Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Subjek Hukum dalam Hukum Internasional

Subjek hukum internasional menurut Martin Dixon adalah a body or entity which is capable of
possessing and exercising rights and duties under international law. Subjek-subjek HI tersebut
seharusnya memiliki kecakapan kecakapan hukum internasional utama (the main international law
capacities) untuk mewujudkan kepribadian hukum internasionalnya (international legal personality).
Kecakapan hukum yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. mampu untuk menuntut hak-haknya di depan pengadilan internasionl (dan nasional);

2. menjadi subjek dari beberapa atau semua kewajiban yang diberikan oleh HI;

3. mampu membuat perjanjian internasional yang sah dan mengikat dalam hukum internasional;

4. menikmati imunitas dari yurisdiksi pengadilan domestik.

Dalam praktik hanya negara dan organisasi internasional tertentu seperti PBB yang memiliki semua
kecakapan hukum di atas.

B. Macam-macam Subjek Hukum Internasional

1. Negara

a. Karakteristik N egara

Negara adalah subjek hukum yang paling utama, terpenting dan memiliki kewenangan terbesar
sebagai subjek hukum internasional, Negara memiliki semua kecakapan hukum sebagaimana telah
dipaparkan sebelumnya. Kapan suatu kesatuan (entity) dapat disebut sebagai negara, penyandang
hak dan kewajiban dalam hukum internasional merupakan suatu pertanyaan penting dalam
pembahasan ini. Keanggotaan suatu negara dalam PBB bukanlah merupakan parameter untuk
menjawab pertanyaan, meskipun saat ini sangat susah untuk menemukan negara mana yang bukan
anggota PBB. Salah satu syarat keanggotaan dalam PBB memang negara merdeka, namun demikian
tidak berarti bahwa bila ada suatu entity yang tidak menjadi anggota PBB maka otomatis bukan
negara.

Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 tentang hak dan kewajiban negara, yang sebenarnya hanya
merupakan konvensi regional kawasan Amerika Regional, senantiasa menjadi rujukan pertanyaan
kapan suatu entitas

politik dapat dikatakan sebagai negara. Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 menyatakan bahwa
karakteristik negara adalah sebagai berikut;

1) Memiliki a defined territory

2) Memiliki a permanent population

3) Memiliki pemerintahan (government)

4) Memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan internasional dengan negara lain (capacity to
enter into relations with other states)
1) Defined Territory

Suatu wilayah yang pasti (fixed territory) merupakan persyaratan mendasar adanya suatu negara.
Meskipun demikian, tidak ada persyaratan dalam hukum internasional bahwa semua perbatasan
sudah final dan tidak memiliki sengketa perbatasan lagi dengan negara-negara tetangga baik pada
waktu memproklamirkan diri sebagai negara baru ataupun setelahnya.

Israel diterima sebagai anggota PBB tahun 1949 meskipun batas wilayahnya belum final dan masih
banyak memiliki sengketa perbatasan dengan negara-negara tetangga. Beberapa negara memiliki
klaim tumpang tindih atas Kepulauan Spratly. Jepang, Korea, Rusia, dan negara-negara lain juga
memiliki konflik-konflik perbatasan. Meskipun demikian, semua itu tidak memengaruhi status
mereka sebagai negara.

Demikian halnya dengan Indonesia. Indonesia memiliki perbatasan wilayah darat dengan dua negara
yaitu Brunei dan Malaysia, juga perbatasan laut dengan 10 negara tetangga. Baru perbatasan
dengan Australia yang sudah tuntas. Beberapa konflik perbatasan sering membuat hubungan
bertetangga menjadi tidak baik. Sengketa Ambalat yang dipicu oleh pemberian konsesi oleh
Petronas (Malaysia) ke perusahaan transnasional Shell (Belanda) telah membuat marah rakyat
Indonesia dan membentuk Posko Ganyang Malaysia pada Maret 2005. Setelah berhasil
mendapatkan Sipadan Ligitan lewat putusan Mahkamah Internasional 2002, rakyat Indonesia
menuduh negara Jiran itu ingin mengambil wilayah Indonesia Yang lain. Di samping konflik wilayah di
atas, wilayah Indonesia sampai saat ini belum didaftarkan ke PBB. Sebagai negara pihak dalam
Konvensi Hukum Laut PBB 1982 semestinya Indonesia melaksanakan amanat konvensi tersebut
untuk melaporkan batas-batas wilayahnya. Namun demikian, sampai saat ini Indonesia belum
melaksanakan amanat tersebut. Pemerintah memang sudah membuat UU N o. 6 Tahun 1996
tentang Perairan Indonesia juga PP No. 38 Tahun 2002 tentang Koordinat-koordinat Terluar
indonesia Namun demikian, Pasca Putusan Mahkamah Internasional tentang Sipadan Ligitan PP No.
38 Tahun 2002 tersebut harus diperbaiki. Pemerintah menginginkan selesainya konflik-konflik
wilayah dulu barulah melaporkan batas-batas wilayah ke PBB. Demikianlah meskipun batas-batas
wilayahnya belum dilaporkan ke PBB dan masih memiliki konflik-konflik perbatasan Indonesia
tetaplah suatu negara. 

Hukum Internasional juga tidak mensyaratkan batas minimum manapun maksimum wilayah suatu
negara, sehingga ada negara dengan wilayah yang sangat sempit terkenal dengan negara-negara
mini, sebaliknya ada negara-negara dengan wilayah yang sangat luas seperti Cina, Rusia, Amerika
Serikat, juga Indonesia.

2) Permanent Population

Negara tidak akan exist tanpa penduduk. Persyaratan a permanent population dimaksudkan untuk
stable community. Tidak ada persyaratan jumlah minimum penduduk yang harus dimiliki suatu
negara. Nauru hanya berpenduduk 6.500 jiwa ketika merdeka. Persyaratan mengenai penduduk juga
tidak dipengaruhi oleh penduduk suatu negara yang nomaden. Suku-suku nomaden di perbatasan
Kenya-Ethiopia senantiasa berpindah tempat dan memengaruhi populasi di kedua negara.

Hukum internasional juga tidak mensyaratkan bahwa penduduk haruslah homogeneous. Kriteria a
stable population merujuk pada kelompok individu yang hidup di wilayah negara tertentu.

3) Government

Pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah yang berdaulat, mampu menguasai organ-organ
pemerintahan secara efektif dan memelihara ketertiban dan stabilitas dalam negeri yang
bersangkutan. Pengertian berdaulat tidak dapat ditafsirkan bahwa pemerintah yang bersangkutan
tidak pernah diintervensi pihak mana pun dalam menentukan kebijakannya. Dalam praktik hampir
tidak ditemukan pemerintah suatu negara yang bebas dari intervensi, baik intervensi yang berasal
dari negara lain maupun Subjek HI lain seperti lembaga-lembaga internasional. Semakin besar
tingkat ketergantungan negara pada pihak asing maka semakin besar potensi negara tersebut untuk
diintervensi oleh mereka.

4) Kemampuan untuk Melakukan Hubungan dengan Negara Lain

Kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain merupakan manifestasi dari
kedaulatan. Suatu negara yang merdeka, tidak di bawah kedaulatan negara lain akan mampu
melakukan hubungan dengan negara lain. Suatu negara dikatakan merdeka (legal independence) jika
wilayahnya tidak berada di bawah otoritas berdaulat yang sah dari negara lain.

Kemampuan untuk melakukan hubungan dengan negara lain adalah kemampuan dalam pengertian
yuridis baik berdasarkan hukum nasional maupun internasional, bukan kemampuan secara fisik.
Hongkong berada di bawah otoritas yang sah dari Cina, karenanya Hongkong bukanlah negara
meskipun ia memiliki karakteristik fisik sebagaimana negara.

Secara fisik Provinsi Jawa Tengah mampu melakukan hubungan luar negeri karena memiliki
pemerintah, wilayah dan penduduk. Namun demikian, provinsi ini tidak memiliki kemampuan secara
yuridis karena ia berada di bawah kedaulatan NKRI. Provinsi Jawa Tengah hanya dapat melakukan
hubungan luar negeri dengan negara lain setelah melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat.

Fakta banyak negara memiliki ketergantungan baik secara ekonomi, politik, maupun militer pada
negara yang lain tidak mengurangi statusnya sebagai negara.

Satu masalah penting yang muncul dalam praktik berkaitan dengan persyaratan kemampuan
melakukan hubungan dengan negara lain ini adalah parameter untuk dikatakan mampu serta siapa
yang berhak memberikan penilaian apakah suatu entitas politik sudah mampu atau belum. Masalah
ini pada perkembangannya sering ditafsirkan sebagai pengakuan, bahwa negara memerlukan
pengakuan untuk dikatakan mampu melakukan hubungan internasional.

Anda mungkin juga menyukai