Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengaturan Umum tentang Organisasi Internasional

1. Pengertian Organisasi Internasional

Sebagai anggota masyarakat internasional, suatu negara tidak dapat hidup

tanpa adanya hubungan dengan negara lain. Hubungan antar negara sangat kompleks

sehingga di perlukan pengaturan. Untuk mengaturnya agar mencapai tujuan bersama,

negara-negara membutuhkan wadah yaitu Organisasi Internasional. Timbulnya

hubungan internasional secara umum pada hakikatnya merupakan proses

perkembangan hubungan antar negara. Dengan membentuk organisasi, negara-negara

akan berusaha mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama dan menyangkut

bidang kehidupan yang luas.

Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang bersifat

universal dengan tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia telah

lama menjadi pemikiran banyak negarawan. Mereka menginginkan diorganisirnya

masyarakat internasional secara politik sebagai reaksi terhadap anarki yang

disebabkan sengketa-sengketa bersenjata antar negara. Organisasi internasional

tersebut akan menghimpun negara-negara di dunia dalam suatu sistem kerjasama

yang dilengkapi oleh organ-organ yang dapat mencegah atau menyelesaikan

sengketa-sengketa yang terjadi antara mereka. Agar batas-batas nasional dapat

dilewati, diperlukan suatu organisasi politik sentral yang dilengkapi dengan sarana-
sarana paksaan atau persuasi terhadap negara-negara, serta wewenang untuk

mengkoordinir lembaga-lembaga teknik dan regional.

Namun himbauan bagi pembentukan hubungan internasional yang

distrukturkan dalam suatu organisasi selama beberapa abad hanya terbatas pada

doktrin dan propaganda belaka. Para pemimpin negara tetap menganggap bahwa

pembentukan organisasi-organisasi seperti itu tidak sesuai dengan kedaulatan

nasional dan bertentangan dengan kepentingan negara. Dalam pelaksanaanya,

gagasan untuk mendirikan organisasi internasional hanya terbatas pada perbaikan

prosedur-prosedur tradisional antar negara.

Akhirnya upaya pembentukan organisasi-organisasi internasional yang

sebenarnya baru mulai pada abad ke-17 dan 18 melalui berbagai proyek. Pada abad

ke-17 misalnya muncul gagasan Emeric de Cruce pada tahun 1623. Kemudian pada

abad ke-18 muncul proyek-proyek William Penn, Bentham, Jean Jacques Rousseau,

Abbe de Saint-Pierre dalam Plan for Perpetual Peace mengusulkan pembentukan

suatu mejelis umum untuk menyelesaikan semua sengketa dengan mayoritas ¾ suara

beserta sanksi kolektif termasuk penggunaan senjata. Abbe de Saint-Pieree juga

berpendapat bahwa majelis umum bukan saja berfungsi untuk menyelesaikan

sengketa-sengketa, tapi juga untuk membuka kerjasama antar negara di berbagai

bidang dengan mendirikan perwakilan-perwakilan untuk pelaksanaan kerjasama

tersebut.
Dengan kemajuan teknik dan kesalingtergantungan ekonomi yang mulai

dirasakan di abad ke-19, dianggap perlu untuk mengembangkan kerjasama

internasional. Mulai bagian kedua abad ke-19 sampai tahun 1914, Eropa mengalami

periode panjang cukup damai yang disertai kemajuan teknik sarana komunikasi, dan

keadaan ini telah mendorong pembentukan organisasi-organisasi kerjasama

internasional.1 Yang pertama adalah organisasi-organisasi yang lahir pada abad ke-

19, antara lain Komite Internasional untuk Sungai Elbe tahun 1821, untuk Sungai

Rhine tahun 1831 dan pembentukan European Danube Commision tahun 1856 untuk

mengawasi pelayaran bebas di atas sungai tersebut yang lepas dari pengawasan

nasional dari masing-masing negara.

Selanjutnya gagasan untuk menghimpun sejumlah ahli dan administrator yang

melaksanakan tugas-tugas khusus atas nama negara-negara telah pula dapat

diwujudkan dalam pendirian International Telehraph Bureau pada tahun 1868 yang

kemudian bernama International Telecomunication Union (ITU) dan pembentukan

General Postal Union tahun 1874 yang kemudian menjadi Universal Postal Union

(UPU). Tidak lama kemudian didirikan pula International Bureau of Weights and

Measures tahun 1875 dan Inter-union for the Publication of Customs Tariff tahun

1890. disamping pembentukan organisasi-organisasi internasional ini, pada waktu

yang sama juga berkembang organisasi-organisasi non-pemerintah (NGOs). Menurut

Union of internasional associations, disamping perkembangan cepat organisasi

internasional yang berjumlah 7 pada tahun 1870-an dan menjadi 37 di tahun 1909,

perkembangan NGOs lebih cepat lagi yaitu mencapai jumlah 176 pada waktu yang
1
Daniel Dormoy, Droit des Organisations Internationales, Daloz 1995, Paris, hal.3
sama. Organisasi non-pemerintah yang sangat terkenal pada permulaan abad ke-20

dan yang mengembangkan Konvesi-konvensi Jenewa 1864, 1906, 1929 adalah

International Committe of the Red Cross. Selanjutnya malapetaka yang menimpa

dunia selama Perang Dunia I telah mendorong para pemimpin dunia dengan segera

membentuk suatu organisasi internasional dengan kekuasaan lebih tinggi dari yang

dimiliki negara-negara yaitu Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations). Dengan

lahirnya LBB ini dimulailah generasi kedua organisasi-organisasi internasional. Pada

periode menjelang Perang Dunia II, selain LBB antara lain juga lahir Organisasi

Buruh Sedunia (ILO) tahun 1919, Organisasi Penerbangan Internasional tahun 1919

dan juga Mahkamah tetap Internasional (PCIJ) tahun 1920.

Berakhirnya Perang Dunia II di tahun 1945 juga mengakhiri kehidupan LBB

yang telah gagal mencegah perang. Di samping itu, Perang Dunia II telah

membangkitkan lagi kesadaran atas keharusan mutlak kerjasama internasional yang

dapat mencegah terjadinya kembali perang dunia dengan menciptakan kondisi yang

baik bagi kerjasama antar negara dengan berakhirnya Perang Dunia II maka mulai

pula generasi ke-3 organisasi internasional, yaitu dengan lahirnya PBB.2 Definisi

universal dari organisasi internasional sangat sulit untuk didefinisikan. Menurut pasal

2 ayat 1 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969, organisasi internasional

adalah organisasi antar pemerintah. Definisi yang diberikan Konvensi ini adalah

sempit, karena membatasi diri hanya pada hubungan antara pemerinntah. Perumusan

definisi yang sempit ini mungkin didasarkan atas keberhati-hatian, karena dibuatnya

2
DR. Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni, 2005, hal. 458-461.
definisi yang baku akan melahirkan konsekuensi hukumnya baik di tingkat teori

maupun praktis.3

Para sarjana hukum internasional pada umumnya mendefinisikan organisasi

internasional dengan memberikan kriteria-kriteria, serta elemen-elemen dasar atau

syarat minimal yang harus dimiliki oleh suatu entitas yang bernama organisasi

internasional. Hal ini yang menyulitkan untuk didapatkannya suatu definisi yang

umum. Beberapa definisi yang diutarakan sebagai gambaran definisi dari organisasi

internasional seperti yang dikemukakan oleh Bowett D.W. Dalam bukunya “Hukum

organisasi internasional” bowet memberikan batasan definisi organisasi internasional,

bahwa: “tidak ada suatu batasan mengenai organisasi publik internasional yang dapat

diterima secara umum. Pada umumnya Organisasi ini merupakan organisasi

permanen yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan

merupakan perjanjian multilateral dari pada perjanjian bilateral yang disertai

beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya”. Senada dengan yang disampaikan

oleh Bowett ada pendapat Starke, Dalam bukunya “ An introduction to international

law”, Starke membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai

organ lembaga internasional dengan negara yang modern. Starke menegaskan ”pada

awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak, kewajiban, dan

kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum

nasional yang dinamakan Hukum Tata Negara sehingga dengan demikian organisasi

internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh

hukum konstitusi internasional”.


3
Ibid, hal. 462.
Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek

hukum internasional setelah negara. Negara-negaralah sebagai subjek asli hukum

internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun

organisai-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke-19, akan tetapi

perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Fenomena ini

berkembang bukan saja pada tingkat universal tetapi juga pada tingkat regional.

Kehadiran organisasi internasional. Memiliki kaitan yang sangat erat dengan

hukum internasional yang diterapkan di era modern saat ini. Status organisasi

internasional sebagai subjek hukum internasional yang membantu proses

pembentukan hukum internasional itu sendiri, dapat dikatakan sebagai alat untuk

memaksakan agar kaidah hukum internasional ditaati. Hukum internasional secara

umum dapat didefinisikan sebagai keseluruhan hukum yang sebagian besar terdiri

dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara

merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya, benar-benar ditaati secara

umum dalam hubungan negara satu sama lain.4

Adapun beberapa syarat sebuah organisasi disebut sebagai organisasi internasional


adalah sebagai berikut 5:

1. Tujuanya haruslah merupakan tujuan internasional


2. Harus mempunyai anggota, dimana setiap anggota mempunyai hak suara
3. Didirikan berdasarkan pada anggaran dasar dan harus mempunyai markas
besar (headquarters) demi kelangsungan organisasi
4. Pejabat/pegawai yang mempunyai tugas menjalankan pekerjaan organisasi
harus terdiri dari berbagai bangsa/negara

4
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hal.1.
5
Clive Archer, International Organisations; Third Edition, Routledge, New
York,2001,hal.24
5. Organisasi harus dibiayai oleh anggota yang berasal dari berbagai negara
atau bangsa. Organisasi harus berdiri sendiri (independent) dan harus masi
aktif. Organisasi yang tidak aktif lebih dari lima tahun tidak diakui lagi.

2. Karakteristik Organisasi Internasional

Secara sederhana pengertian organisasi internasional mencakup unsur-unsur

sebagai berikut :

1. Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama


2. Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala
3. Adanya staf yang bekerja sebagai “pegawai sipil internasional”
4. Kerjasama yang ruang-lingkupnnya melintasi batas negara
5. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama
6. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap
7. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan.
Sementara itu organisasi juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut (A. Leroy
Bennet) :
1. Organisasi yang tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan
2. Keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat
3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional
4. Badan pertemuan perwakilan konsulatif yang luas
5. Sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan
informasi secara berkelanjutan.
LL. Leonard memberikan karakteristik yang lebih luas lagi, yaitu sebagai
berikut:
1. Piagam dasar atau konstitusi biasanya dalam bentuk perjanjian multilateral
dikhususkan untuk kewajiban-kewajiban negara anggota, batasan
kekuasaan dan tanggung jawab organisasi menghasilkan struktur dan
menyediakan prosedur untuk organisasi yang akan berfungsi .
2. Keanggotaan diberitahukan kepada negara peserta penandatanganan yang
berpartisipasi melalui pertemuan delegasi oleh pemerintah mereka.
3. Strukturnya termasuk badan pembuat kebijakan terdiri atas perwakilan
semua anggota pemerintah dan pertemuan dengan jangka tetap dari 1
sapai 5 tahun.
4. Kadang-kadang badan pembuat kebijakan dan badan eksekutif cadangan
telah disediakan yang terdiri atas keanggotaan terbatas, mempunyai
kekuasaan yang ditegaskan dengan jelas dan pertemuan yang lebih sering.
5. Prosedur pengambilan suara umumnya disediakan satu suara untuk
masing-masing anggota, memerlukan pengambilan suara bulat untuk
keputusan penting.
6. Strukturnya juga termasuk sekretariat yang dikepalai oleh seorang
sekretaris jenderal atau direktur dan biasanya terdiri atas pegawai sipil
organisasi internasional yang dipekerjakan oleh organisasi untuk
menjalankan aktivitas sehari-sehari.
7. Anggota-anggotanya dibutuhkan untuk membuat kontribusi untuk
memenuhi badan-badan dari organisasi tersebut.

3. Klasifikasi Organisasi Internasional

Persoalan klasifikasi organisasi internasional adalah upaya untuk melihat apa

yang seharusnya dilakukan, klasifikasi organisasi internasional berdasarkan pada

tujuan dan aktivitasnya, dapat kita lihat dalam beberapa hubungan sebagai berikut :

1. Organisasi yang bertujuan mendorong hubungan co-operative diantara


anggotanya yang tidak sedang dalam konflik negara.
2. Organisasi yang bertujuan untuk menurunkan tingkat conflict diantara
negara anggota dengan jalan management konflik atau prevention conflict.
3. Organisasi dengan tujuan menciptakan atau meproduksi confrontation
diantara anggota yang berbeda pendapat.
Klasifikasi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa memilki beberapa macam.

Metode yang paling mudah untuk melakukan klasifikasi terhadap organisasi

internasional antara pemerintah (Intergovernmental) adalah klasifikasi organisasi

internasional berdasarkan tujuan organisasi dan keanggotaan organisasi tersebut.

Secara keanggotaan, terdapat organisasi internasional universal. Tujuan organisasi

general, salah satu contohnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan organisasi

dengan tujuan spesifik adalah organisasi-organisasi seperti IAEA (International

Atomic Energy Agency) dan WHO (World Health Organization).6

Sedangkan klasifikasi organisasi internasional berdasarkan keanggotaan

lainnya adalah organisasi internasional regional. Klasifikasi organisasi ini secara

general misalnya Uni Afrika (African Union), Uni Eropa (European Union), dan

6
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Introduction to International Relations; Theories and
Approaches 3rd edition, Oxford University Press, New York, 2007, hal.109.
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Klasifikasi organisasi

internasional regional berdasarkan tujuan yang spesifik adalah organisasi-organisasi

seperti NATO (North Atlantic Treaty Organization), NAFTA (North American Free

Trade Agreement). Dan organisasi bersifat spesifik dan regional lainnya.

Teuku May Rudy, mengemukakan dari segi ruang lingkupnya, fungsinya,


kewenangan dan sebagainya ada beberapa macam penggolongan organisasi
internasional. Suatu organisasi internasional dapat sekaligus menyandang lebih dari
satu macam penggolongan, bergantung kepada segi yang ditinjau dalam
menggolongkannya. Secara terperinci penggolongan organisasi internasional ada
bermacam-macam menurut segi tinjauan berdasarkan 8 hal, yaitu sebagai berikut :

1. Kegiatan administrasi : organisasi internasional antar-pemerintah (IGO/


International Governmental Organization) dan organisasi internasional
non-pemerintah (INGO/International non-governental Organization)
2. Ruang lingkup (wilayah) kegiatan dan keanggotaan : organisasi
internasional global dan organisasi internasional regional.
3. Bidang kegiatan (operasional) organisasi , seperti ekonomi, lingkungan
hidup, pertambangan, perdagangan internasional, dst.
4. Tujuan dan luas bidang kegiatan organisasi : organisasi internasional
umum dan organisasi internasional khusus.
5. Ruang lingkup (wilayah) dan bidang kegiatan : global-umum, global-
khusus, regional-umum, regional-khusus.
6. Menurut taraf kewenangan (kekuasaan): organisasi supranasional
(supranational organization) dan organisasi kerjasama (co-operative
organization)
7. Bentuk dan pola kerjasama : kerjasama pertahanan-keamanan
(Collective security) yang biasanya disebut “institutionalized alliance”
dan kerja sama fungsional (fuctional organization)
8. Fungsi organisasi :
- Organisasi politik : yaitu organisasi yang didalam kegiatannya
menyangkut masalah-masalah politik dalam hubungan internasional.
- Organisasi administratif : yaitu organisasi yang sepenuhnya hanya
melksanakan kegiatan teknis secara administratif
- Organisasi peradilan ( judicial organization) : yaitu organisasi yang
menyangkut penyelesaian sengketa pada berbagai bidang atau aspek
(politik, ekonomi, sosial, dan budaya) menurut prosedur hukum dan
melalui proses peradilan (sesuai dengan ketentuan internasional dan
perjanjian internasional).
4. Pembentukan dan Komposisi Organisasi Internasional

Dalam hukum internasional, keberadaan suatu negara tergantung dari paling tidak

3 unsur obyektif yaitu wilayah, penduduk, dan pemerintah. Gabungan ke 3 unsur ini

dari segi hukum internasional menjadi dasar lahirnya suatu negara. Sebaliknya

organisasi-organisasi internasional tidak mempunyai unsur-unsur objektif tersebut

seperti yang dimiliki negara. Suatu organisasi internasional baru ada bila negara-

negara menghendakinya dan kehendak tersebut dirumuskan dalam suatu perjanjian

internasional. Sebegitu lahir, organisasi internasional tersebut langsung menjadi

subjek hukum internasional. Bedanya ialah negara merupakan subjek asli karena

keberadaan yuridiknya tidak tergantung dari siapapun. Sedangkan organisasi

internasional adalah subjek buatan karena keberadaanya adalah akibat kehendak

bersama negara-negara. Asli atau buatan, organisasi internasional juga merupakan

subjek hukum internasional dan bersama dengan negara memainkan peran yang

penting dalam kerjasama antar bangsa. Bila negara sepakat untuk mendirikan suatu

organisasi internasional maka kesepakatan tersebut dirumuskan dalam suatu

instrumen yuridik. Instrumen yuridik tersebut dinamakan akte konstitutif.

Apapun nama yang diberikan kepada akte konstitutif tersebut seperti Pakta untuk

Liga Bangsa-Bangsa 1919, Piagam (Charter) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), Statuta untuk Dewan Eropa 1949, Konstitusi untuk Organisasi Buruh sedunia

(ILO) 1946, semuanya merupakan perjanjian multilateral, bentuk yang biasa dari akte

konstitutif organisasi-organisasi internasional.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, Konvensi Wina tentang Hukum

Perjanjian 1969 hanya mendefinisikan organisasi internasional sebagai organisasi


antar pemerintah (inter-governmental organization). Dengan memberikan definisi

yang demikian, Konvensi kelihatannya tetap pada pendekatan tradisionalnya yaitu

hanya negara yang dapat diwakili dalam organisasi-organisasi internasional dan

kehendak negara tersebut hanya dapat disampaikan oleh wakil-wakilnya yang

ditunjuk oleh masing-masing negara. Jelaslah bahwa traktat konstitutif organisasi

internasional hanya terbuka untuk negara. Tidak mungkin lain, karena bukankah

organisasi internasional itu melakukan kegiatan-kegiatannya atas kehendak negara-

negara anggota yang mendirikan organisasi internasional itu sendiri.

Namun tidak ada pula yang melarang organisasi-organisasi internasional

untuk menerima entitas lain yang non negara. Dalam prakteknya dapat terjadi

wilayah-wilayah yang belum mepuanyai pemerintah sendiri yang dapat menjadi

anggota suatu organisasi internasional. Pasal 1 ayat 2 Pakta Liga Bangsa-Bangsa

membolehkan anny fully self-governing state, Dominion or Colony menjadi anggota

dari organisasi internasional tersebut. Atas dasar ketentuan ini, india misalnya

menjadi anggota asli LBB dan juga anggota asli PBB walaupun negara tersebut baru

merdeka pada tahun 1947. Sejumlah badan-badan khusus PBB seperti WMO, WHO,

ICAO, dan UPU juga menerima wilayah-wilayah yang belum merdeka sebagai

anggota.

Semenjak beberapa waktu gerakan-gerakan pembebasan nasional atau organ-

organ yang bertugas mewakili rakyat dari wilayah-wilayah yang belum merdeka atau

diduduki kekuasaan asing dapat ikut dalam satu organisasi internasional. PLO

misalnya, dengan status yang sama seperti negara, diterima sebagai anggota penuh

dalam sejumlah organisasi regional seperti Liga Arab, OKI dan juga GNB. PLO juga
semenjak tahun 1974 dapat ikut dalam sidang Majelis Umum PBB dengan status

sebagai peninjau. Demikian juga SWAPO diberi hak untuk ikut dalam perdebatan di

Majelis Umum mengenai Namibia sebelum merdeka. ICRC juga sering diundang

untuk ikut dalam sidang-sidang Majelis Umum sesuai Resolusi 45/6, 16 oktober

1990.

Mengenai status keanggotaan, terdapat beberapa rejim yuridik. Negara-negara

yang merupakan pihak pada akte konstitutif mempunyai status keanggotaan dari

organisasi, sedangkan negara-negara lainnya hanya berstatus sebagai associate atau

observer. Negara-negara yang berstatus associate mempunyai hak yang sama seperti

anggota kecuali tidak ikut dalam pemberian suara. Sedangkan yang berstatus peninjau

mempunyai hak-hak lebih terbatas dan pada umumnya hanya dapat ikut dalam

kegiatan-kegiatan organisasi bila langsung menyangkut kepentingannya.

Disamping itu partisipasi organisasi-organisasi internasional tertentu dalam

kegiatan-kegiatan organisasi-organisasi lainnya pada umumnya terbatas pada tingkat

hubungan sekretariat masing-masing organisasi.Mengenai penerimaan ini, tidak ada

masalah bagi negara pendiri suatu organisasi internasional. Negara-negara tersebut

adalah negara-negara anggota asli, yaitu yang bertanggung jawab dalam pendirian

organisasi dimaksud, dan yang ikut merumuskan piagam konstitutif dan ikut

menandatanganinya di akhir konferensi. Negara-negara asli tersebut langsung

menjadi anggota tanpa harus melalui prosedur khusus penerimaan.

Demikian juga halnya bila suatu entitas baru menggantikan negara dalam

suatu organisasi. Jerman, setelah bersatu kembali pada 30 Oktober 1990,


menggantikan kewajiban Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman

dalam organisasi yang sama yaitu PBB, seperti halnya juga Yaman setelah bersatu

kembali tanggal 22 Mei 1990.7 Sebaliknya prosedur penerimaan biasa akan

diberlakukan kepada negara-negara baru yang lahir dari perpecahan negara seperti

yang terjadi dengan Yugoslavia menjadi anggota PBB pada tanggal 22 Mei 1992

melalui prosedur penerimaan biasa.8

Karena berdaulat, suatu negara tidak dapat dipaksa untuk menjadi anggota

pada suatu organisasi internasional. Pencalonan suatu negara selalu merupakan suatu

discretionary act. Sebaliknya pemilikan suatu kedaulatan tidak memberikan jaminan

kepada suatu negara untuk langsung dapat menjadi anggota dalam suatu organisasi.

Selanjutnya negara-negara yang ikut mendirikan suatu organisasi internasional atas

dasar kedaulatan yang dimilikinya merasa berhak mengawasi akses negara-negara

lain dan memberlakukan prosedur penerimaan normal sesuai piagam konstitutif.9

Dengan menjadi anggota pada suatu organisasi internasional, negara-negara tidak

menanggalkan kedaulatannya selagi belum adanya organisasi supranasional. Namum

kebebasan untuk menarik diri dari suatu organisasi internasional dibatasi oleh

ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam piagam konstitutif orgnanisasi tersebut.

Penarikan diri suatu negara berarti pembatalan secara unilateral terhadap

piagam konstitutif organisasi. Dalam hal ini negara tersebut harus menghormati

ketentuan-ketentuan umum mengenai penarikan diri yang dikodifikasi oleh pasal 54

7
Yearbook of internasional Organization, 1974, Vol.15, Tables 1 and 2, hal. 307 dan 308.
8
Danie S. Papp, Contemporary International Relations, Frameworks for Understanding, Third
Edition, Macmillian Publishing Company, New York 1996, hal. 314.
9
DR. Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan fungsi dalam Era
Dinamika Global, Edisi ke-2, PT Alumni,2005, hal. 469-471.
dan 56 Hukum Perjanjian 1969. Sesuai ketentuan tersebut penarikan diri suatu

negeara dari suatu perjanjian internasional dibolehkan bila sesuai dengan pasal-pasal

yang terdapat dalam perjanjian tersebut, atau atas kesepakatan semua pihak. Bila

pasal-pasal itu tidak ada atau tidak ada pula kesepakatan mengenai hal tersebut,

pengunduran diri tetap mungkin sekiranya para pihak pada perjanjian menerima

kemungkinan pembatalan atau penarikan diri anggota-anggota.

Bila piagam konstitutif berisikan ketentuan-ketentuan pembatalan atau

penarikan diri, tidak ada masalah karena negara-negara hanya tinggal melaksanakan

ketentuan-ketentuan pembatalan atau penarikan diri, tidak ada masalah karena

negara-negara hanya tinggal melaksanakan ketentuan-ketentuan tersebut. Pakta LBB,

Statuta ILO, FAO, UNESCO, dan North Atlantic Treaty Organization berisikan

ketentuan-ketentuan seperti itu. Atas dasar ketentuan tersebut Costa Rica tahun 1924,

Brazil tahun 1946, Jepang dan Jerman tahun 1933 keluar dari LBB dan yang diikuti

oleh 12 negara lainnya.10 Dalam sejarah perkembangannya, PBB juga mengalami

penarikan mundur anggotanya yaitu Indonesia, karena menolak duduknya neo-

kolonialisme Malaysia di Dewan Keamanan, Indonesia melalui suratnya tanggal 20

Januari 1965 memutuskan menarik diri dari PBB. Kasus penarikan tersebut yang

tanpa preseden dalam sejarah PBB cukup membingungkan para pakar, karena tidak

adanya ketentuan penarikan diri dalam Piagam. Kemudian pada tanggal 19

September 1966, Indonesia dalam suratnya kepada Sekretaris Jenderal PBB,

memberitahukan keputusannya untuk memulihkan kembali kerjasamanya dengan

PBB.

10
A. Le Roy Bennet, International Organization,6th Edition, 1995, Prentice-Hall Inc., hal.79.
B. Eksistensi PBB sebagai Organisasi Internasional

Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subjek hukum internasional

sekarang tidak diragukan lagi.11 Organisasi Internasional mempunyai hak dan

kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang merupakan

semacam anggaran dasarnya. Oleh sebab itu, perserikatan bangsa-bangsa sebagai

salah satu organisasi internasional juga memilki hak dan kewajiban sebagaimana

yang dimaksud. Suatu Organisasi Internasional yang dibentuk melalui suatu

perjanjian dengan bentuk-bentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai

suatu kepribadian hukum di dalam hukum internasional. PBB sebagai Organisasi

Internasional juga memiliki kepribadian hukum . kepribadian hukum ini penting guna

memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan

internasional, khususnya kepentingan untuk membuat kontrak, mengajukan tuntutan

hukum, dan memiliki hak-hak tertentu dalam menjalankan fungsinya. Kepribadian

hukum tersebut diperlukan organisasi internasional ketika menjalin hubungan

eksternal baik dengan negara anggota, negara tuan rumah, negara non anggota,

maupun organisasi internasional lainnya.

Perkembangan sejarah organisasi internasional tidak terlepas dari

perkembangan hukum internasional. Pada periode hukum internasional klasik ketika

negara sebagai satu-satunya subjek hukum internasional, perkembangan organisasi

internasional belum begitu dominan dalam hubungan antar bangsa. Guna mencegah

terjadinya instabilitas, dibentuklah suatu kerjasama yang dinamakan Liga Bangsa-

11
Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, Op,cit, hal 101.
Bangsa yang dilatarbelakangi oleh karena adanya perselisihan dan peperangan antar

umat manusia.

Sebelum PBB didirikan, sudah didirikan League of Natons atau “Liga


Bangsa-Bangsa” pada tanggal 10 Januari 1920.12 Perjanjian Versailles merupakan
perjanjian yang mendasari didirikannya Liga Bangsa-Bangsa ini. Pengaturan tentang
Liga Bangsa-Bangsa terdapat di dalam the Covenant of the League of Nations pada
perjanjian Versalles yang merupakan bagian pertama dimana dikatakan bahwa : 13
“ Part I of the treaty was the Convenant of the League of Nations which provided for
the creation of the League of Nations, an Organization intended to arbitrate
international disputes and thereby avoid future wars” (Bagian I dari perjanjian ini
adalah kovenan Liga Bangsa-Bangsa yang disediakan untuk mendirikan Liga Bangsa-
Bangsa, organisasi ini dimaksudkan untuk menengahi sengketa internasional dan
dengan demikian menghindari perang di masa yang akan datang). Pemrakarsa
pembentukan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) ini adalah Woodrow Wilson, Presiden
Amerika Serikat, semasa Perang Dunia I (1914-1918).
Tujuan LBB adalah untuk menciptakan perdamaian dan keamanan dunia serta
memajukan kerjasama internasional. Namun LBB gagal dalam menyelesaikan
persengketaan-persengketaan yang timbul di dalam tubuh LBB itu sendiri, sehingga
pecahlah Perang Dunia II (1939) membawa akibat yang lebih fatal dari pada Perang
Dunia I.
Adapun sebab-sebab kegagalan LBB adalah sebagai berikut :

- Sebab pokok ialah Liga bangsa-bangsa tidak berhasil membawa


masuk semua negara besar ke dalam organisasi tersebut. Amerika
Serikat, walaupun aktif merumuskan pakta, akhirnya tidak masuk dala
organisasi tersebut karena penolakan senat untuk memberikan otoritas
ratifikasi Perjanjian Versailles yang di dalamnya termasuk pendirian
LBB. Uni Soviet (Rusia) yang diterima di tahun 1934 dikeluarkan dari
organisasi tersebutpada tahun 1939 sebagai akibat serangannya
terhadap Finlandia.
- Selanjutnya pakta tidak cukup energies. Tidak satupun organnya yang
mempunyai wewenang untuk memutuskan. Karena terlalu
menghormati prinsip-prinsip demokratis itulah maka sistem
pemungutan suara diambil dengan suara bulat. Disamping itu Negara-
negara besar kendatipun merupakan anggota-anggota tetap, tidak

12
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Internasional , (Jakarta : Penerbit
Djambatan), 2002, hal. 195.
13
Perjanjian Versailles, http://missevi.wordpress.com/2011/09/15/perjanjian-
versailles/diakses pada tanggal 01 September 2019.
diberikan peranan yang sesuai dengan statusnya sehingga tidak begitu
tertarik untuk mengambil tanggungjawab.

Saat Perang Dunia II berlangsung, timbulah gagasan untuk meneruskan cita-

cita LBB. Kemudian diadakanlah perundingan yang dipelopori oleh Presiden F.D.

Roosevelt dan PM Winston Churcill yang melahirkan Atlantic Charter (Piagam

Atlantik), yang merupakan cikal bakal lahirnya PBB. Perserikatan Bangsa-Bangsa

adalah sebutan bagi suatu organisasi internasional yang diprakarsai oleh Franklin D.

Roosevelt. Sebutan ini untuk pertama kali digunakan dalam pernyataan PBB pada

tanggal 1 Januari 1942.

Dasar pembentukan PBB adalah Charter of the united nations 1945 atau

Piagam PBB. Piagam PBB ini disusun oleh wakil-wakil dari lima puluh negara pada

konferensi mengenai organisasi internasional yang diadakan di San Fransisco tanggal

25 April sampai tanggal 26 Juni 1945. PBB secara resmi berdiri pada tanggal 24

Oktober 1945 dan markas besar PBB tersebut didirikan diatas tanah yang

disumbangkan oleh jutawan John D. Rockefeller Jr., yang terletak di tepi East River,

dan juga tanah tambahan di kota New York.

Dasar pendirian dan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

merupakan upaya kedua untuk membentuk suatu organisasi internasional yang

universal dengan tujuan utamanya adalah memelihara perdamaian di bawah suatu

sistem keamanan kolektif. Mukadimah Piagam PBB menyatakan cita-cita serta tujuan
bersama dari pada negara-negara anggota yang membentuk PBB tersebut. Adapun isi

dari mukadimah Piagam PBB itu adalah :14

“We the peoples of the United Nations determined, to save succeeding generations
from the scourge of war, which twice in our life has brought untold sorrow to
mankind, and to reaffirm faith in fundamental human rights, in the dignity and worth
of the human person, in the equal rights of men and women of and nations large and
small, and to estabilish conditions under which justice and respect for the obligations
arising from treaties and ther source of international law can be maintained, and to
promote social progress and better standards of life in large freedom, to practise
tolerance and live together in peace with one another as god neighbours, and to unite
our strength to maintain international peace and security, and to ensure by the not be
used, save in the common interest, and to employ international mechinery for the
promotion of the economic and social advancement of all peoples”.

(Kami rakyat Perserikatan Bangsa-Bangsa bertekad, menyelamatkan generasi-

generasi yang akan datang dari perang, yang terjadi sudah dua kali dalam hidup kita

yang telah membawa kesedihan kepada umat manusia, memperkuat kepercayaan hak-

hak manusia, laki-laki maupun wanita dan bangsa-bangsa yang besar maupun yang

kecil, menetapkan syarat-syarat dimana keadilan dan kehormatan untuk kewajiban-

kewajiban yang timbul akibat perjanjian-perjanjian dan sumber-sumber hukum

internasional yang lain dapat dipelihara, memajukan perkembangan sosial dan tingkat

hidup yang lebih baik dalam dalam kebebasan yang lebih besar, berusaha untuk

bersikap sabar dan hidup berama secara damai sebagai tetangga yang baik,

mempersatukan kekuatan anggota untuk memelihara perdamaian dan keamanan

internasional, memastikan dengan menerima asas-asas serta penetapan cara-cara,

bahwa kekuatan bersenjata tidak akan dipergunakan, kecuali untuk kepentingan

bersama, memakai cara-cara internasional untuk mengembangkan kemajuan ekonomi

dan sosial semua rakyat).

14
Pembukaan Charter of the United Nations
1. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)

Dewan Ekonomi dan Sosial ini merupakan salah satu dari organ kelengkapan

PBB. Dewan ini keberadaannya tidak lepas dari konteks sejarahdari berbagai kerja

sama ekonomi internasional. Dasar hukum keberadaan lembaga Ecosoc ini tertuang

dalam Bab X Pasal 61 sampai Pasal 72 Piagam PBB. Komposisi Dewan Ekonomi

dan Sosial terdiri dari 54 negara anggota yang dipilih oleh Majelis Umum PBB. Pasal

61 ayat 1 Piagam PBB berisi :

“ The Economic and Social Council shall consict of fifty-four Members of the United

Nations elected by the General Assembly”.

Semula Ecosoc memilki 18 anggota, pada tahun 1965 jumlah keanggotaanya

terdiri dari 27 berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1991 B (XVIII).

Setiap tahun Majelis Umum mengadakan pemilihan anggota baru untuk

menggantikan Negara-negara yang telah tiga tahun menjadi anggota, dan dengan

catatan bahwa Negara-negara yang memang dianggap perlu untuk duduk terus selalu

dipilih kembali. Setelah delapan tahun kemudian pada tahun 1973 keanggotaanya

menjadi 54 negara berdasarkan Resolusi Nomor 2847 (XXVI). Menurut Pasal 61 ayat

(3) Piagam PBB menyebutkan :

“ At the first election after the increase in the membership of the Economic and

Social Council from twenty-seven to fifty-four members, in addition to the members

elected in place of the nine members whose term of office expires at the and of that

year, twenty-seven additional members shall be elected ”.

Menurut ketentuan diatas bahwa sejak perubahan jumlah anggota Ecosoc dari

27 menjadi 54, diamping pemilihan anggota-anggota yang menggantikan 9 negara


yang habis masa jabatannya pada akhir tahun itu, akan diadakan pula 27 anggota

tambahan. Dewan Ekonomi dan Sosial ini memilki beberapa fungsi kewenangan

seperti melakukan studi, diskusi, konferensi, rekomendasi, merancang konvensi, dan

mengundang konferensi.

Adapun fungsi dari Dewan Ekonomi dan Sosial adalah sebagai berikut :

- Bertanggungjawab dibawah kewenangan Majelis Umum bagi kegiatan


ekonomi dan sosial PBB.
- Memulai atau mempelopori penyelidikan-penyelidikan, laporan-
laporan dan rekomendasi-rekomendasi mengenai persoalan-persoalan
ekonomi internasional, soasial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan
dan persoalan-persoalan yang sehubungan.
- Memajukan rasa hormat serta patuh terhadap hak-hak manusia dan
kemerdekaan asasi bagi semua.
- Menyelenggarakan konferensi-konferensi internasional dan
menyiapkan naskah-naskah konvensi untuk diserahkan pada Majelis
Umum perihal urusan-urusan yang berada dalam kesanggupannya.
- Mengadakan jasa-jasa yang disetujui oleh Majelis, bagi anggota-
anggota PBB badan-badan khusus atas permintaan.
- Mengadakan konsultasi dengan organisasi-organisasi bukan
pemerintah yang mempunyai urusan dengan persoalan-persoalan yang
diatur oleh Dewan.
Dewasa ini, Ecosoc juga turut berperan aktif dalam menjebatani masalah

kesenjangan di bidang teknologi informasi. Dalam upaya mengantisipasi gap atau

kesenjangan antar dunia hukum dengan dunia teknologi, khususnya dibidang

teknologi informasi dan komunikasi, Ecosoc mengandalkan konferensi internasional

mengenai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Dewan Perwalian (Trusteeship Council)

Suatu sistem Perwalian Internasional didirikan oleh anggota PBB untuk

mengatur pemerintahan daerah-daerah yang ditempatkan dibawah pengawasan PBB

melalui persetujuan-persetujuan Perwalian individual.


Tujuan dari sistem perwalian terdapat pada Pasal 76 Piagam PBB yaitu :

- To further international peace and security;


(memelihara perdamaian dan keamanan internasional)
- To promote the political, economic, social and educational
advancement of the inhabitants of the trust territories, and their
progresive development towards self-government or independence as
my be appropriate to the particular circumstances of each territory
and its peoples and the freely expressed whises of the peoples
concerned, and as my be provided by the terms of each trusteeship
agreement ;
(mengusahakan kemajuan penduduk daerah perwalian agar mereka
mencapai pemerintahan sendiri atau kemerdekaan ).
- To encourage respect for human rigts and for fundamental freedoms
for all without distinction as to race, sex, language, or religion, and to
encourage recognition of the interpendence of the peoples of the
world; and
(memberi dorongan agar menghormati hak-hak manusia dan
pengakuan saling bergantungan satu sama lain dari pada rakyat-rakyat
di dunia, dan)
- To ensure equal treatment in social, economic, and commercial
matters for all members of the United Nations and their nationals and
also equal treatment for the latter in the administration of justice
without prejudice to the attainment of the foregoing objectives and
subject to the provisions of Article 80.
(memastikan perlakuan yang sama di daerah perwalian dalam
persoalan-persoalan sosial, ekonomi dan komersial untuk semua
anggota PBB, serta perlakuan yang sama bagi kebangsaan semua
anggota dalam mengatur keadilan).

3. Mahkamah Internasional (International Court of Justice)

Mahakamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag merupakan


institusi internasional yang tugasnya menyelesaikan sengketa melalui judical
settlement. Lembaga ini merupakan lembaga independen yang secara hierarki tidak
berada dibawah organ PBB lainya. Statuta Mahkamah Internasional memiliki
kemiripan dengan statute PCIJ.
Permanent Court of International of Justice atau yang disingkat dengan

sebutan PCIJ, merupakan pendahulu Mahkamah Internasional. Permanent Court of

International of Justice dibentuk berdasarkan Pasal XVI Kovenan Liga Bangsa-


Bangsa (LBB) pada tahun 1922. Badan LBB yang membantu berdirinya PCIJ adalah

Dewan LBB. Kedudukan PCIJ terpisah dengan kovenan LBB karena itu pula anggota

Kovenan LBB tidak secara otomatis menjadi anggota Statuta PCIJ.

Pecahnya Perang Dunia II di bulan September 1939 telah berakibat

seriusterhadap PCIJ. Terjadinya peperangan yang terus berkelanjutan ini bahkan

membuat PCIJ menjadi bubar. Pada tahun 1942 adanya kesepakatan untuk

mengaktifkan kembali dan membentuk kembali suatu Mahkamah Internasional

dengan rekomendasi sebagai berikut :

- Bahwa perlu dibentuk suatu Mahkamah Internasional baru dengan


statuta yang mendasarkan pada statuta PCIJ
- Bahwa mahkamah baru tersebut harus memilki jurisdiksi untuk
memberikan nasihat
- Bahwa mahkamah baru tersebut tidak boleh memiliki yurisdiksi
memaksa (compulsory jurisdiction) dengan kata lain mahkamah tidak
memiliki yurisdiksi atas suatu Negara kecuali atas persetujuan atau
consent dari negara yang berperkara.

Maka pada bulan April 1946 PCIJ secara resmi berakhir. Pasal 92 Piagam
PBB memuat ketentuan bahwa status hukum Mahkamah Internasional secara tegas
dinyatakan sebagai badan peradilan utama PBB. Mahkamah terdiri dari 15 orang
hakim yang dipilih untuk masa jabatan 9 tahun oleh Majelis Umum PBB dan Dewan
Keamanan. Pemilihan dilakukan setiap tiga tahun sekali untuk menggantikan
sepertiga kursi yang ada. Hakim yang ada dapat dipilih kembali. Keanggotaan hakim
tidak merupakan perwakilan dari Negara-negaranya melainkan sesuai dengan
kapasitas pribadi mereka.

4. Sekretariat (The Secretariat)


Sekretariat terdiri dari seseorang Sekretaris Jenderal15 yang diangkat oleh

Majelis Umum atas usul Dewan Keamanan beserta staf yang diperlukan oleh

organisasi.16 Upaya Sekretaris Jenderal PBB dalam penyelesaian sengketa termuat

dalam dua pasal penting, yaitu pasal 98 dan pasal 99 Piagam PBB. Pasal 98

menyebutkan :

“ The Secretary-General shall act in that capacity in all meetings of the General
Assembly, of the Security Council, of the Economic and Social Council, and of the
Trusteeship Council, and shall perform such other functions as are entrused to him
by these organs. the Secretary-General shall make an annual report to the General
Assembly on the work of the Organization”.

(Fungsi Dewan Keamanan, Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial, dan Dewan

Perwalian yang didelegasikan kepada Sekjen).

Pemberian wewenang ini merupakan praktik umum. Sekjen juga tak jarang

mendapat tugas politik tertentu untuk menyelesaikan suatu sengketa. Misalnya pada

tanggal 26 Mei 1982, Dewan Keamanan mengeluarkan Resolusi 505 yang meminta

Sekjen PBB untuk menggunakan jasa baiknya menyelesaikan sengketa kepulauan

Falklands (antara Argentian dengan Inggris).

Pasal 99 Piagam PBB menyebutkan bahwa :

„ The Secretary-General may bring to the attention of the security Council any matter

which in his opinion may threaten the maintenance of international peace and

security”.

15
Pasal 92 Piagam PBB : The International Court of Justice shall be the picipal judicial
organ of the United Nations . it sahll function in accordance with the annexed Statute which is based
upon the Statute of the Permanent Court of International Justice and forms an Integral part of the
recommendation of the Security Council. He
16
Pasal 97 Piagam PBB : The secretariat sall comprise a Secretary-General and such staff as
the Organization may require. The secretary-general sall be appointed by the General assembly upon
the recommendation of the Security Council. He shall be the cjief administrative officer or the
Organization
(Pasal 99 Piagam memberikan kekuasaan kepada Sekjen untuk membawa ke Dewan

Keamanan sengketa-sengketa yang menurut pendapatnya dapat mengancam

perdamaian dan keamanan internasional).

Adapun fungsi daripada Sekretaris Jenderal ini adalah sebagai berikut :

- Sebagai kepala administrasi PBB


- Mengajukan kepada Dewan Keamanan setiap persoalan yang menurut
pendapatnya membahayakan perdamaian dan keamanan internasional.
- Membuat laporan tahunan dan laporan lain yang perlu bagi Majelis
Umum mengenai pekerjaan PBB.
Sekjen telah memainkan peran yang cukup penting dalam menyelesaikan

berbagai sengketa internasional. Peran yang menonjol adalah fungsinya sebagai jasa

baik terhadap para pihak yang bersengketa. Uraian berikut adalah beberapa contoh

peran Sekjen dalam melaksanakan jasa baik tersebut.

- Sengketa Siprus (1980)


- Sengketa Afganistas (1980-an)
- Sengketa Irak-Amerika (1998)

C. Deskripsi Umum tentang wilayah Palestina dan Israel

Konflik antara Palestina dan Israel terjadi setelah Deklarasi Balfour, dimana

bangsa Yahudi pun berusaha untuk mendirikan suatu negara dengan melakukan

diplomasi pada 2 November 1917 melalui Deklarasi Balfour.17 Deklarasi Balfour

berisikan persetujuan atas gagasan pendirian negara baru oleh bangsa Yahudi di

Palestina. Deklarasi ini berlangsung pada rapat Kabinet Inggris mendukung rencana

Israel untuk mendirikan tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina, dengan syarat tidak

melakukan hal-hal yang dapat merugikan hak-hak dari kumunitas Palestina.

17
Deklarasi Balfour adalah surat yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Artur James
Balfour, kepada pemimpin komunitas Yahudi Inggris, Lord Rotrschild, untuk dikirimkan kepada
Federasi Zionis pada tanggal 2 November 1917.
Pada Perang Dunia kedua, terjadi kasus Holocaust yang mengakibatkan bangsa

Yahudi akhirnya terpencar dan tidak memiliki tempat tinggal. Upaya bangsa Yahudi

untuk mendirikan suatu negara baru pun didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB). Pada tahun 1948 PBB merumuskan sebuah proposal perdamaian untuk Arab

dan Yahudi di Palestina, dengan membuat pembagian wilayah Palestina yang

bertujuan untuk memisahkan negara Arab dan Yahudi. Proposal yang dikenal dengan

United Nations Partition Plan (UN Partition Plan) ini berisi pembagian wilayah

Palestina sebesar 55% untuk bangsa Yahudi, dan 45% sisanya untuk negara Arab.

Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan wilayah

yang diberikan oleh PBB dan menyebabkan bangsa Arab melakukan protes.

Israel memproklamirkan kemerdekaan negaranya pada tanggal 14 Mei 1948.

Tetapi proses kemerdekaan ini tidak berlangsung secara damai karena sehari setelah

negara Israel berdiri, terjadi penyerangan atas Israel yang dilakukan oleh Libanon,

Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab lainnya yang kemudian dimenangkan oleh

Israel yang berhasil merebut 70% dari total luas wilayah yang diberikan oleh PBB.

Konflik yang terjadi berlanjut hingga tahun 1967,18 dimana Mesir,Suriah, dan

Yordania menutup perbatasannya dengan Israel dan mengusir pasukan perdamaian

PBB keluar dari wilayah tersebut serta memblokade akses Israel terhadap Laut Merah

Kemudian Israel melakukan serangan terhadap pangkalan udara Mesir guna

mencegah terjadinya invasi oleh Mesir. Tindakan ini berujung pada perang Enam hari

yang dimenangkan oleh Israel. Konflik berkepanjangan ini menyebabkan Dewan

18
Resolusi 242 menekankan “tidak dapat diterimanya perebutan wilayah melalui perang” dan
memuat rumusan yang sejak itu mendasari semua inisiatif perdamaian tanah bagi perdamaian.
Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 242 tahun 1967 Pada Perang Enam hari,

Israel berhasil merebut beberapa wilayah seperti Tepi Barat, Jalur Gaza ,

Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan. Sebagai ganti ditariknya pasukan

Israel dari wilayah Mesir , Yordania, dan Suriah, Israel diberi janji perdamaian oleh

negara-negara Arab dengan memperluas batas wilayah Yerusalem dengan

memasukan wilayah Yerusalem Timur. Upaya perdamaian antara Palestina dengan

Israel juga dilakukan Oleh Amerika Serikat melalui Kesepakatan Camp David.

Kesepakatan ini ditandatangani pada tanggal 17 September 1978 di Gedung Putih

setelah diadakan perundingan selama 12 hari yang bertujuan untuk mencapai

perdamaian di Timur Tengah.

Palestina dideklarasikan sebagai sebuah negara di tahun 1988, meskipun pada

tahun-tahun berikutnya Palestina diwakilkan oleh Palestine Liberation Organization

(PLO) untuk mendapatkan pengakuan di forum internasional. Hal ini disebabkan

status Palestina sebagai negara yang berdaulat belum diakui secara internasional.

Pada tahun-tahun berikutnya kembali diadakan perundingan antara Israel dan

Palestina tetapi tidak mencapai kesepakatan diantara kedua belah pihak. Hal ini

membuat Amerika Serikat kembali berupaya melakukan mediasi bagi Perdamaian

Israel dan Palestina dengan mengadakan pertemuan Camp David pada tahun 2000.

Namun pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan atau solusi perdamaian

apapun. Tahun 2007 diadakan kembali konferensi untuk membicarakan Perdamaian

Israel dan Palestina di Annapolis. Namun kesepakatan perdamaian hasil dari

Annapolis Conference juga masih belum diimplementasikan oleh kedua negara.


Kesepakatan yang dilakukan oleh pihak Palestina dan Israel masih sering dilanggar

oleh pemerintah Israel.

Terbukti dengan masih seringnya pemerintah Israel mengambil wilayah Palestina


yang membuat wilayah Palestina pun semakin sempit. Karena mengalami kekalahan
dalam perang dan menyempitnya wilayah teritorial negaranya, maka Palestina
mengajak Israel untuk mengadakan perundingan, tetapi oleh karena tidak adanya
kesepakatan yang dicapai pada perundingan-perundingan itu, maka luas wilayah
Palestina pun semakin berkurang, sedangkan wilayah israel semakin luas. Wilayah
Palestina yang diduduki oleh Israel itu disebut sebagai wilayah pendudukan untuk
Israel19.
Berikut ini gambar wilayah Palestina yang dibangun oleh Israel :20
Keterangan :

: Gencatann Senjata 1949

:Otoritas Palestina

: Kekuasaan Israel

: Pemukiman Israel

Gambar diatas dapat memperlihatkan bahwa dari tahun ke tahun wilayah Israel

semakin meluas, Bertambahnya wilayah Israel tidak sesuai dengan pembagian

wilayah yang dilakukan oleh PBB ditahun 1948.21 Pada wilayah-wilayah yang

dikuasai oleh Israel tersebut dibangun pemukiman-pemukiman untuk warga Israel.

Tidak hanya pada wilayah Palestina yang telah diambil oleh pemerintah Israel yang
19
Fuad Bin Sayyid Abdurrahman Arrifa‟I, Yahudi dalam Informasi dan Organisasi, (Jalarta:Gema
Insani, 1995), hlm 53.
20
https://id.m.wikipedia.org, diakses pada tanggal 20 September 2019, 13.00 WIT
21
Resolusi 181 berisi tentang pembagian wilayah untuk Palestina dan Israel
dibangun pemukiman tersebut, wilayah yang masih sepenuhnya milik Palestina pun

dibangun pemukiman oleh pemerintah Israel. Misalnya pembangunan pemukiman di

Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pembangunan pemukiman yang dilakukan oleh

pemerintah Israel ini melanggar hukum perjanjian-perjanjian yang disepakati oleh

Palestina dan Israel serta resolusi-resolusi yang dikeluarkan oleh PBB. Akan tetapi

Israel mengklaim ikatan sejarah dan Alkitab untuk Tepi Barat dan Yerusalem Timur

sebagai penguat untuk membangun sekitar 500.000 (lima ratus ribu) pemukiman

baru.

Anda mungkin juga menyukai