PUBLIK
OLEH :
Tim Pengajar HI
FH UNIB
SYLLABUS
Bab I PENDAHULUAN
A. Pengertian, istilah, ruang lingkup, bentuk , dan
sifat HI
B. Sejarah HI dan perkembangannya dewasa ini
Bab II SUBJEK-SUBJEK HI
A. Pengertian subjek HI
B. Subjek-subjek HI
Bab III SUMBER-SUMBER HI
A. Pengertian sumber hukum Internasional
B. Sumber-sumber hukum internasional
UTS
Bab V WILAYAH NEGARA DAN CARA
MEMPEROLEHNYA
A. Wilayah negara dan pengaturannya
B. Cara Negara memperoleh wilayah
UAS
BAHAN BACAAN
1. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
Alumni, Bandung;
2. Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam
Era Dinamika Global, Alumni, Bandung;
3. Sugeng Istanto, Hukum Internasional, Univ. Atmajaya Jogyakarta;
4. I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Mandar Maju,
Bandung;
5. J.G Starke, Pengantar Hukum Internasional, Aksara Persada Indonesia,
Jakarta;
6. Sepriani, Hukum Internasional, Raja Grafindo Press, Jakarta;
7. T May Rudy, Hukum Internasional, Refika Aditama, Bandung;
8. Hata, Hukum Internasional sejarah perkembangan hingga Pasca perang
Dingin, Setara Press, Malang.
10. Buku-buku/artikel di internet lain yang berjudul HUKUM INTERNASIONAL
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian, istilah, ruang lingkup, bentuk dan sifat HI
1. Pengertian/definisi HI
a. Mochtar Kusumaatmadja
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaedah dan asas
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi
batas Negara antara :
1) Negara dengan Negara;
2) Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara; atau
3) Subjek hukum bukan Negara satu sama lain.
b. Boer Mauna :
Hukum Internasional diartikan sebagai himpunan dari
peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
mengikat serta mengatur hubungan antara
Negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya
dalam masyarakat internasional.
c. Sugeng Istanto :
Hukum Internasional adalah kumpulan ketentuan
hukum yang berlakunya dipertahankan masyarakat
internasional.
2. Istilah-istilah HI
a. Ius Gentium/Ius Intergentes
b. Law of Nations, Law among Nations
c. Transnational Law
d. International Law
3. Ruang Lingkup HI
a. Hukum Internasional Publik (HIP)
b. Hukum Perdata Internasional (HPI)
1) HPI Nasional
2) HPI Internasional/ Hukum dunia (world law)
4. Bentuk-bentuk HI
a. Universal International Law (Unclos 1982, Duham 1948)
b. Regional International Law (Asean charter 2007)
c. Special International Law (PI antara RI- Malaysia
tentang TKI)
HI regional dan HI special berubah menjadi HI universal
5. Sifat-sifat HI
a. Tertib hukum koordinatif (MI/ICJ-PBB)
b. Tertib hukum subordinatif pada :
MU/DK-PBB, WTO dan ICC
B. Sejarah HI dan perkembangannya dewasa ini
1. Zaman Kuno
a. India Kuno : Undang-undang Manu, yang berisi
1) Kedudukan raja-raja, suku bangsa, dan kasta
2) Utusan raja (diplomat)
3) Perjanjian antara raja-raja
4) hukum perang (combatant dan non
combatan
5) Cara memperlakukan tawanan perang
b. Yunani Kuno (abad VI SM- abad 12 M)
1) Hukum antar polis di bidang perdagangan
2) Wakil negara disebut Konsul
3) Adanya badan arbitrase
c. Romawi Kuno
1) Tidak ada aturan baru di bidang HI
2) Berlakunya hukum Romawi dengan
penerapan asas-asas hukum perdata (asas pacta
sunt servanda, asas occupation, asas bonafide, dsb)
2. Zaman Pertengahan (abad 12- 1648)
a. Kekaisaran Romawi (Eropa), dikuasai Paus
b. Kekaisaran Byzantium (Turki)
berkembangnya Hukum Diplomatik
c. Kerajaan Islam (Arab), berkembangnya
Hukum Perang
3. Zaman Modern 1 (1648-1945/setelah PD II)
a. Ditandatanganinya perjanjian West
Phalia 1648 :
1) Berakhirnya Imperium Romawi
2) Merdekanya negara-negara bekas
jajahan imperium Romawi
3) Dipisahkannya hukum negara
dengan hukum agama
Dari isi perjanjian West Phalia tersebut, lahirlah HI
yang memiliki ciri-ciri :
a. Setiap Negara memiliki kedaulatannya sendiri, yang
berarti memiliki kekuasaan eksklusif di wilayahnya;
b. Hubungan antar negara dilakukan atas dasar
kemerdekaan dan persamaan derajat;
c. Masyarakat internasional tidak mengakui kekuasaan
tertinggi di atas Negara seperti seorang Kaisar atau
Paus sebagaimana terjadi di zaman imperium
Romawi;
d. Hukum antar Negara disusun berdasarkan hukum
Perdata Romawi;
e. Negara mengakui adanya hukum tertinggi yang
mengatur hubungan antar Negara, dan menekankan
pentingnya peranan Negara dalam mentaati hukum
tersebut;
f. Tidak adanya Mahkamah Internasional dan kekuatan
polisi internasional untuk memaksakan ditaatinya
ketentuan hukum internasional;
g. Dirubahnya tujuan perang, yang sebelumnya perang
demi agama menjadi perang demi kepentingan.
b. Lahirnya berbagai pendapat dari para ahli :
1) Aliran Hukum Alam (Ketuhanan) :
a) Fransisco Vittoria : buku Relectio de Indis
b) Fransisco Suarez : buku De Legibus ae
Deo Legislatore (On Laws and God as Legislator)
c) Alberico Gentilis : pemisahan agama,
etika dan hukum
d) Pufendorf : HI adalah bagian dari
Hukum alam
2) Aliran sekularisme :
Grotius : buku De Yure belli ac Pacis dan
Mare Liberium
3) Aliran Positivisme :
a) Christian Wolf : buku Civitas Maxima
b) Von Martens : buku Receuil des Traites
c) Emerich de Vattel : berbagai buku
tentang HI yang bersumber dari
perjanjian internasional dan kebiasaan
internasional
c.Ditandatanganinya beberapa perjanjian
internasional, seperti Konvensi Den Haag
1899 dan 1907, Konvensi Jenewa 1864 dsb.
d. Didirikannya LBB melalui perjanjian Versialles
1919 setelah PD I
e. Didirikannya Mahkamah Internasional
Permanen pada 1921
f. Berdirinya PBB melalui perjanjian San Fransisko
1945
4. Zaman modern 2/ Perkembangan (1945/setelah PD II-
sekarang)
HI mengalami perkembangan yang sangat pesat, sebagai
akibat dari berbagai peristiwa dunia, yaitu :
a. Berdirinya berbagai Organisasi Internasional seperti PBB,
MEE, APEC, ASEAN, WTO dsb. Akibatnya :
1) Lahir sifat HI yang baru yaitu tertib hukum
subordinatif
2) bertambahnya subjek HI yaitu OI
3) Lahir bentuk HI Universal International Law
4) Ditetapkannya PI sebagai sumber HI oleh PBB
b. Merdekanya negara-negara yang sebelumnya terjajah.
Akibatnya:
1) Bertambahnya subjek HI
2) Lahirnya bentuk-bentuk HI baru (Regional dan
Special International Law)
c. Berkembangnya teknologi modern. Akibatnya :
Lahirnya cabang-cabang HI baru seperti Hukum Laut,
Hukum Udara, Hukum Ruang Angkasa, Hukum Alih
Teknologi/HAKI/ITE, Hukum Humaniter, Hukum
Perdagangan Internasional, dsb
d. Penghormatan terhadap HAM. Akibat :
1) Diadilinya penjahat perang Jerman dan Jepang 1946
2) Lahirnya Deklarasi HAM 1948 dan Konvensi
Genocida 1948
3) Tidak diakuinya asas imputabilitas dalam HI
4) Berlakunya asas retro aktif/dilanggarnya asas
legalitas
5) Individu menjadi subjek HI terbatas
6) Berdirinya ICC pada 1998
Bab II SUBJEK-SUBJEK HI
A. Pengertian Subjek HI
HN HI
1. Orang dan badan hk 1. Negara, OI, dsb
2. Hak dan kewajiban 2. Hak dan
kewajiban
3. Menurut HN 3. Menurut HI
4. Cakap/tidak cakap 4. Penuh dan
terbatas
B. Subjek-subjek HI penuh
1. Negara :
a. Syarat negara : Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933
“The state as a person of international law should
posses the following qualifications :
-A permanent population;
-A defined territory;
-Government;
-Capacity to enter into relations with the other
states.”
b. Bentuk-bentuk negara :
1) Negara merdeka penuh, terdiri dari :
a) Negara kesatuan (Unity);
b) Negara Serikat (United);
c) Negara konfederasi (Union);
d) Negara Commonwealth/Antillen;
e) Negara Netral;
f) Negara Mikro;
g) Negara otonomi khusus.
2) Negara setengah merdeka, terdiri dari :
a) Negara Mandaat/perwalian
b) Negara Vassal/protektorat
c) Negara kondominium
d) Negara dengan kondisi khusus, seperti
Palestina, Taiwan, Nagorno Karabakh,
Vatikan dsb.
2. Organisasi Internasional (OI)
a. Kasus Pangeran Bernadotte (1958)
b. Advisory Opinion/Legal Opinion dari MI
c. Jenis-jenis OI : 1) GO
2) NGO
b. Bentuk-bentuk OI - GO:
- OI Universal dengan tujuan umum : PBB
- OI Universal dengan tujuan khusus: organ-organ PBB
- OI Regional dengan tujuan umum : ASEAN
- OI Regional dengan tujuan khusus : AFTA
- OI Special dengan tujuan Universal: OPEC, OKI
3. Vatikan (Tahta Suci)
Vatikan = Negara
Tahta Suci = Pusat agama Katolik sedunia
Penyebab : Faktor sejarah
Dasar hukum : Lateran Treaty 11 Februari 1929
Status Vatikan :
a. Diakui seluruh negara di dunia
b. Memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan negara lain
c. Vatikan khusus mengurus kepentingan umat Katholik di
seluruh dunia
C. Subjek HI terbatas
1. ICRC (International Committee on the Red
Cross) merupakan OI yang NGO
a. Didirikan oleh Henry Dunant di Jenewa,
Swiss pada 19 Mei 1919
b. Ditetapkan sebagai subjek HI terbatas
(Konvensi Jenewa 1949) dengan tugas
sebagai pelindung korban perang
c. 3 jenis ICRC : Red Cross, Red Crescent, Red
Crystal
2. Bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan/
bangsa yang terjajah
Ciri-ciri :
a. Memperjuangkan kemerdekaan
b. Mendirikan organisasi
c. Mencari dukungan dari negara-negara lain
Dasar hukum:
a. Alinea 2 Pembukaan Piagam PBB
b. Resolusi MU-PBB
Alinea 2 Pembukaan Piagam PBB :
a. Hak untuk menentukan nasib sendiri;
b. Hak untuk secara bebas memilih system
ekonomi, politik dan sosial sendiri;
c. Hak untuk menguasai sumber kekayaan alam
yang ada di wilayahnya.
Contoh : PLO/HAMAS/FATAH, SWAPO yang diberi
status sebagai subjek HI melalui Resolusi MU-
PBB
3. Billigerent/gerakan separatis/pemberontak
Ciri-ciri :
a. Sekelompok orang yang memiliki persamaan ras, suku,
agama;
b. Berbentuk organisasi;
c. Ingin memisahkan diri dari negara yang sudah ada
(membentuk negara di dalam negara);
d. Tunduk pada hukum nasional negara yang bersangkutan
pada waktu damai namun tunduk pada HI pada waktu
perang;
d. Menimbulkan akibat kepada negara-negara lain.
Syarat-syarat untuk disebut billigerent :
a. Memiliki struktur organisasi yang jelas
b. Memiliki tanda pengenal/lambang yang jelas
c. Menguasai sebagian wilayah yang diperjuangkan
d. Mendapat dukungan dari rakyat yang wilayahnya sedang
diperjuangkan
Contoh Billigerent :
e. GAM (perjanjian perdamaian Helsinki- pemerintah RI 2005)
f. IRA(perjanjian perdamaian Belfast-pemerintah Inggris
1998).
Sikap HI terhadap billegerent :
a. Tetap menghormati kedaulatan negara induk
b. Negara induk berhak menerapkan HN-nya dengan tetap
memperhatikan HAM
c. Tunduk pada hukum humaniter internasional (jika terjadi
peperangan)
d. Tunduk pada HI (PI) jika menjalani proses perdamaian
e. Melarang negara-negara lain untuk intervensi dan
berpihak,
f. Negara-negara berhak memberikan pengakuan terhadap
billigerent
4. Perusahaan Multinasional/MNCs (subjek HN)
Dasar hukum : Konvensi ICSID (International
Center for the Settlement of Investment
Dispute) 1965
Kasus : Libya-PT Texaco 1977
BKPM (Indonesia)-PT Amco (AS)
1982
5. Individu (Subjek utama HN)
Dasar hukum :
a. Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia 1948,
b. Konvensi Genosida (Genocide Convention) 1948,
c. Konvensi Tokyo 1963, Konvensi Den Haag 1970, dan
Konvensi Montreal 1971 tentang tindak pidana
penerbangan (pembajakan pesawat udara).
Dasar hukum lainnya adalah putusan pengadilan atas
beberapa kasus, yaitu :
a. Kasus kereta api Danzig tahun 1928 (Danzig Railway Official’s
Case)
b. Pengadilan para penjahat perang NAZI di Nuremberg (Jerman)
dan Jepang di Tokyo oleh Mahkamah Militer Internasional
(IMT) pada 1946
c. Pengadilan para penjahat perang Serbia/Yugoslavia oleh ICTY
(International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia) di
Den Haag, Belanda pada 2001
d. Pengadilan para penjahat perang Rwanda oleh ICTR
(International Criminal Tribunal for Rwanda) 2003
e. Pengadilan para penjahat perang Kamboja oleh PBB
(Extraordionary Chambers) 2007
Individu yang dapat diadili di MI : Pelaku kejahatan
internasional yang tidak dapat diadili oleh
pengadilan nasional yaitu :
a. Kejahatan yang dilakukan di masa perang;
b. Kejahatan itu berupa kejahatan genosida;
c. Kejahatan itu merupakan pelanggaran HAM berat;
d. Kejahatan tersebut tidak dapat diadili di
pengadilan nasional karena didukung oleh
peraturan nasional.
Selain itu :
a. Pelaku tidak dapat diadili di Mahkamah
Internasional (ICJ), karena pasal 34 Statuta ICJ
b. Pelaku (selama ini) diadili di Mahkamah
internasional Ad hoc (karena ICC baru berdiri
pada tahun 1998)
c. Pelaku yang dapat diadili di ICC adalah pelaku
yang melakukan kejahatan sesudah tahun 2002
(Statuta Roma 1998)
Bab III SUMBER-SUMBER HI
A. Pengertian Sumber hukum
1. Sumber hukum materil ( dimana HI
ditemukan secara nyata)
2. Sumber hukum kausal (mengapa HI
ditaati)
3. Sumber hukum formil (dimana HI bisa
ditemukan, dan siapa yang berwenang
mengeluarkan HI)
B. Sumber-sumber HI (dalam arti formil)
Dasar hukum : Pasal 38 ayat (1) dan (2) Statuta ICJ.
"1. The Court, whose function is to decide in accordance
with international law such disputes as are submitted to
it, shall apply:
a. international conventions, whether general or
particular, establishing rules expressly recognized by the
contracting states;
b. international customs, as evidence of a general
practice accepted as law;
c. the general principles of law recognized by
civilized nations;
d. subject to the provisions of Article 59, judicial
decisions and the teachings of the most highly
qualified publicists of the various nations, as
subsidiary means for the determination of rules
of law.
2. This Provision shall not prejudices the power of the
court to decide a case ex aequo et bono, if the
parties agree there to…”
Sumber HI terdiri dari :
a. Sumber HI primer (PI, KI, Prinsip hukum
umum)
b. Sumber HI sekunder (yurisprudensi/ex aequo
et bono, ajaran para ahli)
1. Perjanjian internasional (PI)
a. Dasar Hukum PI: - Konvensi Wina 1969
- Konvensi Wina 1986
Dasar hukum PI di Indonesia : UU no. 24
tahun 2000 tentang PI
b. Pengertian PI :
- Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969
- Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1986
- Pasal 1 ayat (3) UU no 24/2000
Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1969 :
"Treaty" means an international agreement
concluded between States in written form and
governed by international law, whether
embodied in a single instrument or in two or
more related instruments and whatever its
particular designation.”
Pasal 2 ayat (1) Konvensi Wina 1986 :
“Treaty means an international agreement governed
by international law and concluded in written form:
a) Between one or more states and one or more
international organisations
b) Between international organisations whether
that agreement is embodied in a single
instrument or in two or more related instruments
and whatever its particular designation.”
Pasal 3 ayat (1) UU no. 24/2000:
Perjanjian Internasional adalah :
Perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun yang
diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara
tertulis oleh Pemerintah Republik Indonesia
dengan satu atau lebih negara, organisasi
internasional atau subjek hukum internasional
lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajjiban
pada pemerintah Republik Indonesia yang bersifat
hukum publik.
c. Istilah-istilah PI :
Konvensi (Convention), Traktat (Treaty), Pakta
(Pact), Deklarasi (Declaration), Statuta
(Statute), Piagam (Charter), Perikatan
(Arrangenment), Persetujuan (Agreement),
Modus Vivendi, Accord, Covenan, Protocol,
Kesepakatan (MoU/Memorandum of
Understanding)
d. Jenis-jenis PI :
1) Dari segi kekuatan mengikatnya :
a) Law making Treaty (Open Treaty) :
- Universal Law Making Treaty
- Regional Law Making Treaty
- Special Law making Treaty
b) Treaty Contract (Close Treaty)
Treaty contract Law Making treaty
a. Dilakukan/diikuti oleh beberapa
negara;
b. Hukum yang ditetapkan sama;
c. Hal yang diatur bersifat umum;
d. Dijadikan produk PBB.
Contoh : Deklarasi Negara-negara Amerika
Latin 1946
2) Dari segi proses pembuatannya :
a) PI 3 tahap (Treaty Making Power) yaitu
perundingan, penandatanganan dan
ratifikasi
b) PI 2 tahap yaitu perundingan dan
penandatanganan.
3) Dari segi jumlah peserta :
a) Bilateral
b) Multilateral
e. Praktek di Indonesia :
Sebelum amandemen UUD 1945 :
Pasal 11 UUD 1945 “dibantu” oleh Surat
Presiden RI nomor 2826/HK/60 kepada DPR
pada tanggal 22 Agustus 1960 tentang
Pembuatan Perjanjian dengan Negara lain.
Sesudah amandemen UUD 1945 :
Pasal 11 ayat (1) dan (2) dan UU no. 24/2000.
f. Asas-asas PI :
1) Asas Voluntary,
2) Asas Pacta Sunt Servanda,
3) Asas Pacta tertiis nec nocunt nec prosunt,
4) Asas Egality rights
5) Asas Reciprocity
6) Asas Courtesy
7) Asas Rebus sic stantibus
g. Berakhirnya PI :
1) Telah berakhirnya batas waktu,
2) Tujuan perjanjian telah tercapai,
3) Dibuatnya perjanjian yang baru,
4) Adanya persetujuan pihak-pihak untuk
mengakhiri,
5) Salah satu pihak menarik diri dari
perjanjian,
6) Musnahnya subjek dan objek dari perjanjian
itu,
7) Dipenuhinya syarat untuk mengakhiri
perjanjian,
8) Pelanggaran isi perjanjian oleh salah satu
pihak,
9) Putusnya hubungan diplomatik/ Pecah perang
antara pihak-pihak.
2. Kebiasaan Internasional (KI) :
Pengertian KI
Kebiasaan yang dapat menjadi sumber HI :
a. Kebiasaan tersebut bersifat umum (as a
general practice).
b. Kebiasaan itu diterima sebagai hukum
(accepted as law) atau opinio juris sive
necessitatis
Praktek KI terlihat pada:
a. Tindakan para pejabat negara
b. Pembuatan PI
c. Hukum nasional
Ada hubungan yang erat antara KI dengan PI :
PI KI
KI PI
3. Prinsip-prinsip hukum umum :
a. Kebanyakan berasal dari Romawi kuno
b. Merupakan norma hukum tertua
c. Masih berkembang sampai sekarang
d. Tersebar dalam berbagai peraturan hukum,
baik hukum publik (pidana, administrasi, tata
negara, pajak,dsb) maupun hukum privat
(perdata, perjanjian).
Contoh prinsip-prinsip hukum lama: asas pacta
sunt servanda, asas legalitas, asas nebis in
idem, asas bonafides, asas resiprositas, asas
good governance, asas teritorial, asas
personal, dan sebagainya.
Contoh Prinsip-prinsip hukum baru : asas most
favored nation, asas national treatment, asas
persamaan derajat, asas charity (ksatria atau
sportivitas)
4. Keputusan pengadilan (yurisprudensi), Ajaran para ahli
(doktrin) dan Keputusan OI:
a. Keputusan Pengadilan (yurisprudensi) :
1) Pengadilan nasional dan internasional
2) Arbitrase nasional dan internasional
contoh : Keputusan kasus Anglo- Norwegian Fishery
Case (1951) yang dimasukkan dalam aturan UNCLOS 1982
b. Ajaran para ahli :
1) secara individual, seperti Grotius, John Shelden
2) secara bersama/kelompok : ILC, ILA, ILI, dsb
c. Keputusan OI :
Tidak tercantum dalam pasal 38 ayat (1)
Statuta ICJ, namun tetap berpengaruh
dalam HI, seperti resolusi DK-PBB, MU-
PBB, dsb.
5. Ex aequo et bono (pasal 38 ayat 2):
Ex aequo et bono berarti : according to the right
and just, atau by principles of what is fair and
just.
Bab IV HUBUNGAN ANTARA HI DENGAN
HN
Persoalan yang berkaitan dengan HI dan HN :
1. Apakah ada hubungan antara keduanya?
2. Jika ada hubungan, dalam hal terjadi
pertentangan, yang mana yang akan
diutamakan negara, HI ataukah HN?
A. Teori-teori mengenai hubungan HI dengan HN:
1. Teori dualisme : Jellineck, Jean Bodin, Anzilotti
HI dan HN adalah 2 hukum yang berbeda (subjek,
sumber, sifat, kekuatan mengikatnya).
Konsekwensi : TIDAK ADA hierarkhi atau
pertemuan antara keduanya.
BENARKAH???? DAPAT DIBANTAH!!!
HI HN teori TRANSFORMASI
teori transformasi RATIFIKASI
2. Teori monisme : Hans Kelsen
HI dan HN berasal dari sumber hukum yang
sama, sehingga ada hierarkhi/pertentangan.
Pertanyaan : mana yang harus dimenangkan?
Monisme terbagi 2 :
a. Monisme primat HN
b. Monisme primat HI
Monisme primat HN :
1) HN lahir lebih dulu
2) HI dibuat jika negara menginginkan
BENARKAH????
Monisme primat HI :
1) HN berasal dari HI
2) HI memiliki posisi lebih tinggi dari pada HN
3) HN berlaku berdasarkan pendelegasian dari HI (teori
delegasi)
BENARKAH???? PELAJARI!!!!
FAKTA :
1. Sebagian besar HN lahir lebih dulu dari HI,
2. Ada HI yang lahir lebih dulu. Contoh : Konsep
ZEE, penggunaan garis pangkal biasa, hukum
diplomatik dan konsuler, hukum udara,
hukum humaniter, perjanjian perbatasan,
dsb.
3. Posisi HN dan HI seimbang, adakalanya HI
dikalahkan,adakalanya dimenangkan. Contoh :
a. HI menang HN kalah :
1)Sistem apartheid di Afrika Selatan ,
2) Hilangnya 4 negara yaitu Transkei,
Bophutatswana, Venda, Ciskei (TBVC),
b. HI kalah HN menang:
1) Anglo-Norwegian Fishery Case (1951)
2) Kasus Tembakau Bremen (1959)
4. Beberapa aturan HN berasal dari pendelegasian
(teori delegasi) HI kepada HN. Contoh : UU no.
39 tahun 1999 tentang HAM
5. Beberapa aturan HI berasal dari HN dan kembali
ke HN (teori transformasi)
HN HI HN
contoh : UU no 17/1985 tentang ratifikasi UNCLOS
B. Praktek negara-negara
1. Membutuhkan pengakuan dari negara-
negara lain
2. Membuat PI, berupa perjanjian perbatasan,
perjanjian diplomatik /konsuler (perdagangan)
3. Negara tidak dapat hidup sendiri (Zoon
Politicon)
4. Inggris dan Amerika Serikat :
“International Law is the Law of the Land”
HI=HN sepanjang HI berasal dari KI.
HI yang berasal dari PI dapat diratifikasi jika
tidak bertentangan dengan HN
5. Jerman, Austria dan Korea Selatan :
Pasal 25 UUD Jerman, pasal 9 Konstitusi Austria
dan pasal 7 Konstitusi Korea Selatan : HI adalah
bagian dari HN
6. Perancis :
Pasal 55 UUD Perancis 1958 : PI yang telah
disahkan atau diterima menurut undang
undang mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dari pada undang undang nasional
dengan syarat pihak lain juga menerapkan
hal yang sama.
7. Indonesia :
a. Mengenai PI diatur Pasal 11 UUD NRI 1945 :
(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan Negara lain.
(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan
beban keuangan Negara, dan/atau mengharuskan
perubahan atau pembentukan undang-undang harus
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Indonesia mengesampingkan KI dengan
mengeluarkan Deklarasi Juanda (DJ) 1957
KI : lebar laut teritorial 3 mil
DJ : lebar laut teritorial 12 mil
c. Indonesia menetapkan doktrin baru
mengenai Konsep NEGARA KEPULAUAN
C. Kasus-kasus :
1. HI mengalahkan HN :
a. Kasus Penjahat perang Jerman dan
Jepang (1946), Yugoslavia/Serbia (1993-
2001), Rwanda (1995), dan Kamboja
(2010)
b. Kasus apartheid di Afrika Selatan (1990)
c. Kasus hilangnya beberapa negara (1990)
d. Kasus mobil Timor (1998)
1. Kasus Penjahat perang Jerman dan Jepang
(1946), Yugoslavia (1993-2001), Rwanda
(1995), Kamboja (2010) :
HI : - Deklarasi HAM (1948)
- Konvensi Genosida (1948)
HN : - UU Nasional masing-masing yang
menganut asas imputabilitas.
2. Kasus apartheid di Afrika Selatan (1990)
HI : - Deklarasi HAM (1948)
- Konvensi Genosida (1948)
HN : -UU Pendaftaran Populasi 1950
-UU Kewarganegaraan Bantu 1970
3. Merdekanya 4 negara yaitu Transkei, Bophutatswana,
Venda dan Ciskei (TBVC) di Afrika Selatan (1990),
namun tidak mendapat pengakuan internasional,
menyebabkan negara-negara tersebut hilang.
4. Kasus Mobil timor (1998-1999) :
HI : -Prinsip Most Favored Nation (MFN) yang diatur
dalam pasal I ayat (1) GATT.
-Prinsip perlakuan nasional (national treatment
principle) yang diatur dalam pasal III ayat (2) GATT.
HN : -Instruksi Presiden (Inpres) nomor 2 tahun 1996
tentang Program Mobil Nasional (Mobnas) oleh PT TPN
(Timor Putra Nasional)
-Inpres nomor 42 tahun 1996 tentang Izin Impor
Mobil Nasional oleh PT TPN dari PT KIA Korea Selatan
secara utuh (built up)
2. HN mengalahkan HI :
a. Kasus Tembakau Bremen (1959)
HI : -Konvensi Montevideo 1933
tentang hak dan kewajiban Negara
- Kebiasaan Internasional
HN : Undang-undang nomor 86 tahun
1958 tentang Nasionalisasi
b. Kasus Anglo-Norwegian Fishery Case (1951)
HI : Kebiasaan internasional tentang :
-kebiasaan nelayan Inggris menangkap ikan
di perairan Norwegia
-penggunaan garis pangkal biasa
HN : Royal Decree 1935 tentang :
- larangan nelayan Inggris menangkap ikan
di perairan Norwegia
- penggunaan garis pangkal lurus
Bab V WILAYAH NEGARA DAN CARA
MEMPEROLEHNYA
A. Wilayah Negara dan pengaturannya
1. Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933, wilayah negara terdiri:
a. Wilayah darat
b. Wilayah laut (hukum laut)
c. Wilayah udara (hukum udara dan ruang angkasa)
2. Pasal 2 UNCLOS 1982
a. Wilayah darat
b. Wilayah laut (hukum laut)
c. Wilayah udara (hukum udara dan ruang angkasa)
d. Wilayah dasar laut dan tanah di bawahnya
1. Wilayah darat :
a. Melalui perjanjian internasional
b. Menggunakan batas-batas yang jelas
(alamiah atau buatan)
c. Negara memiliki kedaulatan mutlak
d. Kasus-kasus : India-Pakistan di Kashmir,
Israel-Palestina, Indonesia-Malaysia di
Kalimantan dsb.
2. Wilayah lautan/perairan (Hukum Laut)
a. Dasar Hukum :
1) UNCLOS 1982
2) PI antara negara-negara yang berkepentingan
3) Indonesia :
- UU no. 17/1985 tentang ratifikasi UNCLOS
- UU no 6/1996 tentang Perairan Indonesia
- UU no. 32/2014 tentang Kelautan
- UU lain yang berkaitan seperti UU Perikanan,
UU Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil, dsb.
b. Jalur-jalur laut menurut UNCLOS 1982 :
1) Laut yg dikenai kedaulatan mutlak dan Hukum nasional :
a) Laut Teritorial (Territorial Sea)
b) Perairan Pedalaman (Internal Waters), yang terdiri : Laut pedalaman
(Internal Sea), Perairan Darat (Land Waters), Selat (straight), Teluk
(bay), Muara (estuary), Perairan Kepulauan (archipelagic waters).
2) Laut yang dikenai kedaulatan terbatas dan Hukum nasional:
a) Zona Tambahan (Contigous Zone)
b) ZEE (Exclusive Economic Zone)
c) Landas Kontinen (Continental Shelf)
3) Laut yang dikenai Kedaulatan Internasional dan Hukum Internasioanl :
a) Laut Lepas (High Seas)
b) Kawasan (Area)
3. Wilayah Udara (Hukum Udara)
a. Awal mula : Ditemukannya teknologi pesawat
udara
b. Dasar hukum :
1) Cujus est solum ejus est usque ad coelum
2)Konvensi Chicago 1944 (Hukum Udara)
3)Indonesia : UU no. 1/2009 tentang Penerbangan
c. Kedaulatan negara : kedaulatan mutlak
d. OI : ICAO berwenang menetapkan FIR
Wilayah laut Wilayah udara
1. Kedaulatan mutlak, 1. Kedaulatan mutlak dan
terbatas dan internasional internasional
2. Negara TIDAK berhak 2. Negara BERHAK
melarang lintas kapal asing MELARANG lintas pesawat
di laut yang dikenai asing di wilayah udara
kedaulatan mutlak yang dikenai kedaulatan
3. Kapal asing diberi hak lintas mutlak
damai, lintas transit dan 3. Pesawat asing hanya diberi
lintas alur laut kepulauan hak lintas transit dan lintas
(di negara kepulauan) alur laut kepulauan
4. Wilayah Ruang Angkasa (Hukum Ruang
Angkasa/antariksa)
a. Batas ruang udara dengan ruang angkasa
b. Awal mula : Ditemukannya teknologi
pesawat ruang angkasa (Sputnik 1957 dan Apollo
1963)
c. Dasar hukum: Space Treaty 1967
d. Prinsip : Ruang Angkasa dan benda-benda
langit lainnya adalah warisan bersama umat
manusia, sehingga tidak ada negara yang boleh
mengklaim kepemilikannya (common heritage
of mankind)
e. Pemanfaatan ruang angkasa terkini :
1) Penempatan ISS/international space station
2) GSO
3)Penelitian ruang angkasa
4) Pemantauan bumi (cuaca)
5) Objek wisata
f. Kedaulatan dan hukum yang berlaku :
Kedaulatan dan hukum internasional
4. Wilayah dasar laut dan tanah di bawahnya
a. Dasar Laut dan tanah di bawahnya di bawah
perairan pedalaman (kedaulatan mutlak)
b. Dasar Laut dan tanah di bawahnya di bawah laut
teritorial (kedaulatan mutlak)
c. Dasar Laut dan tanah di bawahnya di bawah
Zona tambahan dan ZEE yaitu Landas Kontinen
(kedaulatan terbatas/eksklusif)
d. Dasar Laut dan tanah di bawahnya di bawah Laut
lepas yaitu Kawasan (kedaulatan internasional)
B. Cara negara memperoleh wilyah (darat)
1. Sejarah/prescription/asas uti possidetas yuris (Faktor
penjajahan, Perjanjian London 1814 antara Belanda dan
Inggris)
2. Okupasi/Pendudukan (Occupation)
Negara memiliki wilayah setelah menduduki wilayah
tersebut untuk waktu yang lama, dengan syarat :
1) Tidak ada pihak lain yang keberatan;
2) Wilayah tersebut adalah terra nullius (tidak ada
pemiliknya);
3) Harus ada niat yang serius;
4) Harus ada tindakan efektif.
Contoh :
a) Kasus Denmark dan Norwegia
(Eastern Greenland Case) 1951;
b) Kasus Indonesia dan Malaysia
(Sipadan and Ligitan Case) 2001.
3. Penyerahan (Cession/levering)
Penyerahan = perbuatan hukum memindahkan hak (hak milik
atau hak menguasai).
Penyerahan wilayah = hak kepemilikan dan kedaulatan
(wilayah, benda, penduduk).
Penyerahan terjadi :
a. setelah perang antara pihak-pihak,
b.di masa damai
Cara : penjualan, hibah, pertukaran atau penggabungan
melalui PERJANJIAN INTERNASIONAL
Contoh :
a. Timor Leste menggabungkan diri dengan Indonesia
(1976).
b. Kota Venesia dihibahkan oleh Austria kepada
Perancis (1866), dihibahkan lagi kepada Italia (1900),
UAS