Definisi dari Hubungan Internasional membuat dibutuhkannya sebuah aktor di dalamnya. Studi Hubungan Internasional sendiri merujuk pada interaksi internasional. Dan dalam hal ini ditbutuhkan Aktor, yakni pelaku dalam interaksi internasional ini. Aktor hubungan internasional dibagi menjadi dua bagian. Pertama ada Aktor negara dan yang Kedua yaitu Aktor Non-Negara. Aktor negara sendiri aktor pertama yang paling mempengaruhi dalam studi hubungan internasional. Seiring berjalannya waktu, kontribusi dari aktor negara bukan lagi sebagai aktor dominan, karena dalam hal ini mulai muncul aktor-aktor lain yang juga mulai mempunyai peran aktif di dalam perkembangan studi hubungan internasional. Aktor ini juga yang dinamakan sebagai Aktor Non-Negara. Tetapi, di dalam perjalanan ini semua aktor negara masih menjadi aktor utama dibanding dengan aktor-aktor lainnya. 1. Aktor Negara Dalam memainkan perannya, Aktor Negara menjadi aktor yang dominan dalam studi Hubungan Internasional. Dalam menjalankan perannya sebagai aktor Hubungan Internasional diwakili oleh pemerintah yang berkuasa di dalam negara tersebut. Secara konseptual, “negara-bangsa” memili arti yang berbeda dengan “negara” ataupun “bangsa”. Negara sendiri meiliki arti sebuah kelompok yang berpatokan pada konsep budaya dan etnis. Sedangkan negara merupukan sekelompok orang dengan etnisitas, kebudayaan, bahasa, dan latar belakang sama sekaligus memiliki nilai-nilai kebersamaan. Konsep ini awalnya mucul pertama kali pada saat Perjanjian Wesphalia pada tahun 1684, yang pada waktu ini berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun di wilayah Eropa serta meletakkan dasar masyarakat internasional didasarkan pada negara-negara nasional. Perjanjian inilah yang dianggap sebagai terbentuknya sebuah negara. 2. Aktor Non Negara Disini yang dianggap sebgai Aktor Non-Negara yaitu setiap kelompok yang berpartisipasi atau berkontribusi dalam hubungan internasional. Mereka semua bisa disebut juga sebagai organisasi-organisasi atau kelompok (bisa juga individu) dengan kemampuan yang memenuhi untuk membuat sebuah perubahan dan mereka semua tidak ada atau tidak tergabung dalam institusi yang dibentuk negara. Aktor Non-Negara meliputi atas Organisasi Antar-Pemerintah (IGO), Organisasi Non-pemerintah (NGO), Perusahaan Multi Nasional (MNC), dan Jaringan Teroris Internasional. A. Organisasi Antar-Pemerintah (IGO) Negara-bangsa mulai terancam oleh kehadiran Organisasi Antar-Pemerintah (IGO) lewat eksistensinya yang mulai muncul. IGO yang mempunyai singkatan International Governmental Organization ini adalah sebuah organisasi yang terdiri dari anggota yang beranggotakan negara-negara berdaulat ataupun organisasi pemerintah lainnya. Berawal dari suatu kelompok yang dimulai dari perjanjian yang melibatkan dua atau lebih negara, bekerja dengan niat yang baik atas isu yang menjadi kepentingan bersama, dan muncul istilah yang dipakai yaitu IGO tadi. Para anggota IGO juga mengadakan rapat secara reguler yang dihadiri oleh perwakilan dari negara- negara anggota. Dan sering juga Kepala Pemerintahan dari negara anggota menghadiri secara langsung pada pertemuan ini. Dalam hal kinerja, IGO juga mempunyai kantor pusat tetap serta memiliki staf yang bekerja secara penuh. Dalam hal keanggoan, hal ini tidak bersifat mengikat. Jadi lebih bersifat sukarela yang membuat tidak adanya ancaman terhadap negara berdaulat. Namun, terkadang negara berdaulat merasa terancam akan tindakan-tindakan yang diambil oleh IGO sebagai salah satu Aktor Hubungan Internasional. Hal ini dipicu karena IGO menganggap dirinya sebagai lembaga supranasional yang bisa menyuruh negara-bangsa. Dan membuat dalam keanggotaan IGO ini terdiri dari beberapa negara-bangsa tetapi cenderung lebih menjadi aktor yang independen dalam menjadi Aktor Hubungan Internasional. Menciptakan keberlangsungan bagi masyarakat dunia agar bekerja menjadi sukses bersama-sama di bidang perdamaian sekaligus keamanan, juga menyelesaikan masalah ekonomi dan sosial sudah menjadi Tujuan Utama dari IGO. Biasanya IGO juga mempunyai fungsi tersendiri sesuai dengan tujuan dari didirikannya IGO tersebut. Disisi lain ada IGO didirikan guna memenuhi kebutuhan bagi yang netral untuk menyeselesaikan sebuah sengketa. Dan satunya, ada IGO yang dikembangkan untuk kepentingan bersama dan juga tujuan yang sama demi terwujudnya perdamaian melalui penyelesaian konflik yang baik dan tercipta Hubungan Internasional yang baik. Dalam klasifikasinya, IGO dapat dibedakan menurut luasnya keanggotaan dan ruang lingkup tujuannya. Dalam hal menurut luasnya keanggotaan dapat dibagi menjadi dua, yakni bersifat global dan regional. Anggota IGO yang bersifat Global seperti PBB, WTO, IMF, Interpol, dan lain-lain. Dan yang beranggotakan bersifat Regional, yakni ASEAN, Uni Eropa, Liga Arab, NATO, Uni Afrika ini juga mempunyai tujuan untuk mempererat kerja sama negara-negara di tingkat kawasan. Selanjutnya, dalam klasifikasi menurut ruang lingkup tujuan, IGO sendiri dapat dibagi lagi menjadi dua jenis organisasi, yakni organisasi fungsional dan organisasi yang dibuat untuk kepentingan identitas. IGO yang termasuk fungsional yaitu organisasi yang dibentuk agar bisa menangani dalam hal-hal khusus, seperti WHO, UNHCR, OPEC, dan lain sebagainya. Sedangkan IGO yang termasuk dalam organisasi untuk kepentingan identitas, yakni OKI (Organisasi Konferensi Islam), Organisation Internationale de la Francophonie, the Commonwelth of Nations, dan lain-lain. Dalam hal ini juga melibatkan sebuah negara di dalam IGO. Dan ada empat sebab mengapa negara menjadi anggota atau membentuk IGO sendiri . Yang pertama, pengaruh politik. Kedua, imbalan ekonomi. Ketiga, meningkatkan atau mempertahankan demokrasi. Keempat, kepentingan keamanan. Di lain sisi, ada juga negara yang tidak ingin bergabung dalam IGO. Ada dua alasan dari negara tersebut, yakni hilangnya kedaulatan dan manfaat yang tidak memadai. IGO muncul pertama kali pada saat lahirnya Central Commission for the Navigation of the Rhine (1815). Tetapi, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa IGO yang muncul pertama dan berdiri adalah International Telegraph Union (1865) dan sekaligus menjadi akar terbntuknya International Telecommunication Organization (ITO). IGO mengalami eksistensi yang sangat pesat setelah Perang Dunia I. Pada saat perkembangan paham idealisme dari studi Hubungan Internasional baru lahir, disini juga mulai tumbuh kesadaaran mengenai pentingnya pembentukan IGO yang dalam hal ini ikut memberi pendapat bagi pembentukan perdamaian dunia melalui organisasi internasional dan pendekatan hukum. Sebagai aktor dalam hubungan internasional, IGO menunjukkan bahwa akan terus meningkat dalam hal jumlah, peranan, dan pengaruh untuk masa yang akan datang. Ada dua hal yang memperkuat ini. Pertama, isu perang dan damai sepertinya masih akan berlanjut. Kedua, berkembangnya teknologi transportasi dan telekomunikasi yang menyebabkan terjadinya berbagai masalah dalam hubungan negara-negara yang membutuhkan solusi bersama. Hal ini menunjukkan, kemampuan dari IGO dalam hal menganalisis, mendekati, dan mengajukan solusi masalah atas isu yang beredar di negara selama ini melihatkan belum bisa diimbangi oleh Aktor Hubungan Internasional lainnya. B. Organisasi Non-Pemerintah (NGO) NGO (non-governmental organizations) atau biasa disebut dengan Organisasi non-pemerintah ialah organisasi yang independen dari negar ataupun organisasi internasionalyang dibuat oleh negara. Dalam konteks Hubungan Internasional, NGO mempunyai pengertian yakni sebuah organisasi atau kelompok yang anggotanya dan aktivitas organisasi tersebut melintasi batas nasional. Eksistensi dari NGO sendiri berbanding terbalik dengan IGO yang dalam Hubungan Internasional masih tergolong baru. NGO sendiri mulai dikenal pada tahun1945. Pada saat itu, PBB menebut bahwa NGO menjadi pengamat di Majelis Umum PBB. Pada saat setelah Perang Dingin menandai perkembangan NGO yang sangat pesat. Ini ditunjukkan dalam Yearbook of International Organization, bahwa sampai sekarang sudah ada NGO di dunia yang mencapai angka 59.383, padahal pada tahun 1984 NGO sendiri baru tersebar di dunia sebanyak 5.054 organisasi. NGO sendiri ada yang ditujukan untuk orientasi amal (charity), sedangkan lainnya ada yang bertujuan untuk agama, politik, dan lain-lain. Ada 4 jenis NGO berdasarkan orientasinya. Yang pertama, NGO yang berorientasi amal. Kedua, NGO yang diorientasikan sebagai pelayanan. Ketiga, berorientasi ke partisipatif. Dan yang terakhir, NGO yang berorientasi pada pemberdayaan. Pengakuan dari aktor-aktor yang legitimate di dalam sistem internasional seperti negara-bangsa dan juga PBB, membuat peranan dan supremasi NGO semakin tumbuh. Eksistensi NGO sendiri sebagai Aktor Hubungan Internasional diterima positif oleh seluruh masyarakat. NGO juga sudah menunjukkan dengan bekerja optimal untuk untuk menciptakan dunia yang baik daripada hanya sekedar mencari keuntungan untuk sendiri. Di lain sisi, dalam konteks teoritis eksistensi NGO mendapat berbagai tanggapan. Umumnya para teoretisi realis mempermasalahkan validitas NGO yang menyebutkan bahwa kekuatan terikat dengan negara-bangsa. Maka secara tidak langsung, NGO mempunyai arti yang tidak mungkin bisa menjalankan peran aktor independen dalam sistem internasional ini. Oleh karena itu, kekuatan yang dimiliki NGO sendiri telah ditujukan oleh negara-bangsa. C. Perusahaan-Perusahaan Multinasional (MNC) Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporations (MNC) menjadi aktor yang termasuk bary dalam hubungan internasional. Namun Perusahaan Multinasional sudah memiliki peran penting di dalam politik global. MNC sendiri mempunyai arti sebuah perusahaan yang berjalan di berbagai negara tetapi dikelola dari satu negara. MNC mempunyai peran dalam mengglobalisasikan kegiatan untuk pemasokan pasar dalam negeri ataupun untuk pelayanan pasar luar negeri secara langsung. Dalam bisnis internasional, MNC menjadi aktor utamanya saat ini. Dalam transaksi internasional, perusahaan seperti ini mempunyai kendali yang sangat penting. MNC dapat mempengaruhi politik dengan kuat di tingkat global ataupun domestik. Ini disebabkan oleh potensi ekonomi yang dimiliki MNC sangat besar. MNC, sebagai salah satu aktor pemting dalam Hubungan Internasional, telah ada sejak bubarnya Perang Dunia II. Perkembangan MNC baru mulai pesat dan menjadi salah satu isu di dalam Hubungan Internasional pada awal dekade 1970-an. MNC pada saat itu sudah ada sebanyak 7.000 di seluruh dunia. Setelah itu, sudah ada hampir 65.000 MNC dan sekitar 30 persen adalah milik Amerika Serikat pada akhir tahun 2014. Keberadaan sistem ekonomi internasional yang hergonomis tidak bisa dilepaskan dengan Eksistensi dari MNC itu sendiri. Disini maksudnya, jika tidak ada jaminan proses dagang liberal dari negara di dunia, rasanya tidak mungkin akan ada banyak MNC dapat berdiri dan berkembang baik sampai sekarang. Jika negara di dunia menerapkan prinsip nasionalisme ekonomi atau menjadikan kebijakan dagang yang proteksionistis, MNC tidal akan memiliki peran penting di dalam Hubungan Internasional. Peran pemting MNC ini dapat diliat dari dua hal penting, yakni dari segi kuantitas yang memiliki jumlah mencapai 65.000 lebih dan juga dari segi aset atau kekayaan. Selain dari satu hal, dari kekayaan, eksistensi dari MNC sendiri sebagai aktor independen mempunyai pengaruh strategis tersendiri. Dikarenakan MNC mempunyai cabang di berbagai negara dan ini menyebabkan dapat membuat suatu perubahan dari segi sosial, politik, ekonomi, kebudayaan ataupun keamanan di negara tersebut. Dan pengaruh lain yakni MNC memiliki dan juga mengendalikan konektivitas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan hal ini, MNC dapat menjalankan peran penting dalam membuat keputusan perubahan tata hubungan internasional dalam hal sekarang ataupun masa mendatang. Tetapi juga menjadi salah satu kekhawatiran bagi negara-bangsa, dikarenakan aktivitas MNC yang didukung dengan teknologi akan membuat terabaikannya batas dari kedaulatan berbagai negara. D. Kelompok-Kelompok Teroris Sebelumnya adalah aktor yang sudah diakui sebagai aktor yang sah dari sistem internasional. Dan saat ini, ada aktor yang paling berbeda dari kelompok Aktor Non-Negara, yakni kelompok teroris. Kelompok Teroris Internasional saat ini mempunyai kecenderungan dalam Hubungan Internasional dan juga kelompok teroris ini menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk berbagai negara sekaligus ancaman untuk perdamaian yang ada di dunia. Kelompok teroris ini menjadi aktor hubungan internasional yang melakukan kegaiatannya menggunakan sarana terorisme. Tindakan kriminal yang ditujukan untuk mempengaruhi teror di masyarakat umum adalah arti dari terorisme menurut PBB. Terorisme biasanya menggunakan metode kekerasan dan perilaku politik yang menyimpang. Teroris berusaha mempengaruhi dengan berbagai bentuk kekerasan seperti serangan infrastuktur, perang gerilya, pembunuhan tokoh politik, dan juga pemberantasan etnis. Fenomena teroris ini sudah dapat diketahui dari masa Revolusi Perancis pada tahun 1789-1799 yang mempunyai istilah dalam bahasa inggris dengan nama Reign of Terror, pendapat ini disampaikan oleh Peu Ghosh. Walaupun praktik terorisme sudah berlangsung lama, hal ini dulunya masih belum mendapat perhatian khusus dalam dunia Hubungan Internasional. Setelah itu, pada saat Amerika Serikat mendapat serangan teroris pada tahun 2011 yang disinyalir oleh kelompok teroris Al Qaeda, baru kejadian teroris ini mulai muncul sebagai isu dan juga ancaman global. Sekaligus hampir semua buku Hubungan Internasional sejak saat itu, mulai memasukkan dan membahas kejadian terorisme sebagai pokok bahasan di dalam studi Hubungan Internasional.
Daftar Pustaka
Bakry, US. 2017. Dasar-Dasar Hubungan Internasional. Jakarta: Prenadamedia