A. DASAR PEMIKIRAN
Kemerdekaan Indonesia yang menjadi cita-cita segenap bangsa
Indonesia, 71 tahun lalu, secara de jure memang telah dicapai. Artinya di atas
kertas Indonesia telah menjadi negara yang mandiri, bebas, dan merdeka.
Indonesia telah menang melawan penjajahan kolonialisme sejak bepuluh-
puluh tahun silam. Pencapaian kemerdekaan itu menyisakan kisah-kisah
heroik dan patriotik dari para pendiri bangsa, para pengisi masa kemerdekaan
yang paling awal, yang selanjutnya selalu diperingati setiap tanggal 17
Agustus. Baiklah, anggap saja begitu.
Akan tetapi, hari ini, kita sebagai pewaris kemerdekaan menghadapi
cobaan yang amat berat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Meski
telah berhasil mengusir kolonialisme dari tanah Indonesia, nyatanya, kita
belum bisa menghancurkan penjajahan yang sebenar-benarnya atas kehidupan
rakyat. Rakyat, meski mempunyai pemimpin, seolah dibiarkan berkontestasi
sendirian dengan tantangan zaman yang semakin hiruk-pikuk.
Kemerdekaan yang hanya menang di atas kertas, bukanlah kemerdekaan.
Ia hanyalah ilusi yang mematikan dalam diam, jika rakyatnya masih tertindas
di bawah sistem kekuasaan yang tidak mengenal keadilan sosial dan cita-cita
kesejahteraan.
Problematika Sektoral
Sektor politik merupakan wahana kongkalikong para politikus dan
makelar yang haus kuasa dan uang. Dahulu kita dihadapkan pada kekuasaan
yang militeris-otoriter-totaliter. Sekarang, ketika kran demokrasi dibuka lebar-
lebar, politik justru ditunggangi oleh oligark. Demokrasi yang diharapkan
sebagai pintu kesejahteraan nyatanya hanya bohong belaka. Ia tersesat pada
demokrasi prosedural yang hambar serta kering. Korupsi dimana-mana. Uang
dirampok oleh tangan negara sendiri. Kebijakan dikontrol oleh segelintir pihak
demi kepentingan oligarki.
Pada sektor ekonomi, imperialisme gaya baru atau neo liberalisme
menjadi kiblat politik ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Birokrasi Indonesia
adalah salah satu yang teramah kepada investasi (asing). Beroperasinya
banyak korporasi (domestik dan asing)—pro kapitalisme—dan proyek
pembangunan infrastruktur di berbagai daerah yang seringkali disertai
perebutan ruang hidup rakyat dan penindasan, nyatanya malah menghasilkan
ketimpangan ekonomi yang luar biasa. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh
Oxfam dan INFID, harta empat orang terkaya di Indonesia setara dengan harta
100 juta orang termiskin. Disisi lain, hutang luar negeri yang mencekik,
adalah pintu masuk dari intervensi internasional dalam kebijakan ekonomi
politik dalam negeri.
Di sektor pendidikan dan kesehatan, fasilitas yang memadai tidak cukup
dijangkau oleh masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah
tidak memihak pada kualitas pendidikan dan kesehatan rakyat. Di Kota
Malang sendiri misalnya, anggaran belanja pendidikan yang menurut regulasi
setidaknya diberikan porsi 10% dari total APBD, nyatanya kurang dari itu dan
justru diturunkan jumlahnya—tahun 2016 anggaran pendidikan sebesar Rp
154 M, sedang tahun 2017 turun menjadi Rp 124 M. Belum lagi persoalan
intern pendidikan sendiri yang terjebak pada pragmatisme dan pengkhianatan
kaum intelektualnya terhadap kemanusiaan.
BPJS yang selama ini menjadi program unggulan di bidang kesehatan,
mengambil konsep stratifikasi ekonomi dalam hal kualitas pelayanan. Peserta
BPJS dengan kelas rendah hanya akan mendapat pelayanan yang minimalis.
Begitu pula sebaliknya. Adanya perbedaan akses terhadap pendidikan dan
kesehatan berdasarkan kekuatan ekonomi juga ikut mendorong ketimpangan
sosial-ekonomi.
Pada sektor lingkungan, kita menemui masalah mengenai rusaknya
ruang hidup bagi manusia, satwa-satwa dan tumbuhan. Ruang hidup yang
serasa menyempit akibat peningkatan populasi manusia diperparah dengan
memburuknya kualitas lingkungan serta daya dukungnya bagi kehidupan.
Kegiatan eksploitasi alam melalui berbagai korporasi dan swastanisasi yang
memberi ekses kerusakan lingkungan. Adanya bencana, rusaknya ekosistem,
pemanasan global, perubahan iklim, kekeringan, dan pada akhirnya
kemiskinan, adalah dampak langsung dari masifnya industrialisasi.
Pembangunan yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa adalah
pembangunan manusia Indonesia. Cita-cita kemerdekaan tidak lain adalah
menciptakan kesejahteraan umum, bukan kesejahteraan elite. Jika negara
konsisten dengan cita-cita ini, maka ia tidak akan menghamba pada kekuatan
ekonomi liberal yang menindas dan melupakan hak-hak dasar rakyat.
D. TUJUAN KEGIATAN
Secara umum tujuan dari kegiatan Pelatihan Kader Dasar ini adalah
membentuk kader yang siap ditempatkan di mana saja yang tetap dalam koridor
Nilai Dasar Pergerakan dan tujuan PMII. Secara khusus tujuan PKD ini adalah:
1. Kader PMII bersedia menyumbangkan pemikiran dan tenaga untuk
kepentingan PMII.
2. Kader PMII memiliki pengetahuan teoritik dan lapangan yang mumpuni.
3. Kader PMII dapat bertaqwa kepada Allah swt, berbudi luhur, berilmu, dan
cakap dalam setiap tindakan.
4. Kader PMII dapat tumbuh subur dan siap ditempatkan dalam berbagai
kondisi.
5. Kader PMII memiliki kesadaran kritis, kapasitas intelektual yang mumpuni,
serta menginsyafi ideologi PMII sebagai landasan serta motivasi berpikir
dan bergerak di tengah-tengah masyarakat.
E. WAKTU DAN TEMPAT
PKD 1
HARI/TANGGAL PUKUL MATERI TEMPAT
1. Analisis
Wacana dan
Media
2. Aswaja Hall Bintang
Selasa, 08.00-16.00 sebagai Sembilan
28 Maret 2017 WIB Manhaj ‘Al PMII Cabang Kota
Fikr wal Malang
Harokah
3. Stadium
General
PKD 2
Hari : Jum’at – Minggu
Tanggal : 31 Maret 2017 – 2 April 2017
Tempat : Gedung Sanggar Pramuka, Lawang
F. METODE PELATIHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi kelompok
G. MATERI PELATIHAN
4. Nadlotul Nisa’
Pokok bahasan:
a. Islam mengakui eksistensi kaum perempuan sebagai manusia
b. Islam mengakui hak perempuan sama dengan hak laki-laki dalam
hal pengabdian kepada agama, nusa, dan bangsa
c. Islam mengakui adanya perbedaan fungsi antara laki-laki dan
perempuan yang disebabkan perbedaan kodrati
d. Ajaran islam menempatkan perempuan pada posisi yang setara
dengan laki-laki dalam realitasnya mengalami distorsi akibat
pengaruh kondisi sosial dan budaya
e. Upaya emansipatoris terhadap diskiriminasi kepada perempuan
f. Perempuan di dalam organ pergerakan dan entitas masyarakat
5. Paradigma PMII;
Pokok bahasan:
a. Filosofi paradigma PMII;
b. Implementasi gerakan dalam kehidupan pribadi dan berorganisasi;
c. Identifikasi peluang dan potensi PMII;
d. Analisis alternatif peran gerakan PMII untuk menentukan posisinya di
masa kini dan masa depan
8. Studi advokasi;
Pokok bahasan:
a. Konsep dasar (pengertian, jenis/ bentuk, dan model) advokasi dan
pendampingan masyarakat
b. Proses serta mekanisme dalam penyusunan advokasi dan teknik dalam
pendampingan masyarakat
c. Advokasi dan pendampingan masyarakat sebagai salah satu bentuk
strategi gerakan
9. Islam sebagai Teologi Pembebasan;
Pokok bahasan:
a. Sejarah kemunculan Teologi Pembebasan di Amerika Latin dan tokoh-
tokoh pentingnya
b. Konsep Teologi Pembebasan (Teologi Konservatisme vs Teologi
Pembebasan)
c. Islam sebagai teologi pembebasan, menelaah sari pemikiran Hasaan
Hanafi dan Asghar Ali Engineer
d. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar dan implementasinya
e. Prinsip tauhid dan implementasinya dalam konteks pribadi dan konteks
gerakan
f. Menempatkan teologi sebagai motivasi perjuangan dalam sebuah
kenyataan empiris
H. NARASUMBER PELATIHAN
Narasumber pada PKD ini diantaranya:
1. Sahabat Yatimul Ainun
2. Sahabat Ali Akbar Mu’thi
3. Sahabati Diana Manzila
4. Sahabat Farih Sulaiman
5. Sahabat Ahmad Nurabadi
6. Sahabat Habibburrahman E.S.
7. Sahabat Rizal Zamzani
8. Sahabat Winartono
9. Sahabat Ragil Setyo
10. Sahabat Ilham Muhtadi
11. Sahabat Ach Faisol Arifin
I. BIAYA PENDAFTARAN
Biaya pendaftaran untuk mengikuti PKD ini adalah sebagai berikut:
1. Komisariat Liga: Rp 40.000,00
2. Luar Komisariat Liga: Rp 60.000,00
J. FASILITAS PESERTA
Ilmu yang bermanfaat
Modul PKD Liga 2017
Blocknote
Sertifikat
Penginapan
Konsumsi
Makanan ringan dan minuman
Transportasi
K. DRESSCODE PESERTA
PKD 1
Selasa
Sahabat: atasan batik, celana panjang kain
Sahabati: atasan batik, bawahan rok kain warna bebas, jilbab bebas
PKD 2
Jumat
Sahabat: atasan bebas formal, celana panjang kain
Sahabati: atasan bebas formal, bawahan rok kain warna bebas, jilbab bebas
Sabtu
Sahabat: atasan batik, celana panjang kain
Sahabati: atasan batik, bawahan rok kain warna bebas, jilbab bebas
Minggu
Sahabat: atasan bebas formal, celana panjang kain
Sahabati: atasan bebas formal, bawahan rok kain warna bebas, jilbab bebas