Anda di halaman 1dari 2

1.

Subjek Hukum Internasional adalah semua pihak atau entitas yang dapat dibebani oleh hak dan
kewajiban yang diatur oleh Hukum Internasional. Hak dan kewajiban tersebut berasal dari semua
ketentuan baik yang bersifat formal ataupun non-formal dari perjanjian internasional ataupun dari
kebiasaan internasional (Istanto, Ibid: 16; Mauna, 2001:12). Kemampuan untuk menjadi pendukung
hak dan kewajiban bagi subyek hukum Internasional dapat ditinjau dari dua aspek yaitu
a)Dasar Hukum Berdirinya
b) Advisory opinion atau berdasarkan Keputusan atau Pendapat  “International Court of
justice”
Dengan meninjau dua aspek di atas maka legal capacity dari subyek hukum Internasional dalam
bentuknya yang modern dimana subyek hukum internasional tidak hanya terbatas pada negara
sebagai satu-satunya subyek hukum internasional (pandangan klasik), maka kiranya perlu
dikemukakan beberapa subyek hukum internasional yang merupakan kesatuan-kesatuan bukan
negara khususnya mengenai legal capacitynya.

2. Ada pun ciri-ciri dari subjek hukum internasional adalah:


* Dimiliki oleh semua entitas.
* Memiliki kemampuan memiliki dan melaksanakan hak dan kewajiban menurut
hukum internasional.

3. I Wayan Parthiana menjelaskan negara adalah subjek hukum internasional yang memiliki
kemampuan penuh (full capacity) untuk mengadakan atau duduk sebagai pihak dalam suatu
perjanjian internasional. negara dikatakan sebagai subyek hukum yang utama juga karena pada
kenyataannya negara yang pertama melakukan hubungan internasional. 4.
4. negara tentunya memiliki unsur pembentuknya,. Nah unsur-unsur ini pada tahun 1933 telah
dirumuskan dan disepakati (dihasilkan) dalam Konvensi Montevideo, dimana konferensi ini
merupakan konferesi antara negara-negara Amerika yang berlangsung di Montevideo (Ibu kota
Uruguay). Berdasarkan hasil konvensi ini, unsur-unsur berdirinya suatu negara adalah sebagai
berikut:1. Penghuni (penduduk/rakyat). 2. Wilayah.3. Kekuasaan tertinggi
(pemerintah yang berdaulat). 4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.5. Pengakuan
dari negara lain. Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus
terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur deklaratif yakni unsur
yang sifatnya menyatakan, bukan unsur mutlak artinya jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka
suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif.
5. Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan
membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah
pesat, terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia
(Universal Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya
beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin
mengukuhkan eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

Dasar hukum yang menyatakan individu sebagai subjek hukum internasional ialah :
1. Perjanjian Versailles 1919 pasdal 297 dan 304
2. Perjanjian Uppersilesia 1922
3. Keputusan Permanent Court of Justice 1928
4. Perjanjian London 1945 (inggris, Perancis, Rusia, dan USA)
5.  Konvensi Genocide 1948.

6. Selebihnya juga tercantum dalam konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan
Genosida tahun 1948. Oleh karena itu individu dapat dibebani kewajiban-kewajiban internasional
dan dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya yang bertentangan dengan hukum
internasional (Jawahir Thontowi, 2006).
7. belligerent sebagai subjek hukum internasional harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:1.
Memiliki sebuah organisasi “pemerintahan” sendiri. 2.Kekuatan militernya telah menduduki wilayah
tertentu. 3. Mempunyai kontrol efektif atas wilayah tersebut. 4. Anggota militernya memiliki
seragam dengan tanda-tanda khusus dengan peralatan militer yang cukup.
8. Dalam hukum internasional hingga saat ini, Multinational Corporations (MNCs) diposisikan bukan
di bawah hukum internasional, melainkan di bawah hukum nasional layaknya badan hukum atau
warga negara di tempat di mana MNCs tersebut berdiri. Maka, secara otomatis pemilik kewenangan
dalam mengatur kegiatan MNCs tersebut hanyalah negara.

Anda mungkin juga menyukai