Anda di halaman 1dari 7

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

A. SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL


1. Pengertian Hukum Internasional dan Sistem Hukum Internasional
 Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara: antara negara dan negara, negara dan subjek
hukum lain bukan negara, atau subjek hukum bukan negara yang satu dengan yang lain.
(Mochtar Kusumaatmadja)

2. Asas Hukum Internasional


a. Asas Teritorial, didasarkan pada kekuasaan negara atas wilayahnya.
M e n u r u t   a s a s   i n i ,   n e g a r a melaksanakan hukum bagi semua
orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. 
J a d i , terhadap semua orang atau barang yang berada diluar wilayah tersebut,
berlaku hukum asing' internasional ( sepenuhnya).
b. Asas Kebangsaan, didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya.
Menurut asas ini, setiap warga negara, di mana pun dia berada, tetap mendapatkan
perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial.
Artinya, hukum negara tersebut tetap berlaku bagi warga negaranya, walaupun ia
berada di negara asing.
c. Asas Kepentingan Umum, didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan
mengatur kepentingan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut asas ini, negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan
peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat pada batas-
batas wilayah suatu negara.

3. Konsep Dasar Hukum Internasional


a. Hukum Publik Internasional : Ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan antarnegara
merdeka dan berdaulat.
b. Hukum Privat (Perdata) Internasional : Ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan
hukum antara seseorang dan orang lain yang berlainan warga negaranya dalam sebuah
warga negara yang berkenaan dengan keperdataan.

4. Sumber-Sumber Hukum Intenasional


a. Perjanjian Internasional (Traktat)
b. Kebiasaan Internasional
c. Prinsip-prinsip Hukum Umum
d. Yurisprudensi dan Anggapan-Anggapan Para Ahli Hukum Internasional

5. Subjek-Subjek Hukum Internasional


a. Negara
Negara menjadi subjek utama dalam hukum internasional. Dalam konteks hukum
internasional, negara yang dimaksud adalah negara yang berdaulat dan memiliki
pemerintahannya sendiri
b. Tahta Suci (Vatikan)
Tahta Suci Vatikan diakui sebagai subjek hukum internasional sejak ditandatanganinya
Pakta Lateran pada 1929. Pakta Lateran sendiri merupakan perjanjian antara Kerajaan Italia
dengan Tahta Suci Vatikan.
c. Palang Merah Internasional
Palang Merah Internasional diakui sebagai subjek hukum internasional dalam ruang lingkup
terbatas. Kedudukannya diperkuat dengan adanya perjanjian dan konvensi Palang Merah.
Misi Palang Merah Internasional semata-mata hanya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu,
organisasi ini harus independen dan tidak boleh diintervensi oleh negara manapun.
d. Organisasi Internasional
Organisasi nasional bertugas untuk turut serta menyelesaikan pelanggaran hukum
internasional. Klasifikasi organisasi internasional yang menjadi subjek hukum internasional
adalah organisasi yang memiliki keanggotaan secara global dengan tujuan yang bersifat
umum (contohnya: PBB), organisasi yang memiliki keanggotaan secara global dengan
tujuan spesifik (contohnya: IMF), organisasi dengan keanggotaan regional dengan tujuan
global (contohnya: ASEAN), dan organisasi dengan keanggotaan regional dengan tujuan
spesifik (contohnya: NAFTA).
e. Orang Perseorangan (Individu)
Diterangkan Mochtar Kusumaatmadja, dalam Perjanjian Versailles 1919, terdapat sejumlah
pasal yang memungkinkan individu untuk mengajukan perkara secara internasional ke
Mahkamah Arbitrase Internasional. Sehubungan dengan itu, individu juga merupakan subjek
hukum internasional dan bisa menjadi pihak di hadapan suatu peradilan internasional.
f. Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa
Menurut hukum perang, kelompok pemberontak dapat menjadi subjek hukum internasional
jika telah terorganisir, menaati hukum perang, memiliki wilayah yang dikuasai, memiliki
kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain, dapat menentukan nasibnya
sendiri, menguasai sumber daya alam di wilayah yang dikuasainya, dan memilih sistem
(ekonomi, politik, dan sosial) sendiri.

6. Lembaga Peradilan Internasional


a. Mahkamah Internasional
Berkedudukan di Den Haag (Belanda), bertugas menyelesaikan perselisihan internasional
negara-negara anggota PBB karena semua anggota PBB adalah ipsofacto Piagam
Mahkamah Internasional menurut pasal 93 ayat 1 Piagam PBB.
b. Pengadilan Internasional
Dalam penyelenggaraan Pengadilan Internasional, setiap negara anggota PBB tidak
diwajibkan membawa masalah perselisihan yang mereka hadapi ke pengadilan, kecuali bagi
negara-negara yang telah menandatangani optional clause.

B. SENGKETA INTERNASIONAL
Sebab-sebab Sengketa Internasional
Sejarah perang sama tuanya dengan sejarah manusia. Perang disebabkan oleh perbedaan
kepentingan yang bermuara dari kepentingan politik. Perang hanya menguntungkan pihak
penguasa dan menjadikan rakyat sipil menjadi tumbal. Itu sebabnya diperlukan adanya hukum
perang.
1. Batas Negara, Daerah Perbatasan, dan Sengketa
a. Batas Negara dan Daerah Perbatasan
- Sejak awal peradaban, manusia merasa perlu membagi dunia atas teritorial-teritorial yang
menyatukan anggota kelompok mereka dan memisahkannya dari kelompok lain.
- Pembagian awal ini didasarkan pada luas tanah pertanian atau pengaruh pusat kota atas
daerah sekitarnya.
- Pentingnya batas negara tidak sepenuhnya disadari orang hingga zaman eksplorasi pada
abad ke-15 dan 16 serta abad-abad berikutnya.
- Abad ke-17, 18, dan 19 berlanjut penjajahan yang memunculkan ketidaksepakatan
negara tentang klaim wilayah para penjajah.
- Akhir abad ke-19, sebagian besar dunia telah dibagi menurut batas-batas negara, wilayah
penjajah, atau klaim.
- Banyak konflik militer yang terjadi karena garis batas yang tidak disepakati atau
perebutan wilayah dengan berbagai alasan oleh dua atau lebih negara.
b. Sengketa
- Bentrokan kepentingan karena masalah perbatasan masih terjadi hingga saat ini, tetapi
negara-negara lebih memilih jalan damai melalui PBB dan Mahkamah Internasional.
- Diadopsinya Piagam PBB memunculkan anggapan bahwa penggunaan kekerasan atau
perang telah diharamkan dalam praktik hubungan internasional dimana dasar hukumnya
terdapat dalam pasal 33.
- Sengketa batas negara muncul ketika suatu negara mengklaim daerah yang berdekatan
dengan negara lain karena hal-hal tertentu yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Empat jenis sengketa batas negara:


 Sengketa posisi: lokasi batas disengketakan oleh satu kelompok atau lebih,
 Sengketa Teritorial: Suatu negara mengklaim sebuah wilayah yang berada di wilayah
negara lain atau ketika batasnya dipersengketakan,
 Sengketa Sumber Daya: sangat lazim terjadi akhir-akhir ini seperti sengketa Blok
Ambalat antara Indonesia dan Malaysia,
 Sengketa Budaya: Terjadi ketika kelompok yang berbeda secara budaya memilih
untuk memisahkan diri dari kelompok lain di wilayah mereka, bila perlu dengan
menggunakan kekuatan bersenjata.
2. Cara Menyelesaikan Sengketa Internasional
a. Metode Diplomatik
1) Negosiasi :
Negosiasi atau perundingan adalah pertukaran pendapat dan usul-usul antarpihak yang
bersengketa untuk menemukan kemungkinan tercapainya penyelesaian sengketa secara damai.
Proses ini melibatkan diskusi langsung antarpihak yang bersengketa. Selain itu, negosiasi juga
dapat dilangsungkan melalui saluran-saluran diplomatik pada konferensi internasional atau yang
ada pada lembaga atau organisasi internasional. Negosiasi merupakan cara penyelesaian
sengketa yang paling dasar dan paling tua yang digunakan manusia. Biasanya, negosiasi
menjadi cara penyelesaian sengketa internasional yang pertama kali ditempuh oleh pihak-pihak
bersengketa.
2) Mediasi :
Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga yang bisa berupa negara,
organisasi internasional (misalnya PBB), atau individu (misalnya politikus, ahli hukum atau
ilmuwan) yang tidak memiliki kepentingan dan netral. Para mediator ini bertugas untuk memimpin
dan berpartisipasi dalam proses perundingan dengan pihak bersengketa. Salah satu fungsi
mediator adalah mencari berbagai solusi atau penyelesaian, mengidentifikasi hal-hal yang bisa
disepakati bersama, serta mengajukan beberapa penawaran untuk mengakhiri sengketa.
3) Inquiry :
Inquiry merupakan suatu metode penyelesaian sengketa internasional dengan melibatkan pihak ketiga yang
sangat tepat untuk digunakan. Dipandang tepat karena dalam metode ini pihak ketiga dapat memberikan
penilaian secara objektif mengenai perselisihan fakta, hukum atau kebijakan tertentu yang cukup serius
menimbulkan sengketa internasional. Dalam posisi ini, para pihak tetap memegang teguh pandangan mereka
atas objek yang disengketakan. Tentu akan sangat sulit untuk didamaikan, dan tingkat kebuntuan menjadi lebih
besar. Posisi mereka tidak dapat dinegosiasikan, bahkan salah satu pihak mungkin saja dapat mengambil jalan
alternatif dengan mencoba solusi secara paksa. Dengan negosiasi seperti itu, bahkan jika dibantu oleh jasa-jasa
baik atau mediasi, tidak dapat dianggap sebagai sarana yang memadai untuk menyelesaikan semua perselisihan
internasional.
4) Konsiliasi :
Konsiliasi merupakan cara penyelesaian sengketa internasional yang bersifat lebih formal
dibanding mediasi. Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa oleh pihak ketiga atau suatu
komisi konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak bersengketa. Komisi tersebut bisa yang sudah
terlembaga atau ad-hoc (sementara) yang berfungsi menetapkan persyaratan untuk
penyelesaian sengketa yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam proses perdamaian, para
konsiliator mendengarkan dan menyimpulkan pendapat-pendapat para pihak yang bersengketa,
menyelidiki fakta-fakta yang menjadi penyebab sengketa dan mendiskusikan usulan-usulan
untuk penyelesaian sengketa. Saat menjalankan perannya, konsiliator mencoba untuk
mencarikan usulan-usulan yang dapat menguntungkan semua pihak yang bersengketa.
b. Metode-metode Legal
1) Arbitrase : cara penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang berdasarkan pada
perjanjian arbitrase secara tertulis oleh para para pihak yang bersengketa
2) Mahkamah Internasional
3) Pengadilan-Pengadilan Lainnya

3. Penyelesaian Sengketa melalui Organisasi Internasional


a. Organisasi Regional: NATO, Uni Eropa, ASEAN, dan Liga Arab
b. PBB: memiliki tujuan untuk mempertahankan perdamaian dan keamanan nasional. Institusi
yang berperan penting dalam penyelesaian pertikaian secara damai adalah Dewan
Keamanan, Majelis Umum, dan Sekretaris Jenderal.

C. PERAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA


1. Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional merupakan organ hukum utama PBB yang didirikan tahun 1945
berdasarkan Piagam PBB sebagai kelanjutan Mahkamah Permanen Keadilan Internasional Liga
Bangsa-Bangsa.
Lembaga ini bertugas memutuskan kasus hukum kepada PBB dan lembaga-lembaganya
tentang hukum Internasional.

Dua cara Membawa Sengketa ke Mahkamah Internasional (MI):


 Melalui kesepakatan khusus antarpihak, yaitu semua pihak yang setuju mengajukan
persoalan kepada MI.
 Melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai.

Sengketa dapat dibawa ke MI, jika pemohon percaya bahwa lawannya diwajibkan oleh syarat
traktat tertentu untuk menerima yurisdiksi MI dalam hal sengketa.

Atau negara yang merupakan para pihak dalam status dapat menyatakan lebih dahulu
penerimaan otomatis mereka atas yurisdiksi MI untuk suatu atau seluruh jenis sengketa umum.
Pernyataan ini disebut yurisdiksi wajib (compulsory jurisdiction).

2. Hakim dalam Mahkamah Internasional (MI)


 MI terdiri atas 15 hakim.
 Masing-masing hakim dipilih melalui mayoritas absolut oleh Dewan Keamanan dan Majelis
Umum.
 Seorang hakim dapat dikeluarkan dengan suara mutlak hakim lain.
 MI memilih pejabatnya sendiri dan menunjuk registar dan pejabat lain.

3. Prosedur Penyelesaian Sengketa Internasional Melalui MI


 Telah terjadi pelanggaran HAM di suatu negara terhadap negara lain atau rakyat negara
lain.
 Ada pengaduan dari korban (rakyat) dan pemerintahan negara yang menjadi korban
terhadap pemerintahan dari negara yang bersangkutan karena didakwa telah melakukan
pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter lainnya.
 Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM
internasional lainnya.
 Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan.
 Dimulailah proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi.
4. Dukungan Keputusan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa
Internasional
 Dalam menjalankan tugasnya, PBB mengarahkan Majelis Umum untuk mendorong
perkembangan yang berkelanjutan dan kodifikasi hukum internasional.
 Komisi Hukum Internasional mempersiapkan draft traktat untuk memodifikasi dan
memodernisasi sejumlah topik dalam hukum internasional.
 Komisi Hukum Perdagangan Internasional merumuskan hukum tentang internasional dan
perkembangan ekonomi.
 Sebuah landmark perkembangan hukum Internasional terjadi tahun 1998 dalam sebuah
konferensi diplomatik.
 Berdasarkan hukum diplomatik, hukum internasional harus dapat diterapkan dalam bidang-
bidang kejahatan perang antarnegara, penjaminan terlaksananya hukum publik internasional
dan lainnya.
 Dalam hubungan internasional, terdapat beberapa asas perjanjian internasional. Asas-asas
tersebut adalah setiap perjanjian yang dibuat harus ditaati oleh pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian, pihak yang saling mengadakan hubungan memiliki kedudukan yang
sama, tindakan suatu negara sesuai dengan tindakan negara yang lain, asas saling
menghormati, dan asas yang dapat digunakan terhadap perubahan yang
mendasar/fundamental dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian.
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

1. Pengertian hukum internasional


2. Jelaskan asas hukum internasional
3. Jelaskan :
a. sumber hukum Internasional
b. subjek hukum Internasional
4. Sebutkan Lembaga peradilan Internasional
5. Sebutkan penyebab sengketa internasional
6. Sebutkan cara penyelesaian sengketa internasional!
7. Sebutkan 2 cara membawa sengketa ke mahkamah internasional!

CONTOH-CONTOH SENGKETA INTERNASIONAL YG SUDAH TERSELESAIKAN :

1. Sengketa Internasional Sengketa Internasional antara Indonesia dan Timor Leste


Sengketa internasional antara Indonesia dan Timor Leste disebabkan oleh adanya klaim oleh sebagian
warga Timor Leste atas wilayah Indonesia tepatnya di perbatasan wilayah Indonesia dan Timor Leste.
Masalah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste dikhususkan pada lima titik yaitu Imbate, Sumkaem,
Haumeniana, Nimlat, dan Tubu Banat. Dengan luas sekitar 1.301 hektar. Tiga titik berada di perbatasan
Kabupaten Belu dan dua titik berada di perbatasan Timor Leste dengan Kabupaten Timor Tengah Utara.
2. Sengketa Internasional antara Thailand dan Kamboja.
Sejak tahun 1962, sengketa Kuil Preah Vihear memicu konflik berdarah antara Thailand dan Kamboja.
Pemerintah Kamboja dan Thailand mengklaim bahwa kuil tersebut milik kedua negara. Pada tahun 1963,
Mahkamah Internasional di Den Haag memutuskan bahwa candi tersebut milik Kamboja. Akan tetapi,
gerbang utama candi berada di wilayah Thailand. Baku tembak di perbatasan dekat candi antara kedua
belah pihak kerap terjadi dan memakan korban. Thailand dan Kamboja meminta Indonesia menjadi
penengah konflik. Memenuhi permintaan tersebut, pemerintah Indonesia membentuk tim peninjau yang
terdiri dari unsur sipil dan militer.
3. Sengketa Internasional antara Irak dan Kuwait
Penyebab invasi Irak ke Kuwait adalah kemerosotan ekonomi Irak setelah perang delapan tahun dengan
Iran. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian
kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki. Dewan Keamanan PBB menggunakan hak veto
untuk menyelesaikan sengketa kedua negara. Pada 27 Februari 1991, pasukan koalisi berhasil
membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai
4. Sengketa atas Pulau Sipadan dan Ligitan
Indonesia pernah bersengketa dengan Malaysia terkait klaim dua pulau di perbatasan Kalimantan Timur,
tepatnya di Selat Makassar, yakni Sipadan dan Ligitan. Sengketa atas Pulau Sipadan dan Ligitan antara
Indonesia dan Malaysia terjadi sejak 1967. Hingga akhirnya pada tahun 2002, Mahkamah Internasional
memutuskan bahwa kepemilikan Pulau Sipadan dan Ligitan jatuh pada Malaysia. Keputusan ini didasarkan
pada bukti-bukti sejarah yang diterima Mahkamah Internasional dari Malaysia. Dokumen dari pihak Malaysia
membuktikan bahwa Inggris, yang dulu menjajah Malaysia, lebih dulu memasuki Pulau Sipadan dan Ligitan
dengan membangun mercusuar dan konservasi penyu. Sedangkan Belanda, yang menjajah Indonesia,
hanya terbukti pernah singgah di Pulau Sipadan dan Ligitan, namun, tidak melakukan apa pun. Selain itu,
Malaysia juga terbukti telah melakukan berbagai penguasaan efektif terhadap kedua pulau, seperti
pemberlakuan aturan perlindungan satwa burung, pungutan pajak atas pengumpulan telur penyu, dan
operasi mercusuar. Lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ini terjadi saat masa pemerintahan Presiden
Megawati Soekarnoputri.
Dari 4 contoh kasus sengketa internasional di atas, tuliskan :

1. Sebutkan penyebab terjadinya pada masing-masing kasus sengketa di atas!


2. Jelaskan metode penyelesaian yang di gunakan pada 4 kasus sengketa internasional di atas!
3. Apa yang dimaksud denganm hak veto?

Anda mungkin juga menyukai