Anda di halaman 1dari 3

Nama : Helga Zahra Kartika

NIM : 11000121130234

Mata Kuliah : Hukum Internasional

Kelas :L

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

Subjek hukum secara garis besar adalah gelar yang berkaitan dengan kemampuan untuk
memikul hak dan kewajiban. Subjek hukum internasional adalah setiap pemilik, pemegang,
atau pendukung hak dan pemikul kewajiban berdasarkan hukum internasional. Untuk menjadi
subjek hukum internasional, suatu entitas harus memiliki legal personality yang meliputi
beberapa kecakapan tertentu seperti mampu mendukung hak dan kewajiban internasional,
mampu melakukan tindakan tertentu yang bersifat internasional, mampu menjadi pihak dalam
pembentukan perjanjian internasional, memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan
terhadap pihak yang melanggar kewajiban internasional, memiliki kekebalan dari
pengaruh/penerapan yurisdiksi nasional suatu negara, dan dapat menjadi anggota serta
berpartisipasi dalam suatu keanggotaan organisasi internasional.

Subjek-subjek hukum internasional dibedakan menjadi state actor dan non-state actor. Antara
lain:

1. Negara
Menurut Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933, negara sebagai subjek hukum
internasional harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: penduduk yang permanen,
wilayah yang jelas, pemerintah, kemampuan untuk melakukan hubungan dengan
negara lainnya.
2. Organisasi Internasional
Organisasi Internasional adalah pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara,
dengan didasari struktur organisasi jelas dan lengkap serta diharapkan atau
diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara
berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan
yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah
maupun antara sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.
Klasifikasi Organisasi Internasional antara lain:
a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan
maksud dan tujuan yang bersifat umum. Misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB)
b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud
dan tujuan yang bersifat spesifik. Contohnya World Bank atau Bank Dunia,
International Monetary Fund (IMF), dan World Health Organization (WHO),
dan lain-lain.
c. Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan
tujuan global. Contohnya ASEAN (Association of Southeast Asian Nations),
European Union, dan lain-lain.
Unsur-unsur Organisasi Internasional:
a. Kerjasama yang ruang lingkupnya melintasi batas negara
b. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama;
c. Baik antar pemerintah maupun non-pemerintah;
d. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.
3. Tahta Suci Vatikan
Subyek HI dalam arti penuh dan sejajar kedudukannya dengan negara lain. Vatikan
adalah subjek hukum internasional karena diakui oleh negara- negara di dunia dan
menjadi pihak pada perjanjian-perjanjian internasional dan anggota pada beberapa
organisasi internasional. Perjanjian Lateran pada tanggal 11 Februari 1929 antara
Italia dan Tahta Suci, yang isinya adalah mengembalikan sebidang tanah di Roma
kepada Tahta Suci dan memungkinkan didirikannya negara Vatikan, dan berdasarkan
perjanjian tersebut Negara (Tahta Suci). Vatikan dibentuk dan diakui sebagai subyek
HI. Saat ini Tahta Suci memiliki perwakilan diplomatik di berbagai negara di dunia
yang sejajar kedudukannya dengan perwakilan diplomatik negara-negara lain.
4. Palang Merah Internasional
PMI adalah subyek HI yang bersifat terbatas yang lahir karena sejarah, yang kemudian
kedudukannya diperkuat dalam perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi Palang
Merah. Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa mempunyai tempat
tersendiri dalam sejarah hukum Internasional. Saat ini PM Internasional diakui sebagai
organisasi internasional yang memiliki kedudukan sebagai subyek HI walaupun dalam
ruang lingkup yang sangat terbatas. Namun, kedudukan PMI diperkuat dengan adanya
perjanjian dan konvensi internasional. Mengingat misi PMI adalah untuk
kemanusiaan, organisasi internasional ini harus independen dan dilaksanakan tanpa
intervensi negara mana pun.
5. Individu
Manusia sebagai individu juga termasuk dalam subjek hukum internasional. Masih
bersumber dari buku yang sama, diterangkan Mochtar Kusumaatmadja, Perjanjian
Versailles 1919 memuat sejumlah pasal yang memungkinkan individu untuk
mengajukan perkara secara internasional ke Mahkamah Arbitrase Internasional.
Ketika adanya penuntutan penjahat-penjahat perang di hadapan MI yang diadakan
khusus untuk itu oleh negara-negara sekutu yang menang perang. Dalam proses
peradilan yang diadakan di Nurnberg dan Tokyo, para penjahat perang tersebut
dituntut sebagai individu untuk perbuatan yang diklasifikasikan sebagai : (1) kejahatan
terhadap perdamaian; (2) kejahatan terhadap perikemanusiaan; (3) pelanggaran
terhadap hukum perang; dan (4) permufakatan jahat untuk mengadakan perang.
Dengan adanya peradilan Nurnberg dan Tokyo tersebut maka seseorang dianggap
langsung bertanggung jawab sebagai individu atas kejahatan perang yang
dilakukannya.
6. Pemberontakan dan Kaum Belligerent
Menurut hukum perang, kelompok pemberontak dapat menjadi subjek hukum
internasional jika telah terorganisir, menaati hukum perang, memiliki wilayah yang
dikuasai, memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain,
dapat menentukan nasibnya sendiri, menguasai sumber daya alam di wilayah yang
dikuasainya, dan memilih sistem ekonomi, politik, dan sosial sendiri. Dalam hukum
perang, pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang
bersengketa (belligerent) dalam beberapa keadaan tertentu. Menurut Oppenheim-
Lauterpacht, untuk dapat digolongkan sbg beligerensi, ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi:
a. Adanya peperangan sipil yang diikuti dgn pertikaian terbuka;
b. Adanya pendudukan wilayah-wilayah tertentu dan penyelenggaraan
pengaturannya;
c. Pihak pemberontak tersebut berada di bawah seseorang pimpinan dan menaati
kaidah hukum perang;
d. Adanya negara ketiga yang menyatakan sikapnya terhadap perang sipil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai