Anda di halaman 1dari 6

PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN/HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. Perundingan Bipartit
Perundingan Bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial. Kedudukan hukum perundingan Bipartit merupakan penyelesaian yang bersifat
wajib. Ada beberapa ketentuan dalam perundingan Bipartit: 1. Perselisihan diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat. 2. Diselesaikan paling lama 30 hari kerja sejak tanggal dimulainya
perundingan. 3. Ditandatangani oleh para pihak, yang sifatnya mengikat dan hukum wajib bagi
para pihak. 4. Wajib didaftarkan oleh para pihak kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah para pihak mengadakan perjanjian bersama Diberikan akte
pendaftaran perjanjian bersama. 6. Salah satu pihak atau pihak yang dirugikan dapat
mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri di wilayah perjanjian bersama didaftarkan. 7. Permohonan eksekusi dapat dilakukan
melalui PHI di Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon untuk diteruskan ke PHI di
Pengadilan Negeri. 8. Perundingan dianggap gagal apabila salah satu pihak menolak
perundingan atau tidak tercapai kesepakatan. 9. Salah satu pihak atau kedua belah pihak
mencatatkan perselisihan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan
setempat dengan melampirkan bukti upaya penyelesaian melalui perundingan Bipartit telah
dilakukan. Berkas-berkas yang harus disiapkan dalam proses bipartit: kronologis kejadian
(dilampiri bukti-bukti), surat kuasa/mandat (kedua belah pihak), nota pembelaan, surat
permohonan bipartit, berita acara bipartit, risalah bipartit (kalau gagal), perjanjian bersama
(kalau sepakat) dan daftar hadir perundingan.
Kasus yang pernah terjadi yaiitu Buruh PT. Orson yang mengajukan gugatan ke
Pengadilan Hubungan Industri. Senin (20/02). 14 buruh PT. Orson Indonesia yang tergabung
dalam Serikat Buruh Multi Sektor Indonesia (SBMSI) – PT. Orson Indonesia mengajukan gugatan
ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan tersebut dilayangkan terkait keputusan pihak
perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak. gugatan ini dilakukan
karena pihak perusahaan bersikeras menyatakan sikap untuk tidak melaksanakan Surat Anjuran
oleh Mediator Hubungan Industrial pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Utara
Nomor : 6074-1.835 tertanggal 21 November 2016. Tertuang dalam anjuran tersebut
perusahaan harus membayarkan kekurangan upah dan mempekerjakan kembali ke 14 buruh
yang di-PHK. Sebelumnya, upaya perundingan bipartit antara buruh dan pengusaha yang
ditengahi oleh pihak Mediator Hubungan Industrial Disnakertrans Jakarta Utara menemui jalan
buntu. PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Orson Indonesia dilakukan dengan alasan
pelanggaran peraturan perusahaan dan alasan efisiensi. Pelanggaran peraturan perusahaan
dialamatkan kepada salah satu buruh bernama Nikson Juventus, dan ke 13 buruh lainnya di-
PHK dengan alasan efisiensi.
Analisa:
Dari pemaparan kasus di atas terlihat bahwa terjadinya tidak memenuhinya persyaratan
perundingan Bipartit seperti penjelasan di atas pada nomor 8 dimana terdapat salah satu pihak
yang menolak perundingan dan akhirnya perundingan birpatit menemeui jalan buntu sehingga
buruh mengajukan gugatan lain untuk mendapatkan haknya yang sesuai.

2. Perundingan Tahap Mediasi


Mediasi hubungan industrial yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian
perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
Contoh dari perundingan mediasi ini yaitu Proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial Melalui Upaya Mediasi di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Boyolali.
Sebelumnya telah dilakukan perundingan Bipartit ditingkat perusahaan namun para pihak yang
berselisih gagal mencapai kesepakatan selanjutnya adalah pencatatan pengaduan perselisihan
hubungan industrial di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Boyolali. Pihak pekerja atas
nama Tri Sumini yang diwakili oleh Serikat Pekerja Nasional PT. Bengawan Solo Garment
Indonesia akhirnya melakukan pencatatan perselisihan hubungan industrial ke Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Boyolali setelah gagal mencapai kesepakatan dengan pihak
pengusaha PT. Bengawan Solo Garment Indonesia pada perundingan Bipartite. Kemudian
terjadi pemanggilan para pihak dalam sidang. Mediator dalam selisihan hubungan industry PT.
Bengawan Solo Garment Indonesia adalah Bapak Daryanto, S.H. Dalam pelaksanaan sidang
mediasi perselisihan hubungan industrial, segala agenda atau pun kegiatan akan dipimpin oleh
mediator. Mediator berkewajiban untuk membantu para pihak yang berselisih untuk
menemukan solusi penyelesaian tetapi tidak berhak untuk memutus perselisihan tersebut.
Pada kasus perselisihan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia telang diadakan sidang mediasi
sebanyak 3 (tiga kali). Mediasi ketiga yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 02 Mei 2012
menghasilkan kesepakatan antara pihak pengusaha dan pihak pekerja PT. Bengawan Solo
Garment Indonesia yang dituangkan dalam sebuah perjanjian bersama. Perjanjian bersama
tersebut memuat isi kesepakatan yang tercapai dalam sidang mediasi dengan dibubuhi materai
6000 (enam ribu) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan ditandatangani pula oleh
Bapak Daryanto, S.H., selaku Mediator Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Boyolali. Isi
perjanjian bersama tersebut adalah pihak pengusaha memutasi/memindah tugaskan pihak
pekerja dari bagian clining servis ke bagian kebersihan (mengumpulkan benang 11 jahit) di
ruangan produksi mulai tanggal 04 Mei 2012 dan pihak pekerja bersedia menerima mutasi
tersebut.
Analisa :
Dari pemaparan kasus diatas sudah terlihat jelas bagaimana alur dari sidang mediasi
yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Boyolali dimana persidangan
berhadil menetapkan keputusan. Dimana keputusan tersebut sudah disetujui oleh para pihak
persidangan dan juga ditandatangani oleh mediator persidangan.
3. Konsoliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar sp/sb hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah
yang ditengahi oleh seseorang atau lebih konsiliator yang netral.
Kasus yang pernah terjadi yaitu Penyelesaian Perselisihan Tenaga Kerja Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industri
pada Pt. Jasrindo Karya Utama di Kabupaten Siak. Kasus perselisihan ini adalah pemutusan
hubungan kerja secara sepihak yang dialami oleh karyawan yaitu Postes Sijintak. Poster Sijintak
dipecat sebagai pengawas lapangan pengangkutan kayu oleh PT. Jarsindo Karya Utama, karena
pekerja dinilai oleh pengusaha tidak mampu menunjukkan kinerja/prestasi yang baik, disamping
itu atas pertimbangan Perusahaan tidak secara kontinu mendapatkan/order kerja pengangkutan
kayu dari pengusaha pemberi/penyedia kerja PT.IKKP Perawang. Pemutusan hubungan kerja
ini tidak dapat diterima oleh pekerja karena pekerja tersebut merasa bahwa ada
perselisihan hak yang belum terselesaikan, sehingga tidak seharusnya pengusaha
melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja tersebut. Maka dari itu pekerja
mengambil jalur penyelesaian masalah dengan melalui konsiliasi. Proses penyelsaiannya pun
dimulai dari pemanggilan para pihak secara tertulis, kemudian mengatur dan memimpin sidang
konsiliasi dengan penyelsaian masalah secara musyawarah untuk mufakat, dilanjutkan dengan
meminta keterangan, dokumen dan surat-surat yang berkaitan dengan perselisihanm kemudian
pembuatan perjanjian. Namun dalah kasus ini tidak terjadi kperjanjian bersama antara kedua
belah pihak.
Analisa :
Dalam kasus ini ada beberapa penyebab tidak terjadinya kesepakatan yaitu mulai dari
pihak yang berselisih kurang responsive hingga sarana dan prasana yang kurang memadai.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Penyelesaian Perselisihan Tenaga Kerja Melalui
Konsiliasi Pada PT. Jarsindo Karya Utama di Kabupaten Siak telah dilaksanakan dengan
baik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial, dalam hal memanggil para pihak secara tertulis, mengatur
dan memimpin sidang konsiliasi, meminta keterangan, dokumen, dan surat-surat yang
berkaitan dengan perselisihan, membantu membuat perjanjian bersama apabila tercapai
kesepakatan atau membuat anjuran secara tertulis apabila tidak tercapai kesepakatan dan dalam
menyelesaikan konsiliasi jangka waktu yang telah ditentukan serta dalam membuat
risalah konsiliasi dan laporan hasil konsiliasi diterapkan secara baik oleh konsiliator.
4. Arbitrase
Pemerintah Indonesia dan Hesham Al Warraq

Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan dan perselisihan antar sp/sb
hanya dalam satu perusahaan diluar pengadilan hubungan industrial melalui kesepakatan tertulis
dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter
yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

Pada 15 Desember tahun 2014, ICSID kemudian memenangkan Indonesia terhadap


gugatan dari salah satu pemegang saham Bank Century, Hesham Al Warraq. Hal Ini merupakan
suatu kemenangan kedua Indonesia di dalam kasus terkait, yang sebelumnya itu berhadapan
yakni dengan mantan pemilik saham bank yang sama, Rafat Ali Rizvi. ditahun 2011, Hesham,
yang kemudian pernah menjabat Wakil Komisaris Utama Bank Century, lalu menuntut
pemerintah disebabkan karna tindakan ekspropriasi atas saham di bank tersebut.

Ia kemudian meminta ganti rugi sebesar US$19,8 juta. Alih-alih untuk memperoleh ganti
rugi, ICSID justru kemudian menolak gugatan Hesham terkait dari tindakan ekspropriasi.
Dengan demikian, kemenangan Indonesia didua kasus Bank Century tersebut kemudian
membuat pemerintah terhindar dari kewajiban membayar biaya yakni sekitar Rp1,3 triliun atau
juga US$100 juta.

Analisa:

Dari kasus diatas Majelis Arbitrase International Center for the Settlement of Investment
Disputes (ICSID) juga mengeluarkan putusan yang memenangkan Republik Indonesia dalam
gugatan yang diajukan oleh Rafat Ali Rizvi. Pihak Kejaksaan Agung Republik Indonesia
mengajukan gugatan pidana tehadapt Hesham Al Warraq dan rafat Ali Rizvi yang telah
melarikan uang dari Bank Century. Berdasarkan UU Anti Korupsi dan UU TPPU kedua orang
itu tidak hadir dalam persidangan sehingga keduanya diadili secara absentia. Hesham Al Warraq
mengajukan gugatan namun ditolak karena telah melanggar ketentuan perjanjian OKI. Maka
dengan itu dari perjanjian Arbitase telah menetapkan Putusan Kesepakatan Arbiter sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

5. Peradilan perburuhan/peradilan Hubungan Industrial

Pengadilan hubungan industrial adalah pengadilan khusus yang dibentuk dilingkungan


Pengadilan Negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberikan putusan terhadap
perselisihan hubungan industrial. Hukum acara yang dipakai adalah Hukum acara perdata

PHK Sepihak SIS Terhadap Mantan Gurunya


Setelah Jakarta International School, kini giliran Singapore International School (SIS)
Pantai Indah Kapuk digugat oleh mantan gurunya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang
dianggap semena-mena menjadi sebab sang guru meradang. Guru tersebut di PHK karena
melanggar kontrak berbentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. PHKnya dilakukan secara
sepihak tanpa adanya surat peringatan terlebih dahulu.

Francois Xavier Fortis, warga negara Kanada, dipecat SIS karena telah dianggap telah
melanggar peraturan perusahaan. Dalam anjuran Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Sudinakertrans) Jakarta Utara tertanggal 4 Januari 2007 dijelaskan Francois telah melanggar
kontrak dengan berulang kali. Pelanggaran yang dilakukan dalam masa percobaan Francois itu
berupa perbuatan dan ucapan tidak pantas kepada staf SIS lainnya. Atas perbuatannya itu,
Francois juga sempat diperingati secara lisan.Lewat kantor hukum Adams & Co, Francois
menggugat SIS. Dalam surat gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta, Francois
menjelaskan ia dipekerjakan oleh SIS sejak 1 Juli 2006 hingga 31 Mei 2008, alias 23 bulan. Pada
30 Nopember 2006 Francois di PHK karena gagal dalam masa percobaan. Merasa dirugikan,
Francois meminta ganti rugi sebesar Rp. 394 juta. Rinciannya, ialah sisa gaji Rp. 20 juta per
bulan dan tunjangan transpor dan akomodasi sebesar Rp. 2 juta per bulan yang belum dibayar
SIS sejak PHK hingga akhir masa kontraknya.

Pada 22 Februari lalu mediator Sudinakertrans telah mengeluarkan anjuran yang


menyarankan SIS untuk membayar sisa upah Francois dalam kontrak tersebut. Kepala Bagian
Hukum SIS Haifa Segeira menyatakan Francois telah melanggar suatu pasal dari perjanjian
kerja. Ada beberapa hal yang jelas-jelas sudah disetujui di kontrak, dan dasar kita PHK sudah
tercantum dalam kontrak itu ujarnya. Jadi, menurutnya, selama para pihak sudah sepakat hal-hal
yang tercantum dalam kontrak, perjanjian tersebut dapat dieksekusi. Iapun mengaku bingung
mengapa Sudinakertrans kurang memperhatikan alasan dan bukti-bukti yang diajukan SIS. Yang
jelas, dalam surat anjuran Sudinakertrans, SIS tercatat mengakui perjanjian kerja mencantumkan
masa orientasi dan SIS menyatakan Francois tak lulus masa orientasi itu. Dan dinyatakan itu pula
alasan Francois di-PHK. Dalam dokumen itu tidak dicantumkan adanya pemberian surat
peringatan dari SIS pada Francois.Yang dilakukan SIS, Haifa menambahkan, tidak bertentangan
dengan norma yang ada. Ia juga mengaku tak dapat memberi kejelasan apa tepatnya perbuatan
Francois yang menyebabkan guru tersebut di PHK.

Analisa:

Pada dasarnya sebelum terjadi kasus PHK terhadap Francois , permasalahan sudah
muncul terlebih dahulu pada masa pembuatan perjanjian kontrak kerja. Perjanjian kontrak kerja
dibuat dalam bentuk PKWT dimana jenis dan sifat pekerjaan yang ditentukan dalam kontrak
kerja tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan selesai dalam waktu tertentu.
Menurut pasal 59 UU No.13 Tahun 2003 angka 1 dan Kepmenakertrans No. 100 tahun 2004
PKWT haya dapat dibuat untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya, yang
bersifat musiman, dan berhubungan dengan produk baru. Sementara pekerjaan yang dilakoni
oleh Francois bersifat tetap dan tidak identik dengan pekerjaan yang dapat dibuat dengan PKWT.
Menurut pasal 59 angka 7 yang tidak memenuhi ketentuan tersebut, demi hukum menjadi
PKWTT.

Anda mungkin juga menyukai