Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL : NEGARA, OI, DAN THE


INTENATIONAL COMMITTE OF THE RED CROSS/ICRC
KELOMPOK II :

1. Joshua P. Welliezer 21010000241


2. Loeis Rivaldo Ola Witak 21010000291
3. Angga Christofel Marampa 21010000313
4. Singgih Pradana 21010000304
5. Satria Natalegawa 21010000246

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

PENDAHULUAN

Secara umum subjek hukum diartikan sebagai hak dan kewajiban yang saling
melengkapi, sehingga perlu dipahami bahwa subjek hukum internasional adalah pemegang
(segala) hak dan kewajiban yang telah ditentukan di dalam aktivitas skala internasional itu
sendiri. Subjek Hukum Internasional dapat pula diartikan sebagai pengemban hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang diatur di dalam suatu kaidah hukum internasional.

Salah satu yang menjadi subjek Hukum Internasional adalah negara yang merdeka
dan berdaulat, artinya haruslah negara yang berdiri sendiri dan tidak tergantung kepada
keberadaan negara lain. Namun dikarenakan oleh zaman yang selalu mengalami perubahan
dan perkembangan, maka baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan
pengaruh pula terhadap subjek Hukum Internasional. Pengaruh yang dimaksud tersebut
adalah munculnya berbagai macam subjek Hukum Internasional selain negara (non-state
actor).

Sebagai pengemban hak dan kewajiban yang bersifat internasional, maka para subjek
Hukum Internasional sekiranya harus memberikan perhatian yang cukup serius terhadap
pemahaman mengenai apa yang menjadi haknya dan apa pula yang menjadi kewajibannya.
Pemahaman mengenai hak dan kewajiban tersebut dirasakan sangat penting terkait dengan
dalam hal pada saat para subjek Hukum Internasional mengadakan hubungan dengan negara-
negara lain.

Hak dan kewajiban para subjek Hukum Internasional merupakan salah satu persoalan
yang cukup penting, dikarenakan hal ini dalam rangka upaya pencegahan terjadinya suatu
sengketa/konflik internasional diantara para subjek Hukum Internasional itu sendiri.Oleh
karena itu, melalui artikel ini penulis hanya membahas beberapa subjek hukum internasional.
Beberapa subjek hukum internasional yang dimaksud antara lain : Negara, Organisasi
Internasional dan ICRC ( The International Committee Of The Red Cross ).

PEMBAHASAN

Subjek Hukum Internasional menurut Martin Dixon adalah a body or entity which is
capable of possessing and excercising rights and duties under international law ( (Utama,
2019, p. 65).Dalam hal ini, subjek hukum internasional ialah semua pihak atau entitas yang
dapat dibebani oleh hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum internasional.Subjek-subjek
ini tersebut seharusnya memiliki kecakapan-kecakapan hukum internasional terutama (the
main international law capacities) untuk mewujudkan kepribadian hukum internasionalnya
(international legal personality).Kecakapan yang harus dimiliki subjek Hukum
Intwrnasioanal ialah ,sebagai berikut :

 Mampu mendukung hak dan kewajiban international;


 Mampu melakukan Tindakan tertentu yang bersifat international;
 Mampu menjadi pihak dalam pembentukan perjanjian international;
 Memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan terhadap pihak yang
melanggar kewajiban international;
 Memiliki kekebalan dari pengaruh / penerapan yuridiksi nasional suatu negara;
 Dapat menajdi anggota dan berpartisipasi dalam keanggoyaan suatu organisasi
international.

Subyek Hukum Internasional dapat diartikan sebagai negara atau kesatuan-kesatuan


bukan negara yang dalam keadaan tertentu memiliki kemampuan untuk  menjadi pendukung
hak dan kewajiban berdasarkan Hukum Internasional. Berdasarkan definisi subjek hukum
internasional yang telah diuraikan di atas maka dapat kita ketahui bahwa yang menjadi
subyek hukum Internasional meliputi :

1. Negara
Negara merupakan subjek hukum Internasional yang paling utama dan paling
penting karena negara mampu mengadakan hubungan hukum Internasional dalam
segala aspek bidang kehidupan masyarakat internasional lainnya (Parthiana, 2003, p.
88). Dengan demikian, negara ialah subjek hukum yang paling penting dibandingkan
dengan subjek hukum internasional lainnya. Hal ini diatur dalam patokan standar
atau unsur trandisional dari suatu entitas untuk disebut sebagai negara, tercantum
dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo (Pan American) The Convention on Rights and
Duties of State of 1933.

 Penduduk yang tetap (Permanent Population )

Penduduk atau masyarakat suatu negara adalah sekelompok orang atau


individu yang tinggal atau tinggal di suatu wilayah yang memiliki batas-batas
tertentu. Pada dasarnya penduduk atau rakyat sebagai unsur negara saat ini tidak
ada hubungannya dengan agama, ras atau jenis kelamin, jenis kelamin atau ciri-
ciri fisik lainnya. Jadi, penduduk atau rakyat suatu negara bisa saja bahkan
hampir pada semua negara terdiri dari beraneka macam orang atau individu dan
beraneka ragam agama, ras dan etnis, dan lain sebagainya meskipun harus
diakui, bahwa dalam kenyataannya ada negara- negara yang penduduknya
berdasarkan ciri-ciri tertentu seperti tersebut di atas yang merupakan kelompok
penduduk mayoritas dan minoritas.

Pada umumnya, penduduk suatu negara terdiri dari penduduk yang merupakan
warga negaranya yang disetiap negara merupakan mayoritas dari jumlah
penduduknya dan penduduk yang bukan warga negaranya yang pada umumnya
merupakan minoritas. Pertama bermukim secara permanen di wilayah negara
yang bersangkutan serta memiliki hubungan warga secara khusus dan timbal
balik dengan negara itu, sedangkan yang kedua adalah orang asing atau orang
yang bukan warga negara dari negara yang bersangkutan atau ada juga orang-
orang yang tanpa kewarga- negaraan. Orang asing yang berada dalam wilayah
suatu negara, misalnya karena menjalankan tugas-tugas tertentu, harus berada di
negara itu untuk suatu jangka waktu tertentu, sebagai orang asing. mereka
memiki hak dan memikul kewajiban yang dalam beberapa hal tentulah tidak
sama dengan warga negara dari negara yang bersangkutan.

 Wilayah yang ditentukan (defined teritority)

Adanya suatu wilayah tertentu mutlak bagi pembentukan suatu Negara , tidak
mungkin ada suatu Negara tanpa wilayah tempat bermukimnya penduduk
Negara tersebut.Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pasti atau tetap, haruslah
jelas batas-batasnya. Dengan demikian maka akan jelas pulalah perbedaannya
dengan wilayah negara-negara lain yang merupakan negara-negara tetangganya,
maupun dengan area yang bukan merupakan wilayah negara, seperti Zona
Ekonomi Ekslusif ataupun laut lepas. Pada umumnya wilayah yang dimukimi
oleh penduduknya adalah wilayah daratan, sesuai dengan hakekat manusia
sebagai makhluk yang hidup di daratan. Di dunia ini ada negara-negara yang
hanya memilih wilayah daratan (tidak memiliki wilayah perairan) disebabkan
karena seluruh wilayah daratannya dibatasi oleh wilayah daratan negara-negara
tetangga sekelilingnya. Negara-negara ini disebut negara-negara di buntu (land-
lock states). Negara-negara seperti ini, antara lain: Uganda, Rwanda, Burundi,
Republik Afrika Tengah, dll.

Akan tetapi wilayah satu negara tidak saja terdiri dari wilayah daratan. Di
samping wilayah daratan, suatu negara seperti negara-negara pantai (coastal
states) juga memiliki wilayah perairan. Wilayah perairan tersebut adalah bagian
perairan laut di hadapan pantainya sampai pada suatu jarak tertentu dari
pantainya ke arah laut yang disebut dengan perairan teritorial (territorial waters).
Demikian juga wilayah perairan suatu negara ada yang merupakan perairan
sungai, danau dan terusan yang ada di dalam wilayah daratan negara
bersangkutan. Selain dari pada wilayah daratan dan perairan setiap negara juga
memiliki wilayah udara (air space territory), yakni bagian dari ruang udara yang
berada di atas dari wilayah daratan negara-negara yang hanya memiliki wilayah
daratan, sedangkan bagi negara yang memiliki wilayah daratan dan wilayah
perairan, wilayah ruang daratnya adalah ruang udara yang berada di atas dari
wilayah daratan dan wilayah perairannya.

 Pemerintahan (Gevornment)

Negara membutuhkan beberapa organ untuk mewakili dan menyalurkan


kehendaknya. Menurut hukum internasional, suatu wilayah tanpa pemerintah
dianggap sebagai non-negara dalam arti sebenarnya. Pemerintah adalah badan
eksekutif negara, dibentuk melalui prosedur konstitusional untuk memenuhi
fungsi yang dipercayakan kepadanya oleh rakyat. Pemerintah merupakan syarat
yang paling utama dan penting bagi keberadaan suatu negara. Harus ada tatanan
organisasi di dalam negara, yang nantinya akan mengatur dan menjaga
eksistensi negara, sehingga pemerintahan tentu harus ada di dalam negara.
Pemerintahan yang harus ada dalam negara adalah pemerintahan yang stabil
yang mengatur negara menurut hukum nasional, dan pemerintahan itu harus
tertata dengan baik (wellorganized government). 

 Kemampuan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan negara


lain(Capacity to enter into international relations with the other states).

Unsur inilah yang merupakan penentu terakhir atas eksistensi suatu negara.
Tegasnya, apakah rakyat atau penduduk yang bermukim dalam suatu wilayah
dan mengorganisasikan diri di bawah satu pemerintah, dapat disebut sebagai
negara ataukah tidak, tergantung pada ada atau tidaknya adanya kemampuan
mengadakan hubungan dengan negara-negara lain. Jika tidak ada kemampuan
mengadakan hubungan kerja sama dengan negara lain. Maka, penduduk dan
pemerintahnya yang bermukin di suatu wilayah itu tidak dapat disebut sebagai
negara. Sebaliknya jika memiliki kemampuan, maka penduduk yang demikian
itu dapat disebut sebagai negara. Menurut hukum internasional dan hubungan
internasional, kewenangan negara dalam melakukan hubungan internasional
sangat penting bagi suatu negara untuk menjadi anggota masyarakat
internasional dan sebagai subjek hukum internasional. Inilah poin yang
membedakan negara berdaulat dengan negara protektorat yang hanya mengurus
urusan dalam negerinya sendiri tetapi tidak dapat melakukan hubungan
internasional dan tidak diakui oleh negara lain. 

2. Organisasi Internasional (OI)


Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah adalah subjek hukum
internasional setelah negara. Negara-negara sebagai subjek asli hukum internasional
yang membentuk organisasi yang merupakan subjek asli hukum internasional yang
membentuk organisasi internasional. Meski organisasi-organisasi ini baru lahir pada
akhir abad ke-19, pertumbuhan mereka sangat pesat setelah berakhirnya Perang
Dunia II. Fenomena ini berkembang tidak hanya di tingkat global tetapi juga di
tingkat regional. Dasar Hukum yang menyatakan bahwa Organisasai Internasional
adalah subyek Hukum Internasional adalah pasal 104 Piagam PBB Isi pasal 104.
Organisasi internasional bertujuan untuk pembangunan politik dan keamanan
nasional di satu sisi, dan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial di sisi lain.
Perkembangan politik dan keamanan nasional sangat erat kaitannya dengan
kebutuhan suatu organisasi untuk mencegah konflik bersenjata, mengakhiri konflik
yang timbul, dan menyelesaikan perselisihan secara damai. Meskipun kegiatan di
bidang ekonomi dan sosial tidak terkait langsung dengan isu perdamaian, namun
merupakan kontribusi yang berharga bagi upaya perdamaian.  Hal yang harus
diperhatikan dalam pendirian organisasi internasional yaitu :
 Piagam Pendiriannya harus diadakan dan disetujui oleh negara-negara yang
ingin mengejar tujuan yang dicantumkan d dalam organisasi formal tersebut.
 Haruslah ada suatu lembaga tetap yang memungkinkan semua anggotanya
berpartisipasi dalam hubungan hubungan bebas satu sama lain serta siap untuk
mempersoalkan masalah suatu negara, besar atau kecil dan setiap waktu dapat
membawa persoalan yang penting mengenai perdamaian dan keamanan serta
kesejahteraan bersama.
 Organisasi Internasional tidak mempunyai badan legislatif walaupun suatu
pertemuan diplomatik mempunyai persamaan dengan itu.
 Cara-cara yang biasa dipergunakan badan-badan internasional untuk
menyelesaikan pertikaian secara damai, mengikuti prosedur yang berlainan
dengan peradilan nasional. Semua anggota dari organisasi diharuskan
menyelesaikan pertikaiannya secara damai. Tetapi badan-badan internasional
hanya dapat memberikan rekomendasi dan tidak dapat memaksa negara-negara
mengikuti penyelesaian damai.

3. ICRC (International Committee of the Red Cross)


Lahirnya Palang Merah Internasionl (International Committee of the Red
Cross/ ICRC) terlebih dahulu dirintis sebelum didirikannya PBB. Histori berdirinya
ICRC ialah ide dari Henry Dunant sebagaimana yang kita kenal sebagai Bapak
Palang Merah International. Melalui buku “A Memory of Solverino “,sebuah buku
yang dirilis pada tahun 1862 yang memuat beberapa pengalaman Henry Dunnant
dan ide kemanusiaan terkait perang, yakni : “- for relief societies to be formed in
peacetime, with nurses who would be ready to care for the wounded in wartime; -
for these volunteers, who would be called upon to assist the army medical services,
to be recognized and protected through an international agreement.” (Diantha,
2007, p. 76).
(Terjemahan bebas: membebaskan masyarakat dari perang agar mereka berada
dalam keadaan damai, menyediakan perawat yang akan merawat korban perang
pada saat perang; kepada para relawan yang membantu memberikan bantuan medis
di medan perang, harus diakui dan dilindungi melalui perjanjian internasional).
Ide-ide Henry Dunant tersebut pada tahun 1863 oleh sebuah asosiasi amal
“The Geneva Society for Public Welfare” diimplementasikan dengan membentuk
komisi yang beranggotakan 5 (lima) orang, yaitu: Gustave Moynier, GuillaumeHenri
Dufour, Louis Appia, Theodore Maunoir dan Henry Dunant. Komisi ini mendirikan
The International Committee for Relief to the Wounded yang nantinya berubah
menjadi The International Committee of the Red Cross. ICRC ini beranggotakan
individu-individu dan didirikan berdasarkan hukum Swiss. Oleh karena itu para ahli
hukum menyebut ICRC sebagai Organisasi Non Pemerintah (Non-Governmental
Organizations/NGO‟s).
ICRC tidak beranggotakan pemerintahan dari Negara-negara tetapi memiliki
beberapa kantor perwakilan yang menyebar di beberapa Negara, seperti Indonesia,
Timor-Timur dan Malaysia. Keberadaan ICRC pun diakui oleh keempat Konvensi
Jenewa (Geneva Conventions) 1949. Hal ini menunjukkan betapa besar peran ICRC
untuk mengimplementasikan keempat Konvensi Jenewa yang dibuat oleh Negara-
Negara. Misi utama dari ICRC adalah melindungi dan membantu para penduduk
sipil (termasuk kombatan) akibat korban perang serta konflik internal dengan
menjunjung tinggi prinsip netral dan ketidakberpihakan pada Negara-negara yang
terlibat perang/konflik.
Adapun beberapa tugas yang dimiliki oleh ICRC dalam memenuhi misinya,
yaitu: “visits to prisoners of war and civilian detainees (mengunjungi tawanan
perang dan penduduk sipil); - searching for missing persons (pencarian orang
hilang); - transmission of messages between family members separated by conflict
(pengiriman pesan kepada anggota keluarga yang terpisah akibat konflik); -
reunification of dispersed families (menyatukan keluarga yang terpisah ); - provision
of food, water and medical assistance to civilians without access to these basic
necessities (menyediakan makanan, minuman dan aakses akan kebutuhan tersebut); -
spreading knowledge of humanitarian law (menyebarkan pengetahuan mengenai
hukum humaniter); - monitoring compliance with that law (mengawasi kepatuhan
terhadap hukum humaniter); - drawing attention to violations, and contributing to
the development of humanitarian law (memusatkan perhatian kepada pelanggaran
dan kontribusinya terhadap perkembangan hukum humaniter).”

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


berbagai macam subjek Hukum Internasional selain negara (non-state actor). Subjek Hukum
Internasional selain negara yang dimaksud antara lain, yaitu Organisasi Internasional dan
Palang Merah Internasional. Adapaun subjek hukum Internasional lainnya yang belum
dibahas yakni, Takhta Suci (Vatikan), Individu, serta Pemberontak dan Pihak dalam
Sengketa. Munculnya para subjek Hukum Internasional selain negara ini antara lain
dikarenakan adanya perubahan serta perkembangan zaman yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Selain itu perlu diketahui bahwa untuk menentukan dapat tidaknya digolongkan
sebagai subjek Hukum Internasional, tentunya harus memenuhi persyaratan agar dapat
digolongkan ke dalam subjek Hukum Internasional.

Adanya perubahan dan perkembangan zaman dalam kehidupan masyarakat tersebut,


sehingga menyebabkan munculnya berbagai organisasi dan pribadi Hukum Internasional lain
yang secara aktif terlibat dalam hubungan-hubungan internasional, kemudian menjadikan
hubungan internasional mengalami pergeseran yang cukup fundamental sehingga secara
otomatis membutuhkan prinsip serta kaidah hukum Internasional baru untuk mengaturnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan hukum internasional semakin lama
semakin luas dan kompleks sehingga pandangan yang mengatakan bahwa negara sebagai
satu-satunya subjek Hukum Internasional harus sudah ditinggalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Diantha, I. M.dkk. (2007). Buku Ajar Hukum Internasional. Denpasar: Fakultas Hukum
Universitas Udayana.

Parthiana, I. W. (2003). Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Utama, I. A. dkk. (2019). Keabsahan Perjanjian International Tentang Hak Asasi Manusia
Terkait Konsep Suksesi Negara. Universitas Tidar, Vol 3, No .1 (2019).

Anda mungkin juga menyukai