Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IDEOLOGI POLITIK DAN STRATEGI DALAM MENGHADAPI


MASALAH SOSIAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN MASYARAKAT
MADANI

(TEMA L)

“Diajuakan Untuk Mengikuti Latihan Kader II (Intermediate Traning) Tingkat


Nasional Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Takengon”

OLEH : MUHAMMAD SAPUTRA BANUREA

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“IDEOLOGI POLITIK DAN STRATEGI DALAM MENGHADAPI MASALAH
SOSIAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI”.
Sebagai salah satu Syarat Pelaksanaan Forum LK 2 HMI Cabang Takengon.

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam Penulisan Makalah


ini, Sekalipun Penulis telah berusaha untuk memberikan yang terbaik dengan
segenap kemampuan yang penulis miliki, sehingga kritik dan saran yang
membangun demi penulisan yang lebih baik sangat diharapkan oleh penulis.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi Himpunan tercinta.

Medan, 08 Desember 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... 1

Daftar Isi............................................................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan .............................................................................................................. 5

BAB II Pembahasan ........................................................................................................... 6

A. Ideologi ............................................................................................................ 6
B. Politik ............................................................................................................... 7
C. Strategi dan Taktik ........................................................................................... 8
D. Masyarakat Madani .......................................................................................... 9
E. Gerak HMI Dalam Membangun Masyarakat Madani ..................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

Kesimpulan ........................................................................................................................ 17

Saran ................................................................................................................................... 17

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hingga era Reformasi ini, masyarakat Indonesia telah mengalami


pengalaman pahit dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan bermasyarakat.
Orde Lama dengan ketidakstabilan politik menyebabkan munculnya
pemberontakan-pemberontakan. Begitupun dengan Orde Baru yang atas nama
kestabilan politik menjalankan cara otoriter dan menghasilkan banyak tragedi
kemanusiaan dibaliknya. Dengan kejenuhan itu, masyarakat mencoba menggali
konsep seperti apa yang dapat diterapkan, sehingga kemudian muncullah konsep
masyarakat madani.

Peran seorang intelektual atau yang juga dikenal dengan sebutan kelas
menengah sangat penting dalam membangun masyarakat madani. Orang-orang
yang berpendidikan senantiasa menjadi ruh atau bapak dalam membangun
masyarakat. Sejak awal abad ke-20, kaum intelektual yang juga dikenal dengan
istilah golongan priyayi di Indonesia bergerak membangun sebuah narasi
pergerakan nasional menuntut kemerdekaan. Sampai akhirnya di tahun 1945
Indonesia mendapatkan kemerdekaan atas jasa perjuangan para kaum intelektual.
Bahkan di lingkup dunia, sebuah revolusi dimanapun selalu berawal dari gagasan
kaum intelektual.

Tentunya membangun masyarakat madani bukan suatu perkara mudah,


perlu sebuah kematangan berpikir. Selain itu, perlu sebuah persiapan dan
perencanaan yang terstruktur, mulai dari landasan fundamental, rancangan
gagasan, pola gerakan, sampai kepada aksi dan implementasi. Sama halnya
dengan Himpunan Mahasiswa Islam yang memiliki tujuan mulia yaitu
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur yang diridhoi Allah
SWT”. Konsekuensi logis dari tujuannya adalah HMI bertanggungjawab untuk
membangun masyarakat madani.

3
Dalam upaya membangun masyarakat madani, HMI merancang sebuah
persiapan dengan apa yang dinamakan Ideopolitorstratak (ideologi, politik,
strategi, dan taktik). Perencanaan yang terstruktur dan sistematis dirumuskan
mulai dari ideologi sebagai landasan fundamental, politik sebagai siasat, sampai
kepada strategi dan taktik sebagai ujung tombak. Tentunya ini sangat berkaitan
dengan semangat yang dibawa oleh HMI itu sendiri, yaitu iman, ilmu, dan amal.

Senada dengan pesan dari guru bangsa Haji Oemar Said Tjokroaminoto,
bahwa pemuda Islam harus semurni-murninya tauhid, setinggi-tingginya ilmu
pengetahuan, dan sepintar-pintarnya siasat. Iman dan tauhid menjadi landasan
dasar atau ideologi, kemudian politik sebagai amal atau siasat yang dipersiapkan,
dan strategi serta taktik menjadi ilmu yang dipakai dalam menjalankan langkah
politik.

Tentunya berbicara politik bukanlah sebuah hal yang tabu dalam HMI.
Tidak juga lantas HMI merupakan organisasi politik atau organisasi yang
berafiliasi bahkan menjadi onderbouw partai politik manapun. Menurut Anggaran
Dasarnya, HMI merupakan organisasi mahasiswa yang bersifat perkaderan dan
perjuangan. Maka, politik merupakan hal yang penting dalam upaya membangun
masyarakat madani. Sangat berbahaya ketika berada dalam kondisi yang
dinamakan buta politik.

Seperti yang dikatakan oleh Bertolt Brecht seorang penyair asal Jerman,
bahwa “Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak
berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa
biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan
obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu
bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia
membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya lahir
pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk,
rusaknya perusahaan nasional dan multinasional”.

4
Maka tentunya, Himpunan Mahasiswa Islam dalam gerak langkahnya akan
senantiasa bertujuan untuk membangun masyarakat madani. Hal ini menjadi
konsekuensi logis, karena sejatinya HMI adalah perkumpulan orang terdidik dan
kaum intelektual. Seperti halnya Edward W. Said dalam bukunya “Peran
Intelektual”, bahwa tempat seorang intelektual adalah masyarakat. Dengan
Ideopolitorstratak, HMI bertanggungjawab dalam membangun masyarakat
madani.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertidan Ideologi Politik Strategi dan taktik ?
2. Bagaimana rumusan Ideopolitorstratak dalam HMI ?
3. Bagaimana bentuk dan implementasi HMI dalam mewujudkan
masyarakat madani ?
C. TUJUAN
1. Untuk Memahami Ideologi Politik Strategi dan taktik ?
2. Untuk Memahami Ideopolitorstratak HMI
3. Untuk Mengetahui bentuk dam implementasi HMI dalam mewujudkan
masyarakat madani

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDEOLOGI

Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk yang senantiasa


berkembang dan dinamis. Dalam perkembangan kehidupan manusia, senantiasa
terjadi perubahan-perubahan yang menandakan adanya pergerakan dalam sejarah
hidup manusia. Seperti apa yang diteliti oleh Hegel tentang hakikat manusia.
Seiring berkembang dan berubahnya kehidupan manusia, maka berkembang dan
berubah pula hal-hal yang menyertainya, seperti pemikiran, ide, sampai kepada
fenomena sosial.

Pemikiran dan ide menentukan perkembangan kehidupan manusia.


Pemikiran manusia pun berbeda-beda dipengaruhi oleh fenomena apa yang
ditangkap. Muncullah istilah ideologi sebagai landasan filosofis yang
mempengaruhi epistemologi dalam tidakan setiap manusia. Ideologi lahir sebagai
pedoman normatif yang diyakini dan menjadi dasar kepercayaan.

Istilah ideologi ditemukan oleh filsuf Prancis yaitu Destutt de Tracy


(1754-1836)1. Abad ke-19 adalah zaman ideologi, dimana dalam salah satu dari
beberapa pengertiannya ideologi berarti spekulasi ideal atau abstrak dan teorisasi
visioner. Atau dalam pengertian yang lain istilah ideologi mengacu pada sistem
ide-ide tentang fenomena, terutama fenomena kehidupan sosial, cara berpikir khas
suatu kelas atau individu2. Ideologi juga diartikan sebagai sekumpulan ide,
gagasan, dan keyakinan yang menjadi pedoman dan dipakai sebagai nilai dasar
atau fundamental.

Ideologi berkaitan dengan pemikiran tentang fenomena sosial. Tentang


bagaimana membangun masyarakat atau bagaimana masyarakat hidup. Lebih jauh
lagi ideologi juga berkaitan dengan bagaimana cara mensejahterakan masyarakat.
Sebagian besar hal-hal yang menyangkut tentang kesejahteraan hanya diartikan

1
Henry D. Aiken, Abad Ideologi, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002), hlm. 5.
2
Ibid, hlm. 2.

6
sebatas urusan teknis administratif belaka. Kebijakan yang menyangkut
kesejahteraan masyarakat seringkali berlangsung dalam suatu kekosongan
teoritis3. Padahal, dalam perencanaan yang bersangkutan dengan kesejahteraan
dan pembangunan masyarakat, ideologi penting sebagai landasan dasar, landasan
filosofis, dan landasan teoritis yang mempengaruhi epistemologi.

B. Politik

Politik selalu menjadi hal penting dalam kehidupan masyarakat. Sejak


dahulu masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat
masyarakat menghadapi terbatasnya sumber alam. Masyarakat selalu berhadapan
dengan keterbatasan dalam memanfaatkan sumber daya, sehingga perlu dicari
cara agar pemanfaatan sumber daya ini dirasakan oleh seluruh masyarakat, inilah
politik.

Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik4. Beberapa pepatah


yang berasal dari masyarakat lokal Indonesia salah satunya gemah ripah loh
jenawi. Orang Yunani Kuno menamakannya dengan istilah en dam onia atau the
good life. Tentunya, dalam politik membutuhkan suatu kekuasaan dalam suatu
wilayah tertentu. Setelah itu baru kemudian terbentuklah suatu pengorganisasian
Negara dalam rangka menyusun rencana menggapai the good life. Maka, politik
berkaitan dengan kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan
alokasi atau distribusi.

Istilah dan pemikiran mengenai politik di dunia barat sangat dipengaruhi


oleh filsuf Yunani Kuno abad ke-5 seperti Plato dan Aristoteles. Mereka
menganggap politik sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik
(polity) yang terbaik. Dalam masyarakat polity ini manusia hidup bahagia,
mengembangkan potensi dan bakat, bergaul, berekspresi, bermasyarakat, serta
hidup dalam moralitas yang tinggi. Sama halnya dengan apa yang disebut Peter

3
Vic George dan Paul Wilding, Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat, (Jakarta: PT Pustaka
Utama Grafiti, 1992), hlm. 1.
4
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2008), hlm. 13.

7
Merkl “Politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai suatu
tatanan sosial yang baik dan berkeadilan (politics, at its best is a noble quest for a
good order and justice)”5.

Dalam realitasnya pelaksanaan kegiatan politik tidak hanya dalam sisi


baik, tetapi juga mencakup sisi negatif. Hal ini tidak terlepas dari persaingan ide
dan gagasan serta kepentingan. Kembali lagi, bahwa politik ini tidak kosong ide
dan gagasan, politik selalu bersamaan dengan ide dan gagasan apa yang dibawa
dalam menggapai kehidupan yang baik. Perbedaan ide dan gagasan menjadi
konsekuensi dari adanya sebuah persaingan. Ide dan gagasan setiap kelompok
atau golongan butuh kekuasaan sebagai wadah penerapannya.

Persaingan inilah yang dalam pelaksanaannya memperlihatkan sisi negatif


politik. Singkatnya, politik juga berbicara tentang perebutan kuasa, tahta, dan
harta. Seperti yang dikatakan Peter Merkl “Politik dalam bentuk yang paling
buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan
diri sendiri (politic at its worst is a selfish grab for power, glory, and riches)”6.

C. Strategi dan Taktik

Seperti yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, amal tanpa ilmu tidak
berarti apa-apa, begitupun dengan politik tanpa strategi dan taktik. Jika kita
perhatikan politik dalam lingkup kenegaraan, maka ia berkaitan dengan tatanegara
dan tatapemerintahan7. Begitupun dengan organisasi seperti HMI, tertib
administrasi merupakan hal penting. Strategi dan taktik bukan hanya berbicara
persoalan eksternal, tetapi diawali dengan tata internal.

Berbagai pengertian dapat kita temukan dalam mendifinisikan strategi dan


taktik. Jika mengambil istilah peperangan, strategi adalah memanfaatkan
pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Sedangkan taktik adalah penggunaan
kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran. Begitupun menurut Mao Tse

5
Ibid, hlm. 15.
6
Ibid, hlm. 16.
7
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2001), hlm. 6.

8
Tung strategi adalah menguasai suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan
taktik adalah melakukan kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan).

Dalam teori manajemen pemasaran Professor Peter Drucker


mendifinisikan bahwa strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar ( doing the
right things ), dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar ( doing the
thing right ). Kemudian dalam pandangan HMI seperti yang diungkapkan oleh
Dahlan Ranuwiharjo selaku pendidik politik di HMI, strategi adalah bagaimana
menggunakan peristiwa-peristiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk
mencapai rencana perjuangan, sedangkan taktik adalah bagaimana menentukan
sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu
pada saat tertentu.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai sebuah organisasi yang


menghimpun para kaum intelektual, dalam melaksanakan perjuangannya
membangun masyarakat madani harus mempersiapkan rencana yang matang
mulai dari internal hingga eksternal. Gerak perjuangan mencakup iman yang
teguh, ideologi yang jelas, ilmu yang cukup, tata organisasi yang rapi dan
sistematis, strategi dan taktik yang tepat, serta kemampuan teknis dan teknologi
yang memadai.

D. Masyarakat Madani

Masyarakat madani mengacu pada istilah civil society yang awalnya


dipakai oleh seorang orator Yunani Kuno yaitu Cicero (106-43 SM), secara
harfiah civil society berasal dari istilah latin yaitu civilis societas8. Menurutnya
civil society merupakan sebuah masyarakat politik (political society) yang
memiliki kode hukum sebagai pengaturan hidup. Adanya hukum yang mengatur
kehidupan masyarakat sebagai pedoman dalam aktivitas kehidupan menandai
eksistensi atau keberadaan suatu masyarakat tersendiri. Mereka hidup di kota-kota
yang memiliki kode hukum sebagai tanda masyarakat yang beradab. Hal ini

8
M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan
Sosial, (Jakarta: LP3ES, 1999), hlm. 137.

9
berkaitan dengan konsep tentang bangsa. Konsep yang dikemukakan oleh Cicero
ini berbicara tentang individu dan masyarakat secara keseluruhan yang
mempunyai sistem norma yang berlaku sehingga disebut masyarakat beradab.

Kemudian di zaman modern istilah civil society dihidupkan kembali oleh


John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778) yang mengungkapkan
pemikirannya tentang masyarakat dan politik. Mereka mengartikan civil society
atau masyarakat sipil ini sebagai masyarakat politik atau political society. Namun,
yang diungkapkan ini berbeda dengan yang sebelumnya diawali oleh Cicero.

Konsep Locke dan Rousseau memberikan ciri bahwa kehidupan civil


society terdapat tata kehidupan politik yang berkaitan dengan hukum atau dapat
disebut pemerintahan, dan ada suatu kehidupan sosial ekonomi yang hidup dalam
masyarakat. Maka konsep Locke dan Rousseau memberikan arti bahwa tidak ada
perbedaan antara civil society dengan Negara, karena Negara merupakan bagian
dari civil society.

Berbeda dengan Locke dan Rousseau, Hegel (1770-1831) seorang pemikir


Jerman memberikan pandangan lain tentang civil society. Baginya, civil society
dan Negara merupakan dua hal yang berbeda, dua-duanya merupakan bagian dari
tatanan politik (political order). Hegel mengungkapkan, yang dimaksud dengan
civil society merupakan perkumpulan merdeka antara seorang yang membentuk
apa yang disebut burgerlische Gesellschaft atau masyarakat borjuis (bourgeois
society). Sedangkan Negara disini diartikan sebagai masyarakat politik atau
political society. Sehingga konsep Hegel ini memperlihatkan bahwa civil society
berhadapan dengan Negara.

Bagi Hegel, civil society ini juga menimbulkan sisi negatif karena
memiliki potensi konflik antara kepentingan-kepentingan yang berbeda dan
berbenturan. Walaupun pada dasarnya dalam masyarakat yang merdeka civil
society menciptakan suatu ruang partisipasi masyarakat dalam perkumpulan-
perkumpulan sukarela yang lahir dari kebiasaan masyarakat, media massa,

10
perkumpulan profesi, atau yang lainnya yang di Indonesia dapat diartikan sebagai
ormas atau organisasi kemasyarakatan.

Dapat dibuktikan dalam realitasnya civil society ini memiliki potensi


konflik atau bahkan menjadi sumber konflik dalam masyarakat. Tidak jarang kita
melihat hal itu terjadi di Indonesia, karena menurut Hegel diantara ruang
partisipasi masyarakat yang terwujud dalam perkumpulan-perkumpulan memiliki
kepentingan masing-masing yang saling berbenturan. Sehingga Hegel
mengidealiskan institusi Negara, dimana Negara merupakan institusi atau lembaga
yang dapat memelihara kepentingan umat manusia secara universal.

Namun Marx tidak secara otomatis mengidealiskan Negara, karena civil


society disini diartikan sebagai masyarakat borjuis. Kemudian bagi Marx, Negara
pun merupakan alat atau badan pelaksana dari kepentingan golongan borjuis.
Ketika golongan borjuis yang individual ini melancarkan kepentingannya dan
Negara bersikap patuh, maka akan lahir golongan yang terpinggirkan. Disini
Negara tidak lagi menjadi badan yang melindungi dan memelihara kepentingan
universal, tetapi hanya melayani kepentingan golongan. Sehingga, bagi Marx
Negara harus dihapuskan atau digantikan dengan pemerintahan proletariat dan
menciptakan masyarakat tanpa kelas.

Dalam perdebatan yang panjang tentang konsep civil society ini, muncul
Gramsci yang merupakan seorang komunis Eropa berkebangsaan Itali
mengungkapkan pemikirannya tentang konsep civil society. Baginya, civil society
bukan semata-mata mewadahi kepentingan individu seperti menurut Hegel, tetapi
civil society merupakan masyarakat yang didalamnya terdapat organisasi yang
berorientasi melayani kepentingan orang banyak.

Menurut Gramsci, civil society inilah yang membangun kesadaran


masyarakat untuk membentengi diri dari kepentingan individu yang dampaknya
merugikan manusia lain. Maka, ketika Negara hanya melayani bahkan melindungi
kepentingan golongan borjuis yang menindas masyarakat rentan atau
terpinggirkan, disana organisasi dalam civil society berada.

11
Masyarakat madani yang konsep dan pengertiannya mengacu kepada civil
society muncul dalam diskursus akademis pada tahun 1990an. Istilah masyarakat
madani pertama kali dikenalkan dalam ceramah Wakil Perdana Menteri Malaysia
tahun 1993-1998, Anwar Ibrahim dalam Festival Istiqlal tahun 1995. Dalam
ceramahnya, agama merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan
masyarakat kota adalah hasilnya.

Dalam pengertiannya, masyarakat madani adalah masyarakat yang


mengacu pada nilai-nilai kebijakan umum. Dasar utama masyarakat madani
adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup,
menghindari diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan
serta hidup dalam suatu persaudaraan9. Masyarakat madani seperti ini
dipertahankan dengan hidupnya ruang partisipasi aktif masyarakat yang terwujud
dalam pembentukan perkumpulan atau organisasi yang melayani kepentingan
orang banyak seperti dalam konsep Gramsci.

Istilah masyarakat madani yang muncul ini berkaitan erat dengan apa yang
kita kenal dengan gerakan prodemokrasi. Mereka bergerak atas nama demokrasi
dan bertujuan membentuk masyarakat yang demokratis sebagai perwujudan
masyarakat madani. Tren ini membuat gerakan prodemokrasi identik dengan
gerakan oposisi terhadap pemerintah10. Terlebih konsep ini mirip dengan konsep
Gramsci dengan tujuan masyarakat tanpa kelasnya, sehingga civil society
merupakan masyarakat yang menentang Negara.

Akibatnya sama dengan masyarakat madani yang diisi dengan gerakan


prodemokrasi yang identik dengan gerakan oposisi. Sedangkan gerakan lainnya
yang sebenarnya prodemokrasi tetapi tidak oposisi tidak disebut sebagai gerakan
prodemokrasi. Maka dalam hal ini peran Negara dalam membangun masyarakat
madani adalah penting. Bagaimana organisasi kemasyarakatan yang merupakan

9
Ibid., hlm. 152.
10
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 6.

12
gerakan prodemokrasi ini bergerak dalam dua hal, bekerjasama serta mengontrol
pemerintah.

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Taufik Abdullah dalam
pengantarnya di buku Masyarakat Madani Karya Dawam Rahardjo. Bahwa apa
yang dikenal di Indonesia dengan organisasi kemasyarakatan (ormas), Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), Non-Government Organization (NGO), lembaga
penelitian, serta badan-badan filantropi memiliki tiga corak dalam aktivitasnya.
Memajukan kesejahteraan, developmental atau pembangunan, dan advocacy atau
pembelaan.

Jadi memang konsep masyarakat madani di Indonesia yang dikemukakan


oleh para intelektual dan cendekiawan kita ini tidak selalu identik dengan oposisi
pemerintah. Justru mereka sepakat bahwa dukungan Negara terhadap organisasi
kemasyarakatan dan teman-temannya merupakan hal yang penting. Maka,
masyarakat madani di Indonesia memiliki konsep yang berbeda walaupun
dasarnya tetap mengacu kepada istilah civil society. Konsepnya adalah masyarakat
madani berbeda dengan Negara atau pemerintahan, ia masyarakat berperadaban
yang diisi dengan ruang partisipasi masyarakat yang terwujud dalam organisasi
yang bercorak kesejahteraan, pembangunan, dan pembelaan.

Konsep masyarakat madani dalam Islam dikenal dengan istilah khaira


ummah yaitu umat terbaik. Berdasar pada Negara-kota Madinah dengan tiga
cirinya. Pertama, pengakuan bahwa mereka merupakan suatu kesatuan sosial yang
disebut ummah. Kedua, mereka tunduk pada nilai-nilai luhur atau kebajikan yang
disebut khair. Ketiga, menegakkan yang baik (ma’ruf) dan mencegah yang buruk
(munkar).

Era Reformasi pergerakan menuju masyarakat madani semakin terbuka


lebar. Disamping karena Orde Baru yang berhasil runtuh sehingga semakin besar
usaha membentuk masyarakat yang demokratis, pengalaman bernegara dan
bermasyarakat di Orde Lama dan Orde Baru juga mendesak masyarakat Indonesia

13
untuk mencari konsep lain11. Mucullah masyarakat madani sebagai konsekuensi
logis dari pengalaman pahit Orde Lama yang tidak stabil dan Orde Baru yang
otoriter. Semangat Reformasi merupakan semangat menuju masyarakat yang
disebut dengan stabilitas dinamis oleh Prof. Azyumardi Azra.

E. Gerak HMI dalam Membangun Masyarakat Madani

Sudah mejadi keharusan bagi HMI sebagai organisasi mahasiswa tertua di


Indonesia untuk membangun masyarakat madani. Tidak dapat mengelak hal ini
bahkan menjadi tanggung jawab moral bagi HMI. Organisasi yang didirikan pada
tanggal 5 Februari 1947 yang bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366 H
memberikan warna baru dalam wacana pemikiran dan pergerakan mahasiswa.

Ideopolistratak menjadi suatu bahan diskursus bagi para kader HMI dalam
membangun dan mewujudkan masyarakat madani. Ideologi menjadi pedoman
normatif HMI sebelum melangkah kedalam urusan politik, strategi, dan taktik.
Tentunya tauhid menjadi landasan filosofis dan berpengaruh terhadap
epistemologi dalam gerak selanjutnya. Bagi HMI jelas, pedoman dasar gerak
langkah HMI termaktub dalam dokumen Nilai Dasar Perjuangan (NDP).

Wacana keIslaman dan KeIndonesiaan mencerminkan kekuatan ideologi


dan perjuangan HMI. Di masa silam ketika Indonesia harus berhadapan dengan
ideologi komunis yang berwujud PKI beserta onderbouwnya12, HMI tetap tegak
berdiri menjadi benteng yang mempertahankan keutuhan Indonesia. Bahkan HMI
harus berhadapan dengan ancaman pembubaran. Tidak tergoyahkan dan tidak
mundur sedikitpun HMI melawan komunisme hingga muncul slogan “Langkahi
mayatku sebelum ganyang HMI”.

Dengan pedomannya, HMI bergerak membela kemanusiaan. Atas dasar


kemanusiaan HMI melawan gerakan komunis dan kapitalis yang menindas. HMI
bergerak atas dasar kemanusiaan dan melawan segala tindak penindasan terhadap

11
Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan
Cita-Cita Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 215.
12
M. Alfan Alfian, HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara, (Jakarta:
PT Kompas Media Nusantara, 2013), hlm. 83.

14
kemanusiaan. Sehingga sesuai dengan sifat asli atau fitrah manusia, ia akan
cenderung pada kebenaran. Hati nuraninya merupakan pemancar bagi
keinginannya untuk melakukan kebenaran13.

Dalam konsep masyarakat madani, HMI sebenarnya merupakan bagian


dari upaya mewujudkannya. Dengan pengalamannya, HMI dibentuk dengan daya
intelektualitas yang tinggi. HMI menjadi organisasi yang memiliki budaya literasi
yang tradisi intelektual yang kuat. Tak jarang memang HMI disebut sebagai
platform gerakan inetelektual. Namun, pengalaman dan perjalanan panjang
tersebut bukan tanpa permasalahan dalam struktural maupun fungsional.

Beberapa fase HMI mengalami kemandulan melahirkan kader yang


melaksanakan kerja-kerja intelektual. Spirit intelektualitas tergerus oleh nafsu
kekuasaan dan kepentingan pribadi. Sebuah realitas yang perlu direnungkan
kembali oleh para kader HMI. Padahal konsep dan rumusan organisasi dalam
HMI cukup matang mulai dari hal mendasar hingga teknis. Tidak ada pilihan
selain kembali kepada spirit konsep dan rumusannya.

Inilah sebenarnya hal penting yang menjadi gerak langkah HMI dalam
mewujudkan masyarakat madani. HMI mencetak kader yang melakukan kerja-
kerja intelektual seperti dalam segala konsep dan rumusannya. Sebagai gerakan
inetelektual, HMI menjadi gerakan yang mampu mengontrol pemerintah serta
bergerak langsung terjun bersama masyarakat akar rumput. Artinya HMI dapat
bergerak secara vertikal dan horizontal. Gerakan vertikal dilakukan dengan berdiri
sebagai pengontrol pemerintah, dan gerakan horizontal dilakukan dengan
memaksimalkan lembaga pengembangan profesi.

Banyak contoh yang dapat merekamnya, terutama dapat dilihat dalam


keadaan masyarakat Kota Solo yang berada di sekitar Kampus Universitas
Sebelas Maret. Tahun 2018 kemarin merupakan tahun dimana sengketa lahan
banyak terjadi di sekitar UNS. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pata aktivis

13
Victor Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah
Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982), hlm.
110.

15
kampus yang tergabung dalam beberapa organisasi, pasalnya sengketa lahan ini
menyebabkan efek buruk bagi masyarakat yang terlibat.

Aktivis kampus termasuk HMI Cabang Surakarta terlibat dalam gerakan


pengawalan kasus sengketa lahan tersebut. Gerak pemberdayaan dilakukan
dengan pendampingan terhadap masyarakat terdampak. Mulai dari pendampingan
hukum hingga pendampingan psikologi dan kesehatan. Hal ini dilakukan karena
HMI memiliki perangkat dalam lembaga pengembangan profesi yaitu LKBHMI
dan LKMI. Gerakan seperti ini merupakan contoh dari gerakan horizontal HMI
dalam mengimplementasikan ideopolitorstratak untuk mewujudkan masyarakat
madani.

Maka, rumusan ideopolitorstratak HMI menjadi rumusan yang penting


dalam membangun dan mewujudkan masyarakat madani. Tauhid dalam Nilai
Dasar Perjuangan HMI melahirkan wacana KeIslaman dan KeIndonesiaan,
sehingga HMI bergerak atas dasar kemanusiaan. Kemudian dalam gerak
langkahnya HMI bergerak secara vertikal dan horizontal.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi yang menghimpun


kaum intelektual. Sudah menjadi konsekuensi logis untuk organisasi setua dan
sebesar HMI untuk menjalankan kerja-kerja intelektualnya. Dalam
implementasinya, HMI memiliki rumusan penting yang bernama
ideopolitorstratak. Rumusan yang matang mencakup hal mendasar sebagai
keyakinan dan kepercayaan hingga strategi dan taktik sebagai teknis
pelaksanaaan.

Dapat dlihat dengan jelas rumusan ideopolitorstratak HMI. Mulai dari


tauhid dalam Nilai Dasar Perjuangan sebagai ideologi, sehingga melahirkan
wacana keIslaman dan keIndonesiaan. Kemudian politik HMI bergerak atas dasar
kemanusiaan, dan diaktualisasikan dalam dua ranah gerakan yaitu gerakan
vertikal dan gerakan horizontal.

Rumusan tersebut sebagai pedoman kader HMI dalam membangun dan


mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat berperadaban yang digerakkan oleh
organisasi berorientasi memajukan kesejahteraan, development atau pembangun,
dan advocacy atau pembelaan sebagai wujud dari ruang partisipasi aktif
masyarakat.

B. SARAN
1. Semakin banyak diskursus mengenai masyarakat madani dan peran HMI
dalam mewujudkannya.
2. Semakin banyak hasil kajian atau artikel yang dapat dijadikan landasan
literatur dalam mempelajari implementasi ideopolitorstratak HMI untuk
mewujudkan masyarakat madani.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Henry D. 2002. Abad Ideologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Alfian, M. Alfan. 2013. HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah


Prahara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan


Tantangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Budiardjo. Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan


Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

George, Vic dan Paul Wilding. 1992. Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.

Rahardjo, M. Dawam. 1999. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan


Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES.

Soehino. 2001. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty.

Tanja, Victor. 1982. Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di


Tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan.

18

Anda mungkin juga menyukai