Anda di halaman 1dari 21

0

STRATEGI & TAKTIK HMI MENGHADAPI


PROBLEM SOSIAL DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI

DISUSUN OLEH : HUSNI NURFAIZI SETIADY

ASAL CABANG : HMI CABANG BANDUNG

INTERMADIATE TRAINING (LK II) TINGKAT NASIONAL

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

CABANG GARUT
1

DAFTAR ISI

Daftar Isi...........................................................................................................1

BAB I Pendahuluan..........................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................5

BAB II Metodologi...........................................................................................6

BAB III Pembahasan........................................................................................7


A. Strategi dan Taktik..................................................................................7
B. Masyarakat Madani..............................................................................11
C. Stategi HMI dalam Membangun Masyarakat Madani..........................15

BAB IV Penutup...............................................................................................20

A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20

Daftar Pustaka...................................................................................................21
2

Abstrak

Meskipun sudah ada banyak peneliti dari kader dan non-kader yang
membahas mengenai stratak akan tetapi penelitian tentang impelementasi konsep
dan nilai-nilai stratak HMI dalam mewujudkan masyrakat madani masih sangat
jarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
proses implementasi stratak HMI dalam mewujudkan masyarakat madani.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang berfokus pada
proses penggambaran hubungan antara objek formal dan material penelitian ini
yakni, gagasan stratak dan konsep masyarakat madani sebagai tujuan organisasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan oleh para kader Himpunan Mahasiswa Islam sebagai upaya
mewujudkan konsep masyarakat madani seperti mengupayakan perbaikan nasib
bangsa.

Abstract
Although many previous researchers have conducted discussing the concept of
civil society as well as the theory of ideopol stratum HMI, research on the
implementation of the concept and values of ideopol stratum HMI in realizing
civil society is still very rare. The purpose of this study is to identify and analyze
the process of implementing the HMI ideology in realizing civil society. The
method used in this research is descriptive which focuses on the process of
describing the relationship between formal objects and research materials, namely
the ideopol stratak idea and the concept of civil society as organizational goals.
The results of this study indicate that there are several stages that must be carried
out by HMI cadres as an effort to realize the concept of civil society such as
seeking to improve the fate of the nation.
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada era reformasi, masyarakat Indonesia telah mengalami
pengalaman pahit dalam kehidupan bernegara maupun kehidupan
bermasyarakat. Orde lama dengan ketidakstabilan politik menyebabkan
munculnya pemberontakan-pemberontakan. Begitupun dengan orde baru
yang atas nama kestabilan politik menjalankan cara otoriter dan menghasilkan
banyak tragedi kemanusiaan dibaliknya. Dengan kejenuhan itu, masyarakat
mencoba menggali konsep seperti apa yang dapat diterapkan, sehingga pada
akhirnya muncullah konsep masyarakat madani.

Dalam hal membangun masyarakat madani sangat dibutuhkan peran


seorang intelektual. Orang-orang yang berpendidikan senantiasa menjadi ruh
atau bapak dalam membangun masyarakat. Sejak awal abad ke-20, kaum
intelektual yang juga dikenal dengan istilah golongan priyayi di Indonesia
bergerak membangun sebuah narasi pergerakan nasional menuntut
kemerdekaan. Sampai akhirnya di tahun 1945 Indonesia mendapatkan
kemerdekaan atas jasa perjuangan para kaum intelektual. Sebuah revolusi
dimanapun selalu berawal dari gagasan kaum intelektual, bahkan hingga
lingkup dunia.

Membangun masyarakat madani bukanlah suatu persoalan yang


mudah, perlu sebuah kematangan berpikir. Selain itu, perlu sebuah persiapan
dan perencanaan yang terstruktur, mulai dari landasan fundamental,
rancangan gagasan, pola gerakan, sampai kepada aksi dan implementasi.
Sama halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam yang memiliki tujuan mulia
yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil, makmur
yang diridhoi Allah SWT”. Konsekuensi logis dari tujuan HMI tersebut
adalah HMI bertanggungjawab untuk membangun masyarakat madani.

3
4

Dalam rangka upaya membangun masyarakat madani, HMI


mempersiapkan dan merangcang sesuatu dengan apa yang dinamakan Stratak
(strategi, dan taktik). Perencanaan yang terstruktur dan sistematis dirumuskan
mulai dari ideologi sebagai landasan fundamental, politik sebagai siasat,
sampai kepada strategi dan taktik sebagai ujung tombak. Perencanaan dan
persiapan ini tentunya sangat berkaitan dengan semangat yang dibawa oleh
HMI itu sendiri, yaitu iman, ilmu, dan amal.

Seperti pesan yang disampaikan oleh guru bangsa yaitu Haji Oemar
Said Tjokroaminoto, bahwa pemuda Islam harus semurni-murninya tauhid,
setinggi-tingginya ilmu pengetahuan, dan sepintar-pintarnya siasat. Iman dan
tauhid menjadi landasan dasar atau ideologi, kemudian politik sebagai amal
atau siasat yang dipersiapkan, dan strategi serta taktik menjadi ilmu yang
dipakai dalam menjalankan langkah politik.

Berbicara mengenai politik bukan lagi sebuah perbincangan yang


asing di HMI. Tidak juga lantas HMI merupakan organisasi politik atau
organisasi yang berafiliasi bahkan menjadi onderbouw partai politik
manapun. Menurut Anggaran Dasarnya, HMI merupakan organisasi
mahasiswa yang bersifat perkaderan dan perjuangan. Maka, politik
merupakan hal yang penting dalam upaya membangun masyarakat madani.
Namun sangat berbahaya jika berada di dalam posisi yang dinamakan buta
politik.

Bertolt Brecht seorang penyair asal Jerman pernah mengatakan bahwa


“Buta yang terburuk adalah buta politik, dia tidak mendengar, tidak berbicara,
dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya
hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan
obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik
adalah orang yang sangat bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan
dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Dan dia tidak tahu bahwa
dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk
5

dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan


multinasional”.

Maka tentunya, Himpunan Mahasiswa Islam dalam gerak langkahnya


akan senantiasa bertujuan untuk membangun masyarakat madani. Hal ini
menjadi konsekuensi logis, karena sejatinya HMI adalah perkumpulan orang
terdidik dan kaum intelektual. Seperti halnya Edward W. Said dalam bukunya
“Peran Intelektual”, bahwa tempat seorang intelektual adalah masyarakat.
HMI sangat bertanggungjawab dalam membangun masyarakat madani
dengan Stratak yang dimiliki HMI itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana rumusan Stratak dalam HMI ?
 Bagaimana bentuk dan implementasi HMI dalam mewujudkan
masyarakat madani ?
C. TUJUAN
 Memahami stratak HMI
 Mengetahui bentuk dam implementasi HMI dalam mewujudkan
masyarakat madani
6

BAB II
METODOLOGI

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif dengan metode


kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data
deskriptif baik secara tertulis maupun secara lisan dari orang-orang terkait objek
penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer yang berupa data yang langsung dikumpulkan dari buku-buku atau
dokumen-dokumen yang diterbitkan oleh HMI maupun diluar HMI seperti Abad
ideologi oleh Henry D.Aiken, ideologi kaum intelektual oleh Ali Syari’ati, dasar-
dasar ilmu politik oleh mariam budiharjo, Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat
oleh Vic George dan Paul Wilding, ilmu negara oleh soehino. Masyarakat
Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial oleh M.dawam raharjo.
Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan oleh azyumarji azra,
dan lain-lain.

6
7

A. Strategi dan Taktik

Seperti yang telah dijelaskan dalam pendahuluan, amal tanpa ilmu


tidak berarti apa-apa, begitupun dengan politik tanpa strategi dan taktik juga
tidak akan mencapai suatu politik. Jika kita perhatikan politik dalam lingkup
kenegaraan, maka ia berkaitan dengan tatanegara dan tata pemerintahan8.
Begitupun dengan organisasi seperti HMI, tertib administrasi merupakan hal
penting. Strategi dan taktik bukan hanya berbicara tentang persoalan
eksternal, tetapi diawali dengan tata kelola internal.

Dari bermacam-macam pengertian dapat kita temukan dalam


mendefinisikan strategi dan taktik. Jika mengambil istilah peperangan,
strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan.
Sedangkan taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu
pertempuran. Begitu pula menurut Mao Tse Tung bahwa strategi adalah
menguasai suatu peperangan secara keseluruhan, sedangkan taktik adalah
melakukan kampanye (yang merupakan bagian dari peperangan).

Dalam sebuah teori manajemen pemasaran oleh Professor Peter


Drucker mendefinisikan bahwa strategi adalah mengerjakan sesuatu yang
benar ( doing the right things ), dan taktik adalah mengerjakan sesuatu
dengan benar ( doing the thing right ). Kemudian dalam pandangan HMI
seperti yang diungkapkan oleh Dahlan Ranuwiharjo selaku pendidik politik di
HMI bahwa strategi adalah bagaimana menggunakan peristiwa-peristiwa
politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan,
sedangkan taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau menggunakan
kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan sebuah organisasi


yang menghimpun para kaum intelektual. Dalam melaksanakan

7
Ibid, hlm. 16.
8
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2001), hlm. 6.
8

perjuangannya yaitu membangun masyarakat madani harus mempersiapkan


rencana yang matang mulai dari internal hingga eksternal. Gerak perjuangan
HMI mencakup iman yang teguh, ideologi yang jelas, ilmu yang cukup, tata
organisasi yang rapi dan sistematis, strategi dan taktik yang tepat, serta
kemampuan teknis dan teknologi yang memadai.

B. Masyarakat Madani

Masyarakat madani mengarah pada istilah civil society yang awalnya


dipakai oleh seorang orator Yunani Kuno yaitu Cicero (106-43 SM), secara
harfiah civil society berasal dari istilah latin yaitu civilis societas9. Menurut
Cicero civil society merupakan sebuah masyarakat politik (political society)
yang memiliki kode hukum sebagai pengaturan hidup. Adanya hukum yang
mengatur kehidupan masyarakat sebagai pedoman dalam aktivitas kehidupan
menandai eksistensi atau keberadaan suatu masyarakat tersendiri. Mereka
hidup di kota-kota yang memiliki kode hukum sebagai tanda masyarakat yang
beradab. Hal ini berkaitan dengan konsep tentang bangsa. Konsep yang
dikemukakan oleh Cicero ini berbicara tentang individu dan masyarakat
secara keseluruhan dan tidak terlepas oleh sistem norma yang berlaku
sehingga disebut masyarakat beradab.

Kemudian selanjutnya di zaman modern istilah civil society


dihidupkan kembali oleh John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778)
yang mengungkapkan pemikirannya tentang masyarakat dan politik. Mereka
mengartikan civil society atau masyarakat sipil ini sebagai masyarakat politik
atau political society. Namun, sitilah yang diungkapkan ini berbeda dengan
istilah yang sebelumnya diawali oleh Cicero.

Konsep civil society Locke dan Rousseau memberikan ciri bahwa


kehidupan civil society terdapat didalamnya tata kehidupan politik yang
berkaitan dengan hukum atau dapat disebut pemerintahan, dan ada suatu
kehidupan sosial ekonomi yang hidup dalam masyarakat. Maka konsep Locke

9
M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan Perubahan Sosial,
(Jakarta: LP3ES, 1999), hlm. 137.
9

dan Rousseau memberikan arti bahwa tidak ada perbedaan antara civil society
dengan Negara, karena Negara merupakan bagian dari civil society.

Namun berbeda dengan Locke dan Rousseau, Hegel (1770-1831)


seorang pemikir Jerman memberikan pandangan lain tentang civil society.
Menurut Hegel, civil society dan Negara merupakan dua hal yang berbeda,
dua-duanya merupakan bagian dari tatanan politik (political order). Hegel
mengungkapkan, yang dimaksud dengan civil society merupakan
perkumpulan merdeka antara seorang yang membentuk apa yang disebut
burgerlische Gesellschaft atau masyarakat borjuis (bourgeois society).
Sedangkan Negara disini diartikan sebagai masyarakat politik atau political
society. Sehingga konsep Hegel ini memperlihatkan bahwa civil society
berhadapan dengan Negara.

Menurut pandangan Hegel, civil society ini juga menimbulkan sisi


negatif karena memiliki potensi konflik antara kepentingan-kepentingan yang
berbeda dan berbenturan. Walaupun pada dasarnya dalam masyarakat yang
merdeka civil society menciptakan suatu ruang partisipasi masyarakat dalam
perkumpulan-perkumpulan sukarela yang lahir dari kebiasaan masyarakat,
media massa, perkumpulan profesi, atau yang lainnya yang di Indonesia dapat
diartikan sebagai ormas atau organisasi kemasyarakatan.

Bisa dibuktikan dalam realitasnya, civil society ini memiliki potensi


konflik atau bahkan menjadi sumber konflik dalam masyarakat. Tidak jarang
kita melihat hal itu terjadi di Indonesia, karena menurut Hegel diantara ruang
partisipasi masyarakat yang terwujud dalam perkumpulan-perkumpulan
memiliki kepentingan masing-masing yang saling berbenturan. Sehingga
Hegel mengidealiskan institusi Negara, dimana Negara merupakan institusi
atau lembaga yang dapat memelihara kepentingan umat manusia secara
universal.

Namun demikian Marx tidak secara otomatis mengidealiskan Negara,


karena civil society disini diartikan sebagai masyarakat borjuis. Kemudian
bagi Marx, Negara pun merupakan alat atau badan pelaksana dari
10

kepentingan golongan borjuis. Ketika golongan borjuis yang individual ini


melancarkan kepentingannya dan Negara bersikap patuh, maka dari sini akan
lahir golongan yang terpinggirkan. Disini Negara tidak lagi menjadi badan
yang melindungi dan memelihara kepentingan universal, tetapi hanya
melayani kepentingan golongan. Sehingga, bagi Marx Negara harus
dihapuskan atau digantikan dengan pemerintahan proletariat dan menciptakan
masyarakat tanpa kelas.

Dalam perdebatan yang sangat panjang tentang konsep civil society


ini, muncul Gramsci yang merupakan seorang komunis Eropa berkebangsaan
Itali mengungkapkan pemikirannya tentang konsep civil society. Baginya,
civil society bukan semata-mata mewadahi kepentingan individu seperti
menurut Hegel, tetapi civil society merupakan sekumpulan masyarakat yang
didalamnya terdapat organisasi yang berorientasi melayani kepentingan orang
banyak. Menurut Gramsci, civil society inilah yang membangun kesadaran
masyarakat untuk membentengi diri dari kepentingan individu yang
dampaknya merugikan manusia lain. Maka, ketika Negara hanya melayani
bahkan melindungi kepentingan golongan borjuis yang menindas masyarakat
rentan atau terpinggirkan, maka disanalah organisasi dalam civil society
berada.

Masyarakat madani yang konsep serta pengertiannya mengacu kepada


civil society muncul dalam diskursus akademis pada tahun 1990an. Istilah
masyarakat madani pertama kali dikenalkan dalam ceramah Wakil Perdana
Menteri Malaysia tahun 1993-1998, Anwar Ibrahim dalam Festival Istiqlal
tahun 1995. Dalam ceramahnya, ia menyampaikan bahwa agama merupakan
sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.

Dalam pengertiannya, masyarakat madani adalah masyarakat yang


mengacu pada nilai-nilai kebijakan umum. Dasar utama masyarakat madani
adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman
hidup, menghindari diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan
perpecahan serta hidup dalam suatu persaudaraan10. Masyarakat madani

10
Ibid., hlm. 152.
11

seperti ini dipertahankan dengan hidupnya dengan ruang partisipasi aktif


masyarakat yang terwujud dalam pembentukan perkumpulan atau organisasi
yang melayani kepentingan orang banyak seperti dalam konsep Gramsci.

Istilah masyarakat madani yang muncul ini berkaitan erat dengan apa
yang dikenal dengan gerakan pro demokrasi. Mereka bergerak atas nama
demokrasi dan bertujuan membentuk masyarakat yang demokratis sebagai
perwujudan masyarakat madani. Tren ini membuat gerakan prodemokrasi
identik dengan gerakan oposisi terhadap pemerintah11. Terlebih konsep ini
mirip dengan konsep Gramsci dengan tujuan masyarakat tanpa kelasnya,
sehingga civil society merupakan masyarakat yang menentang Negara.

Maka akibatnya sama dengan masyarakat madani yang diisi dengan


gerakan prodemokrasi yang identik dengan gerakan oposisi. Sedangkan
gerakan lainnya yang sebenarnya prodemokrasi tetapi tidak oposisi tidak
disebut sebagai gerakan prodemokrasi. Maka demikian peran Negara dalam
membangun masyarakat madani adalah penting. Bagaimana organisasi
kemasyarakatan yang merupakan gerakan prodemokrasi ini bergerak dalam
dua hal, bekerjasama serta mengontrol pemerintah.

Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Taufik Abdullah
dalam pengantarnya di buku Masyarakat Madani Karya Dawam Rahardjo.
Bahwa apa yang dikenal di Indonesia dengan organisasi kemasyarakatan
(ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Non-Government
Organization (NGO), lembaga penelitian, serta badan-badan filantropi
memiliki tiga corak dalam aktivitasnya. Memajukan kesejahteraan,
developmental atau pembangunan, dan advocacy atau pembelaan.

Jadi memang memaknai konsep masyarakat madani di Indonesia yang


dikemukakan oleh para intelektual dan cendekiawan tidak selalu identik
dengan oposisi pemerintah. Justru mereka sepakat bahwa dukungan Negara
terhadap organisasi kemasyarakatan dan teman-temannya merupakan hal
yang penting. Dengan demikian, masyarakat madani di Indonesia memiliki

11
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan Tantangan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 6.
12

konsep yang berbeda walaupun dasarnya tetap mengacu kepada istilah civil
society. Konsepnya adalah masyarakat madani berbeda dengan Negara atau
pemerintahan. Masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban yang diisi
dengan ruang partisipasi masyarakat yang terwujud dalam organisasi yang
bercorak kesejahteraan, pembangunan, dan pembelaan.

Konsep masyarakat madani dalam agama Islam dikenal dengan istilah


khaira ummah yang disebut umat terbaik. Berdasar pada Negara-kota
Madinah dengan tiga cirinya. Pertama, pengakuan bahwa mereka merupakan
suatu kesatuan sosial yang disebut ummah. Kedua, mereka tunduk pada nilai-
nilai luhur atau kebajikan yang disebut khair. Ketiga, menegakkan yang baik
(ma’ruf) dan mencegah yang buruk (munkar).

Pada era reformasi, pergerakan menuju masyarakat madani semakin


terbuka lebar. Disamping karena Orde Baru yang berhasil runtuh sehingga
semakin besar usaha membentuk masyarakat yang demokratis, pengalaman
bernegara dan bermasyarakat di Orde Lama dan Orde Baru juga mendesak
masyarakat Indonesia untuk mencari konsep lain 12. Mucul lah masyarakat
madani sebagai konsekuensi logis dari pengalaman pahit Orde Lama yang
tidak stabil dan Orde Baru yang otoriter. Semangat Reformasi merupakan
semangat menuju masyarakat yang disebut dengan stabilitas dinamis.

C. Gerak HMI dalam Membangun Masyarakat Madani

Sudah menjadi keharusan bagi organisasi HMI sebagai organisasi


mahasiswa tertua di Indonesia untuk membangun masyarakat madani. Tidak
dapat menghindar bahwa hal ini bahkan menjadi tanggung jawab moral bagi
HMI. Organisasi yang didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 yang
bertepatan dengan 14 Rabiul Awal 1366 H ini memberikan warna baru dalam
wacana pemikiran dan pergerakan mahasiswa.

Stratak menjadi suatu bahan diskursus sebagai senjata bagi para


kader HMI dalam membangun dan mewujudkan masyarakat madani.

12
Adi Suryadi Culla, Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan Relevansinya dengan Cita-Cita
Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 215.
13

Ideologi menjadi pedoman normatif HMI sebelum melangkah kedalam


urusan politik, strategi, dan taktik. Artinya tauhid menjadi landasan filosofis
dan berpengaruh terhadap epistemologi dalam gerak selanjutnya. Bagi HMI
jelas, pedoman dasar gerak langkah HMI termaksud dalam dokumen Nilai
Dasar Perjuangan (NDP).

Wacana ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan mencerminkan kekuatan


ideologi dan perjuangan HMI. Di masa silam ketika Indonesia harus
berhadapan dengan ideologi komunis yang berwujud PKI beserta
onderbouwnya13, namun HMI tetap tegak berdiri menjadi benteng yang
mempertahankan keutuhan Indonesia. Bahkan HMI harus berhadapan dengan
ancaman pembubaran. Tetapi HMI tidak tergoyahkan dan tidak mundur
sedikitpun melawan komunisme hingga muncul slogan “Langkahi mayatku
sebelum ganyang HMI”.

Dalam pedomannya, HMI bergerak membela kemanusiaan. Atas dasar


kemanusiaan HMI melawan gerakan komunis dan kapitalis yang menindas.
HMI bergerak atas dasar kemanusiaan dan melawan segala tindak penindasan
terhadap kemanusiaan. Sehingga sesuai dengan sifat asli atau fitrah manusia,
ia akan cenderung pada kebenaran. Hati nuraninya merupakan pemancar bagi
keinginannya untuk dapat bergerak melakukan kebenaran14.

Dalam konsep masyarakat madani, HMI sebenarnya merupakan


bagian dari upaya mewujudkan masyarakat madani tersebut. Dengan
pengalamannya, HMI dibentuk dengan daya intelektualitas yang tinggi. HMI
menjadi organisasi yang memiliki budaya literasi serta tradisi intelektual yang
kuat. Tak jarang memang HMI disebut sebagai platform gerakan intelektual.
Namun, pengalaman dan perjalanan panjang tersebut bukan tanpa
permasalahan dalam struktural maupun fungsional.

Beberapa fase HMI pernah mengalami kemandulan melahirkan kader


yang melaksanakan kerja-kerja intelektual. Spirit intelektualitas tergerus oleh

13
M. Alfan Alfian, HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah Prahara, (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2013), hlm. 83.
14
Victor Tanja, Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di Tengah Gerakan-
Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1982), hlm. 110.
14

nafsu kekuasaan dan kepentingan pribadi. Sebuah realitas yang perlu


direnungkan kembali oleh para kader HMI. Padahal konsep dan rumusan
organisasi dalam HMI cukup matang mulai dari hal mendasar hingga teknis.
Tidak ada pilihan lain selain kembali kepada spirit konsep dan rumusannya.

Inilah yang sebenarnya menjadi hal penting dalam gerak langkah HMI
untuk mewujudkan masyarakat madani. HMI mencetak kader yang
melakukan kerja-kerja intelektual seperti dalam segala konsep dan
rumusannya. Sebagai gerakan inetelektual, HMI menjadi gerakan yang
mampu mengontrol pemerintah serta bergerak langsung terjun bersama
masyarakat akar rumput. Artinya HMI dapat bergerak secara vertikal dan
horizontal. Gerakan vertikal dilakukan dengan berdiri sebagai pengontrol
pemerintah, dan gerakan horizontal dilakukan dengan memaksimalkan
lembaga pengembangan profesi.

Banyak contoh yang dapat merekamnya, terutama dapat dilihat dalam


keadaan masyarakat Kabupaten Labuhanbatu. Tahun 2018 kemarin
merupakan tahun dimana mahasiswa tidak memperoleh hak nya dari
pemerintah dalam hal beasiswa yang seharusnya diberikan setiap tahun. Hal
ini menjadi perhatian serius bagi para aktivis kampus yang tergabung dalam
beberapa organisasi, pasalnya kasus beasiswa ini menyebabkan efek buruk
bagi mahasiswa maupun masyarakat yang sedang berusaha mencukupi biaya
kuliah anaknya.

Aktivis kampus termasuk HMI Cabang Labuhanbatu Raya terlibat


dalam gerakan pengawalan kasus beasiswa tersebut. Gerak pemberdayaan
dilakukan dengan pendampingan terhadap mahasiswa serta masyarakat yang
terdampak. HMI melakukan pendampingan secara tersirat maupun secara
tersurat sampai menuntaskan kasus ini sesuai dengan harapan dan cita-cita
mahasiswa dan masyarakat Labuhanbatu. Tidak ubahnya seperti kasus-kasus
lain yang pernah menimpa masyarakat Labuhanbatu seperti hak atas dana
honorer perawat puskesmas dan rumah sakit yang tidak diberikan dan lain
sebagainya. Gerakan seperti ini merupakan contoh dari gerakan horizontal
15

HMI dalam mengimplementasikan stratak untuk mewujudkan masyarakat


madani.

Nurcholis mengatakan bahwa tantangan masa depan demokrasi di


negara Indonesia ini adalah bagaimana mendorong berlangsungnya proses-
proses yang diperlukan untuk mewujudkan nilai-nilai madani. Dalam kaitan
ini dengan mengutip beberapa sumber kontemporer Nurcholis mewujudkan
beberapa titik penting pandangan demokratis yang harus menjadi pandangan
hidup bagi masyarakat yang ingin mewujudkan cita-cita demokrasi dalam
wadah yang disebut masyarakat madani. Pandangan-pandangan tersebut
diringkas menjadi :

a. Pentingnya kesadaran kemajuan atau pluralisme


b. Berpegang teguh pada prinsip musyawarah
c. Menghindari bentuk-bentuk monolitisme dan absolutisme kekuasaan
d. Cara harus sesuai dengan tujuan sebagai lawan dari tujuan menghalalkan
segala cara
e. Meyakini dengan tulus bahwa kemufakatan merupakan hasil akhir
musyawarah
f. Memiliki perencanaan yang matang dalam memenuhi basic needs yang
sesuai dengan cara-cara demokratis
g. Kerjasama sikap antar warga masyarakat yang saling mempercayai
h. Pendidikan demokratis yang live in dalam sistem pendidikan
i. Demokrasi merupakan proses trial and error yang akan menghantarkan
pada kedewasaan dan kematangan.
Dengan demikian, untuk menata kembali kehidupan berbangsa dan
bernegara menuju peradaban baru Indonesia, negeri adil terbuka, maka
demokrasi tersebut harus dibangun dengan seefektif mungkin.15

Maka, rumusan stratak HMI menjadi rumusan yang penting dalam


membangun dan mewujudkan masyarakat madani. Tauhid dalam Nilai Dasar
Perjuangan HMI melahirkan wacana KeIslaman dan KeIndonesiaan,

15
Askar Nur & Zulkifli Makmur, Implementasi gagasan keindonesiaan Himpunan Mahasiswa
Islam; mewujudkan konsep masyarakat madani, (Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin), Cetakan ke
1, hal.14.
16

sehingga HMI bergerak atas dasar kemanusiaan. Kemudian dalam gerak


langkahnya HMI selalu bergerak secara vertikal dan horizontal.
17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Himpunan Mahasiswa Islam merupakan sebuah organisasi yang
menghimpun kaum intelektual. Sudah menjadi konsekuensi logis untuk
organisasi setua dan sebesar HMI dalam menjalankan kerja-kerja
intelektualnya. Dalam implementasinya, HMI memiliki rumusan penting
yang bernama ideopolitorstratak. Rumusan yang matang mencakup hal
mendasar sebagai keyakinan dan kepercayaan hingga strategi dan taktik
sebagai teknis pelaksanaaan.

Dapat dilihat dengan jelas rumusan ideopolitorstratak HMI. Mulai dari


tauhid dalam Nilai Dasar Perjuangan sebagai ideologi, sehingga melahirkan
wacana keIslaman dan keIndonesiaan. Kemudian politik HMI bergerak atas
dasar kemanusiaan, dan diaktualisasikan dalam dua ranah gerakan yaitu
gerakan vertikal dan gerakan horizontal.

Rumusan tersebut sebagai pedoman kader HMI dalam membangun


dan mewujudkan masyarakat madani. Masyarakat berperadaban yang
digerakkan oleh organisasi berorientasi memajukan kesejahteraan,
development atau pembangun, dan advocacy atau pembelaan sebagai wujud
dari ruang partisipasi aktif masyarakat.

B. SARAN
1. Semakin banyak diskursus mengenai masyarakat madani dan peran HMI
dalam mewujudkannya.
2. Semakin banyak hasil kajian atau artikel yang dapat dijadikan landasan
literatur dalam mempelajari implementasi ideopolitorstratak HMI untuk
mewujudkan masyarakat madani.
18

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, Henry D. 2002. Abad Ideologi. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Alfian, M. Alfan. 2013. HMI 1963-1966 Menegakkan Pancasila di Tengah


Prahara. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani Gagasan, Fakta, dan


Tantangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Budiardjo. Miriam. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani: Pemikiran, Teori, dan


Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

George, Vic dan Paul Wilding. 1992. Ideologi dan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.

Nur Aska & Makmur Zulkifli. Jurnal Implementasi gagasan keindonesiaan


Himpunan Mahasiswa Islam; mewujudkan konsep masyarakat madani.
Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin, Cetakan ke 1.

Rahardjo, M. Dawam. 1999. Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah, dan


Perubahan Sosial. Jakarta: LP3ES.

Soehino. 2001. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty.

Syari’ati, Ali. 1993. Ideologi Kaum Intelektual (suatu wawasan islam), Bandung :
Penerbit Mizan.

Tanja, Victor. 1982. Himpunan Mahasiswa Islam Sejarah dan Kedudukannya di


Tengah Gerakan-Gerakan Muslim Pembaharu di Indonesia. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan.
19
FORMULIR PENDAFTARAN PESERTA
LATIHAN KADER II (LK II) dan LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK)

TINGKAT NASIONAL HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG


GARUT

“Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, bahwa apa yang saya isi dalam


formulir ini adalah benar adanya.”

A. INFORMASI DIRI
Nama Lengkap : Elly Agustina
Nama Panggilan : Eli
Tempat dan Tanggal Lahir : Sigambal, 22 Agustus 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Golongan Darah :B
Anak Ke/Dari : 3 dari 5 bersaudara
Tinggi Badan dan : 152 cm dan 50 kg
Berat Badan
Alamat Asal : Jl.Kesehatan Kampung Sawah
Sigambal
Riwayat/sakit yang sedang : penyakit lambung
diderita
No. Hp/E-mail : 082298649143
Hobby : bernyanyi
Cabang/Badko : Cabang Labuhanbatu Raya/ Badko
Sumut
Jenis buku favorit : tentang anak usia dini
Judul buku yang : Psikologi perempuan
terakhir dibaca

B. JENJANG PENDIDIKAN
Pendidikan Sekarang
Perguruan Tinggi : STIT-Albukhary Labuhanbatu
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Tahun Masuk : 2018

Riwayat Nama Tahun Masuk Tahun Tamat


Pendidikan Institusi
SD Muhammadiyah 06 : 2006 2012
Sigambal
SMP Negeri 2 Rantau Selatan : 2012 2015
SMA Negeri 1 Rantau Selatan : 2015 2018

C. PENGALAMAN ORGANISASI INTERNAL HMI


Lembaga Jabatan Masa Jabatan
1. HMI Komisariat Unisla : Anggota biasa 1 tahun
2. HMI Komisariat Unisla : Bendahara Umum 6 bulan
3. HMI Komisariat Unisla : Ketua Kohati 6 bulan
20

D. PENGALAMAN ORGANISASI EKSTERNAL HMI


Lembaga Jabatan Tahun
1. BKPRMI Anggota 2018
2. Ikatan Remaja Masjid An-Nur Sekretaris Umum 2017
3. HMPS Piaud Ketua Umum 2020

PENGALAMAN KERJA
Nama perusahaan Jabatan Tahun
1. TK Ar-Raudhatul Jannah Guru 2018

PENGALAMAN PELATIHAN
Nama Pelatihan Nama Penyelenggara Bulan/Tahun
1. Diklat dasar guru TK Dinas Pendidikan 2019
2. Mendongeng Kado Labuhanbatu 2019

Tanggal : 27 Februari 2022


Nama lengkap : Elly Agustina
Tanda tangan :

Anda mungkin juga menyukai