Anda di halaman 1dari 12

Subjek

hukum
internasional
ISTILAH DAN PENGERTIAN SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
Subyek hukum (secara umum) adalah para pihak yang segala
aktivitas/tindakan/kegiatan diatur, menimbulkan akibat hukum sehingga
memiliki kewenangan berupa hak ataupun kewajiban guna melakukan
suatu perbuatan berdasarkan ketentuan hukum positif.

Subyek hukum: pemegang, pemilik, atau pendukung hak dan pemikul


kewajiban (individu dan badan hukum).

Subyek Hukum Internasional adalah sebuah badan/lembaga atau entitas


yang memiliki kemampuan untuk menguasai hak dan melaksanakan
kewajiban di dalam hukum internasional)

Subjek Hukum Internasional : hanya pihak; aktor; pelaku yang memiliki


hak-hak dan kewajiban-kewajiban di mata hukum internasional saja yang
dapat dikategorikan sebagai subyek hukum internasional
HAK DAN KEWAJIBAN DALAM
HUKUM INTERNASIONAL
Menurut Ian Brownlie

1. Capacity to make claims in respect of breaches of international law


(Kemampuan untuk mengajukan klaim jika terjadi pelanggaran
hukum internasional);

2. Capacity to make treaties and agreements valid on the


international plane
(Kemampuan untuk membuat perjanjian internasional);

3. The enjoyment of privileges and immunities from national


jurisdictions (Memiliki keistimewaan dan kekebalan dari yurisdiksi
nasional sebuah Negara)
SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

NEGARA INDIVIDU
PALANG MERAH
INTERNASIONAL

TAHTA SUCI ORGANISASI KAUM


(VATICAN/THE INTERNASIONAL PEMBERONTAK
HOLY EMPEROR);
NEGARA
Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933

“The state as a person of international law


should possess the following qualifications:
(a) a permanent population; (b) a defined
territory; (c) government; and (d) capacity
to enter into relations with the other
states.”

Terjemahan : Negara sebagai subyek


hukum internasional harus memenuhi
kualifikasi sebagai berikut: (a) penduduk
yang permanen; (b) wilayah yang jelas; (c)
pemerintah; (d) kemampuan untuk
melakukan hubungan dengan Negara
lainnya)
Negara federal : kapasitas negara bagian
untuk melakukan hubungan internasional
tergantung dari sistem distribusi
kekuasaan yang dianut oleh negara federal
tersebut.

Pada tahun 1994, Ukraina dan Belarus


(sebagai Negara Bagian) diberikan hak oleh
Uni Soviet (USSR) untuk menjadi pihak
dalam pembentukan perjanjian
internasional sekaligus mendaftar sebagai
anggota PBB.

Sedangkan sistem yang dianut Amerika


Serikat; hanya pemerinyah federal yang
dapat bertindak keluar.
TAHTA SUCI/VATICAN (THE HOLY EMPEROR)

Subyek HI dalam arti penuh dan sejajar kedudukannya dengan negara lain.
Perjanjian Lateran pada tanggal 11 Februari 1929 antara Italia dan Tahta Suci, yang
isinya adalah mengembalikan sebidang tanah di Roma kepada Tahta Suci dan
memungkinkan didirikannya negara Vatican, dan berdasarkan perjanjian tersebut
Negara (Tahta Suci)
Vatican dibentuk dan diakui sebagai subyek HI. Saat ini Tahta Suci memiliki perwakilan
diplomatik di berbagai negara di dunia yang sejajar kedudukannya dengan perwakilan
diplomatik negara-negara lain.
PALANG MERAH INTERNASIONAL
Adalah subyek HI yang bersifat terbatas yang lahir
karena sejarah, yang kemudian kedudukannya diperkuat
dalam perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi
Palang Merah.

ICRC telah membuat perjanjian dengan kurang lebih 60


(enam puluh) Negara untuk memberikan imunitas
kepada delegasi/stafnya yang sedang bertugas di wilayah
perang dari proses yudisial atau pun arbitrase
internasional.

Misi utama dari ICRC adalah melindungi dan membantu


para penduduk sipil (termasuk kombatan) akibat korban
perang serta konflik internal dengan menjunjung tinggi
prinsip netral dan ketidakberpihakan pada Negara-
negara yang terlibat perang/konflik.
ORGANISASI INTERNASIONAL

Baru diakui sebagai subyek HI setelah adanya advisory opinion yang diberikan oleh MI.
PBB meminta pendapat hukum dari MI terkait masalah terbunuhnya Pangeran Bernadotte
dari Swedia yang bertindak sebagai mediator PBB di Israel pada tahun 1948.
"Pada saat agen PBB melaksanakan tugasnya mengalami cidera/luka yang melibatkan
tanggung jawab Negara, apakah PBB sebagai sebuah organisasi memiliki kapasitas untuk
mengajukan klaim kepada Pemerintah (secara de facto atau de jure) yang bertanggungjawab
untuk mendapatkan ganti kerugian/reparasi atas kerusakan/kerugian yang dialami oleh (a)
PBB dan (b) korban/orang yang berkedudukan sebagai agen PBB?"
10

Para penjahat perang pada PD II diadili melalui Tokyo Tribunal dan Nurenberg
Trial.
Dalam proses peradilan yang diadakan di Nurnberg dan Tokyo, para penjahat
INDIVIDU perang tersebut dituntut sebagai individu untuk perbuatan yang
diklasifikasikan sebagai : (1) kejahatan terhadap perdamaian; (2) kejahatan
terhadap perikemanusiaan; (3) pelanggaran terhadap hukum perang; dan (4)
permufakatan jahat untuk mengadakan perang.
Pembentukan Tokyo Tribunal dan Nurenberg Trial dibutuhkan pada saat itu
agar para penjahat perang (terutama pemimpinnya) tidak dapat berlindung
dengan nama Negara, memberi efek jera dan untuk mencegah terjadinya
kejahatan perang di kemudian hari.
KAUM PEMBERONTAK
Kaum pemberontak diakui keberadaannya sebagai
(belligerent) oleh Negara-negara lain jika memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga kaum
pemberontak teroganisir dengan baik;
2. Memiliki tanda pengenal dan menggunakannya dengan
konsisten sehingga menunjukkan identitasnya sebagai
kaum pemberontak;
3. Sudah menguasai sebagian besar wilayah di tempat kaum
pemberontak melakukan pemberontakan sehingga sudah
memiliki kekuasaan secara efektif terhadap wilayah
tersebut;
4. Mendapatkan dukungan dari rakyat yang berada di wilayah
yang telah dikuasainya secara efektif.

Pada saat kaum pemberontak dapat dikualifikasikan sebagai


belligerents maka kelompok tersebut dapat diakui sebagai
subyek hukum internasional. Pengakuan terhadap belligerents
11 sangat sulit diberikan oleh suatu Negara
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai