11000119130654
Bab I
Subjek hukum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu individu alami/orang perseorangan
(natuurlijke persoon) dan individu buatan/badan hukum (rechtpersoon).1 Subjek hukum
internasional adalah pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum internasional
sehingga memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan hukum yang melahirkan hak-
hak dan kewajiban.2 Kemampuan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban
berdasarkan Hukum Internasional. ( Legal capacity) ini antara lain meliputi :
Kemampuan untuk menjadi pendukung hak dan kewajiban bagi subyek hukum Internasional
dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, hukum internasional mengenal macam-macam
subjek hukum internasional yaitu :
1.1 Negara
Negara merupakan subyek hukum utama dari hukum internasional baik ditinjau secara
historis maupun secara faktual. Secara historis, negara merupakan subyek hukum
internasional pertama sebelum adanya subjek-subjek hukum internasional lainnya.
Menurut Henry Campell Black negara adalah sekumpulan orang yang secara permanen
menempati suatu wilayah yang diikatkan dengan hukum melalui pemerintahan dan mampu
mengawasi masyarakat dan harta bendanya serta mampu menyatakan perang dan damai
serta mampu melakukan hubungan internasional.
1
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht,
(Jakarta: PT Pradnya Paramita), hal 192
2
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung: PT Alumni,
2018), hal 99
3
Agar suatu entitas dapat disebut sebagai negara, maka haruslah memenuhi unsur
tradisional yang tercantum dalam Pasal 1 Montevidio (Pan American) Convention on Rights
And Duties of State of 1933. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut : The State as person
of international law should posses the following qualification :
a. A permanent population
b. A defined territory
c. A government; and
Penjelasan lebih lanjut mengenai Unsur unsur negara menurut montesvideo 1933 :
a) Ada wilayah :
Tidak harus memiliki batas wilayah yang pasti sehingga apabila ada konflik wilayah
tetap diakui oleh HI asalkan adanya kejelasan kontrol dari pemerintah seperti hukum
masih berlaku di wilayah itu
Harus mampu bertindak secara mandiri tanpa menggangtungkan pada negara lain
Yaitu Kemampuan secara yuridis yaitu mampu untuk melakukan perbuatan hukum
baik secara hukum nasional maupun internasional dan mengakui adanya
kewenangan tersebut
3
Huala Adolf, Aspek Aspek Negara Dalam Hukum Internasional (Jakarta: Rajawali Pers, 1991) hal 2
4
A. Aspek territorial, negara memiliki kekuasaan penuh dan eksklusif sehingga hanya
negara dan pemerintah yang memiliki kekuasaan atas negara dan isinya.
(muncul asas territorial)
C. Aspek internal , negara memiliki hak ekskusif untuk menentukan bentuk bentuk
pemerintahannya sendiri seperti bentuk Lembaga dan hukumnya
2. Negara federasi yaitu gabungan dari beberapa negara bagian yang bersepakat untuk
membagi kekuasaan federal dengan kekuasaan negara bagian. Subjek hukumnya
negara federal
3. Negara konfederasi yaitu merupakan gabungan dari sejumlah Negara melalui suatu
perjanjian internasional yang memberikan wewenang tertentu kepada
kobfederasiSubjek hukumnya yaitu negara negara anggotanya
4. Negara persemakmuran yaitu seperti negara bekas jajahan inggris. Namun saat ini
bukan subjek hukum karena tidak adanya internasional legal personalitynya.
5. Negara mikro, negara yang memiliki legal independensi sendiri namun untuk
wilayah, penduduk dan Sumber Daya Alamnyanya sangat minim . Untuk negara ini
dibebaskan dari kewajiban internasional dari PBB seperti mengirim pasukan
perdamaian.
6. Negara netral, yaitu negara swiss (diakui di kongres wina) dan Austria. Negara yang
integritas politiknya dijamin secara permanen dengan syarat tidak boleh menyerang
duluan negara lain kecuali untuk melindungi diri
7. Negara protektorat, yaitu negara merdeka yang memiliki kedaulatan penuh namun
negara ini berada dalam suatu perlindungan negara lain akibat perjanjian. Negara
maroko dengan prancis, Tunisia
9. Negara perwalian, negara yang masih diawasi oleh dewan PBB karena belum
mampu untuk menjalankan pemerintahannya secara mandiri atau negara sedang
dalam kekosongan
Hak-hak negara :
- Hak atas kemerdekaan (Pasal 1)
- Hak untuk melaksanakan jurisdiksi terhadap wilayah, orang, dan benda yang berada
dalam wilayahnya (Pasal 2)
- Hak untuk mendapatkan kedudukan hukum yang sama dengan negara lain (Pasal
5);
- Hak untuk menjalankan pertahanan diri sendiri atau kolektif (Pasal 12).
Kewajiban-kewajiban negara :
Tahta suci vatikan adalah subjek hukum internasional yang didasari oleh adanya Traktat
Lateran tanggal 11 Februari 1929, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan
mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma4. Sebagai subjek hukum internasional, tahta
suci vatikan memiliki kedudukan yang setara dengan negara merdeka dengan dibuktikan
adanya perwakilan-perwakilan vatikan di setiap negara, meskipun pada dasarnya tugas dan
kewenangannya, tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada
bidang kerohanian dan kemanusiaan sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja
Tahta Suci Vatikan turut pula bergabung dengan organisasi internasional sebagai yakni
dalam International Postal Union, the International Atomic Energy Agency dan the
International Telecommunication Union. Takhta Suci Vatikan juga terlibat dalam beberapa
perjanjian internasional, seperti the Convention on Stateless Persons 1954, the Convention
on Diplomatic Relations 1961, the Convention on Consular Relations 1963, dan the Vienna
Convention on the Law of Treaties 1969.
Organisasi internasional sebagai subjek dalam arti yang luas adalah organisasi yang
dibentuk oleh negara-negara yang biasa disebut dengan istilah “public international
organization”, tetapi juga yang dibentuk oleh badan-badan non-pemerintah atau “private
internasional organization”.6
Dasar Hukum Organisasai Internasional sebagai subyek Hukum Internasional adalah pasal
104 Piagam PBB Isi pasal 104 : The Organization shall enjoy in the territory of each of its
Members such legal capacity as may be necessary for the exercise of its functions and the
fulfilment of its purposes. Terjemahan : Organisasi akan menikmati di wilayah masing-
masing Anggota kapasitas hukum seperti yang diperlukan untuk menjalankan fungsi dan
pemenuhan tujuannya. Dalam subjek hukum organisasi internasional mencakup pula
organisasi regional atau subregional. Organisasi internasional sebagai badan multilateral
mempunyai prinsip keanggotaan yang universal, dengan kepentingan yang luas.
Sedangkan, organisasi regional mempunyai keanggotan yang terbatas, namun kepentingan
relatif luas7
6
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional (Jakarta: PT Tatanusa, 2007), hal 12
7
Ade Tiara Puteri Cornelesz, “Kedudukan Organisasi Internasional Sebagai Wadah Kerjasama Antar
Negara Menurut Kajian Hukum Internasional”, Lex Et Societatis, Vol. VI/No. 6/Agust/2018
7
Di dalam buku Bowett‟s Law of International Institution yang dimaksud dengan organisasi
internasional harus memenuhi beberapa karakteristik di bawah ini, yaitu:8
Palang merah internasional atau yang sering disebut dengan ICRC adalah jenis organisasi
internasional yang kemudian menjadi subjek hukum internasional tersendiri karena alasan
sejarah. Dasar hukum mengenasi status ICRC terdapat dalam Konvensi Jenewa 1949 dan
8
Philippe Sands Q.C. dan Pierre Klein, Bowett‟s Law of International Institutions (London: Sweet & Maxwell,
2009), hal 15
8
Pasal 5 Ayat 1 Statuta Gerakan Palang Merah Internasional . Dalam Pasal 5 Ayat 1 Statuta
gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yang menyebutkan bahwa9 :
Arti: Komite internasional yang didirikan di Jenewa tahun 1863 dan secara resmi
diakui dalam Konvensi Jenewa dan oleh Konferensi Internasional Palang Merah,
adalah sebuah organisasi kemanusiaan yang independen yang memiliki status
sendiri, ini memilih anggotanya dari kalangan warga negara Swiss
Misi utama dari Palang Merah Internasional / ICRC adalah melindungi dan membantu para
penduduk sipil (termasuk kombatan) akibat korban perang serta konflik internal dengan
menjunjung tinggi prinsip netral dan ketidakberpihakan pada Negara-negara yang terlibat
perang/konflik. Adapun beberapa tugas yang dimiliki oleh ICRC dalam memenuhi misinya,
yaitu:
- “visits to prisoners of war and civilian detainees (mengunjungi tawanan perang dan
penduduk sipil)
- searching for missing persons (pencarian orang hilang)
- transmission of messages between family members separated by conflict
(pengiriman pesan kepada anggota keluarga yang terpisah akibat konflik)
- reunification of dispersed families (menyatukan keluarga yang terpisah )
- provision of food, water and medical assistance to civilians without access to these
basic necessities (menyediakan makanan, minuman p;akses akan kebutuhan
tersebut)
- spreading knowled of humanitarian law (menyebarkan pengetahuan mengenai
hukum humaniter);
Palang Merah Nasional dari berbagai negara berpusat di Jenewa, Swiss. Fungsi adanya
Palang Merah Internasional yaitu sebagai pelakasana dan pengawal Hukum Humaniter
Internasional, baik dalam situasi sengketa bersenjata internasional, noninternasional,
maupun pada masa damai.
1.5 Individu
9
Fernando, “Peran Serta Internasional Commite of The Red (ICRC) Dalam Penanganan Korban
Peristiwa Bencana Alam ditinjau dari Hukum Internasional” Jurnal Univeristas Sumatera Utara, 2019
9
Individu dikategorikan subjek hukum internasional namun bersifat terbatas karena tidak
memiliki kedaulatan sehingga dapat dituntut dan menuntut di hadapan peradilan
internasional ad hoc. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (Universal
Declaration of Human Rights) pada tanggal 10 Desember 1948 diikuti dengan lahirnya
beberapa konvensi-konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin
mengukuhkan eksistensi individu sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.
Dasar hukum yang menyatakan individu sebagai subjek hukum internasional ialah :
Tujuan individu dijadikan subjek hukum internasional yaitu untuk melindungi hak minoritas
sebagaimana diatur dalam keputusan Mahkamah Internasional Permanen yang menyatakan
bahwa apabila suatu perjanjian internasional memberikan hak-hak tertentu kepada
perorangan maka hak itu harus diakui dan mempunyai kekuatan daya laku dalam hukum
internasional yang artinya telah diakui oleh suatu badan peradilan internasional.10
Dasar hukum yang menyatakan Pemberontak / Pihak yang bersengketa sebagai Subjek
Hukum Internasional ialah :
10
Advisory Opnion on The Jurisdictions of The Courts of Danzig, Publ. PCIJ (1928), series B, No.155
11
Oppenheim-Lauterpacht, “International Law”, series 8th, Vol 3
10
1) Ada pimpinan yang jelas, memiliki ketua kelompok yang telah mengetahui tujuan
dilakukannya pemberontakan
2) Telah menguasai wilayah tertentu
3) Menggunakan tanda pengenal yang jelas yang menunjukkan identitasnya, serta
mempunyai senjata yang memadai
4) Mentaati hukum perang
Pada saat kaum pemberontak dapat dikualifikasikan sebagai belligerents maka kelompok
tersebut dapat diakui sebagai subyek hukum internasional. Pengakuan terhadap belligerents
sangat sulit diberikan oleh suatu Negara. Ketika sebuah Negara memberikan pengakuan
kepada belligerents otomatis akan merusak hubungan Negara tersebut dengan Negara
dimana belligerents melakukan pemberontakan. Tujuan diberikannya pengakuan terhadap
belligerents tidak lain demi alasan kemanusiaan karena mereka bukanlah kriminal.1
BAB II
Sumber – Sumber Hukum Internasional
11
Sumber hukum internasional terbagi menjadi dua yaitu sumber hukum dalam arti materiil
dan sumber hukum dalam arti formil
1) Sumber hukum materiil adalah sesuatu actual yang berguna untuk menetapkan
hukum yang berlaku bagi peristiwa ataupun situasi tertentu. Sumber hukum yang
membahas materi dasar menjadi substansi dari pembuatan hukum itu sendiri
2) Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk nyata dari
hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan
berlaku. Dalam bentuk atau wujud inilah ditemukan hukum yang mengatur suatu
masalah
a) Treaty Contract
Perjanjian seperti suatu kontrak hanya mengakibatkan hak dan kewajiban antara para
pihak yang mengadakan perjanjian itu, biasanya perjanjian ini bersifat bilateral . Contoh :
perjanjian mengenai dwikewarganegaraan, perjanjian perbatasan, perjanjian
perdagangan , perjanjian pemberantasan penyelundupan, dsb. Contoh : Perjanjian
Perbatasan, Perjanjian Perdagangan, Perjanjian Dwikewarganegaraan, dan lainnya.
Perjanjian yang meletakkan ketentuan atau kaidah hukum bagi masyarakat internasional
sebagai keseluruhan. Contoh : Konvensi Jenewa tahun 1949 mengenai Perlindungan
Korban Perang, Konvensi Vienna tahun 1961 mengenai hubungan diplomatik, dsb.
Treaty kontrak bisa menjadi law making treaty apabila dilaksanakan oleh negara tersebut
secara kebiasaan yang kemudian menjadi hukum kebiasaan sehingga bisa diadopsi Ketika
akan membuat law making treaty.
Perjanjian Bilateral, terdiri dari dua tahapan yaitu : Perundingan (negotiation) dan
Penandatanganan (signature)
12
Hukum Perjanjian Internasional, https://fisip.uai.ac.id/wp-content/uploads/downloads/2014/02/HUKUM-
PERJANJIAN-INTERNASIONAL-Part-1.pdf (Diakses Pada 02/04/2021 Pukul 14.40 WIB)
12
Asas pakta sun servanda, semua pihak terikat dalam perjanjian sebagaimana bunyi
asas pakta sun servanda sehingga apabila ada pihak yang tidak terlibat maka tidak
perlu mengikatkan diri
Asas pakta tertis yaitu asas ini menyatakan bahwa pihak pihak yang tidak
meratifikasi tidak terikat dengan perjanjian. Contoh konkrit : wilayah laut sblm unclos
setiap negata bisa melakukan invansi seluruh lautan. Kemudian ada unclos 1982
Cara agar suatu negara terikat dengan perjanjian yaitu dengan meratifikasi/ hanya dengan
menandatangani. Apabila hanya dengan menandatangani maka perjanjian tersebut sudah
berlaku. Namun, apabila ratifikasi biasanya diatur dalam perjanjiannya yang mensyaratkan
perjanjian tersebut harus diratifikasi oleh beberapa jumlah negara. Resorfasi yaitu hak suatu
negara untuk menolak mengikatkan diri pada suatu pasal tertentu dalam perjanjian
Merupakan sumber hukum internasional tertua karena sudah ada sejak jaman kerajaan.
Tidak setiap kebiasaan merupakan sumber hukum internasional. Hanya kebiasaan yang
diterima sebagai hukum oleh masyarakat internasional yang merupakan sumber hukum
dalam sistem hukum internasional. Karena itu, dua ciri utama suatu kebiasaan yang dapat
dikategorikan sebagai sumber hukum internasional adalah:
Dilihat secara praktis, dan suatu kebiasaan internasional dapat dikatakan diterima
sebagai hukum apabila negara-negara menerimanya, dan tidak menyatakan
keberatan.
b) Unsur Materiil yaitu Kenyataan adanya kebiasaan yang bersifat umum dan
diterimanya kebiasaan internasional itu sebagai hukum.
b.3 Prinsip-Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law) yang diakui oleh
negara beradab
Merupakan sumber hukum internasional yang berfungsi ketika hakim memiliki keterbatasan
dalam mengambil keputusan dalam memustus perkara yang dihadapkan kepadanya dan
membuat hakim menerima setiap perkara yang diajukan kepadanya. Hakim tidak dapat
menyatakan dirinya tidak dapat menangani perkara karena alasan tidak tersedianya hukum
(non-liquet).
Prinsip-prinsip hukum umum adalah prinsip-prinsip hukum yang mendasari sistem hukum
modern, tidak terbatas hanya pada azas-azas hukum internasional, melainkan azas-azas
hukum pada umumnya, seperti: azas itikad baik (bona fides), azas pacta sunt servanda,
azas penyalahgunaan hak (abuse of rights)
(1) harus merupakan prinsip hukum umum yang dapat dibedakan dengan ketentuan
hukum yang bersifat terbatas atau sangat sempit (it must be a general principle of
law as distinct from a legal rule of more limited functional scope)
(2) harus diakui oleh bangsa-bangsa beradab, yang berbeda dengan masyarakat
barbar (it must be recognized by civilized nations as distinct from barbarous or
savage communities)
(3) harus merupakan praktek dari beberapa negara dalam jumlah yang wajar, dan
merupakan bagian dari sistem hukum sebagai pembentuk sistem hukum dunia (it
must share by a fair number of civilized nations, and it is arguable that these must
include at least the principal legal sistems of the world).
Merupakan sumber hukum internasional tambahan karena tidak menciptakan hukum baru
sebab yurisprudensi bersifat hanya mengikat pihak yang bersengketa bukan mengikat
secara umum dan keputusan pengadila tidak bisa berdiri sendiri melainkanharus ada
sumber hukum utama lainnya. Pengertian kata pengadilan sebagaimana diatur di dalam
Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah mencakup pengadilan secara keseluruhan, baik badan
peradilan internasional maupun nasional, termasuk mahkamah internasional , mahkamah
Hak dan asasi manusia dan mahkamah arbitrase13
Berikut contoh dapat dikemukakan keputusan Mahkamah Internasional pada tahun 1951
yang terkenal dengan nama Anglo Norwegian Fisheries Case yang mengukuhkan eksistensi
penarikan garis pangkal lurus dari ujungf ke ujung (straight base line from point to point)
yang semula hanya terapkan oleh Norwegia tetapi ditentang oleh Inggris.
1) Dengan keputusan Mahkamah ini maka beberapa negara yang situasi dan kondisi
geografisnya serupa dengan Norwegia, mulai menerapkan garis pangkal lurus dari ujung ke
ujung dalam mengukur dan menentukan lebar laut teritorialnya.
2) Bahkan kemudian dalam konvensi Hukum Laut 1958,4 garis pangkal lurus dari ujung ke
ujung ini diberikan tempat tersendiri yakni dalam pasal 4 Konvensi tentang Laut Teritorial
dan Zona Tambahan.
3) Demikian pula Konvensi Hukum Laut 1982, garis pangkal lurus masih tetap dicantumkan
yakni di dalam pasal 7.
13
George Schwarzenberger, A Manual of International Law (London: Stevens & Sons Limited), hal 33-34
15
Sumber hukum internasional ini tidak disebutkan secara eksplisit dalam Statuta Mahkamah
Internasional, meskipun putusan organisasi internasional sering diserap dalam melakukan
perjanjian internasional. PBB merupakan organisasi yang setiap putusan-putusannya
memiliki pengaruh. Salah satu contoh keputusan majelis umum ialah Pernyataan umum
mengenai hak-hak asasi manusia (universal declaration of human rights) yang diterima baik
oleh majelis umum tanggal 10 Desember 1948. Sebagai suatu keputusan yang diterima
majelis umum, pernyataan umum ini tidak mempunyai kekuatan mengikat menurut hukum
seperti halnya suatu perjanjian internasional. Walaupun demikian pernyataan umum ini
mengilhami dan dimuat dalam kebanyakan negara di dunia terutama yang baru merdeka
atau telah mengilhami dikeluarkannya undang-undang yang mempunyai tujuan serupa di
beberapa negara.
Kesimpulan
Subyek hukum internasional berbeda dengan subyek hukum dalam hukum nasional.
Tidak semua subyek hukum dapat dikualifikasikan sebagai subyek hukum
internasional. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebuah subyek hukum
untuk menjadi subyek hukum internasional. Persyaratan ini disebut dengan
kemampuan hukum internasional (international legal capacity). Kemampuan hukum
internasional sebuah subyek hukum internasional akan menentukan derajat
personalitasnya. Ada subyek hukum internasional dengan derajat penuh da nada
yang terbatas. Berikut adalah jenis-jenis subyek hukum internasional, yaitu: Negara,
Organisasi Internasional, Takhta Suci, Palang Merah Internasional, Kaum
Pemberontak, Individu, dan Perusahaan Transnasional.
Sumber hukum internasional menurut Pasal 38 Ayat 1 Statuta Mahkamah
Internasional terdiri dari Perjanjian internasional, Kebiasaan internasional, Prinsip
hukum umum yang diakui oleh negara beradab, putusan peradilan, pendapat para
ahli sarjana dan putusan organisasi. Untuk Putusan peradilan dan pendapat para ahli
16
sarjana merupakan sumber hukum subsider atau tambahan yang dimana tidak dapat
dijadikan sumber hukum sendiri karena bersifat mengikuti sumber hukum utama
Daftar Pustaka
Buku
Adolf, Huala. 1991. Aspek Aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Jakarta: Rajawali
Pers. hal 2.
Apeldoorn, Van. Pengantar Ilmu Hukum Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse
Recht. Jakarta: PT Pradnya Paramita. hal 192.
Heliarta. 2019. Mengenal Hukum Internasional. Tanggerang: Loka Aksara. hal 21-22.
Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty Agoes. 2018. Pengantar Hukum Internasional. Bandung:
PT Alumni. hal 99.
Sands, Philippe dan Pierre Klein. 2009. Bowett‟s Law of International Institutions.
London: Sweet & Maxwell. hal 15.
Jurnal Nasional
Cornelesz , Ade Tiara Puteri. 2018. “Kedudukan Organisasi Internasional Sebagai Wadah
Kerjasama Antar Negara Menurut Kajian Hukum Internasional”. Lex Et Societatis.Vol.
VI/No.6.
Fernando. 2019. “Peran Serta Internasional Commite of The Red (ICRC) Dalam
Penanganan Korban Peristiwa Bencana Alam ditinjau dari Hukum Internasional”. Jurnal
Universitas Sumatera Utara, 2019
Jurnal Internasional
Advisory Opnion on The Jurisdictions of The Courts of Danzig, Publ. PCIJ (1928), series B,
No.155
Internet