Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Pada pembahasan kali ini fokus utamanya terletak pada eskalasi komitmen secara luas.
Pembahasan pertama diawali dengan mendefinisikan eskalasi komitmen kemudian dilanjutkan
dengan menjelaskan sudut pandang eskalasi komitmen. Eskalasi komitmen dalam bab ini
dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu eskalasi komitmen dipandang sebagai tindakan rasional
dan sebagai tindakan irrasional. Pembahasan selanjutnya mengenai faktor-faktor pendorong
terjadinya eskalasi komitmen. Bab ini diakhiri dengan menguraikan perkembangan riset eskalasi
komitmen dan didukung penelitian dibidang ini.
Definisi Eskalasi Komitmen
Eskalasi komitmen merupakan suatu fenomena yang menggambarkan kecenderungan seseorang
atau pembuat keputusan untuk meneruskan keputusan (komitmen) awal secara tidak rasional.
Staw (1976) dalam penelitiannya yang berjudul “Knee-deep in the big muddy: a study of
escalating commitment to chosen course of action” menjelaskan bahwa individual akan
merespon investasi sebelumnya dengan meningkatkan kesediaan untuk menginvestasikan
tambahan sumber daya. Dalam konteks keputusan investasi, konsekuensi negative dari keputusan
sebelumnya justru akan menyebabkan konsekuensi negative berikutnya.
Berdasarkan BusinessDictionary.com eskalasi komitmen didefinisikan sebagai kecenderungan
untuk menginvestasikan tambahan sumber daya proposisi yang tampaknya merugi, yang
dipengaruhi oleh usaha, uang, dan waktu yang sudah diinvestasikan. Kanodia et al., (1989)
mengartikan eskalasi komitmen sebagai keputusan manajer yang tidak rasional karena meskipun
tidak sadar secara langsung atau tidak langsung manajer cenderung mengabaikan kepentingan
perusahaan dan lebih mementingkan kepentingan ekonomi pribadi. Ruchala (1999) menyatakan
bahwa eskalasi komitmen adalah keputusan untuk tetap melanjutkan suatu proyek, bahkan ketika
suatu kondisi ekonomi yang tidak diharapkan mengindikasikan bahwa proyek tersebut harus
dihentikan. Sebagai contoh, manajer tetap meneruskan proyek yang tidak ekonomis meskipun
terdapat informasi mengenai buruknya kinerja masa lalu dan tersedia kesemparan investasi
alternatif yang lebih menguntungkan di masa mendatang.
Hubungan Teori Keagenan dan Pengaruh Adverse Selection Terhadap Eskalasi Komitmen
Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan tentang adverse selection. Teori ini
berhubungan dengan masalah eskalasi komitmen pada pilihan tindakan yang gagal membuat
manajer yang tidak berani mengambil risiko serta tindakannya tidak terawasi akan melaporkan
berita bagus, manajer tersebut akan melaporkan berita buruk apabila berita tersebut diperlukan
karena berita buruk akan mengancam posisi manajer. Adverse selection digambarkan dalam
kondisi ketika manajer memiliki informasi privat yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam
perusahaan dan terdapat kesempatan untuk melalaikan tugas bagi manajer tersebut. Adverse
selection disebabkan oleh adanya kesulitan pemilik perusahaan untuk memantau dan melakukan
kontrol terhadap tindakan manajer sehingga pemilik perusahaan tidak mengetahui dengan pasti
apakah keputusan yang diambil oleh manajer berdasarkan pada informasi yang sesungguhnya
atau tidak. Dalam teori keagenan, terdapat masalah keagenan yang menjadi focus utama dalam
hubungan keagenan. Masalahnya adalah ketika tujuan pemilik perusahaan dan manajer
bertentangan dan menjadi tidak praktis ketika menimbulkan biaya mahal nagi pemilik
perusahaan untuk memonitor manajer. Sharp dan Salter (1997) menjelaskan bahwa kondisi ini
terjadi karena asimetris informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen sehingga informasi yang
sesungguhnya sehingga informasi yang diperoleh prinsipal kurang lengkap dan tidak dapat
menjelaskan kinerja agen yang sesungguhnya dalam mengolah kekayaan prinsipal yang
dipercayakan pada agen. Manajer memiliki informasi yang lengkap tentang suatu perusahaan
dibandingkan dengan pemilik perusahaan, kondisi ini tentu tidak seimbang/asimetris.
Ketidakseimbangan ini dapat menimbulkan permasalahan yang disebabkan adanya kesulitan
pemilik untuk memonitoring dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan
manajer. Jansen dan Meckling (1976) menjelaskan adverse selection sebagai kondisi dimana
pemilik tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil manajer benar berdasarkan
fakta atau telah terjadi kelalaian tugas.

Anda mungkin juga menyukai