Anda di halaman 1dari 22

TUGAS UAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU: CANDRA , S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Nama : MUHAMMAD KASYIFUL KURABI
NIM : E1R022071
Kelas : 1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2022

1
Hubungan Negara & Warga Negara

A. Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok manusia yang
mendiami suatu wilayah tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintahan
yang mengurus tata tertib dan keselamatan kelompok tersebut. Negara juga
diartikan sebagai suatu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan
melalui hokum yang mengikat masyarakatnya demi ketertiban sosial.
Negara merupakan alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat. Negara dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan.
Tugas utama Negara yaitu :
a. Mengaturertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang
bertentangan satu sama lain.
b. Mengatur dan menyatukan kegiatan manusia dan golongan untuk
menciptakan tujuan bersama yang disesuaikan dan diarahkan pada
tujuan Negara.
1. Unsur Negara
a. Konstitutifeliputi wilayah udara, darat, perairan, rakyat, dan
pemerintahan yang berdaulat.
b. Wilayah : Batas wilayah suatu negara ditentukan dalam perjanjian
dengan negara lain. Perjanjian itu disebut Perjanjian Internasional,
Perjanjian dua negra disebut Perjanjian Bilateral, sedangkan apabila
dilakukan oleh banyak negara disebut Perjanjian Multilateral
c. Rakyat : Harus ada orang yang berdiam di negara tersebut dan untuk
menjalankan pemerintahan.
d. Pemerintah harus mempunyai suatu badan yang berhak mengatur dan
berwenang merumuskan serta melaksanakan peraturan yang mengikat
rakyatnya.

2. Bentuk Negara
a. Negara Kesatuan (Unitarisme)
Negara yang merdeka dan berdaulat, dimana kekuasaannya atau
pemerintahannya berada di Pusat.
b. Bentuk Negara Kesatuan
c. Negara dengan sistem sentralisasi
Segala sesuatu dalam negara diatur langsung oleh pemerintah pusat.
Dampak Positif:
 Berlakunya peraturan yang sama di setiap wilayah Negara
 Penghasilan daerah dapat digunakan untuk keperluan seluruh Negara.

3. Bentuk Kenegaraan
a. Dominion : Bentuk ini hanya terdapat di lingkungan kerajaan Inggris.
Negara Dominion adalah semua Negara jajahan Inggris, dan tetap
mengakui Raja Inggris sebagai rajanya walaupun Negara tersebut sudah
merdeka. Negara-negara tersebut tergabung dalam “The British
Commonwealth of Nations”.
b. Negara Uni : Gabungan dua negara dengan satu kepala Negara.
 Uni Riil : Terjadi karena adanya perjanjian
 Uni Personil : Terjadi karena kebetulan
c. Negaraktorat : Negara yang berada di bawah perlindungan Negara lain.

4. Sifat-sifat Negara
Memaksa, Negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan
kekerasan fisik secra legal agar tercapai ketertiban dan mencegah timbulnya
anarki. Monopoli, Negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam menetapkan
tujuan bersama dari masyarakat. Sifat mencakup semua, Semua peraturan
perundang-undangan berlaku untuk setiap orang tanpa kecuali.

B. Pengertian Warga Negara


Warga Negara adalah orang yang terkait dengan sistem hukum Negara dan
mendapat perlindungan Negara.Warga Negara secara umum ada Anggota suatu
negara yang mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya.Warga
negara adalah orang yg tinggal di dalam sebuah negara dan mengakui semua
peraturan yg terkandung di dalam negara tersebut.Warga Negara Indonesia
menurut Pasal 26 UUD 1945 adalah : Orang-orang bangsa Indonesia asli dan
bangsa lain yang disahkan Undang-undang sebagai warga
Negara.Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang
yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
1. Setiap yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
3. Anakg lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara  asing (WNA), atau sebaliknya.\
4. Anak yg lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan
ayah yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal
sang ayah tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang
WNI.
6. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
7. Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang
diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu
dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin.
8. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada
waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
10. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah
dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya.
11. Anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah
dan ibu WNI, yang karena ketentuan dari Negara tempat anak tersebut
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.
12. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:
1. Anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18
tahun dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang
berkewarganegaraan asing.
2. Anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah
sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.
3. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.
4. Anak yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.
Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk
dalam situasi sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau
ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang
diangkat anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak
oleh warga negara Indonesia.
Jadi, warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara dengan
keterkaitan hukum dan peraturan yang ada dalam negara tersebut serta diakui
oleh negara, baik warga asli negara tersebut atau pun warga asing dan negara
tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan menjadi warga negaranya.

C. Pengertian Hak dan Kewajiban


1. Pengertian Hak
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak
mendapatkan nilai dari guru dan sebagainya. Adapun Prof. Dr. Notonagoro
mendefinisikannya sebagai berikut: “Hak adalah kuasa untuk menerima atau
melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak
tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya
dapat dituntut secara paksa olehnya.

2. Pengertian Kewajiban
    Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan
atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun
yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan
(Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus
dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Contohnya : melaksanakan tata
tertib di sekolah, membayar SPP atau melaksanakan tugas yang diberikan guru
dengan sebaik-baiknya dan sebagainya.
Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan
30, yaitu :
a. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-
syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
b. Pasalayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu. Pada ayat (2), tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
d. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.

D. Hubungan Negara dan Warga Negara


Hubungan antara negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan
kewajiban,antarawarganegaradengannegaranya ataupun sebaliknya. Negara
memiliki kewajiban untuk memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan
terhadap warga negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati.
Sebaliknya warga negara wajib membela negara dan berhak mendapatkan
perlindungan dari negara.
Di Indonesia seringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan negara
dengan kehidupan warga negara. Masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan
budaya misalnya, seringkali terjadi karena adanya kesenjangan antara peranan
negara serta kehidupan warga negaranya.
Dalam deretan pasal-pasal beserta ayat-ayatnya, UUD 1945 secara jelas
mencantumkan hak serta kewajiban negara atas rakyatnya yang secara jelas
juga harus dipenuhi melalaui tangan-tangan trias politica ala Monteqeiu.
Melalui tangan Legislatif suara rakyat tersampaikan, melalui tangan eksekutif
kewajiban negara, hak rakyat dipenuhi, dan di tangan yudikatif aturan-aturan
pelaksanaan hak dan kewajiban di jelaskan. Idealnya begitu, tapi apa daya
sampai sekarang boleh di hitung dengan sebelah tangan seberapa jauh negara
menjalankan kewajibannya. Boleh dihitung juga berapa banyak negara
menuntut haknya.
Bukan hal yang aneh ketika sebagian rakyat menuntut kembali haknya yang
selama ini telah di berikan kepada negara sebagai jaminan negara akan menjaga
serta menjalankan kewajibannya. Negara sebagai sebuah entitas dimana
meliputi sebuah kawasan yang diakui (kedaulatan), mempunyai pemerintahan,
serta mempunyai rakyat. Rakyat kemudian memberikan sebagian hak-nya
kepada negara sebagi ganti negara akan melindunginya dari setiap mara bahaya,
serta berkewajiban untuk mengatur rakyatnya. Hak-hak rakyat tadi adalah
kewajiban bagi sebuah negara. Hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kerja
serta hak-hak untuk mendapatkan pelayanan umum seperti kesehatan, rumah,
dan tentunya hak untuk mendapatkan pendidikan. Semuanya itu harus mampu
dipenuhi oleh negara, karena itulah tanggung jawab negara. Kalau hal itu tak
bisa dipenuhi oleh sebuah negara maka tidak bisa disebut sebuah negara.
1. Teori Hubungan Negara dengan Warga Negara
a. Teori Marxis
Menurut teori Marxis, negara hanyalah sebuah panitia yang mengelola
kepentingan kaum borjuis, sehingga sebenarnya tidak memiliki kekuasaan yang
nyata. Justru kekuasaan nyata terdapat pada kelompok atau kelas yang dominan
dalam masyarakat (kaum borjuis dalam sistem kapitalis dan kaum bangsawan
dalam sistem feodal).
b. Teori Pluralis
Dalam pandangan teori pluralis, negara merupakan alat dari masyarakat sebagai
kekuatan eksternal yang mengatur negara. Dalam masyarakat terdapat banyak
kelompok yang berbeda kepentingannya, sehingga tidak ada kelompok yang
terlalu dominan. Untuk menjadi mayoritas, kepentingan yang beragam ini dapat
melakukan kompromi.
c. Teori Organis
Menurut teori Organis, negara bukan merupakan alat dari masyarakatnya, tetapi
merupakan alat dari dirinya sendiri. Negara mempunyai misinya sendiri, yaitu
misi sejarah untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu,
negara harus dipatuhi oleh warganya sebagai lembaga diatas masyarakat.
Negaralah yang tahu apa yang baik bagi masyarakat secara keseluruhan.
Pandangan ini merupakan dasar bagi terbentuknya negara-negara kuat yang
seringkali bersifat otoriter bahkan totaliter.
d. Teori Elite Kekuasaan
Teori ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori pluralis. Menurut teori ini,
meskipun masyarakatnya terdiri dari bermacam-macam kelompok yang
pluralitas, tetapi dalam kenyataannya kelompok elite penguasa datang hanya
dari kelompok masyarakat tertentu, meskipun secara hukum semua orang
memang bisa menempati jabatan-jabatan dalam negara/pemerintah

2. Asas, Sifat, Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara


1) Asas Hubungan Warga Negara dengan Negara
a. Asas hubungan warga negara dengan negara ada 2 yaitu, asas demokrasi
dan asas kekeluargaan. Asas demokrasi meliputi:
a. Pancasila
b. Pembukaan alinea III dan IV
c. UUD 1945
d. Pasal 33 UUD 1945
Asas Kekeluargaan mencakup isi Batang Tubuh UUD 1945 dan Jiwa
kekeluargaan dalam hukum adat dan pembangunan
2) Sifat hubungan Warga Negara dengan Negara
a) Hubungan yang bersifat hukum
Hubungan hukum yang sederajat dan timbal balik, adalah sesuai dengan
elemen atau ciri-ciri negara hukum Pancasila, yang meliputi :
a. Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas
kerukunan
b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga
negara
c. Prinsip fungsional yang proporsional antara kekuasaan lembaga negara
d. Prinisp penyelesaian snegketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana terakhir.
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban (Hadjoen, 1987: 90)
Di dalam pelaksanaan hubungan hukum tersebut harus di sesuaikan juga
dengan tujuan hukum di negara Pancasila yaitu “... Memelihara dan
mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta cita-cita moral rakyat yang
luhur berdasarkan ketuhanan yang maha esa” (Klili Rasjididan Arief Sidharta,
1988: 172).
b) Hubungan yang bersifat politik
Kegiatan poliik (Peran politik) warga negara ldama bentuk partisipasi
(mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan) dan dalam bentuk subyek (terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan) misalnya : Menerima perauran yang telah di
tetapkan.
Sifat hubungan politik antara warganegara dengan pemerintah di Indonesia
yang berdasarkan kekeluargaan, akan dapat menunjang terwujudnya
pengambilan keputusan politik secara musyawarah mufakat, sehingga
kehidupan politik yang dinamis dalam kestabilan juga masih terwujud.
3) Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara
a. Peran pasif, yakni merupakan kepatuhan terhadap peraturan perudnang-
undangan yang berlaku sebagai cermin dari seorang warga negara yang
taat dan patuh kepada negara. Contoh : membayar pajak, menaati
peraturan lalu lintas.
b. Peran aktif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk ikut serta
mengambil bagian dalam kehidupan bangsa dan negara Contoh :
memberikan Hak suara pada saat pemilu
c. Perantif : yakni merupakan aktivitas warga negara untuk meminta
pelayanan dari negara / pemerintah sebagai konskeuensi dari fungsi
pemerintah sebagai pelayanan umum (public service) Contoh :
mendirikan lembaga sosial masyarakat LSM)
d. Negatif, yakni merupakan aktivitas warga negara untuk menolak campr
tangan pemerintah dalma persoalan yang bersifat pribadi. Contoh :
Kebebasan warga negara untuk memeluk ajaran agama yang
diyakininya.

Demokrasi Indonesia
A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan
Rakyat. Demokrasi berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang
memiliki arti rakyat dan Kratos yang memiliki arti kekuasaan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau pandangan
hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama bagi semua warga negara. Berikut ini adalah pengertian demokrasi
menurut beberapa ahli :
1. Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi
dan ilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda
dan terpisah satu sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang
merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat undang-
undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan dalam
melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-
undang. Dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara
independen tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
2. Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
3. Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu
kebebasan atau prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya
melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa saling berbagi
kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan
apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.
4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk
pemerintahan rakyat, karenanya kekuasaan pemerintahan
melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk
mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari setiap
paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
5. Demokrasi menurut International Commission of Juris tadalah
bentuk pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu
keputusan politik harus diselenggarakan oleh rakyat melalui para
wakil yang terpilih dalam suatu proses pemilu.
B. Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Prinsip Demokrasi Sebagai Sistem Politik
a. Pembagian kekuasaan (kekuasaan legislatif, yudikatif, dan eksekutif)
b. Pemerintahan konstitusional
c. Partai politik lebih dari satu dan mampu melaksanakan fungsinya
d. Pers yang bebas
e. Perlindungan terhadap hak asasi manusia
f. Pengawasan terhadap administrasi negara
g. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
h. Pemerintahan yang diskusi
i. Pemilihan umum yang bebas
j. Pemerintahan berdasarkan hukum
2. Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
a. Pemusatan kekuasaan
Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif menjadi satu dan dipegang
serta dijalankan oleh satu lembaga.
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusional
Pemerintahan dijalankan berdasarakan kekuasaan. Konstitusinya
memberi kekuasaan yang besar pada negara atau pemerintah.
c. Rule of Power
Prinsip negara kekuasaan yang ditandai dengan supremasi kekuasaan
yang besar pada negara atau pemerintah..
d. Pembentukan pemerintah tidak berdasarkan musyawarah tetapi melalui
dekrit
e. Pemilihan umum yang tidak demokratis.
Pemilihan umum dijalankan hanya untuk memperkuat keabsahan
Penguasa atau pemerintah negara.
f. Manajemen dan kepemimpinan yang tertutup dan tidak bertanggung
jawab
g. Tidak ada dan atau dibatasinya kebebasan berpendapat, berbicara dan
kebebasan pers.
h. Penyelesaian perpecahan atau perbedaan dengan cara kekerasan dan
penggunaan paksaan.
i. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia bahkan sering terjadi
pelanggaran hal asasi manusia.
j. Menekan dan tidak mengakui hak-hak minoritas warga negara
.
C. Jenis-jenis Demokrasi
Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Berikut beberapa jenis dari demokrasi :
1. Demokrasi menurut cara aspirasi rakyat
a. Demokrasi Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang memberikan kesempatan kepada seluruh warga
negaranya dalam permusyawaratan saat menentukan arah kebijakan umum dari negara
atau undang-undang.
b. Demokrasi Tidak Langsung
Merupakan sistem demokrasi yang dijalankan menggunakan sistem
Perwakilan.
2. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi
a. Demokrasi Liberal
Merupakan Kebebasan individu yang lebih ditekankan dan mengabaikan kepentingan
umum
b. Demokrasi Rakyat
Merupakan demokrasi yang didasarkan pada paham sosialisme dan
Komunisme dan lebih mengutamakan kepentingan umum atau negara.
c. Demokrasi Pancasila
Merupakan demokrasi yang ada di Indonesia bersumberkan pada nilainilai sosial
budaya bangsa serta berazaskan musyawarah mufakat dengan memprioritaskan
kepentingan seluruh msyarakat atau warga negara. Demokrasi pancasila fokus pada
kepentingan dan aspirasi serta hati nurani rakyat. Sampai saat ini Indonesia menganut
demokrasi pancasila yang bersumber pada falsafah pancasila.

E. Ciri-Ciri Demokrasi
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi
seperti:
• Pemerintahan didasarkan kehendak dan kepentingan semua rakyat.
• Ciri konstitusional ialah hal yang berhubungan denag kepentingan, kehendak Atau
kemauan atau kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi dan undang-undang
negara tersebut.
• Ciri perwakilan yakni dalam mengatur negaranya kedaulatan rakyat akan diwakilkan
oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
• Ciri pemilihan umum yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk memilih
pihak dalam pemerintahan.
• Ciri kepartaian yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi bagian
dalam melaksanakan sistem demokrasi.
• Ciri kekuasaan ialah adanya pembagian dan pemisah kekuasaan.
• Ciri tanggung jawab ialah adanya tanggung jawab dari pihal yang sudah idntuk ikut
dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.
F. Contoh Demokrasi
1. Jenis-Jenis Demokrasi
• Demokrasi Langsung
Contoh : Ikut mencoblos saat pemilu atau pilkada, dan memilih secara langsung ketua
kelas.
• Demokrasi Perwakilan
Contoh : Pembuatan undang-undang yang diwakili oleh anggota DPR
2. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari
rakyat
Dibagi 3 :
• Referendum Wajib
Contoh : Pemungutan suara pemisahan Timor-Timur, dan persetujuan yang diberikan
oleh rakyat terhadap pembuatan UUD.
• Referendum Tidak Wajib
Contoh : Peranan partai politik tidak begitu menonjol tetapi kehendak rakyat dapat
diketahui secara langsung dalam demokrasi.
• Referendum Konsultatif
Contoh : Rayat sendiri kurang memahami tentang ini maka pada saat materi UU
rakyat hanya diminta persetujuan.
3. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritas :
• Demokrasi Formal
Contoh : adanya keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
• Demokrasi Material
Contoh : Mungkin keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat hanya
sebagai simbol saja, dan hanya mementingkan kepentingan negara saja
dibandingkan rakyat.
• Demokrasi Campuran
Contoh : Rakyat memilih wakil di DPRD kemudian wakil itu dikontrol oleh
rakyat dengan sistem referendum.
4. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi :
• Demokrasi Liberal
Contoh : Dalam demokrasi ini adanya sistem multi partai dan Demokrasi ini
telah mendorong untuk lahirnya partai-partai politik.
• Demokrasi Rakyat adalah Demokrasi dimana rakyat yang menentukan saat
ada masalah penting.
Contoh : Pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden

NEGARA HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA

A. Pengertian dan Ciri Negara Hukum


1. Pengertian Negara Hukum
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu
masyarakat yang sempurna (a perfect society). Negara pada hakikatnya adalah
suatu masyarakat sempurna yang para anggotanya mentaati aturan yang sudah
berlaku. Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah
keleengkapan yakni internal dan eksternal. Kelengkapan secara Internal, yaitu
adanya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat
itu. Saling menghargai hak sesama anggota masyarakat. Kelengkapan secara
eksternal, jika keberadaan suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai
bagian dari organisasi masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini
pengertian negara seperti halnya masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan
internal dan eksternal, there exists only One perfect society in the natural order,
namely the state (Henry J. Koren (1995:24).
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil
dalam ragam formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan
Aristoteles. Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya karena
perbedaan cara-cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus
merepresentasikan suatu bentuk masyarakat yang sempurnya.Teori klasik
tentang negara tersebut mendasarkan konsep “masyarakat sempurna”
menginspirasikan lahirnya teori modern tentang negara, kemudian dikenal
istilah negara hukum.
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata
rechtsstaat atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim
menggunakan istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon menggunakan
istilah Rule of Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law biasa
diterjemahkan dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah
dikemukakan oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto
mangoenkoesoemo dan kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu.
Walaupun pembicaraan pada waktu itu masih dalam konteks hubungan
Indonesia (Hindia Belanda) dengan Netherland. Misalnya melalui gagasan
Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen, berpemerintahan sendiri, dimana hak
politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi, cita-cita negara hukum yang
demokratis telah lama bersemi dan berkembang dalam pikiran dan hati para
perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada pendapat yang
mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali dikemukakan
dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa
menyesatkan.
Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara
hukum. Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei –
1 Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi
Indonesia dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang
tersebut dikemukakan istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad
Yamin (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2).
Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep
alternatif tentang ketatanegaraan seperti: negara sosialis, negara serikat
dikemukakan oleh para pendiri negara. Perdebatan pun dalam sidang terjadi,
namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa dan semangat
kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung
tinggi azas kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal dapat
ditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 dan
UUDS 1950. Dalam konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasal
yang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itu
menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan, dan
perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam konstitusi
negara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2)
Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum.
Pemerintah dan unsur-unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal
(2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum.
Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera
pada Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada tujuan
terciptanya kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi manusia, serta
kesejahteraan yang berkeadilan.
Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di
masukkan dalam konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum
dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai
tujuan bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI
1945 Alenia IV. Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak
hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukum
Indonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD
Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.

2. Ciri Negara Hukum


Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 cenderung mengarah
pada konsep negara hukum formal, yaitu pengertian negara hukum dalam arti
sempit. Dalam konsep ini negara hukum diposisikan ke dalam ruang gerak dan
peran yang kecil atau sempit. Seperti dalam uraian terdahulu Negara hukum
dikonsepsikan sebagai sistem penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara
yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan unsur-unsur lembaganya dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya terikat oleh Hukum yang berlaku. Peran
pemerintah sangat kecil dan pasif. Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum
mengarah pada pengembangan negara hukum dalam arti material. Arah
tujuannya memperluas peran pemerintah terkait dengan tuntutan dan dinamika
perkembangan jaman. Konsep negara hukum material yang dikembangkan di
abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hukum
atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut.
a. HAM terjamin oleh undang-undang
b. Supremasi hukum
c. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum
d. Kesamaan kedudukan di depan hukum
e. Peradilan administrasi dalam perselisihan
f. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi
g. Pemilihan umum yang bebas
h. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

B. Makna Indonesia sebagai Negara Hukum


Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti
material tersebut harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara Hukum
dinamis, atau negara kesejahteraan (welfare state), yang membawa Implikasi
bagi para penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya
secara luas dan komprehensif dilandasi ide-ide kreatif dan Inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah
hukum nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif.
Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang
dinamis. Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai
pengayom, pelindung masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan
dinamika perkembangan jaman, sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya
selalu berorientasi kemajuan, perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini
menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya
mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat menciptakan
kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat.

C. Negara Hukum dan Hak Azasi Manusia


Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah
melindungi hak azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang
demokratis. Keberadaan suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi
terselenggaranya hak azasi manusia dan kehidupan demokratis. Dasar filosofi
perlunya perlindungan hukum terhadap hak azasi manusia adalah bahwa hak
azasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang yang keberadaannya sejak
berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian Tuhan, negara wajib
melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia secara yuridis
didasarkan pada UUD Negara RI 1945.

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK DI INDONESIA

A. Pengertian Wawasan Nusantara


Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan
danNusantara. Wawasan berasal dari kata Wawas (bahasa jawa) yang berarti
pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan adalah pandangan,
tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan
cara melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau
atau kesatuan kepulauan. Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur.
Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua
benua, ian yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra
Hindia dan Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “nusantara”
digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.
Sedangkan terminologis, Wawasan menurut beberapa pendapat
sebagai
berikut :

a. Menurut prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara pandang


bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”

b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap.


MPR, yang dibuat Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, secara sederhana wawasan
nusantara berarti cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
B. Hakikat Wawasan Nusantara
Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan
satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan dan
kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan Nusantara
adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah.

Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat Wawasan Nusantara


diwujudkan dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
politik, ekonomi, social budaya, dan pertahanan keamanan.

C. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara


Untuk menjamin persatuan dan kesatuan Dalam kebhinekaan
tersebut merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya yang dikenal dengan istilah Wawasan Kebangsaan yang
diberi nama Wawasan Nusantara.Ada dua landasan yang mengenai dasar
wawasan nusantara :
1. Landasan Idiil Pancasila
Pancasila diakui sebagai ideology dan dasar Negara yang
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Yang telah mencerminkan nilai-
nilai
keseimbangan, keserasian, keselarasan, persatuan dan kesatuan,
kekeluargaa, kebersamaan dan kearifan dalam membina kehidupan
nasional.
2. Landasan Konstitusional : UUD 1945
UUD 1945 merupakan konstitusi dasar yang menjadi pedoman pokok
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Unsur Dasar
Konsepsi Wawasan Nusantara Terdapat Tiga Unsur Dasar yaitu :
Wadah(Contour), isi ( Content), dan tata laku (Conduct)
1. Wadah
Setelah menegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa
Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai
dalam wujud suprastruktur politik. Sementara itu wadah dalam kegiatan
bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud infrastruktur politik-
suprastrukturpolitik.
2. Isi
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita
serta tujuan nasional yang etrdapat dalam pembukaan UUD 1945.
3. Tata Laku
Tata laku merupakan interaksi antara wadah dan isi yang terdiri dari, tata
laku batiniah dan tata laku lahiriah.

D. Dasar Hukum Wawasan Nusantara


Dasar hukum wawasan nusantara diterima sebagai konsepsi politik
kewarganegaraan yang tercantum dalam dasar-dasar hukum antara lain
sebagai berikut.
- Tap MPR. No. IV/MPR/1973 pada tanggal 22 maret 1973.
- Tap MPR. No IV/1978/22/Maret/1978/ tentang GBHN.
- Tap MPR. No. II/MPR/1983/12/Maret/1983
E. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan
nasional merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa
depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara
adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula.
Kedudukan Wawasan Nusantara sebagai salah satu konsepsi ketatanegaran
Republik Indonesia. Dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan
nusantara adalah sebagai berikut.

• Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara


berkedudukan sebagai landasan idil
• UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan
sebagai landasan konstitusional.
• Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional
• Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan
sebagai landasan konsepsional
• GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi
nasional atau sebagai kebijakan dasar nasional yang berkedudukan
sebagai landasan operasioal.

F. Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan,


serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan,
tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan
daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, terdapat berbagai fungsi wawasan nusantara yang baik secara
umum, menurut pendapat para ahli dan pembagiannya antara lain sebagai
berikut.
- Fungsi Wawasan Nusantara Secara umum - Wawasan nusantara berfungsi
sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi
penyelenggaraan Negara di pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

- Fungsi Wawasan Nusantara Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MHDKK


- yang mengutarakan pendapatnya dalam bukunya pendidikan
kewarganegaraan di perguruan tinggi antara lain sebagai berikut.

a. Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan negara


Indonesia

b. Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakan dan


strategi pembagunan nasional.
- Fungsi Wawasan Nusantara dibedakan dalam beberapa
pandangan
antara lain sebagai berikut.

- Fungsi wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional


adalah sebagai konsep dalam pembangunan, pertahanan
keamanan dan kewilahayan
- Fungsi wawasan nusantara sebagai pembangunan nasional
adalah mencakup kesatuan politik, sosial dan ekonomi, sosial
dan politik, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
- Fungsi wawasan nusantara sebagai pertahanan dan keamanan
adalah pandangan geopolitik Indonesia sebagai satu kesatuan
pada seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
- Fungsi wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan adalah
pembatasan negara untuk menghindari adanya sengketa
antarnegara
tetangga.

G. Tujun Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di


segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan
kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan,
suku bangsa ataupun daerah. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan
kepentingankepentingan individu, kelompok, suku bangsa, ataupun daerah.
Kepentingankepentingan tersebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi
selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan
masyarakat banyak.
H. Tujuan Wawasan Nusantara

Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau


kaidahkaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara, dan diciptakan
demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku
bangsa atau golongan) terhadap kesepakatan bersama. Harus disadari
bahwa jika asas wawasan nusantara diabaikan, komponen pembentuk
kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama tersebut, yang
berarti bahwa tercerai-berainya bangsa dan negara Indonesia.
Asas wawasan nusantara terdiri atas: kepentingan yang bersama, tujuan
yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama, dan kesetiaan
terhadap ikrar atau kesepakatan bersama demi terpeliharanya persatuan dan
kesatuan dalam kebhinekaan.
I. Peranan Wawasan Nusantara

Dalam kehidupan nasional, Wawasan Nusantara dikembangkan


peranannya untuk :

- Mewujudkan serta memelihara persatuan dan kesatuan yang serasi


dan selaras, segenap aspek kehidupan nasional.
- Menumbuhkan rasa tanggung jawab atau pemanfaatan lingkungan-
nya. Peranan ini berkaitan dengan adanya hubungan yang erat dan
saling terkait dan ketergantungan antara bangsa dengan ruang hi-
dupnya. Oleh karena itu pemanfaatan lingkungan harus bertanggung
jawab. Bila tidak, maka akan menimbulkan kerusakan lingkungan
yang pada akhirnya akan
merugikan bangsa itu sendiri.
- Menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan nasional.
Kepentingan nasional menjadi dasar hubungan antara bangsa.
Apabila satu bangsa kepentingan nasionalnya sejalan atau paralel
dengan kepentingan nasional bangsa lain, maka kedua bangsa itu
akan mu-dah terjalin hubungan persahabatan.Merentang hubungan
internasional dalam upaya ikut menegakkan perdamaian.

Anda mungkin juga menyukai