Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HUBUNGAN NEGARA DENGAN WARGA NEGARA DAN


PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Disusun Oleh :
Nama : Dwi Adiva Aulianingrum
Kelas :3A
NIM : 1700023059
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warga negara di artikan dengan orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk.
Istilah warga negara dahulu dikenal dengan istilah hamba atau kaula negara. Warga negara
berasal dari dua kata, yaitu warga dan negara. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta.
Warga mengandung arti sebagai anggota atau peserta dari suatu kelompok atau organisasi
perkumpulan. Warga negara, artinya warga atau anggota dari suatu negara.
Hubungan antara negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan kewajiban,
antara warga negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk
memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta memiliki
hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara wajib membela negara dan berhak
mendapatkan perlindungan dari negara.
Di Indonesia seringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan negara dengan
kehidupan warga negara. Masalah-masalah politik, sosial, ekonomi, dan budaya misalnya,
seringkali terjadi karena adanya kesenjangan antara peranan negara serta kehidupan warga
negaranya.
Dalam hubungannya warga negara dengan negaranya, masing-masing memiliki hak dan
kewajiban masing-masing. Dimana setiap kewajiban itu telah diatur dalam undang-undang
secara jelas yang harus dipenuhi oleh lembaga trias polotika. Melalui tangan Legislatif suara
rakyat tersampaikan, melalui tangan eksekutif kewajiban negara, hak rakyat dipenuhi, dan di
tangan yudikatif aturan-aturan pelaksanaan hak dan kewajiban di jelaskan. Idealnya begitu,
tapi apa daya sampai sekarang boleh di hitung dengan sebelah tangan seberapa jauh negara
menjalankan kewajibannya. Boleh dihitung juga berapa banyak warga Negara yang menuntut
haknya.
Bukan hal yang aneh lagi ketika sebagian rakyat menuntut kembali haknya yang selama ini
telah diberikan kepada negara sebagai jaminan negara akan menjaga serta menjalankan
kewajibannya. Negara sebagai sebuah entitas dimana meliputi sebuah kawasan yang diakui
(kedaulatan), mempunyai pemerintahan, serta mempunyai rakyat. Rakyat kemudian
memberikan sebagian hak-nya kepada negara sebagai ganti negara akan melindunginya dari
setiap mara bahaya, serta berkewajiban untuk mengatur rakyatnya. Hak-hak rakyat tadi adalah
kewajiban bagi sebuah negara. Hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan kerja serta hak-hak
untuk mendapatkan pelayanan umum seperti kesehatan, rumah, dan tentunya hak untuk
mendapatkan pendidikan. Semuanya itu harus mampu dipenuhi oleh negara, karena itulah
tanggung jawab negara. Kalau hal itu tak bisa dipenuhi oleh sebuah negara maka tidak bisa
disebut sebuah negara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakanag di atas, maka dapat di uraikan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian warga negara dan negara?
2. Apa perbedaan hak dan kewajiban warga negara dan negara?
3. Bagaimana seharusnya hubungan antara warga negara dan negara?
4. Bagaimana penilaian pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara di Indonesia?

C. Tujuan
Maksud dan Tujuan penulis dalam pembuatan makalah kali ini yaitu mengetahui pengertian
warga Negara dan Negara, Hubungan/Keterkaitan antara warga Negara dan Negara, serta Hak
dan kewajiban negara dan warga Negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Warga Negara
Warga Negara adalah orang yang terkait dengan sistem hukum Negara dan mendapat
perlindungan Negara.Warga Negara secara umum ada Anggota suatu negara yang mempunyai
keterikatan timbal balik dengan negaranya.Warga negara adalah orang yg tinggal di dalam
sebuah negara dan mengakui semua peraturan yg terkandung di dalam negara tersebut.Warga
Negara Indonesia menurut Pasal 26 UUD 1945 adalah : Orang-orang bangsa Indonesia asli dan
bangsa lain yang disahkan Undang-undang sebagai warga Negara.Kewarganegaraan Republik
Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Menurut UU ini, orang yang menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
1. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI.
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI.
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga
negara asing (WNA), atau sebaliknya.
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang tidak
memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
5. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI.
6. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI.
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah
WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun
atau belum kawin.
8. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
9. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah megara Republik Indonesia selama ayah
dan ibunya tidak diketahui.
10. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya.
11. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu WNI, yang
karena ketentuan dari Negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan
kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
12. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi:


1. anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum
kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
2. anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah sebagai anak oleh
WNA berdasarkan penetapan pengadilan.
3. anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
4. anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah menurut
penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam situasi
sebagai berikut:
1. Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di
wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya memperoleh kewarganegaraan
Indonesia
2. Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah
menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia.
Jadi, warga negara adalah orang yang tinggal di suatu negara dengan keterkaitan hukum dan
peraturan yang ada dalam negara tersebut serta diakui oleh negara, baik warga asli negara
tersebut atau pun warga asing dan negara tersebut memiliki ketentuan kepada siapa yang akan
menjadi warga negaranya.

B. Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah
tertentu dan mengetahui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
kelompok tersebut. Negara juga diartikan sebagai suatu perserikatan yang melaksanakan satu
pemerintahan melalui hokum yang mengikat masyarakatnya demi ketertiban sosial.
Negara merupakan alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan
antar manusia dalam masyarakat. Negara dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap
semua golongan.
Tugas utama Negara yaitu:
1. Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang bertentangan
satu sama lain.
2. Mengatur dan menyatukan kegiatan manusia dan golongan untuk menciptakan tujuan
bersama yang disesuaikan dan diarahkan pada tujuan Negara.

C. Unsur Negara
a. Konstitutif
Negara meliputi wilayah udara, darat, perairan, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat.
b. Wilayah
Batas wilayah suatu negara ditentukan dalam perjanjian dengan negara lain. Perjanjian itu
disebut Perjanjian Internasional, Perjanjian dua negra disebut Perjanjian Bilateral, sedangkan
apabila dilakukan oleh banyak negara disebut Perjanjian Multilateral
c.Rakyat
Harus ada orang yang berdiam di negara tersebut dan untuk menjalankan pemerintahan.
d.Pemerintah
Negara harus mempunyai suatu badan yang berhak mengatur dan berwenang merumuskan
serta melaksanakan peraturan yang mengikat rakyatnya.

D. Bentuk Negara
1. Negara Kesatuan (Unitarisme)
2. Negara yang merdeka dan berdaulat, dimana kekuasaannya atau pemerintahannya berada
di Pusat.
3. Bentuk Negara Kesatuan
4. Negara dengan sistem sentralisasi
5. Segala sesuatu dalam negara diatur langsung oleh pemerintah pusat Dampak Positif:
6. Berlakunya peraturan yang sama di setiap wilayah Negara
7. Penghasilan daerah dapat digunakan untuk keperluan seluruh Negara.

E. Bentuk Kenegaraan
a. Negara
Bentuk ini hanya terdapat di lingkungan kerajaan Inggris. Negara Dominion adalah semua
Negara jajahan Inggris, dan tetap mengakui Raja Inggris sebagai rajanya walaupun Negara
tersebut sudah merdeka. Negara-negara tersebut tergabung dalam “The British Commonwealth
of Nations”.
b. Negara Uni
Gabungan dua negara dengan satu kepala Negara.
c. Uni Riil
Terjadi karena adanya perjanjian
d.Uni Personil
Terjadi karena kebetulan
e. Negara Protektorat
Negara yang berada di bawah perlindungan Negara lain.

F . Sifat-sifat Negara
Memaksa, Negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secra legal agar
tercapai ketertiban dan mencegah timbulnya anarki.
Monopoli, Negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat.

G. Pengertian Hak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 yang
menyebutkan: “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintahan,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”
Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada
kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari guru dan
sebagainya. Adapun Prof. Dr. Notonagoro mendefinisikannya sebagai berikut: “Hak adalah
kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan meluli
oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa olehnya.
Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir
sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus menghargai anugerah degan tidak
membedakan manusia bedasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin,
dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa dengan hak asasi manusiabukan berarti dapat berbuat
semena-mena. Karena manusia juga memilki hak asasi sendiri.
Ada 3 hak asai manusia yang fundamental (pokok):
1. Hak hidup (life)
2. Hak kebebasan (liberty)
3. Hak memilki (property)
Instrumen HAM di Indonesia:
a. Pembukaan UUD 1945
Hak asasi manusia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 diantaranya:
1. Alinea 1: bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsadan oleh sebab itu
maka penjajahan harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan.
2. Alinea IV: pemerintah negara republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
b. Batang tubuh UUD 1945
Secara garis besar HAM tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat dikelompokkan menjadi:
a. Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (1) dan 28)
b. Hak dalam bidang politik (pasal 27 (2), 33 dan 34)
c. Hak dalam bidang sosial dan budaya (pasal 29, 31, 32)
d. Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30)

H. Pengertian Kewajiban
Kewajiban asasi adalah kewajibna dasar yang harus dijalankan oleh sesorang dalam
kaitannya dengan kepentingan dirinya sendiri, alam semesta, masyarakat, bangsa, negara,
maupun kedudukannya sebagai mekhluk ciptaan Tuhan-Nya.
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih dulu mendahulukan hak
daripada kewajibannya. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memilki
pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya
sepeti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak
ada maka kesenjangan sosial akan berkepanjangan.
Antara hak dan kewajiban harus dipenuhi manusia secara seimbang. Pada masyarakat Barat
hak asasi lebih menjadi wacana yang dominan daripada kewajiban asasi. Hal ini bisa dipahami
dari pandangan hidup masyarakat Barat yang individualis. Pada masyarakat individualis segala
sesuatu dimulai dari diriku (aku). Meskipun mereka tidak melupakan hak orang lain, karena
pada masyarakat yang individualismenya sudah matang justru kesadaran akan hakku didasari
pula oleh pemahaman bahwa setiap orang juga ingin dihargai haknya. Sehingga yang terjadi
masing-masing individu saling menghargai individu yang lain. Berangkat dari hakku inilah
kemudian lahir kewajiban-kewajiban agar hak-hak individu tersebut dapat terpenuhi.
Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat Timur. Karakter
masyarakat Timur lebih menekankan hak orang lain daripada hak dirinya sendiri. Hak diri
seringkali dileburkan dalam hak kolektif/sosial. Seseorang jarang ingin menonjol secara
pribadi namun cenderung lebih menonjolkan sisi kolektifnya. Hal ini banyak dilihat dari karya-
karya sebenarnya karya individu namun tidak diketahui identitas penciptanya, seperti banyak
lagu-lagu daerah yang tidak dikenal siapa penciptnya. Sang pencipta seringkali
menyembunyikan diri dalam kolektifitas sehingga karya tersebut dikenal sebagai karya
bersama. Misal lagu Gundul- gundul Pacul dari Jawa, lagu O Ina Ni Keke dari Sulawesi Utara,
tanpa kita mengetahui siapa pengarang sesungguhnya.
Dalam kondisi masyarakat demikian kewajiban lebih menonjol daripada hak, karena orang
lebih cenderung berbuat untuk orang lain daripada diri sendiri. Ketika seseorang berbuat untuk
orang lain yang itu dipahami sebagai kewajibannya, maka otomatis orang lain akan
mendapatkan haknya, demikian pula ketika orang lain menjalankan kewajibannya maka kita
juga mendapatkan hak kita. Perdebatan hak dulu atau kewajiban dulu bisa didekati 51 dengan
pendekatan yang lebih sosio-kultural dari masyarakatnya, sehingga kita lebih bijaksana dalam
melihat persoalan hak dan kewajiban ini.
I. Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945
Hak Negara Hak Warga Negara
Tidak ada pasal yang membicarakan khusus
1. Pekerjaan dan penghidupan yang layak
tentang hak negara, akan tetapi jelas bahwa (Pasal 27 ayat 2)
yang terdapat pada teori Aretoteles, maka
2. Berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
ada keadilan yang diistilahkan sebagai pikiran dengan lisan dan tulisan (Pasal 28)
keadilan legalis, yaitu keharusan warga
negara untuk taat kepada negara. Seperti
3. Membentuk keluarga dan melanjutkan
halnya, membayar IMB, Listrik, PBB, keturunan melalui perkawinan yang sah (Pasal
memiliki SIM, pajak kendaraan bermotor, 28B ayat 1)
mentaatiaturan lalu lintas dan lain-lain. 4. Hak anak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminsasi (Pasal 28 B ayat 2)
5. Mengembangkan diri melelui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan
dan memperoleh manfaat dari IPTEK, seni
dan budaya (Pasal 28C ayat 1)
6. Memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun
masyarkat, bangsa dan negaranya (Pasal 28C
ayat 2)
7. Pengakuan, jaminan, pelindungan dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama dihadapan hukum (Pasal 28D ayat
1)
8. Bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja (Pasal 28D ayat 2)
9. Memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (Pasal 28D ayat 3)
10. Status kewarganegaraan (Pasal 28D ayat 3)
11. Memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali (Pasal 28E ayat 1)
12. Kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan
hati nuraninya (Pasal 28E ayat 2)
13. Kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat (Pasal 28E ayat 3)
14. Berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak mencari
memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia (Pasal 28F)
15. Perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman
ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. (Pasal
28G, ayat 1)
16. Bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan
berhak memperoleh suaka politik dari negara
lain. (Pasal 28G, ayat 2)
17. Hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H, ayat 1).
18. Mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan (Pasal 28H, ayat 2)
19. Jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat (Pasal 28H, ayat 3).
20. Mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H
ayat 4).
21. Hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, beragama, tidak diperbudak,
diakui sebagai pribadi di hadapan hukum,
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut (Pasal 28I, ayat 1).
22. Bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu
(Pasal 28I ayat 2)
23. Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban (Pasal
28I, ayat 3).
24. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara (Pasal 30, ayat 1)
25. Mendapat pendidikan (Pasal 31, ayat 1)

Kewajiban Negara Kewajiban Warga Negara


1. Melindungi segenap bangsa, memajukan
1. Menjunjung hukum dan pemerintahan itu
kesejahteraan umum, mencerdaskan dengan tidak ada kecualinya (Pasal 27 ayat
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan 1)
ketertiban dunia. (Pembukaan UUD 1945,
2. Menghormati hak asasi manusia orang
Alenia IV) lain dalam tertib kehidupan
2. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
pemenuha hak asasi manusia adalah tanggung (Pasal 28J, ayat 1)
jawab negara, terutama pemerintah. (Pasal
3. Tunduk kepada pembatasan yang
28I ayat 4) ditetapkan dengan undang-undang
3. Menjamin kemerdekaan tiap-tipa dengan maksud semata-mata untuk
pemduduk untuk memeluk agamanya menjamin pengakuan serta penghormatan
masing-masing dan untuk beribadat menurut atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
agamanya dan kepercayaannya itu. (Pasal 29 memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
ayat 2) pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
4. Untuk pertahanan dan keamanan negra keamanan, dan ketertiban umum dalam
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan suatu masyarakat demokratis (Pasal 28J
keamanan rakyat semesta oleh tentara ayat 2)
nasional Indonesia dan kepolisia negara
4. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan
republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, keamanan negara (Pasal 30, ayat 1)
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
5. Untuk pertahanan dan keamanan negara
(Pasal 30 ayat 2) melaksanakan sistem pertahanan dan
5. Tentara nasional Indonesia terdiri atas keamanan rakyat semesta (Pasal 30, ayat 2).
angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan
6. Mengikuti pendidikan dasar (Pasal 31,
udara sebagai alat negara bertugas ayat 2)
mempertahankan, melindungi, dan
memeliharakeutuhan dan kedaulatan negara.
(Pasal 30 ayat 3)
6. Kepolisian negara republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga keamanan
dan ketertiban masyarakat bertugas
melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum (Pasal
30, ayat 4).
7. Membiayai pendidikan dasar. (Pasal 31
ayat 2)
8. Mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. (Pasal 31 ayat 3)
9. Memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional (Pasal 31 ayat 4).
10. Memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia (Pasal 31 ayat 5)
11. Memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan 57 mengembangkan nilai-
nilai budayanya (Pasal 32 ayat 1).
12. Menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya nasional
(Pasal 32 ayat 2).
13. Mempergunakan bumi dan air dan
kekayaan alam untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Pasal 33 ayat 3).
14. Memelihara fakir miskin dan anak anak
yang terlantar (Pasal 34 ayat 1)
15. Mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan (Pasal
34 ayat 2)
16. Bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak (Pasal 34 ayat 3)
Dari tabel di atas hubungan warga negara dengan negaranya dibagi menjadi 3 golongan:
1. Kaum pluralis
Kaum pluralis berpandangan bahwa negara itu bagaikan sebuah arena tempat berbagai
golongan dalam masyarakat berlaga. Masyarakat berfungsi memberi arah pada kebijakan yang
diambil negara. Pandangan pluralis persis sebagaimana dikatakan Hobbes dan John Locke
bahwa masyarakat itu mendahului negara. Mayarakat yang menciptakan negara dan bukan
sebaliknya, sehingga secara normatif negara harus tunduk kepada masyarakat

2. Kaum marxis
Teori Marxis berpendapat bahwa negara adalah serangkaian institusi yang dipakai kaum
borjuis untuk menjalankan kekuasaannya. Dari pandangan ini, sangat jelas perbedaannya
dengan teori pluralis. Kalau teori pluralis melihat dominasi kekuasan pada warga negara,
sedangkan teori Marxis pada negara. Seorang tokoh Marxis dari Italia, Antonio Gramsci, yang
memperkenalkan istilah ‘hegemoni’ untuk menjelaskan bagaimana negara menjalankan
penindasan tetapi tanpa menyebabkan perasaan tertindas, bahkan negara dapat melakukan
kontrol kepada masyarakat
3. Kaum sintesis
Pandangan yang menyatukan dua pandangan tersebut adalah teori strukturasi yang
dikemukakan oleh Anthony Giddens. Ia melihat ada kata kunci untuk dua teori di atas yaitu
struktur untuk teori Marxis dan agensi untuk Pluralis. Giddens berhasil mempertemukan dua
kata kunci tersebut. Ia berpandangan bahwa antara struktur dan agensi harus dipandang sebagai
dualitas (duality) yang selalu berdialektik, saling mempengaruhi dan berlangsung terus
menerus
J. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara di Negara Pancasila
Dalam pelaksaannya hak asasi manusia di Indonesia mengalami pasang surut. Wacana hak
asasi manusia terus berkembang seiring dengan berkembangnya pelanggaran-pelanggaran
HAM yang semakin meningkat intensitas maupun ragamnya. Pelanggaran itu dilakukan oleh
negara maupun warga negara, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Suatu hal tidak dapat dilaksanakan sebelum mengetahui benar apa yang hendak
dilaksanakan, untuk melaksanakannya diperlukan pedoman, dan agar pelaksanaan bisa
berjalan sesuai dengan harapan maka perlu ada institusi yang mengawal pelaksanaan tersebut.
Dengan demikian ada tiga hal penting dalam pelaksanaan hak dan kewajiban ini.
Pertama, Pancasila perlu dimengerti secara tepat dan benar baik dari pengertian, sejarah,
konsep, prinsip dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tanpa mengerti hal-hal yang
mendasar ini amat sulit Pancasila untuk diamalkan. Selain daripada itu, Pancasila akan cepat
memudar dan dilupakan kembali. Kekuatan akar pemahaman ini amat penting untuk menopang
batang, ranting, daun dan buah yang akan tumbuh di atasnya. Banyak hal yang terjadi ketika
semangat untuk mengamalkan Pancasila sangat tinggi namun tidak didasari oleh pemahaman
konsep dasar yang kuat, bukan hanya mudah memudar, namun juga akan kehilangan arah,
seakan- akan sudah melaksanakan Pancasila padahal yang dilaksanakan bukan Pancasila,
bahkan bertentangan dengan Pancasila. Hal ini amat mudah dilihat dalam praktek
perekonomian dan perpolitikan Indonesia saat ini yang tanpa sadar sudah mengekor pada
sistem kapitalis-neoliberalis dan perpolitikan yang bernapaskan individualis bukan kolektifis.
Kedua, pedoman pelaksanaan. Semestinya kita tidak perlu malu mencontoh apa yang
sudah dilakukan oleh pemerintah Orde Baru yang berusaha membuat Pedoman Penghayatan
dan Pengalaman Pancasila (P4). Pedoman ini sangat diperlukan agar negara dan warganegara
mengerti apa yang musti dilakukan, apa tujuannya dan bagaimana strategi mencapai tujuan
tersebut. Manakala tidak ada pedoman pelaksanaan, maka setiap orang berusaha membuat
pedoman sendiri-sendiri sehingga terjadi absurditas (kebingungan). Banyaknya kelemahan
yang terjadi pada pelaksanaan P4 perlu dievaluasi untuk diperbaiki. Contoh kelemahan utama
dalam pelaksanaan P4 adalah bahwa pedoman tersebut bersifat kaku, tertutup dan doktriner,
hanya pemerintah yang berhak menerjemahkan dan menafsirkan Pancasila, sehingga tidak ada
ruang yang cukup untuk diskusi dan terbukanya konsep-konsep baru. Kelemahan tersebut
harus diperbaiki tidak kemudian dibuang sama sekali.
Ketiga, perlunya lembaga yang bertugas mengawal pelaksanaan Pancasila. Lembaga ini
bertugas antara lain memfasilitasi aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mensosialisasikan
Pancasila. Membuka ruang-ruang dialog agar tumbuh kesadaran ber-Pancasila baik di kalangan
elit politik, pers, anggota legislatif, eksekutif, yudikatif, dan masyarakat luas. Yang tak kalah
penting adalah ikut memberi masukan kepada lembaga-lembaga negara dalam melaksanakan
tugas dan membuat kebijakan serta ikut mengevaluasi setiap kebijakan yang dilakukan agar
terjamin tidak bertentangan dengan Pancasila. Dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban,
maka tiga hal penting sebagaimana disebut di atas juga perlu ada, yaitu perlu mengerti prinsip-
prinsip dasar hak dan kewajiban negara dan warga negara, terdapat pedoman pelaksanaannya
dan ada lembaga yang mengawalnya. Tiga hal ini tentu tidak berdiri sendiri khusus terkait
dengan hak dan kewajiban negara dan warga negara, namun merupakan kesatuan gerak besar
revitalisasi Pancasila dalam semua bidang kehidupan. Pelaksanaan hak dan kewajiban negara
dan warga negara dalam negara Pancasila adalah sebagaimana yang tercantum dalam UUD
1945 seperti tergambar dalam klasifikasi di atas. Namun demikian, selain melihat klasifikasi
tersebut perlu juga memahami konsep, prinsip dan nilai Pancasila dalam pelaksanaan hak asasi
manusia.
Prinsip dan nilai Pancasila yang dikutip dari Pedoman Umum Implementasi Pancasila
dalam Kehidupan Bernegara yang ditulis oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Kehidupan Bernegara:
a) Manusia adalah makhluk Tuhan yang Maha Esa, berperan sebagai pengelola dan pemelihara
alam secara seimbang dan serasi dalam keimanan dan ketakwaan. Dalam mengelola alam,
manusia berkewajiban dan bertanggung jawab menjamin kelestarian eksistensi, harkat dan
martabat, memuliakan serta menjaga keharmonisannya
b) Pancasila memandang bahwa hak asasi dan kewajiban asasi manusia bersumber dari ajaran
agama, nilai moral universal, nilai budaya bangsa serta pengamalan kehidupan politik nasional.
c) Hak asasi manusia meliputi hak hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan dan hak kesejahteraan yang
tidak boleh dirampas atau diabaikan oleh siapapun.
d) Perumusan hak asasi manusia berdasarkan Pancasila dilandaskan oleh pemahaman bahwa
kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan dengan
lingkungannya.
e) Bangsa Indonesia menyadari, mengakui, menghormati dan menjamin hak asasi orang lain
sebagai suatu kewajiban. Hak dan kewajiban asasi terpadu dan melekat pada diri manusia
sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota suatu bangsa, dan anggota
masyarakat bangsa-bangsa.
f) Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai hak asasi yang harus dihormati dan ditaati
oleh setiap orang/warga negara.
g) Bangsa dan negara Indonesia sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mempuyai
tanggung jawab dan kewajiban menghormati ketentuan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia tahun 1948 dengan semua instrumen yang terkait, sepanjang tidak bertentangan
dengan Pancasila.

Hubungan Negara dengan Warga Negara

Negara harus dapat memenuhi hak warga negaranya. Sementara itu, warga negara juga harus
menyelesaikan tugas sebagai warga negara yang baik. Barulah dapat hak warga negara.

Negara memiliki hubungan emosional yang kuat dengan warga negara. Tidak perlu ada
pemaksaan atau aturan resmi yang mewajibkan warga negara membela negaranya. Karena
hubungan emosional yang kuatlah, warga negara tentunya tidak akan terima bila negaranya
mengalami keadaan buruk. Baca juga : Dampak Korupsi Bagi Negara

Sebut saja kasus pelanggaran batas negara. Spontan dan tanpa dikomando oleh pemerintah,
warga negara Indonesia akan berusaha membela kehormatan negaranya sebisa mungkin.
Hanya saja kadang cara yang digunakan tidak selalu benar dan tidak sesuai dengan keinginan
pemerintah.

1. Memperkenalkan Budaya Bangsa

Hubungan emosional yang kuat antara negara dengan warga negara akan membentuk rasa cinta
tanah air. Rasa inilah yang mendorong warga negara bangga dengan segala hal yang berasal
dari negaranya. Secara tidak sadar, mereka akan sangat loyal dengan segala produk rumah
tangga yang berasal dari produksi dalam negeri.

Lebih dari itu, seorang warga negara yang telah memiliki keterikatan emosional dengan
negaranya akan memperkenalkan budaya bangsanya ke orang-orang luar negeri tanpa disuruh
pemerintah. Baca juga : Fungsi Kebudayaan bagi Masyarakat

Misalkan saja seorang WNI yang sedang kuliah di U.S.A dan telah memiliki ikatan emosional
yang kuat dengan Indonesia akan tetap mengonsumsi tempe sebagaimana kebiasaannya di
Indonesia. Dia juga akan memperkenalkan kesenian dari Indonesia dan kebiasaan-kebiasaan
asli Indonesia seperti ramah dan menjaga sopan santun yang menjadi adat orang Indonesia.

Apakah anda ingat dengan kebudayaan Jepang yang mendunia. Mulai dari baju Kimono, jenis-
jenis makanan khas Jepang, hingga bahasanya. Semuanya dikarenakan rasa nasionalisme dan
cinta tanah air warga negara Jepang. Sehingga seluruh aktivitas dimanapun warga Jepang
berada, mereka selalu berusaha memperkenalkan kebudayaannya kepada dunia dan terus
memegang budaya Jepang di manapun ia bertempat.

2. Taat Aturan Negara

Warga negara yang telah memiliki hubungan emosional kuat dengan negaranya akan memberi
kepercayaan yang tinggi kepada negara. Setiap aturan negara dipercaya memiliki manfaat
untuk mengatur hubungan berbangsa dan bernegara. Karena itulah ia akan berusaha sebisa
mungkin mematuhi aturan negara. Baca juga : Cara Menanamkan Kesadaran Hukum Pada
Warga Masyarakat

Warga negara yang sudah terikat emosionalnya dengan negara secara spontan juga akan
membantu negara menegakkan hukum. Contoh bentuk perwujudannya adalah dengan menjaga
kelakuan agar tetap tertib bermasyarakat, menegur anggota masyarakat yang melanggar aturan
negara dan membantu aparat negara bila dimintai bantuan.

3. Berusaha Mengharumkan Nama Negara


Hubungan emosional yang kuat antara negara dengan warga negaranya akan memacu usaha
pengharuman nama baik. Warga negara yang baik akan selalu menjaga kelakuannya dalam
bermasyarakat, baik di wilayah dalam atau luar negeri.

Selain itu, dia akan terus belajar dan berlatih agar dapat memberikan suatu prestasi yang
membanggakan negara, meningkatkan reputasi negaranya di kancah internasional. Sebagai
timbal baliknya, negaralah yang akan memberikan fasilitas penuh kepada warga negara yang
sedang berjuang mengharumkan nama negara. Mulai dari bonus hadiah, transportasi dan segala
macam akomodasi yang dibutuhkan warga negara akan dipenuhi negara.

Segala hal yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya merupakan upaya mencapai
tujuan-tujuan negara dan usaha untuk memenuhi kewajibannya kepada warga negara.
Sementara tindakan yang dilakukan warga negara merupakan bentuk dari pelaksanaan
kewajibannya sebagai warga negara yang baik.

Peta Normatif Hubungan Negara dan Warga Negara


Konsep hubungan antara warga negara dengan negara masih sering menimbulkan
persoalan yang bersifat dilematis. Hubungan antara warga negara dan negara juga kerap kali
dipersepsikan dalam bahasa yang ‘latah’. Apakah dalam proses hubungan itu negara harus
berada di atas warga negara ataukah justru menempatkan keduanya dalam hubungan
kesejajaran. Apakah negara harus mencampuri urusan asasi warga negara ataukah sebuah
perlakuan yang ‘ditabukan’.
Dalam wacana Pendidikan Kewarganegaraan, negara harus diposisikan sejajar dengan
warga negaranya. Masyarakat (warga negara) tidak dilawankan dengan negara, akan tetapi
justru dipersepsikan sebagai ‘mitra’ hubungan antara keduanya. Selama negara masih berada
di atas warga negara atau masyarakat, maka hubungan antara keduanya tidak akan bisa
berlangsung secara harmonis. Padahal, keharmonisan ini menjadi kata kunci yang menentukan
segala-galanya.
Dalam hal itu, Gouldner (1998) menegaskan bahwa hubungan antara masyarakat dan
negara tidak selalu selamanya berkonotasi normatif, tetapi juga bersifat empirik. Secara
normatif, bahwa hubungan negara dan warga negara harus selalu berpegang pada hak dan
kewajiban yang melekat antara keduanya, sehingga proses dialogisnya berlangsung secara
demokratis, adil, dan harmonis dengan bersandar pada norma yang dipersyaratkan oleh
konstitusi. Sedangkan secara empirik bisa jadi justru melanggar norma bangsa dan negara yang
telah disepakati bersama.
Untuk membangun hubungan antara negara dengan warga negara secara adil dan
berimbang, normatif dan etik, dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:
1. Inventarisasi variabel yang melekat pada diri warga negara;
2. Inventarisasi variabel yang melekat pada organisasi negara;
3. Menghubungkan variabel yang melekat pada diri warga negara dengan variabel yang
melekat pada organisasi negara;
4. Mempersepsikan hubungan kedua variabel (warga negara dan negara) identik dengan
hubungan hak dan kewajiban antara keduanya; dan
5. Menara dasar norma sebagai ‘pembenar’ hubungan antara warga negara dengan negara, yang
bersumber dari jiwa dan nilai-nilai konstitusi.
Hubungan negara dan warga negara tidak berlangsung menurut gradasi (tingkatan)
yang vertikal, melainkan menjadi hubungan yang sederajat. Masing-masing memiliki nilai
fungsional sendiri dan terjalin secara interaktif dalam pemetaan secara sistematik. Negara tidak
dibenarkan mendominasi warga negara, begitu juga warga negara tidak dibenarkan secara
anarkis menjatuhkan negara.

Pelanggaran Terhadap Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Warga Negara

Kasus tersebut tentu saja telah menyimpang dari UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Sebenarnya, dokter UGD telah melakukan tata laksana kegawatdaruratan sesuai standar profesi
dan kompetensi dokter Indonesia. Meski demikian, hasil audit manajemen tidak lebih baik dari
audit medis. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa direktur RS. Mitra Keluarga Kalideres
kurang memahami peraturan perundangan terkait rumah sakit.

Hal ini berkaitan dengan sikap rumah sakit yan meminta uang muka kepada orang tua Debora.

Padahal, pasien gawat darurat tidak boleh dimintai uang muka kepada orangtua Debora.

Padahal, pasien gawat darurat tidak boleh dimintai uang muka dan tidak boleh dirujuk hingga
kondisinya stabil.

Sayangnya, tidak ada pelatihan terhadap direksi dan pimpinan rumah sakit agar mereka
memahami perundangan tentang rumah sakit. Selain itu juga tidak ada pelatihan untuk
memperbaiki mutu pelayanan.

“Kesimpulannya rumah sakit belum membuat regulasi tata kelola rumah sakit sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku”

SANKSI

Akibat kesalahannya, PT Ragam sehat multifita sebagai pemilik RS Mitra Keluarga Kalideres
harus merombak jajaran manajemen hingga pimpinan di RS Mitra Keluarga Kalideres sesuai
standar kompetensi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak dan kewajiban negara maupun warga negara saling kait mengkait, dimana kedudukan
negara sangat mebutuhkan warga negara dan begitu sebaliknya. Sehingga perlu adanya rasa
saling menghormati antara negara dengan negara lain. Karena hak dan kewajiban anata negara
dengan warga negara telah dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal yang ada
di dalamnya.
Pelaksanaan tentang hak dan kewajiban sendiri bisa terlaksana dengan baik apabila antara
negara dan warga negara saling peduli dan mendukung maupun berpartisipasi satu sama lain
sehingga jika semuanya dapat berjalan dengan lancar maka tentunya tidak ada yang namanya
pelanggaran HAM. Akan tetapi karena sifat manusia yang dipenuhi dengan ego maka
penyimpanganpun dapat terjadi sehingga perlu adanya lembaga-lembaga yang mengatur
tentang HAM. Dan sebenarnya semua itu perlu dari tanggung jawab diri sendiri dan kesadaran
akan hak dan kewajiban masing-masing individu.
Warga Negara adalah sebuah rakyat yang mendiami sebuah wilayah dalam sebuah
komunitas atau bisa disebut dengan Negara, Negara adalah suatu wilayah yang memiliki sistem
atau aturan yang berlaku bagi semua Kelompok atau individu di wilayah tersebut, Warga
Negara dan Negara saling bekaitan terlihat dari sejarah terbentuknya suatu Negara,Hukum
Negara harus di patuhi karena hokum Negara bersifat mutlak.

B. Saran
Kita harus berhati-hati dalam bertindak karena setiap tindakan kita pasti akan memiliki
tanggung jawab, contohnya seperti kasus di berita di atas, seorang gubernur menghabiskan
uang rakyat, dan akhirnya gubernur tersebut berhasil di cekal dengan pasal-pasal yang berlaku
di Indonesia. sekiranya itu saja saran dari kami semoga bermanfaat. Kurang lebihnya mohon
maaf.
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132313272/pendidikan/warga+negara.pdf
https://lms.ipb.ac.id/pluginfile.php/35741/mod_resource/content/0/Slide_Kewarganegaraan.p
df
Junjungan SBP Simanjuntak. Format Hubungan Negara dan Masyarakat. Fisip. USU.
Soetandyo Wigjosoebroto. Hubungan Antara Negara dan Warga Negara. PUSHAM-UII 2012
Budiyanto, (2000). Dasar-dasar ilmu tata Negara untuk SMU. Jakarta: erlangga
Inu kencana syafiie, (1994). Ilmu Pemerintahan Bandung: Mandar Maju
Kancil, C S.T(1993), Sistem Pemerinahan Indonesia,Jakarta :Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai