Disusun oleh :
NPM: 19110110495
Kelas: 7 A1
UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
PURWOKERTO
Mediasi Dalam Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Berdasarkan ketentuan ini, maka bagi pekerja yang ingin melakukan mediasi, terlebih dahulu
harus melakukan:
Contoh surat ini hanyalah contoh surat sederhana untuk masalah upah yang belum
dibayarkan.
Format surat mungkin lebih kompleks untuk masalah yang lebih rumit.
Tidak perlu mencantumkan nomor surat jika pengirim surat ada individu buruh.
Konsisten dalam mengisi kolom pendapat dari sejak perundingan bipartit sampai
dengan mediasi, meskipun kemungkinan perubahan tetap akan ada dalam dinamika
perundingan, tetapi biasanya perubahannya minor atau untuk mendukung pendapat
utama kita.
2. Mediator harus mengadakan penelitian tentang pokok perkara dan mengadakan siding
MEDIASI;
3. Mediator dapat memanggil satu saksi ahli guna diminta dan di dengar kesaksiannya
jika diperlukan. Pihak-pihak yang dipanggil harus menunjukkan dan membukakan
buku-buku atau surat-surat yang diperlukan;
7. Apabila Anjuran telah diterima oleh kedua belah pihak, maka dibuat Perjanjian
Bersama dan didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).
Permasalahan
3. Anjuran
Anjuran merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Mediator
Hubungan Industrial sebagai akibat tidak tercapai kesepakatan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial melalui mediasi. Mediator dalam menerbitkan
Anjuran dengan bersumber atau berlandaskan pada ketentuan hukum dan
perundang-undangan yang berlaku. Anjuran menimbulkan hak dan kewajiban bagi
para pihak dan menimbulkan akibat hukum bagi pihak lainnya. Namun Anjuran
Mediator dibuat tidak berdaya oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, sebab Mediator tidak mempunyai
upaya paksa kepada pihak yang menolak Anjuran yang juga tidak melanjutkan
penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial untuk mematuhi dan
melaksanakan isi Anjuran.
Mediator dapat mengeluarkan Putusan Final berupa Anjuran Tertulis, tetapi
Mediator tidak dapat menegakkan Anjurannya. Mediator yang menerbitkan putusan
berupa Anjuran Tertulis tidak punya kewenangan untuk memaksa pihak yang
menolak Anjuran untuk mematuhi dan melaksanakan Anjuran apabila pihak yang
menolak Anjuran tidak melanjutkan penyelesaian perselisihan ke Pengadilan
Hubungan Industrial. Oleh sebab itu, untuk mencegah kondisi seperti ini, seharusnya
Undang-Undang menetapkan batas waktu untuk dapat melanjutan penyelesaian
perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial. Apabila batas waktu yang telah
ditetapkan tidak digunakan oleh pihak yang menolak atau apabila batas waktu yang
telah ditetapkan telah lewat, maka anjuran Mediator mempunyai kekuatan hukum
tetap. Inilah anomali hukum penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
seharusnya bisa dicegah apabila terdapat aturan khusus mengenai kekuatan hukum
dari Anjuran Mediator. Dengan demikian, harapannya adanya aturan yang
mengikat bagi pihak yang tidak melaksanakan Anjuran Mediator, perselisihan
hubungan industrial yang sedang terjadi dapat selesai dengan me-minimalisir waktu,
biaya, dan tenaga, sehingga tetap terjaga hubungan industrial yang harmonis.
KOTA SAMARINDA
Jalan Basuki Rahmat No. 78., Samarinda Kalimantan Timur. Telp. (0541) 7435 95
Lampiran :-
Dengan hormat,
MENGANJURKAN :
1. Agar perusahaan PT. Apa Adanya, Ltd Indonesia atas pengakhiran hubungan kerja
terhadap pekerja membayarkan hak-hak pekerja berupa Uang Pesangon sebesar 2×
ketentuan Pasal 156 Ayat (2), Uang Penghargaan Masa Kerja sebesar 1× ketentuan
Pasal 156 Ayat (3) dan Uang Penggantian Hak sesuai Pasal 156 Ayat (4) dengan
rincian sebagai berikut :
- Uang Pesangon :
2 × 5 bulan × Rp. 3.500.000,00 = Rp. 35.000.000,00
2. Agar perusahaan dapat membayarkan Hak Tunjangan Hari Raya (THR) yang belum
pernah dibayarkan selama ini kepada pekerja dan upah selama proses sampai bulan
Februari 2017 :
THR tidak dibayarkan selama 4 tahun :
4 × Rp. 3.500.000,00 = Rp. 14.000.000,00
3. Agar pekerja dapat menerima pembayaran sebagaimana poin 1 dan 2 di atas sejumlah
Rp. 62.300.000,00 (terbilang 3nam puluh dua juta tiga ratus ribu rupiah);
4. bahwa kedua belah pihak memberikan jawaban atas anjuran tersebut selambat-
lambatnya dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah menerima surat anjuran ini.
HUBUNGAN INDUSTRIAL
TIMUR
8. Pendapat Pekerja/Buruh/SP/SB :
a. Bahwa pada bulan Desember 2016 Sdri. Syarifah Khairul Risky mempertanyakan
perihal hak THR (Tunjangan Hari Raya) kepada atasannya Sdri. Aprischa Angelia (PT.
Apa Adanya, Ltd) selama yang belum di bayarkan kepadanya selama 4 (empat)
Tahun;
b. Bahwa kuasa hukum Sdri. Syarifah Khairul Risky telah mengirimkan surat somasi
kepada pihak PT. Apa Adanya, Ltd sebanyak 3 (tiga) kali perihal upah THR yang
belum pernah diberikan akan tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari pihak PT.
Apa Adanya, Ltd;
c. Bahwa upaya penyelesaian secara bipartit telah dilakukan kuasa hukum Sdri.
Syarifah Khairul Risky ternyata tidak menbuahkan hasil, bahkan akibat tindakan
tersebut, pihak PT. Apa Adanya, Ltd menggunakan pihak ketiga (pengacara) dan
pada bulan Desember 2016 pihak PT. Apa Adanya, Ltd merumahkan Sdri. Syarifah
Khairul Risky secara paksa dan semena-mena berdasarkan Surat Pemberhentian
Sementara (Letter Of Suspension) pada tanggal 5 Januari 2017; dan
d. Bahwa selanjutnya pihak PT. Apa Adanya, Ltd melakukan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) secara sepihak berdasarkan Surat Pemecatan (Letter of Temination)
tanggal 1 Februari 2017.
9. Pedapat Pengusaha :
a. Bahwa berdasarkan Kontrak Kerja CL/80/023 tertanggal 1 Mei 2012 Sdri. Syarifah
Khairul Risky merupakan karyawan dari Freeport, Inc yang berdomisili di Blk 151C,
No. 45 di daerah Phoenix, USA bukan di PT. Apa Adanya, Ltd Indonesia.
b. Bahwa kontrak kerja yang di buat antara Sdr. Syarifah Khairul Risky dengan Freeport,
Inc diwakili oleh Aprischa Angelia sebagai Managing Director, sehingga sangat jelas
bahwa Sdri. Syarifah Khairul Risky secara legal/sah di kerjakan oleh Freeport, Inc,
bukan PT. Apa Adanya, Ltd Indonesia;
c. Bahwa oleh karena kontrak kerja yang di maksud menimbulkan hubungan antara 2
(dua) subjek hukum berbeda yang tunduk pada hukum yang berbeda, yaitu Sdri.
Syarifah Khairul Risky sebagai orang pribadi, warga Indonesia, tunduk pada hukum
Indonesia dan Freeport, Inc. Maka berlakulah hukum perdata Internasional (HPI)
dalam hal ini guna menjawab hukum mana yang berlaku untuk menyelesaikan
perselisihan antara hukum mana yang berlaku untuk menyelesaikan perselisihan
antara para pihak tersebut di atas;
d. Bahwa menurut Prof. Dr. Gautama, SH, dalam bukunya mengenai teori umum HPI
pada pokoknya pilihan hukum dapat dinyatakan secara tegas dan secara diam-diam.
Bahwa dalam kontrak kerja tidak di sebutkan secara tegas disebutkan mengenai
pilihan yurisdiksi, maka dapat dikatakan bahwa para pihak, Sdri. Syarifah Khairul
Risky dan Freeport, Inc telah melakukan pilihan hukum secara diam-diam
(Stilzwijgend, Implied, Facility). Yang mana dapat menyimpulkan maksud para pihak
ini mengenai hukum mana yang kami kehendaki; dan
e. Bahwa oleh karenanya Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
Samarinda dapat dikatakan secara tegas tidak memiliki kewenangan relatif untuk
memeriksa dan mengadili perkara a quo. Bahwa yang memiliki kewenangan buntu
memeriksa dan mengadili perkara a quo berdasarkan hukum Singapura bukan
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Samarinda.
Rp. 42.000.000,00
Rp. 48.300.000,00
b. Agar perusahaan dapat membayarkan Hak Tunjangan Hari Raya (THR) yang belum
pernah dibayarkan selama ini kepada pekerja dan upah selama proses sampai bulan
Januari 2017 :
- THR tidak dibayarkan selama 4 tahun :
4 × Rp. 3.500.000,00 = Rp. 14.000.000,00
c. Agar pekerja dapat menerima pembayaran sebagaimana poin 1 dan 2 di atas
sejumlah Rp. 62.300.000,00 (terbilang enam puluh dua juta tiga ratus ribu rupiah);
d. Bahwa terhadap surat anjuran tertulis yang diterbitkan oleh mediator tersebut di
atas pihak pekerja dapat menerima anjuran tersebut, sedangkan pihak Pengusaha
menolak untuk melaksanakannya; dan
e. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas pekerja memohon kepada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Semu Fakultas Syari’ah IAIN Samarinda agar
memberikan putusan sesuai dengan anjuran tersebut di atas.
Samarinda, 13 Maret 2017