Jawaban :
Pada umumnya penduduk suat negara terdiri dari 2 (dua) tipologi. Pertama,
penduduk yang merupakan warga negara yang disetiap negara merupakan
mayoritas dari jumlah penduduknya, dimana penduduk tersebut secara
permanendidalam wilayah negara yang bersangkutan serta memiliki hubungan
khusus dan timbal balik dengan negara tersebut. Kedua, penduduk yang bukan
warga negara adalah orang asing atau orang yang bukan warga negara dari
negara yang bersangkutan atau ada juga orang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan (stateless).
Dasar Hukum :
Pasal 1 Montevideo convention 27 December 1933 tentang Hak dan Kewajiban
Negara, menetapkan empat syarat keberadaan negara, yaitu : (1) ada penduduk
tetap (a permanent population). Penduduk tetap maksudnya warga negara bukan
sekedar penduduk. Tidak mungkin ada negara kalau penduduknya
berkewarganegaraan lain (orang asing); (2) ada wilayah tertentu (a defined
territory). Setiap negara harus memiliki wilayah atau teritorial yang nampak
nyata dengan batas-batas yang dapat dikenali baik dalam arti faktual maupun
yuridis; (3) ada pemerintahan (a government) yaitu alat-alat kelengkapan yang
menjalankan negara dan pemerintahan; (4) kemampuan untuk secara mandiri
melakukan hubungan dengan negara lain (a capacity to enter into relations with
other states).
1.b. Sebagai bukti bahwa suatu negara memiliki kapasitas untuk
melakukan hubungan dengan negara lain, setiap negara yang baru
terbentuk dapat diakui pembentukannya oleh negara lain. Berikan
argumen dengan dasar hukum dan contoh apakah hanya kriteria yang
dituangkan dalam Konvensi Montevideo 1933 saja yang dapat menjadi
dasar pengakuan suatu negara!
Jawaban :
Dalam kaitanya dengan itu Ivan Shearer menyatakan bahwa pengakuan yang
akan diberikan oleh Negara-negara dihadapkan pada dilema dan pada umumnya
disebabkan oleh dua alasan. Pengakuan lebih terkait dengan kebijakan dibanding
persoalan hukum, sebagaimana yang terlihat dalam praktek Negara-negara.
Kebijakan Negara yang memberikan pengakuan didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan yang terkait dengan menjaga kepentinganya sendiri. Dalam hal
pemberian pengakuan terdapa pertimbangan politis seperti persoalan
perdagangan yang sangat mempengaruhi proses pengakuan. Selanjutnya,
terdapat sebuah kecenderungan dalam praktek bahwa pemberian pengakuan
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum, tidak lebih sebagai kedok
bagi sebuah keputusan politik.
Jawaban :
Berdasarkan hal tersebut diatas, Pemerintah Republik Osmia Selatan tidak dapat
dimintai pertanggungjawabannya karena tidak terdapat kewajiban internasional
yang mengikat pada negara yang akan dimintakan pertanggungjawabannya.
Tidak ada satupun bukti yang dapat membuktikan bahwa Pemerintah Republik
Osmia Selatan memiliki keterlibatan dalam kerusakan atau kerugian yang
ditimbulkan karena perbuatan serta kelalaian yang dilakukan oleh negara
tersebut. Dengan demikian Pemerintah Republik Osmia Selatan tidak dapat
dimintai pertanggungjawabannya
Jawaban :
Jika diterjemahkan secara bebas, ICC adalah badan peradilan independen yang
memiliki jurisdiksi terhadap individual yang diduga melakukan genosida,
kejahatan terhadap kemanusiaan, dan/atau kejahatan perang.
ICC dibentuk berdasarkan Statuta Roma 2002. Pasal 5 ayat (1) Statuta Roma
2002 menegaskan bahwa jurisdiksi tindak pidana yang menjadi kewenangan ICC
adalah:
a. Genosida;
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan;
c. Kejahatan perang;
d. Agresi.
The Court has jurisdiction only with respect to crimes committed after the entry
into force of this Statute.
ICC memiliki jurisdiksi terhadap kejahatan yang terjadi di wilayah negara pihak
Statuta Roma 2002 atau kejahatan yang dilakukan oleh warga negara pihak
Statuta Roma 2002 sebagaimana diterangkan Pasal 12 ayat (2) Statuta Roma
2002.
Menjawab pertanyaan Anda, berdasarkan Pasal 12 ayat (3) Statuta Roma 2002,
negara non-pihak atau yang tidak meratifikasi Statuta Roma 2002 dapat
membuat deklarasi untuk menerima jurisdiksi ICC, khusus untuk perkara terkait.
The Court shall have no jurisdiction over any person who was under the age of
18 at the time of the alleged commission of a crime.
Yang berarti bahwa ICC tidak memiliki jurisdiksi terhadap individu yang
berumur di bawah 18 tahun ketika melakukan kejahatannya.
Having regard to paragraph 10 of the Preamble and article 1, the Court shall
determine that a case is inadmissible where:
The case is being investigated or prosecuted by a State w hich has jurisdiction
over it, unless the State is unwilling or unable genuinely to carry out the
investigation or prosecution;
Sesuai ketentuan tersebut, ICC akan menyatakan perkara tertentu tidak dapat
diterima, salah satunya, jika perkara tersebut sedang diinvestigasi atau dituntut
oleh negara yang memiliki jurisdiksi untuk menanganinya, kecuali negara
tersebut memang tidak berkeinginan (unwilling) atau tidak mampu (unable)
untuk melakukan investigasi atau penuntutan.
Dalam artikel How the Court works yang kami akses dari laman ICC, dijelaskan
bahwa:
Pernyataan tersebut menegaskan posisi ICC sesuai ketentuan Pasal 17 ayat (1)
Statuta Roma 2002, bahwa jurisdiksi ICC hanyalah bersifat complementary atau
melengkapi sistem hukum nasional, sehingga sepanjang negara yang memiliki
jurisdiksi masih berkeinginan dan mampu memproses perkara pidana tersebut,
maka ICC tidak memiliki jurisdiksi untuk mengadili.
Dengan demikian, Statuta Roma menjelaskan bahwa salah satu tolak ukur bahwa
sebuah negara tidak mampu (unable) adalah tidak adanya sistem hukum
nasional.
Sehingga, salah satu indikasi negara yang tidak mampu memproses perkara
pidana adalah ketiadaan hukum yang berlaku. Maka, terhadap situasi yang
demikian, ICC dapat melaksanakan jurisdiksi untuk mengadilinya.
Yurisdiksi ICC
Pengadilan internasional yang berkedudukan di Den Haag-Belandaini dibentuk
melalui Statuta Roma (Rome Statute) 1998. Meskipun samasama berkedudukan
di Den Haag namun institusi ini tidak ada kaitannya dengan lembaga pengadilan
internasional lain yang merupakan salah satu organ utama PBB yaitu
International Court of Justice (ICJ) atau yang lebih kita kenal dengan Mahkamah
Internasional. ICJ dibentuk bersamaan dengan dibentuknya PBB pada tahun
1945, statutanya pun melekat pada piagam PBB (The Charter of United Nations)
dan anggarannya berdasarkan anggaran PBB.
Dari pasal di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun suatu negara bukan
negara peserta Statuta Roma namun ICC dapat memiliki yurisdiksi terhadap
pelaku kejahatan yang berasal dari negara tersebut bilamana kejahatan
dilakukan di wilayah negara peserta Statuta dan negara tersebut menyerahkan
kasus itu pada ICC. Di samping negara peserta, ICC juga dapat melaksanakan
yurisdikinya terhadap kasus yang diserahkan oleh Dewan Keamanan dalam
rangka BAB VII Piagam Dewan Keamanan. Namun demikian berkaitan dengan
Dewan Keamanan ini ternyata Statuta memberikan kewenangan pada Dewan
Keamanan untuk meminta ICC menunda pelaksanaan yurisdiksinya.
3. Kewenangan hukum tersebut berlaku tidak hanya di sistem nasional satu atau
beberapa negara, tetapi juga berlaku di lingkup internasional. Organisasi
tersebut mempunyai kapasitas untuk bertindak dalam lingkup internasional.
DAFTAR PUSTAKA