Anda di halaman 1dari 10

Assalamu’alaikum wr.

wb

Nama : Aldi Apriyadi


NIM : 044490326
Mata Kuliah : Hubungan Industrial

Tugas 3

No Soal Skor

1. Carilah contoh kasus perselisihan hubungan industrial yang terjadi di


20
Indonesia dan lengkapilah dengan sumber berita yang anda kutip!

2. Identifikasi contoh kasus yang sudah anda kutip, termasuk dalam jenis
30
perselisihan apa ? Berikan alasan singkat!

3. Berdasarkan jenis perselisihan yang sudah anda tetapkan, bagaimana cara


50
penyelesaian yang sesuai dan tepat ?

Skor Total 100


*) coret yang tidak perlu

1. Carilah contoh kasus perselisihan hubungan industrial yang terjadi di Indonesia


dan lengkapilah dengan sumber berita yang anda kutip!

JAWAB:
**Berdasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 2004 perselisihan hubungan
industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara
pengusaha atau gabungan usaha dan pekerja atau serikat pekerja karena adanya
perselisihan antarserikat pekerja dalam satu perusahaan. Perselisihan hak adalah
perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak akibat adanya pelaksanaan
atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan, perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian atau kesepakatan kerja Bersama.
Adapun perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan
kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan atau perjanjian atau kesepakatan kerja Bersama. Perselisihan pemutusan
hubungan kerja adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu
pihak. Sementara itu perselisihan antar serikat pekerja merupakan perselisihan
antara serikat pekerja dan serikat pekerja lain dalam satu perusahaan yang
disebabkan tidak adanya kesesuaian paham mengenai keanggotaan dan
pelakasanaan dan kewajiban serikat pekerja. Dalam perselisihan hubungan industrial
para pihak yang berada dalam perselisihan tersebut adalah pengusaha atau
gabungan pengusaha, pekerja secara individu, dan serikat pekerja.

*Contoh kasus perselisihan hubungan industrial di indonesia

“Perselisihan Hak dan PHK Dominasi Kasus Buruh di Tangerang pada 2021”

VIVA – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Tangerang mencatat, sebanyak 260
kasus perselisihan Hubungan Industrial(HI) terjadi di tahun 2021. Dalam ratusan
kasus perselisihan

antara pekerja atau buruh dengan pihak perusahaan itu didominasi oleh persoalan
perselisihan hak dan PHK yang tidak sesuai dengan ketentuan."Di Kabupaten
Tangerang sendiri masalah perselisihan masih terhitung tinggi, pasalnya masih ada 260
kasus diakibatkan karena perselisihan hak dan PHK yang tidak sesuai dengan
ketentuan," kata Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengendalian
Ketenagakerjaan Disnaker Kabupaten Tangerang, Sapta Laelani, Selasa, 31 Mei 2022.

Lanjut dia, untuk membantu para buruh menyelesaikan persoalan itu,


pemerintah daerah pun melakukan pelatihan teknik negosiasi terkait penyelesaian
perselisihan hubungan industrial, dalam rangka mewujudkan hubungan industrial
yang harmonis, dinamis dan berkeadilan."Dengan adanya negosiasi diharapkan dapat
tercapainya hubungan industrial yang harmonis dan berjalannya dunia
ketenagakerjaan secara baik. Serta berkurangnya tingkat perselisihan hubungan
industrial yang terjadi. Maka dari itu pentingnya kegiatan ini diselenggarakan,"
ujarnya.
Sasaran dari pelatihan itu adalah perwakilan serikat pekerja (SP), serikat buruh
(SB), pengusaha dan mediator hubungan industrial. Dan dengan pelatihan ini,
tentunya dapat meningkatkan SDM dan membentuk suatu hubungan industrial yang
lebih harmonis, dinamis dan berkeadilan."Pelatihan ini juga berguna menciptakan
iklim kerja yang kondusif, hingga mampu memunculkan perkembangan ekonomi
yang bagus. Bahkan mampu menarik minat investor," ungkapnya.

Sumber referensi :
- https://www.viva.co.id/amp/berita/bisnis/1480154-perselisihan-hak-dan-phk-
dominasi-kasus-buruh-di-tangerang-pada-2021?page=2
- BMP hubungan industrial/EKMA4367/EDISI2/Modul 5 Hal 5.23- 5.24, Perselisihan
hubungan industrial

2. Identifikasi contoh kasus yang sudah anda kutip, termasuk dalam jenis
perselisihan apa ? Berikan alasan singkat!

JAWAB:

**Untuk kasus pada jawaban nomor 1 sebelumnya termasuk perselisihan hak dan
perselisihan pemutusan hubungan kerja.

Perselisihan hak timbul karena tidak terpenuhinya hak akibat perbedaan


pelaksanaan atau penafisran terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan, perjanjian kerja, pertauran perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
Perselisihan pemutusan hubungan kerja merupakan perselisihan yang timbul
karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan
kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Kasus yang sering terjadi adalah
Ketika perusahaan memutuskan hubungan kerja secara sepihak dengan
pekerjanya dan pekerja tersebut tidak setuju dengan keputusan perusahaan
tersebut.
Sumber Refrensi :
- BMP hubungan industrial/EKMA4367/EDISI2/Modul 5 Hal 5.15, Perselisihan
ditempat kerja.

3. Berdasarkan jenis perselisihan yang sudah anda tetapkan, bagaimana cara


penyelesaian yang sesuai dan tepat ?

JAWAB:

Dalam hubungan industrial terdapat lembaga penyelesaian perselisihan


hubungan industrial. Yang dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja secara musyawarah untuk mencapai kata mufakat. Namun, bila mufakat
tidak tercapai maka pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja menyelesaikannya
melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur oleh
undang- undang. Perselisihan antarserikat pekerja atau antarserikat buruh, federasi
dan konfederasi serikat pekerja atau serikat buruh adalah perselisihan antara serikat
pekerja dan serikat buruh, federasi dan konfederasi pekerja atau serikat buruh dan
serikat pekerja atau serikat buruh lain, karena tidak adanya kesesuaian paham
mengenai keanggotaan serta pelaksanaan hak dan kewajiban ke serikat pekerja.

Penyelesaian yang sesuai dan tepat secara garis besar dapat diupayakan
dengan Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2004 yakni penyelesaian perselisihan dapat
dilakukan di luar pengadilan hubungan industrial yaitu melalui Biparit, mediasi,
Konsiliasi, arbitrase, dan pengadilan. Mekanisme ini tentunya lebih cepat dan dapat
memenuhi rasa keadilan para pihak karena penyelesaiannya berdasarkan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Berikut ini penjelasannya:

a) Penyelesaian melalui Biparit


Penyelesaian melalui perundingan bipartite merupakan perundingan antara
karyawan dan serikat pekerja dengan pengusaha untuk menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial. Lembaga kerja sama bipartite merupakan forum
komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
industrial di satu perusahaan. Hal ini berarti bahwa sebelum pihak-pihak yang
berselisih mengundang pihak ketiga untuk menyelesaikan persoalan di antara
mereka, maka harus terlebih dahulu melalui tahapan perundingan para pihak
yang biasa disebut sebagai bipartite. Penyelesaian secara bipartite adalah wajib,
sehingga kedua belah pihak yang berselisih harus mencatatkan perselisihannya
pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan
melampirkan bukti bahwa upaya penyelesaian melalui perundingan bipartite
telah dilakukan. Penyelesaian melalui perundingan tersebut mempunyai
kekuatan mengikat dan menjadi kekuatan hukum serta wajib dilaksanakan oleh
para pihak bila telah mencapai kata sepakat.

b) Penyelesaian melalui mediasi

Mediasi hubungan industrial merupakan penyelesaian perseisihan hak,


kepentingan, pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau
lebih mediator yang netral. Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang
bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat
sebagai mediator yang ditunjuk oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi
dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang
berselisih untuk menyelesaiakan perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat kerja
dalam satu perusahaan. Mediator bertugas melakukan mediasi kepada pihak yang
berselisih untuk menyelesaiakan perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
*Mediator mempunyai kewajiban :

1) Membuat anjuran secara tertulis apabila tidak tercapai kesepakatan


penyelsaian
2) Membuat risalah penyelesaian perselisihan hubungan industrial
3) Membuat laporan hasil penyelesaian perselisihan hubungan industrial

*Mediator mempunyai kewenangan :

1) Menganjurkan kepada para pihak yang berselisih untuk berunding


terlebih dahulu dengan itikad baik sebelum dilakukan mediasi.
2) Meminta keterangan, dokumen, dan surat-surat yang berkaitan dengan
perselisihan.
3) Mendatangkan saksi atau saksi ahli dalam mediasi apabila diperlukan

4) Membuka buku dan meminta surat-surat yang diperlukan dari para pihak
dan instasi atau lembaga terkait.
5) Menerima atau menolak wakil para pihak yang berselisih apabila
ternyata tidak memiliki surat kuasa.

c) Penyelesaian melalui konsiliasi

Konsiliasi adalah seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai


konsiliator dan ditunjuk oleh Menteri yang bertugas melakukan konsiliasi dan
wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan kerja, atau
perselisihan antarserikat kerja dalam satu perusahaan. Konsilasi hubungan
industrial merupakan penyelesaian perselisihan hak,kepentingan, pemutusan
hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang
netral. Konsiliator adalah satu atau beberapa orang yang dianggap ahli dibidang
hubungan industrial dan hukum ketenagakerjaan, diberi kewenangan
mengkonsiliasi antarserikat pekerja. Konsiliator bertugas melalui konsiliasi
kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan antarserikat pekerja/
serikat buruh dalam satu perusahaan.
* Konsiliator memiliki kewenangan :
1) Meminta keterangan kepada para pihak

2) Menolak mewakili para pirak apabila ternyata tidak memiliki surat kuasa
3) Menolak melakukan konsiliasi terhadap para pihak yang belum melakukan
perundingan secara bipartite. Meminta surat/dokumen yang berkaitan
dengan perselisihan

4) Memanggil saksi atau saksi ahli

*Konsiliator mempunyai kewenangan :

1) Memanggil para pihak yang sedang berselisih untuk dapat didengar


keterangan yang diperlukan.
2) Mengatur dan memimpin konsiliasi

3) Membantu membuat perjanjian Bersama apabila tercapai kesepakatan

4) Membuat risalah penyelesaian perselisihan hubungan industrial

5) Membuat dan memelihara buku khusus dan berkas perselisihan yang


ditangani

d) Penyelesaian melalui arbitrase

Arbitase adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih
dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan keputusan
mengenai perselisihan kepntingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja,dan perselisihan antarserikat kerja dalam satu perusahaan yang diserahkan
penyelesaiannya melalui arbitase yang putusannya mengikat para ahli dan
bersifat final. Menurut Biogess dan DuBose (1985), baik karyawan maupun
manajemen mempunyai dorongan mengadakan arbitase sebagai langkah akhir
dalam prosedur penanganan keluhan. Arbitase hubungan industrial merupakan
penyelesaian perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja
dalam satu perusahaan di luar pengadilan hubungan industrial melalui
kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan
penyelesaian perselisihan kepada arbitrer yang putusannya mengingkat para
pihak dan bersifat final.
e) Pengadilan hubungan industrial

Pengadilan hubungan industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk di


lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili, dan
memberikan putusan terhadap perselisihan hubungan industrial. Untuk pertama
kali dibentuk pengadilan hubungan industrial pada setiap pengadilan negeri
disetiap ibukota provinsi yang daerah hukumnya meliputi provinsi yang
bersangkutan. Selanjutnya, dalam undang-undang No. 2 tahun 2004 tersebut
prosedur penyelesaian setiap perselisihan hubungan industrial harus terlebih
dahulu dilakukan melalui perundingan bipartite dan jika perundingan tidak
mencapai hasil maka ditempuh prosedur sebagai berikut :

*Penyelesaian perselisihan hak

Dalam hak perundingan tidak tercapai kesepkatan maka penyelesaiannya


dilakukan oleh pengadilan penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI)
dan putusannya bersifat final.

Penyelesaian perselisihan kepentingan dan perselisihan hubungan kerja

 Dalam hal perundingan tidak tercapai kesepakatan penyelesaian maka pihak-


pihak dapat memilih penyelesaian dengan mediasi,konsilisi,atau arbitrase.
 Jika pihak-pihak memilih mediasi atau konsiliasi dan tidak tercapai
penyelesaian maka penyelesaian selanjutnya dilakukan dengan mengajukan
gugatan kepengadilan penyelesaian perselisihan hubungan industrial (PPHI).
 Dalam hal pihak-pihak sepakat memilih penyelesaian melalui arbitrase akan
tetapi keputusan arbitrase ditolak oleh salah satu atau pihak- pihak yang
berselisih maka penyelesaian selanjutnya dapat dilakukan dengan
mengajukan upaya hukum.
 Dalam ha pihak-pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan
melalui mediasi, konsiliasi, atau arbitrase, maka atas kesepakatam kedua
belah pihak atau kemampuan salah satu pihak penyelesaiannya dilakukan
oleh pengadilan PPHI.
Dari contoh kasus yang saya berikan pada point nomor 1, dapat saya simpulkan
bahwa penyelesaian yang sesuai adalah Biparit dengan tetap mengutamakan negosiasi
terhadap suatu persoalan. Sebab baiknya sebelum pihak-pihak yang berselisih
mengundang pihak ke 3 untuk menyelesaikan persoalan diantara mereka, maka harus
terlebih dahulu melalui perundingan para pihak (Biparit). Jika Biparit tidak juga
menemui titik penyelesaian maka dapat dilakukan penyelesaian ke tahap
mediasi,konsiliasi,arbitrase, hingga Pengadilan hubungan Industrial.

Sumber Refrensi:
- BMP hubungan industrial/EKMA4367/EDISI2/Modul 5 Hal 5.25-5.32/Penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.

Demikian jawaban yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada penulisan
yang kurang tepat.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai