Anda di halaman 1dari 45

Sumber Hukum Pidana Internasional

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 1


Sumber hukum

Dalam arti materiil Dalam arti formil

Suatu keyakinan / perasaan hukum individu dan “tempat dapat diketemukan aturan-aturan hukum yang berlaku
pendapat umum yang menentukan isi hukum . di suatu tempat tertentu dan pada waktu tertentu.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 2


Sumber Hukum Pidana Internasional

hukum pidana internasional hukum pidana nasional

hukum internasional mengenai hukum pidana nasional yang


masalah-masalah pidana/ kejahatan mengandung dimensi-dimensi internasional

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 3


Pengertian Sumber Hukum
• Sumber Hukum dapat diartikan “tempat dapat diketemukan aturan-
aturan hukum yang berlaku di suatu tempat tertentu dan pada waktu
tertentu (dalam arti Formil)”
• Hukum pidana internasional bersumber dari dua bidang hukum yaitu
hukum pidana internasional dan hukum pidana nasional, maka
sumber hukum pidana internasional adalah:
• hukum internasional mengenai masalah-masalah pidana/ kejahatan dan
• hukum pidana nasional yang mengandung dimensi-dimensi internasional.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 4


Sumber Hukum (formal) Yg berasal dari
Hukum Internasional

Kaidah dan prinsip/ asas hukum internasional yang berkenaan


dengan pidana / kejahatan

• Perjanjian Internasional;
• Hukum kebiasaan Internasional;
• Keputusan-keputusan badan penyelesaian sengketa
Internasional ;
• Pendapat para ahli;
• Keputusan/ resolusi organisasi internasional; dan
• Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh
masyarakat internasional;
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 5
Perjanjian Internasional
• Perjanjian internasional multilateral umum (PIMU) yang substansinya secara langsung dan tegas
mengatur tentang kejahatan;
• PIMU yg substansinya berkenaan dengan masalah tertentu tetapi di dalamnya terdapat suatu
ketentuan tentang kejahatan atau tindak pidana;
• Convention on the High Seas 1959 didalamnya mengatur tabrakan kapal dan insiden lainnya;
• The United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 Pasal 97 mengatur yurisdiksi criminal
Negara-Negara dalam kasus tabrakan kapal atau insiden lainnya di laut lepas,\.
• PIMRegional yang mengatur scr langsung dan tegas ttg kjhtn yg ruang lingkup berlakunya dalam
suatu kawasan tertentu saja;
• Eropean convention on extradition;
• Eropean convention on the suppression of terrorism 1977;
• Inter – American convention to prevent and punish torture, 1985.
• PIMRegional yang berkenaan dengan suatu masalah pokok ttt, ttp di dalamnya terdapat suatu
ketentuan ttg kejahatan.
• European cultural Convention 1954
• European Convention on the Protection of the Archaelogical Heritage 1969;
• Perjanjian-2 Int bilateral atau trilateral atau multilateral terbatas yang substansinya berkenaan
dengan suatu kerjasama dalam pemberantasan kejahatan.
03/16/2024
• Perjanjian HUKUM PIDANA
ekstradisi antara Indonesia dengan INTERNASIONAL
Malaysia; Indonesia dengan Phillipina; Indonesia dengan 6
Hukum kebiasaan Internasional,
• Kaidah-kaidah hukum pidana internasional yang berbentuk kebiasaan
internasional.
• Contoh: Negara yang baru saja berdiri dengan sendirinya terikat
dengan yurisdiksi criminal berdasarkan hukum kebiasaan
internasional tanpa perlu membuat peraturan perundang-undangan
nasional lebih dahulu maupun tanpa menyatakan secara tegas
kesediaannya tunduk pada yurisdiksi criminal berdasarkan hukum
pidana Internasional, misalnya ttg yurisdiksi territorial,
ekstrateritorial, kewarganegaraan pasif atau aktif, asas perlindungan
maupun universal.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 7


Pendapat Para Ahli
• Pendapat ahli hukum tentang suatu kasus hukum yang dituangkan
dalam tulisan ilmiah (buku, artikel jurnal ilmiah), dikemukakan dalam
pertemuan ilmiah, di sidang pengadilan, atau komentar melalui media
massa.
• Pendapat ahli tidak dengan sendirinya menjadi kaidah hukum.
• akan berlaku apabila memenuhi rasa keadilan, kepatutan, kelayakan
menurut pandangan masyarakat internasional.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 8


Keputusan atau resolusi Organisasi
Internasional
• Produk hukum suatu oraganisasi internasional berupa keputusan atau
resolusi yang berlaku internal (lingkungan organisasi internasional itu
sendiri) atau berlaku eksternal (Negara-Negara anggota);
• Contoh:
• Resolusi PBB 45/121 tanggal 14 Desember 1990 dengan topic The Eight Uniten Nation
Congress on the Prevention of Crime and the Treatmen of Offenders.
• Resolusi PBB 45/122 tanggal 14 Desember 1990 dengan topic Criminal Justice Education;
• Resolusi PBB 46/122 tanggal 14 Desember 1990 dengan topic International Cooperation in
Combating Organized Crime;
• Resolusi PBB 47/122 tanggal 14 Desember 1990 dengan topic Declaration on The Right of
Persson Belonging to National or Ethnic Religious and Linguistic Minorities.
• Resolusi PBB No. 40/ 34 tanggal 29 Nopember 1985 dengan topic Declaration of Basic
Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 9


Kerjasama Internasional Penanggulangan Kejahatan
Treaty on Extradition (General Assembly Resolution 45/ 116, th
Plenary meeting, 14 December 1990), meliputi:
• extraditable offences;
• mandatory grounds refuse.
• optimal grounds for refuse.
• Treaty on Mutual Assistance in Criminal Matters (General
Assembly Resolution 45/117 68 th plenary meeting 14 December
1990)

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 10


Dalam bidang Peradilan dan Penegakan Hukum

• Code af Conduct for Law Enforcement Officials (General Assembly resolution


34/169).
• Pedoman ini berisi kapan seorang penegak hukum dijinkan menggunakan
force, yakni when strictly necessary and only to the extent required for the
performance of their duty.
• Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law
Enforcement Officials (Adopted by Eighth Crime Congress, Havana, 1990).
• Dokumen ini memuat persyaratan bahwa senjata api hanya boleh
digunakan dalam tugas apabila :
• dalam rangka self-defence;
• defence of others against the imminent threat of death or serious injury;
• to prevent the perpetration of a particulary serious crime involving grave threat to life;
• to arrest a person presenting such a danger;
• to prevent his or her escape and;
• only when less extreme means are insufficient to achieve these objectives.
• Disamping itu dipersyaratkan pula adanya clear warning, kecuali mengandung resiko yang
membahayakan dirinya atau orang lain.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 11


• Basic Principles on the Independence of the Judiciary (Adopted by the Seventh Crime Congress, Milan,
1985 and endorsed by the General Assembly in Resolution 40/32).
• Asas kebebasan peradilan ini mencakup :
a) sifat tidak memihak;
b) kebebasan menyatakan pendapat, beragama, berserikat dan berkumpul;
c) perlindungan hukum bag, hakim;
d) keberhasilan professional hakim dalam mcnjalankan tugasnya;
e) system seleksi hakim yang ketat atas dasar integritas pribadi dan kemampuan.
• Basic Principle on the Role of Lawyers (Adopted by the Eight Crime Congress, 1990).
• Dalam dokumen ini di atur asas-asas pentingnya kedudukan penasehat hukum dalam system peradilan
pidana, yaitu :
• access to lawyers and legal services;
• special safeguards In criminal justice matters;
• qualification and train.
• duties and responsibilities
• guaranties for the functioning of lawyers;
• freedom of expression and association;
• professional association of lawyers
• disciplinary proceedings.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 12


• Guidelines on the Role of Prosecutors (Adopted by the Eight Crime Congress,
1990).
Berisi pedoman yang mengatur standarisasi peran jaksa dan mencakup
hal-hal sebagai berikut:
• a) qualifications, selection and training;
• b) status and conditions of service;
• c) freedom of expression and association;
• d) role in criminal proceeding;
• e) discretionary function;
• f) alternative to prosecution ;
• g) relations with other government agencies or institution;
• h) disciplinary proceedings;
• i) observance of the guidelines.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 13


Dalam bidang Pembinaan Para Pelaku
• Standard Minimum Rules For the Treatment of Prisoners (Adopted by the
ECOSOC, 1957, Resolution 663 CI (XXIV) on the recom­mendation of the
First Congress). Pedoman ini mengatur mengenai perlakuan standar
minimum bagi terpidana yang memuat antara lain: a) asas praduga tidak
bersalah harus dihormati; b) penahanan terpisah dari terpidana, yang
muda dan dewasa juga harus terpisah; c) jaminan untuk dapat
berkomunikasi dengan keluarga dan menghubungi penasehat hukum
dalam kerangka within right but not within the hearing of a police or
institution official; d) dan sebagainya.
• Standard Minimum Rules for Non-Custodial Measures (General As­sembly
Resolution 45/110, the Tokyo Rules). Standar ini berlaku untk offenders
termasuk suspected, accused or sentenced. Pre trial detention harus
dipertimbangkan sebagai usaha terakhir di dalam proses peradilan,
dengan mempertimbangkan kepentingan investigasi, perlindungan
masyarakat dan korban, alternative to pre-trial deten­tion harus
diusahakan
03/16/2024
sedini mungkin. HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 14
Dalam bidang Juvenile justice

• Standard minimum Rules for the Administrution of juvenile justice (the


Beijing Rules, General Assembly resolution 40/33). Dalam instrument
ini ditegaskan perlunya hak-hak remaja dalam system peradilan
pidana seperti right to privacy, hak bantuan hukum, perlunya diversi,
polisi khusus yang ditugaskan menangani mereka. Penahanan
dilakukan sebagai usaha terakhir dan sesingkat mungkin, penahanan
harus terpisah dengan orang dewasa, orang tua wali harus diijinkan
untuk berpartisipasi.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 15


Yang berkaitan dengan Perlindungan Korban

• Declaration of Basic Principle of Justice for Victims of Crime and Abuse Power (general Assembly
Resolution 40/34)
• Implementation of the Declaration of Basic Principle of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power
(ECOSOC Resolution 1987/ 57)
• Victims of Crime and Abuse of Power (ECOSOC Resolution 1990/ 22)
• Protection of the Human Right of Victims of Crime and Abuse of Power.
• Dalam beberapa ketentuan tersebut diatur mengenai penghormatan terhadap korban kejahatan, seperti
menghormati martabat, hak untuk diperlakukan adil di depan pengadilan dan untuk memperoleh
kompensasi dan ganti rugi melalui prosedur formal dan informal dengan cara yang fair, murah dan
sederhana. Hak atas informasi tentang mekanisme untuk memeproleh hak-haknya, peranannya dalam
peradilan dan perkembangan perkaranya, memebri kesempatan pada korban untuk mengemukakan
pendapatnya dalam semua tahap proses peradilan pidana, perlindungan keamanan baik terhadap dirinya
maupun keluarganva, menghindarkan diri dari penundaan peradilan yang tidak perlu dan sebagainya.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 16


Yang berkaitan dengan Pidana Mati:

• The Safeguards Guaranteeing Protection of The Right of Those Facing


the Death Penalty (ECOSOC Resolution 1984/5O).
• Salah satu yang diatur adalah mengenai pembuktian perbuatan pidana
maupun alternative penafsiran lain, perlunya bantuan hukum secara
maksimal, hak naik banding harus dimanfaatkan semaksimal mungkin,
demikian juga hak grasi termasuk mutasi;

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 17


Prinsip-prinsip hukum Umum
• Prinsip Keadilan; Kepatutan; kelayakan (prinsip hukum pada
umumnya);
• Prinsip Kedaulatan, Kemerdekaan, kesamaan derajat Negara-Negara,
prinsip non intervensi, pacta sunt servanda, penyelesaian sengketa
secara damai, tidak menggunakan kekerasan, tidak menggunakan
kekerasan dalam menyelesaikan masalah internasional.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 18


ASAS-ASAS HUKUM PIDANA
INTERNASIONAL

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 19


Apa yang harus dikuasai oleh Sarjana Hukum?

Kemampuan mengidentifikasi mslh hkm. Setelah ditemukan


Legal Problem Identification masalah hkmnya kemudian dirumuskan dan dipecahkan.

Kemampuan untuk memecahkan masalah Hukum.


The Power of Solving Legal Setiap SH harus mampu menyeleksi masalah hkmnya , (kadang sukar
Problems dicari batasnya antr mslah hokum, politik dan agama.

Kemampuan membuat keputusan. Setelah pemecahan masalah,


Decision making perlu diberi hukumnya

Syarat agar Sarjana Hukum mampu melakukannya harus berbekal pengetahuan tentang kaedah hukum/ Asas-
03/16/2024
asas Hukum, System hukum dan Penemuan Hukum
HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 20
Asas-asas Hukum Pidana Internasional
• Hukum pidana internasional bersumber dari dua bidang hukum
• hukum internasional mengenai masalah-masalah pidana dan
• hukum pidana nasional yang mengandung dimensi-dimensi internasional.
• maka asas-asas hukumnya juga bersumber dari kedua bidang hukum tersebut yang dapat
dibedakan:
1. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BERASAL DARI HUKUM
PIDANA INTERNAS;
2. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BERASAL DARI HUKUM
PIDANA NASIONAL NEGARA-NEGARA
3. ASAS ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BENAR-BENAR MANDIRI;

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 21


ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG
BERASAL DARI HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

• Asas kemerdekaan;
• Asas kedaulatan; dan • Asas non intervensi,
• Asas kesamaan derajat • Asas saling menghormati
Negara-negara kemerdekaan, kedaulatan, dan
Masing-masing Negara memiliki
kesamaan derajat Negara-negara,
kedudukan yang sama • Asas hidup berdampingan secara
damai ,
• Asas penghormatan dan
perlindungan atas hak asasi manusia,
Tidak memandang besar/ kecil, kuat/
lemah, maju/ tidaknya
• Asas bahwa suatu Negara tidak boleh
melakukan tindakan-tindakan yang
mencerminkan kedaulatan didalam
wilayah Negara lainnya,
03/16/2024 HUKUM PIDANA•INTERNASIONAL
Dan lain-lain. 22
Asas non-intervensi: Negara tidak boleh campur tangan atas masalah
dalam negeri Negara lain, kecuali Negara itu menyetujuinya secara
tegas;
Asas hidup berdampingan secara damai:
Asas ini menekankan kepada Negara-negara dalam menjalankan
kehidupannya, baik secara internal maupun eksternal, supaya dilakukan
dengan cara hidup bersama secara damai, saling menghargai antara
satu dengan yang lainnya. Apabila ada masalah atau sengketa yang
timbul, antara dua atau lebih Negara, supaya diselsaikan secara damai.
Wujud dari asas hidup berdampingan secara damai adalah dapat dilihat
dari pengaturan masalah-masalah internasional baik dalam ruang
lingkup global, regional, maupun bilateral adalah dengan merumuskan
kesepakatan,kesepakatan untuk mengatur masalah-masalah tertentu
dalam perjanjian internasional.
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 23
• Asas penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia:
Negara-negara wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia
kepada siapapun dalam situasi dan kondisi bagaimanapun.
• Berdasarkan asas ini, tindakan apapun yang dilakukan oleh Negara-negara
atau seseorang tidka boleh melanggar ataupun bertentangan dengan hak
asasi manusia. Contoh, sebuah Negara membuat peraturan perundang-
undangan nasional dalam hukum pidana, seperti undang-undang anti
terorisme, dan lain-lain. Tidak boleh ada ketentuan yang bertentangan
dengan hak asasi manusia.
• contoh konvensi dalam bidang hukum pidana internasional yang berkenaan
dengan penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia tertuang dalam
Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment, 10 Desember 1984 dan mulai berlaku pada tanggal
26 Juni 1987 atau yang lebih dikenal dengan Konvensi Anti Penyiksaan, adalah
salah satu

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 24


ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
YANG BERASAL DARI HUKUM PIDANA
NASIONAL NEGARA-NEGARA
• Asas-asas hukum pidana nasional Negara-negara pada dasarnya tidak
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
• asas legalitas (asas nullum delictum dan asas culpabilitas;
• Asas non retroaktif ;
• asas culpabilitas;
• asas presumption of innocent;
• asas ne bis in idem.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 25


• Asas Legalitas
• asas nullum delictum noela poena sine lege. suatu perbuatan tidak dapat dipidana apabila atas perbuatan itu tidak atau belum
diatur dalam suatu perundangan-undangan pidana nasional. Tegasnya, seseorang untuk dapat diadili dan atau dijatuhi
hukuman atas perbuatannya jika terbukti bersalah ataupun dibebaskan dari tuntutan pidana jika tidak terbukti bersalah,
haruslah didasarkan pada pada adanya undang-undang pidana yang ada dan berlaku sebelum perbuatan itu dilakukan.

• Asas non-retroactive
• Asas non-retroactive ini merupakan turunan dari asas legalitas. Dengan keharusan untuk menetapkan terlebih dahulu suatu
perbuatan sebagai kejahatan atau tindakan pidana didalam hukum atau perundang-undangan pidana nasional, dan atas dasar
itu barulah Negara menerapkannya terhadap si pelaku perbuatan tersebut.
• Asas culpabilitas
• Asas ini yang juga merupakan salah satu asas utama dari hukum pidana nasional Negara-negara menyatakan, bahwa
seseorang hanya dapat dipidana apabila kesalahannya sudah dapat dibuktikan berdasarkan atas peraturan perundang-
undangan pidana yang didakwakan kepadanya melalui proses pemeriksaan oleh badan peradilan yang memang memiliki
wewenang untuk itu. Sebaliknya jika kesalahannya tidak berhasil dibuktikan, maka dia harus dibebaskan, dari tuntutan pidana.
• Asas praduga tak bersalah (presumption of innocent)
• Menurut asas ini, seseorang yang diduga melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana wajib untuk dianggap tidak bersalah
sampai kesalahannya dapat dibuktikan berdasarkan suatu putusan badan peradilan yang sudah memiliki kekuatan mengikat
yang pasti. Berdasarkan asas ini, setiap orang yang didakwa melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana harus diperlakukan
sebagaimana layaknya manusia biasa yang tidak bersalah, denagn segala hak asasi manusia yang melekat pada dirinya.
• asas ne bis in idem.
• orang yang sudah diadili dan atau dijatuhi hukuman yang sudah memiliki kekuatan mengikat yang pasti oleh badan peradilan
yang berwenang atas suatu kejahatan atau tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya, tidak boleh diadili dan atau diajtuhi
putusan untuk yang kedua kalinya atau lebih, atas kejahatan atau tindak pidana tersebut

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 26


ASAS ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL
YANG BENAR-BENAR MANDIRI
• Dirumuskan melalui Perjanjian London 8 Agustus 1945 yang juga
merupakan piagam Mahkamah Internasional di Nurenberg 1945 dan
Tokyo 1946.
• Diadopsi oleh Komisi Hukum Internasional dalam sidangnya Tahun
1950, dan disampaikan ke Majelis Umum PBBB. Hanya saja setelah
diterima tidak ada tindak lanjutnya, tetapi asas-asas itu diakui sebagai
asas hukum pidana internasional yang berlaku umum.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 27


• Asas itu antara lain:
1. Setiap orang yang melakukan suatu perbuatan yang merupakan kejahatan
berdasarkan hukum pidana internasional harus bertanggungjawab dan oleh
karena itu dapat dijatuhi hukuman;
2. Suatu kenyataan bahwa hukum nasional atau domistik tidak memaksakan suatu
hukuman terhadap suatu yang merupakan kejahatan berdasarkan hukum pidana
internasional tidaklah membebaskan orang yang bersangkutan yang telah
melakukan perbuatan tersebut dari pertanggingjawaban berdasarkan hukum
internasional;
3. Suatu kenyataan bahwa seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang
merupakan kejahatan berdasarkan hukum internasioanl bertindak sebagai kepala
Negara atau pejabat pemerintah yang bertanggungjawab tidaklah membebaskan
yang bersangkutan dari pertanggungjawaban berdasarkan hukum internasioanal;
4. Suatu kenyataan bahwa seseorang yang melakukan perbuatan untuk
menjalankan perintah dari pemerintahnya atau dari kekuasaan yang lebih tinggi
tidaklah membebaskan dari pertanggungjawaban berdasarkan hukum
internasional sepanjang masih ada perimbangan moral yang dapat dipilihnya.
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 28
5. Seseorang yang dituduh melakukan suatu kejahatan berdasarkan hukum
internasional mempunyai hak atas peradilan yang fair atau tidak memihak atas
fakta-fakta dan hukumnya;
6. Kejahatan-kejahatan di bawah ini yang dapat dihukum sebagai kejahatan
berdasarkan hum internasional adalah :
a. Kejahatan terhadap Perdamaian.
a. “ perencanaan, persiapan atau mengobarkan perang agresi atau perang yang merupakan pelanggaran ata
perjanjia…………………………..dst
b. Berpartisipasi dalam perencanaan bersama atau berkonspirasi perbuatan yang ditentukan dalam butir 1.
b. Kejahatan perang
Pelanggaran-pelanggaran atas kaidah-kaidah hukum dan kebiasaan dalam perang ………..dst
c. Kejahatan terhadap kemanusiaan;
pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pendeportasian, dan perbuatan lai yang tidak
berperikemanusiaan ……dst
7. Keterlibatan dalam suatu perbuatan kejahatan terhadap perdamaian, kejahatan
perang, atau kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana ditentukan pada
prinsip 6 adalah merupakan kejahatan berdasarkan hukum internasional.
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 29
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 30
UU Ekstradisi:
• Pjht politik tidak dpt diekstradisi (UU No. 1 Tahun 1979:
Tidak diserahkannyaseseorang pelaku kejahatan politik adalah berhubung dengan hak
negara untuk memberi suaka politik kepada pelarian politik.
Tak dpt dilepaskan dari hak asasi seseorang utk mendpt perlindungan hkm.
• Pengecualian : pembunuhan atau percobaan pembunuhan thd Kepala Negara
atau anggota keluarganya.
Meskipun ada motif politik, Perbtn ini dianggap bukan kjhtn politik (ini mrpkan attentat
clause yg dianut pula oleh Indonesia)
• Terdpt beberapa asas dlm ekstradisi:

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 31


Asas-asas dlm ekstradisi:
• Azas Double Criminality (asas kejahatan rangkap)
• Maksud azas ini adalah perbuatan yang dilakukan baik oleh negara peminta maupun negara yang diminta dianggap
sebagai kejahatan.
• implementasi azas ini tercantum dalam daftar kejahatan yang dapat diekstradisikan. Namun ekstradisi terhadap kejahatan
yang tidak tersebut dalam daftar kejahatan dapat juga dilakukan atas dasar “kebijaksanaan” oleh negara Diminta (Pasal 4
ayat 1 dan 2).
• Asas penolakan thd permintaan ektradisi Pjht politik;
• Asas utk tidak menyerahkan warganegaranya sendiri kpd negara peminta;
• Asas bahwa kjhtn yg dilakukan seutuhnya atau sebgn di wil neg yg diminta dlm yurisdiksi negara yg meminta, mk
neg ini dpt menolak permintaan ekstradisi;
• Asas penolakan ekstradisi jika pejabat yg berwng dari neg yg diminta sdg mengadakan pemeriksaan thd penjht
ybs.
• Asas nebis in idem;
• Azas bahwa seseorang tidak diserahkan karena hak untuk menuntut atau hak untuk melaksanakan putusan
pidana telah kadaluaesa;
• Azas bahwa seseorang yang diserahkan tidak akan dituntut, dipidana atau ditahan untuk kejahatan apapun yang
dilakukan sebelum yang bersangkutan diekstradisikan selain dari pada untuk kejahatan maka ia diserahkan,
kecuali bila negara yang diminta untuk menyerahkan orang itu menyetujui
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 32
Asas kjhtn rangkap (double criminality) yi Perbtn yg dilkkn baik oleh negara peminta maupun negara

yg diminta dianggap sbg kjhtn .


Pasal 2
• Ekstradisi dilakukan berdasarkan suatuperjanjian.
• Dalam hal belum ada perjanjian tersebut dalam ayat (1), maka ekstradisi dapat dilakukan atas dasar hubungan baik dan jika kepentingan
Negara Republik Indonesia menghendakinya.
Pasal 3
• Yang dapat diekstradisikan ialah orang yang oleh pejabat yang berwenang dari negaraasing diminta karena disangka melakukan kejahatan
atau untuk menjalani pidanaatau perintah penahanan.
• Ekstradisi dapat juga dilakukan terhadap orang yang disangka melakukan atau telah dipidana karena melakukan pembantuan, percobaan
dan permufakatan jahat untuk melakukankejahatan tersebut dalam ayat (1), sepanjang pembantuan, percobaan, dan permufakatan jahat
itu dapat dipidana menurut hukum Negara Republik Indonesia dan menurut hukum negara yang meminta ekstradisi.
Pasal4
• Ekstradisi dilakukan terhadap kejahatan yang tersebut dalam daftar kejahatan terlampir sebagai suatu naskah yang tidak terpisahkan dari
Undang-undang ini.
• Ekstradisidapat juga dilakukan atas kebijaksanaan dari negara yang diminta terhadap kejahatan lain yang tidak disebut dalam daftar
kejahatan.
• DenganPeraturan Pemerintah, pada daftar kejahatan yang dimaksud dalam ayat (1) dapatditambahkan jenis perbuatan lain yang oleh
Undang-undang telah dinyatakan sebagai kejahatan.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 33


Asas penolakan thd permintaan ektradisi Pjht politik
Pasal 5
(1) Ekstradisi tidak dilakukan terhadap kejahatan politik.
(2) Kejahatan yang pada hakekatnya lebih merupakan kejahatan biasa daripada kejahatanpolitik,
tidak dianggap sebagai kejahatan politik.
(3) Terhadapbeberapa jenis kejahatan politik tertentu pelakunya dapat juga diekstradisikan
sepanjang diperjanjikan antara negara Republik Indonesia dengan negara yangbersangkutan.
(4) Pembunuhanatau percobaan pembunuhan terhadap kepala negara atau anggota-keluarganya
tidakdianggap sebagai kejahatan politik.
Pasal 6
• Ekstradisiterhadap kejahatan menurut hukum pidana militer yang bukan kejahatan menurut
hukum pidana umum, tidak dilakukan kecuali apabila dalam suatu perjanjianditentukan lain.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 34


Asas utk tidak menyerahkan warganegaranya sendiri kpd
negara peminta;

• Pasal 7
• Permintaan ekstradisi terhadap warganegara Republik Indonesia ditolak.
• Penyimpanganterhadap ketentuan ayat (1) tersebut di atas dapat dilakukan
apabila orang yang berasangkutan karena keadaan lebih baik diadili di tempat
dilakukannya kejahatan.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 35


Asas bahwa kjhtn yg dilakukan seutuhnya atau sebgn di wil neg yg diminta
dlm yurisdiksi negara yg meminta, mk neg ini dpt menolak permintaan
ekstradisi;

Permintaanekstradisi dapat ditolak jika:


• kejahatan yang dituduhkan dilakukan seluruhnya atau sebagiannya dalam
wilayah Negara Republik Indonesia ( Pasal 8)

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 36


Asas penolakan ekstradisi jika pejabat yg berwng dari neg
yg diminta sdg mengadakan pemeriksaan thd penjht ybs.

Permintaanekstradisi dapat ditolak jika:


• orang yang diminta sedang diproses di Negara Republik Indonesia untuk
kejahatan yang sama (Pasal 9)

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 37


Asas nebis in idem

Permintaanekstradisi dapat ditolak jika:


• putusan yang dijatuhkan oleh Pengadilan RepublikIndonesia yang
berwenang mengenai kejahatan yang dimintakan ekstradisinya telah
mempunyai kekuatan hukum yang pasti (Pasal 10)
• orang yang dimintakan ekstradisinya telah diadili dan dibebaskan atau
telah selesai menjalani pidananya di negara lain mengenaikejahatan
yang dimintakan ekstradisinya (Pasal 11)

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 38


Azas bahwa seseorang tidak diserahkan karena hak untuk menuntut atau hak untuk melaksanakan
putusan pidana telah kadaluwarsa

Permintaanekstradisi dapat ditolak jika:


• menurut hukum Negara Republik Indonesia hak untuk menuntut atau
hak untuk melaksanakan putusan pidana telah kedaluwarsa (Pasal 12)

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 39


Asas utk tdk menahan, menuntut atau memidana atas kjhtn lain, kcl kjhtn
dimana pjht tsb diminta ekstradisi, kecuali neg yg diminta tsb menyetujui;

Permintaanekstradisi dapat ditolak jika:


• kejahatan yang dimintakan ekstradisi, diancam dengan pidana mati menurut hukum negara peminta sedangkan menurut hukum
Negara Republik Indonesia kejahatan itu tidak diancam dengan pidana mati atau pidanamati tidak selalu dilaksanakan, kecuali
jika negara peminta memberikan jaminanyang cukup meyakinkan, bahwa pidana mati tidak akan dilaksanakan (Pasal 13)
• menurut instansi yang berwenang terdapat sangkaan yang cukup kuat, bahwa orang yang dimintakan ekstradisinya akan
dituntut, dipidana,atau dikenakan tindakan lain karena alasan yang bertalian dengan agamanya,keyakinan politiknya, atau
kewarganegaraannya, ataupun karena ia termasuk sukubangsa atau golongan penduduk tertentu (Pasal 14)

• orang yang dimintakan ekstradisi akan dituntut,dipidana, atau ditahan karena melakukan kejahatan lain daripada kejahatan
yang karenanya ia dimintakan ekstradisinya, kecuali dengan izin Presiden (Pasal 15)
• orang yang dimintakan ekstradisinya akan diserahkankepada negara ketiga untuk kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan
sebelum iadimintakan ekstradisi itu (Pasal 16)

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 40


DASAR HUKUM EKSTRADISI

Permintaan ekstradisi didasarkan pada 4 (empat) hal yaitu :


1. Perundang-undangan Nasional
2. Perjanjian Ekstradisi
3. Perluasan Konvensi Internasional
4. Tata Krama Internasional

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 41


UNSUR-UNSUR EKSTRADISI

• Pada umumnya penyerahan pelaku kejahatan dilakukan karena


terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pelaku kejahatan (fugitive offender)
2. Negara Peminta (requesting state)
3. Negara Diminta (requested state)
4. Permintaan dari negara peminta
5. Tujuan penyerahan pelaku kejahatan

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 42


Indonesia sebagai Negara Yang
Diminta (Requested Country)
• Prosedur yang harus ditempuh apabila negara lain mengajukan permintaan Ekstradisi kepada Indonesia :
1. Negara Peminta mengajukan permintaan pencarian, penangkapan dan penahanan sementara kepada Kapolri atau Jaksa Agung. Permintaan
tersebut dapat diajukan melalui saluran Interpol atau saluran diplomatik.
2. Apabila orang yang dicari dapat ditangkap/ ditahan, selanjutnya Polri/ Kejaksaan memberitahukan kepada Negara Peminta melalui saluran
diplomatik atau Interpol serta meminta agar negara Peminta segera mengajukan permintaan ekstradisi kepada Pemerintah Indonesia
(Menteri Kehakiman) paling lambat 20 hari sejak dilakukan penangkapan atau sesuai perjanjian kedua negara.
3. Jika dalam waktu yang telah ditentukan Pemerintah Indonesia (Departemen Luar Ngeri) tidak menerima permintaan ekstradisi dari negara
Peminta, Polri/ Kejaksaan harus membebaskan orang yang dimintakan ekstradisi.
4. Berkas persyaratan ekstradisi disampaikan kepada Menteri Luar Negeri melalui saluran diplomatik.
5. Deplu menyampaikan berkas asli permintaan kepada Menteri Kehakiman dengan tembusan Kapolri, Jaksa Agung dan Mahkamah Agung.
6. Bila ada perjanjian ekstradisi, Menkehham mengirimkan berkas asli permintaan ekstradisi kepada Kapolri/ Jaksa Agung.
7. Kejaksaan mengajukan berkas perkara kepada Pengadilan Negeri.
8. Pengadilan Negeri menyampaikan penetapan pengadilan dapat atau tidak dapat diekstradisikan kepada Menkehham.
9. Menkehham menyampaikan penetapan pengadilan kepada Presiden.
10.Presiden mengambil keputusan dikabulkan atau ditolaknya ekstradisi.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 43


Indonesia sebagai Negara Peminta
(Requesting Country)
Prosedur pengajuan permintaan Ekstradisi ke negara lain (khusus Polri) :
1. Pengajuan permintaan pencarian dan penangkapan dari Bareskrim/ Ditreskrim Polda kepada NCB-Interpol Indonesia .
2. NCB-Interpol Indonesia meminta bantuan Interpol negara lain untuk melakukan pencarian dan penangkapan.
3. Jika negara tersebut berhasil menangkap orang yang dicari, NCB-Interpol Indonesia menyiapkan dan mengirimkan
permintaan ekstradisi kepada Menkehham agar Pemerintah Indonesia mengajukan permintaan ekstradisi kepada negara
yang bersangkutan.
4. Menkehham membuat surat permintaan ekstradisi dengan dilampiri berkas yang dibuat oleh Polri kepada Pemerintah
negara yang bersangkutan.
5. Jika negara yang diminta mengabulkan permintaan ekstradisi, maka untuk pengambilan orang yang akan diekstradisi
dilakukan oleh staf NCB-Interpol Indonesia dan penyidik (Bareskrim/ Ditreskrim)
6. Sesampainya di Indonesia, tersangka diserahkan kepada penyidik (Bareskrim) untuk diproses perkaranya berdasarkan
hukum Indonesia.
7. Putusan pengadilan dari orang yang diekstradisikan diinformasikan kepada negara yang bersangkutan melalui saluran
diplomatik atau saluran Interpol.
DISGUISHED EXTRADITION
• Secara umum permintaan ekstradisi didasarkan pada dasar hukum sebagaimana tersebut diatas. Bila terjadi
suatu permintaan ekstradisi dimana tidak sesuai dengan dasar hukum tersebut, maka ekstradisi dapat dilakukan
atas dasar suatu sikap tata cara suatu negara terhadap negara lain baik untuk kepentingan timbal balik atau
sepihak. Praktek ekstradisi dengan tata cara seperti ini disebut “Disguished Extradition” atau ekstradisi
terselubung.

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 44


PERJANJIAN BILATERAL DALAM BIDANG
EKSTRADISI
• Perjanjian Ekstradisi yang telah dihasilkan Pemerintah Indonesia
dengan negara lain adalah sebagai berikut :
1. RI – Malaysia UU No. 9/ 1974
2. RI – Philipinan UU No. 10/ 1976
3. RI – Thailand UU No. 2/ 1978
4. RI – Australia UU No. 8/ 1994
5. RI – Hongkong UU No. 1/ 2001
6. RI–Korea Selatan belum diratifikasi

03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 45

Anda mungkin juga menyukai