari logam falam waktu yang singkat. Selang waktu antara cahaya yang
datang dan fotoelektron yang keluar tergantung pada besarnya paket energi yang dibawa
foton. Jika intensitas cahaya yang diterima rendah, hanya sedikit foton yang datang per unit
waktu.
3. Keluarnya elektron tidak bergantung pada frekuensi cahaya. Jika energi yang dibawa foton
besarnya tidak lebih dari fungsi kerja, maka elektron tidak dapat dikeluarkan dari
permukaan logam.
4. Besarnya energi kinetik maksimum fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya. Sebuah
foton dengan frekuensi yang lebih besar membawa energi yang lebih besar dan akan
mengeluarkan fotoelektron dengan enrgi kinetik yang lebih besar dibandingkan dengan
foton berfrekuensi rendah.
Model Einstein mampu memprediksi hubungan antara energi kinetik maksimum elektron dan
frekuensi cahaya. Hasil eksperimen yang membuktikan teori Einstein tersebut dapat dilihat pada
grafik dibawah.
Terdapat frekuensi ambang logam dimana jika frekuensi cahaya berada dibawah frekuensi
ambang maka tidak ada fotoelekton yang terlepas. Frekuensi ambang tersebut berhubungan
dengan fungsi kerja sebagai berikut:

Dimana,

adalah frekuensi ambang (Hz),

Dengan menggabungkan persamaan diatas dengan persamaan sebelumnya, maka besarnya energi
kinetik maksimum dari sebuah elektron yang terlepas diformulasikan dengan:

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, elektron dapat keluar dan timbul energi kinetik jika
frekuensi cahaya yang diantarkan oleh paket yang dibawa foton lebih besar dari frekuensi
ambangnya.

Selain itu, dapat diketahui pula panjang gelombang ambang berdasarkan frekuensi ambangnya:

Dimana,

adalah kecepatan cahaya (3 x 108 m/s),


=1240 eV.nm,
Contoh Soal Efek Fotolistrik
Sebuah permukaan logam natrium diterangi dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang
300 nm. Tentukan energi kinetik maksimum yang dikeluarkan fotoelektron dan tentukan besar
panjang gelombang ambang untuk natrium.

Pembahasan:

Berikut ini nilai fungsi kerja dari berbagai logam:

Logam (eV)
Na 2,46
Al 4,08
Fe 4,50
Cu 4,70
Zn 4,31
Ag 4,73
Pt 6,35
Pb 4,14
Diketahui besar fungsi kerja natrium sebesar 2,46 eV.

Diketahui bahwa:

Dengan memakai persamaan energi kinetik maksimum, diketahui:

Sehingga, nilai energi kinetik maksimum didapat sebesar:

Kemudian, didapatkan nilai frekuensi ambang untuk natrium sebesar:

Sifat Partikel dari Cahaya: Efek Fotolistrik


22 February 2010 Aktifisika Fisika Atom, Fisika Modernefek
fotolistrik, einstein,elektron, foton, fungsi kerja logam, LED, potensial penghenti
Pernahkah kamu melihat pelangi? Pernahkah kamu melihat warna-warni di jalan aspal yang
basah? Pelangi terjadi akibat dispersi cahaya matahari pada titik-titik air hujan. Adapun warna-
warni yang terlihat di jalan beraspal terjadi akibat gejala interferensi cahaya. Gejala dispersi dan
interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan gejala gelombang. Gejala difraksi
dan polarisasi cahaya juga menunjukkan sifat gelombang dari cahaya.

pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai


bensin terjadi akibat interferensi cahaya

Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek fotolistrik, dan efek Compton
menunjukkan bahwa cahaya juga dapat berperilaku sebagai partikel. Sebagai partikel cahaya
disebut dengan foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.

Efek Fotolistrik

Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua
buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa
udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak
ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan kepada
salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektron-elektron
yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk arus listrik.
Hasil pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik
memunculkan sejumlah fakta yang merupakan karakteristik dari efek fotolistrik. Karakteristik itu
adalah sebagai berikut.

1. hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari frekuensi tertentu saja)
yang memungkinkan lepasnya elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek
fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari
cahaya dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut frekuensi ambang logam.
Frekuensi ini berbeda-beda untuk setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
2. ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik, penambahan intensitas
cahaya dibarengi pula dengan pertambahan jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang
ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar). Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk
cahaya dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi ambang meskipun intensitas cahaya
diperbesar.
3. ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah cahaya
yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron
terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.

Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang
cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak
dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel.

Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui konsep
energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai untuk
menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan
oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai
kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan
sebagai E = hf.

Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini
dapat dituliskan sebagai

Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron

E = W0 + Ekm

hf = hf0 + Ekm

Ekm = hf hf0

Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W0 adalah
energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah frekuensi ambang logam, f adalah
frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas
dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik
dapat ditulis sebagai

Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan
energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam
biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6
1019 J.

Potensial Penghenti

Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat dihentikan
oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik
dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan
pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain),
terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.

Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika V0 adalah potensial penghenti, maka

Ekm = eV0
Sifat Partikel dari Cahaya: Efek Compton
22 February 2010 Aktifisika Fisika Moderncompton, efek compton, foton, sinar-X

Pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang sebagai kuantum energi


dengan energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat digambarkan
sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk partikel. Partikel
cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton.
Pandangan cahaya sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang
dikenal sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang
diam, sinar-X akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana
panjang gelombang sinar-X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal
sebagai efek Compton, sesuai dengan nama penemunya, yaitu Arthur
Holly Compton.

Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan


elektron (seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron
bebas yang diam menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak
ke arah membentuk sudut terhadap arah foton mula-mula. Foton yang
menumbuk elektron pun terhambur dengan sudut terhadap arah
semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih besar. Perubahan
panjang gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai
Dimana m adalah massa diam elektron, c adalah
kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.

Efek Compton
By zuhdiismail | October 21, 2010

1 Comment

Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya saja foton tidak mempunyai
massa diam. jika hal ini benar kita harus bisa menganalisis tumbukan antara foton dengan elektron,
misalnya, dengan cara yang sama seperti tumbukan bola bilyard dianalisis dengan mekanika
pendahuluan.

gambar dibawah ini menunjukan bagaimana tumbukan serupa itu digambarkan, dengan foton itu
digambarkan, dengan foton sinar-x menumbuk elektron (yang mula-mula dalam keadaan diam
terhadap sistem koordinat laboratorium) dan kemudian mengalami hamburan dari arahnya semula
sedangkan elektronnya menerima impulse dan mulai bergerak. dalam tumbukan ini foton dapat
dipandang sebagai partikel yang kehilangan sejumlah energi yang besarnya sama dengan energi
kinetik K yang diterima oleh elektron, walaupun sebenarnya kita mengamati dua foton yang
berbeda. jika foton semula mempunyai frekuensi v, maka foton hambur mempunyai frekuensi yang
lebih rendah v, sehingga:
Kehilangan energi foton = Energi yang diterima elektron

hv hv = K (1)
karena momentum partikel tak bermassa berkaitan dengan energi menurut rumus

E = pc
dan karena energi foton adalah hv, momentumnya adalah
p = E/c = hv/c (2)

gambar fek compton


Momentum, tidak seperti energi, merupakan kuantitas vektor yang mempunyai arah dan besar, dan
dalam tumbukan momentum harus kekal dalam masing-masing sumbu dari kedua sumbu yang
saling tegak-lurus. (bila lebih dari dua benda yang bertumbuka, tentu saja momentum harus kekal
pada masing-masing sumbu dari ketiga sumbu yang saling tegak-lurus). arah yang dipilih disini
adalah arah foton semula dan satu lagi tegak-lurus pada bidang yang mengandung elektron dan
foton hambur (lihat gambar diatas). momentum semula adalah hv/c, momentum foton hambur
adalah hv/c, dan momentum elektron mula serta akhir adalah, berurutan, 0 dan p, dalam arah foton
semula
Momentum mula = Momentum akhir

(3)
dan tegak lurus pada arah ini

Momentum mula = Momentum akhir

(4)
Sudut menyatakan sudut antara arah mula dan arah foton hambur, dan ialah sudt antara arah foton mula
dan arah elektron yang tertumbuk. dari pers. 1, 3 dan 4 kita sekarang mendapatkan rumus yang
menghubungkan beda panjang gelombang antara foton mula dan foton hambur dengan sudut antara arah
masing-masing, kedua besaran tersebut adalah kuantitas yang dapat diukur.

langkah awal mengalikan persamaan 3 dan 4 dengan c dan menuliskannya kembali sebagai berikut:

dengan mengkuadratkan masing-masing persamaan ini dan menambahkannya, sudut dapat dieliminasi,
tinggal

(5)

kemudian kita samakan kedua ruas untuk energi total partikel

sehingga akan didapatkan

karena
maka akan didapatkan (6)

dengan mensubstitusikan p2c2 ini dalam persamaan 5 akhirnya kita peroleh

(7)

hubungan ini akan kita sederhanakan dalam panjang gelombang sebagai pengganti frekuensi bagi persamaan
7 dengan 2h2c2

dan karena v/c = 1/ dan v/c = 1/

(8)

persamaan 8 diturunkan oleh Arthur H. Compton pada awal tahun 1920, dan gejala yang diperiksanya yang
pertama kali diamatinya, dikenal sebagai efek Compton. gejala ini menunjukan bukti kuat yang mendukung
teori kuantum radiasi.

Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan


bahwa eadalah muatan elektron yang besarnya 1,6 1019 C dan tegangan dinyatakan dalam
satuan volt (V).

Aplikasi Efek fotolistrik

Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti
lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector).

Anda mungkin juga menyukai