PENDAHULUAN
Secara umum subjek hukum diartikan sebagai hak dan kewajiban yang saling
melengkapi, sehingga perlu dipahami bahwa subjek hukum internasional adalah pemegang
(segala) hak dan kewajiban yang telah ditentukan di dalam aktivitas skala internasional itu
sendiri. Subjek Hukum Internasional dapat pula diartikan sebagai pengemban hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang diatur di dalam suatu kaidah hukum internasional.
Salah satu yang menjadi subjek Hukum Internasional adalah negara yang merdeka
dan berdaulat, artinya haruslah negara yang berdiri sendiri dan tidak tergantung kepada
keberadaan negara lain. Namun dikarenakan oleh zaman yang selalu mengalami perubahan
dan perkembangan, maka baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan
pengaruh pula terhadap subjek Hukum Internasional. Pengaruh yang dimaksud tersebut
adalah munculnya berbagai macam subjek Hukum Internasional selain negara (non-state
actor).
Sebagai pengemban hak dan kewajiban yang bersifat internasional, maka para subjek
Hukum Internasional sekiranya harus memberikan perhatian yang cukup serius terhadap
pemahaman mengenai apa yang menjadi haknya dan apa pula yang menjadi kewajibannya.
Pemahaman mengenai hak dan kewajiban tersebut dirasakan sangat penting terkait dengan
dalam hal pada saat para subjek Hukum Internasional mengadakan hubungan dengan negara-
negara lain.
Hak dan kewajiban para subjek Hukum Internasional merupakan salah satu persoalan
yang cukup penting, dikarenakan hal ini dalam rangka upaya pencegahan terjadinya suatu
sengketa/konflik internasional diantara para subjek Hukum Internasional itu sendiri.Oleh
karena itu, melalui artikel ini penulis hanya membahas beberapa subjek hukum internasional.
Beberapa subjek hukum internasional yang dimaksud antara lain : Negara, Organisasi
Internasional dan ICRC ( The International Committee Of The Red Cross ).
PEMBAHASAN
Subjek Hukum Internasional menurut Martin Dixon adalah a body or entity which is
capable of possessing and excercising rights and duties under international law ( (Utama,
2019, p. 65).Dalam hal ini, subjek hukum internasional ialah semua pihak atau entitas yang
dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional.Subjek-subjek
ini tersebut seharusnya memiliki kecakapan-kecakapan hukum internasional terutama (the
main international law capacities) untuk mewujudkan kepribadian hukum internasionalnya
(international legal personality).Kecakapan yang harus dimiliki subjek Hukum
Intwrnasioanal ialah ,sebagai berikut :
1. Negara
Negara merupakan subjek hukum Internasional yang paling utama dan paling
penting karena negara mampu mengadakan hubungan hukum Internasional dalam
segala aspek bidang kehidupan masyarakat internasional lainnya (Parthiana, 2003, p.
88). Dengan demikian, negara ialah subjek hukum yang paling penting dibandingkan
dengan subjek hukum internasional lainnya. Hal ini diatur dalam patokan standar
atau unsur trandisional dari suatu entitas untuk disebut sebagai negara, tercantum
dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo (Pan American) The Convention on Rights and
Duties of State of 1933.
Pada umumnya, penduduk suatu negara terdiri dari penduduk yang merupakan
warga negaranya yang disetiap negara merupakan mayoritas dari jumlah
penduduknya dan penduduk yang bukan warga negaranya yang pada umumnya
merupakan minoritas. Pertama bermukim secara permanen di wilayah negara
yang bersangkutan serta memiliki hubungan warga secara khusus dan timbal
balik dengan negara itu, sedangkan yang kedua adalah orang asing atau orang
yang bukan warga negara dari negara yang bersangkutan atau ada juga orang-
orang yang tanpa kewarga- negaraan. Orang asing yang berada dalam wilayah
suatu negara, misalnya karena menjalankan tugas-tugas tertentu, harus berada di
negara itu untuk suatu jangka waktu tertentu, sebagai orang asing. mereka
memiki hak dan memikul kewajiban yang dalam beberapa hal tentulah tidak
sama dengan warga negara dari negara yang bersangkutan.
Adanya suatu wilayah tertentu mutlak bagi pembentukan suatu Negara , tidak
mungkin ada suatu Negara tanpa wilayah tempat bermukimnya penduduk
Negara tersebut.Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pasti atau tetap, haruslah
jelas batas-batasnya. Dengan demikian maka akan jelas pulalah perbedaannya
dengan wilayah negara-negara lain yang merupakan negara-negara tetangganya,
maupun dengan area yang bukan merupakan wilayah negara, seperti Zona
Ekonomi Ekslusif ataupun laut lepas. Pada umumnya wilayah yang dimukimi
oleh penduduknya adalah wilayah daratan, sesuai dengan hakekat manusia
sebagai makhluk yang hidup di daratan. Di dunia ini ada negara-negara yang
hanya memilih wilayah daratan (tidak memiliki wilayah perairan) disebabkan
karena seluruh wilayah daratannya dibatasi oleh wilayah daratan negara-negara
tetangga sekelilingnya. Negara-negara ini disebut negara-negara di buntu (land-
lock states). Negara-negara seperti ini, antara lain: Uganda, Rwanda, Burundi,
Republik Afrika Tengah, dll.
Akan tetapi wilayah satu negara tidak saja terdiri dari wilayah daratan. Di
samping wilayah daratan, suatu negara seperti negara-negara pantai (coastal
states) juga memiliki wilayah perairan. Wilayah perairan tersebut adalah bagian
perairan laut di hadapan pantainya sampai pada suatu jarak tertentu dari
pantainya ke arah laut yang disebut dengan perairan teritorial (territorial waters).
Demikian juga wilayah perairan suatu negara ada yang merupakan perairan
sungai, danau dan terusan yang ada di dalam wilayah daratan negara
bersangkutan. Selain dari pada wilayah daratan dan perairan setiap negara juga
memiliki wilayah udara (air space territory), yakni bagian dari ruang udara yang
berada di atas dari wilayah daratan negara-negara yang hanya memiliki wilayah
daratan, sedangkan bagi negara yang memiliki wilayah daratan dan wilayah
perairan, wilayah ruang daratnya adalah ruang udara yang berada di atas dari
wilayah daratan dan wilayah perairannya.
Pemerintahan (Gevornment)
Unsur inilah yang merupakan penentu terakhir atas eksistensi suatu negara.
Tegasnya, apakah rakyat atau penduduk yang bermukim dalam suatu wilayah
dan mengorganisasikan diri di bawah satu pemerintah, dapat disebut sebagai
negara ataukah tidak, tergantung pada ada atau tidaknya adanya kemampuan
mengadakan hubungan dengan negara-negara lain. Jika tidak ada kemampuan
mengadakan hubungan kerja sama dengan negara lain. Maka, penduduk dan
pemerintahnya yang bermukin di suatu wilayah itu tidak dapat disebut sebagai
negara. Sebaliknya jika memiliki kemampuan, maka penduduk yang demikian
itu dapat disebut sebagai negara. Menurut hukum internasional dan hubungan
internasional, kewenangan negara dalam melakukan hubungan internasional
sangat penting bagi suatu negara untuk menjadi anggota masyarakat
internasional dan sebagai subjek hukum internasional. Inilah poin yang
membedakan negara berdaulat dengan negara protektorat yang hanya mengurus
urusan dalam negerinya sendiri tetapi tidak dapat melakukan hubungan
internasional dan tidak diakui oleh negara lain.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Diantha, I. M.dkk. (2007). Buku Ajar Hukum Internasional. Denpasar: Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
Utama, I. A. dkk. (2019). Keabsahan Perjanjian International Tentang Hak Asasi Manusia
Terkait Konsep Suksesi Negara. Universitas Tidar, Vol 3, No .1 (2019).