Suatu keyakinan / perasaan hukum individu dan “tempat dapat diketemukan aturan-aturan hukum yang berlaku
pendapat umum yang menentukan isi hukum . di suatu tempat tertentu dan pada waktu tertentu.
• Perjanjian Internasional;
• Hukum kebiasaan Internasional;
• Keputusan-keputusan badan penyelesaian sengketa
Internasional ;
• Pendapat para ahli;
• Keputusan/ resolusi organisasi internasional; dan
• Prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh
masyarakat internasional;
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 5
Perjanjian Internasional
• Perjanjian internasional multilateral umum (PIMU) yang substansinya secara langsung dan tegas
mengatur tentang kejahatan;
• PIMU yg substansinya berkenaan dengan masalah tertentu tetapi di dalamnya terdapat suatu
ketentuan tentang kejahatan atau tindak pidana;
• Convention on the High Seas 1959 didalamnya mengatur tabrakan kapal dan insiden lainnya;
• The United Nation Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 Pasal 97 mengatur yurisdiksi criminal
Negara-Negara dalam kasus tabrakan kapal atau insiden lainnya di laut lepas,\.
• PIMRegional yang mengatur scr langsung dan tegas ttg kjhtn yg ruang lingkup berlakunya dalam
suatu kawasan tertentu saja;
• Eropean convention on extradition;
• Eropean convention on the suppression of terrorism 1977;
• Inter – American convention to prevent and punish torture, 1985.
• PIMRegional yang berkenaan dengan suatu masalah pokok ttt, ttp di dalamnya terdapat suatu
ketentuan ttg kejahatan.
• European cultural Convention 1954
• European Convention on the Protection of the Archaelogical Heritage 1969;
• Perjanjian-2 Int bilateral atau trilateral atau multilateral terbatas yang substansinya berkenaan
dengan suatu kerjasama dalam pemberantasan kejahatan.
03/16/2024
• Perjanjian HUKUM PIDANA
ekstradisi antara Indonesia dengan INTERNASIONAL
Malaysia; Indonesia dengan Phillipina; Indonesia dengan 6
Hukum kebiasaan Internasional,
• Kaidah-kaidah hukum pidana internasional yang berbentuk kebiasaan
internasional.
• Contoh: Negara yang baru saja berdiri dengan sendirinya terikat
dengan yurisdiksi criminal berdasarkan hukum kebiasaan
internasional tanpa perlu membuat peraturan perundang-undangan
nasional lebih dahulu maupun tanpa menyatakan secara tegas
kesediaannya tunduk pada yurisdiksi criminal berdasarkan hukum
pidana Internasional, misalnya ttg yurisdiksi territorial,
ekstrateritorial, kewarganegaraan pasif atau aktif, asas perlindungan
maupun universal.
• Declaration of Basic Principle of Justice for Victims of Crime and Abuse Power (general Assembly
Resolution 40/34)
• Implementation of the Declaration of Basic Principle of Justice for Victims of Crime and Abuse of Power
(ECOSOC Resolution 1987/ 57)
• Victims of Crime and Abuse of Power (ECOSOC Resolution 1990/ 22)
• Protection of the Human Right of Victims of Crime and Abuse of Power.
• Dalam beberapa ketentuan tersebut diatur mengenai penghormatan terhadap korban kejahatan, seperti
menghormati martabat, hak untuk diperlakukan adil di depan pengadilan dan untuk memperoleh
kompensasi dan ganti rugi melalui prosedur formal dan informal dengan cara yang fair, murah dan
sederhana. Hak atas informasi tentang mekanisme untuk memeproleh hak-haknya, peranannya dalam
peradilan dan perkembangan perkaranya, memebri kesempatan pada korban untuk mengemukakan
pendapatnya dalam semua tahap proses peradilan pidana, perlindungan keamanan baik terhadap dirinya
maupun keluarganva, menghindarkan diri dari penundaan peradilan yang tidak perlu dan sebagainya.
Syarat agar Sarjana Hukum mampu melakukannya harus berbekal pengetahuan tentang kaedah hukum/ Asas-
03/16/2024
asas Hukum, System hukum dan Penemuan Hukum
HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 20
Asas-asas Hukum Pidana Internasional
• Hukum pidana internasional bersumber dari dua bidang hukum
• hukum internasional mengenai masalah-masalah pidana dan
• hukum pidana nasional yang mengandung dimensi-dimensi internasional.
• maka asas-asas hukumnya juga bersumber dari kedua bidang hukum tersebut yang dapat
dibedakan:
1. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BERASAL DARI HUKUM
PIDANA INTERNAS;
2. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BERASAL DARI HUKUM
PIDANA NASIONAL NEGARA-NEGARA
3. ASAS ASAS HUKUM PIDANA INTERNASIONAL YANG BENAR-BENAR MANDIRI;
• Asas kemerdekaan;
• Asas kedaulatan; dan • Asas non intervensi,
• Asas kesamaan derajat • Asas saling menghormati
Negara-negara kemerdekaan, kedaulatan, dan
Masing-masing Negara memiliki
kesamaan derajat Negara-negara,
kedudukan yang sama • Asas hidup berdampingan secara
damai ,
• Asas penghormatan dan
perlindungan atas hak asasi manusia,
Tidak memandang besar/ kecil, kuat/
lemah, maju/ tidaknya
• Asas bahwa suatu Negara tidak boleh
melakukan tindakan-tindakan yang
mencerminkan kedaulatan didalam
wilayah Negara lainnya,
03/16/2024 HUKUM PIDANA•INTERNASIONAL
Dan lain-lain. 22
Asas non-intervensi: Negara tidak boleh campur tangan atas masalah
dalam negeri Negara lain, kecuali Negara itu menyetujuinya secara
tegas;
Asas hidup berdampingan secara damai:
Asas ini menekankan kepada Negara-negara dalam menjalankan
kehidupannya, baik secara internal maupun eksternal, supaya dilakukan
dengan cara hidup bersama secara damai, saling menghargai antara
satu dengan yang lainnya. Apabila ada masalah atau sengketa yang
timbul, antara dua atau lebih Negara, supaya diselsaikan secara damai.
Wujud dari asas hidup berdampingan secara damai adalah dapat dilihat
dari pengaturan masalah-masalah internasional baik dalam ruang
lingkup global, regional, maupun bilateral adalah dengan merumuskan
kesepakatan,kesepakatan untuk mengatur masalah-masalah tertentu
dalam perjanjian internasional.
03/16/2024 HUKUM PIDANA INTERNASIONAL 23
• Asas penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia:
Negara-negara wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia
kepada siapapun dalam situasi dan kondisi bagaimanapun.
• Berdasarkan asas ini, tindakan apapun yang dilakukan oleh Negara-negara
atau seseorang tidka boleh melanggar ataupun bertentangan dengan hak
asasi manusia. Contoh, sebuah Negara membuat peraturan perundang-
undangan nasional dalam hukum pidana, seperti undang-undang anti
terorisme, dan lain-lain. Tidak boleh ada ketentuan yang bertentangan
dengan hak asasi manusia.
• contoh konvensi dalam bidang hukum pidana internasional yang berkenaan
dengan penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia tertuang dalam
Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading
Treatment or Punishment, 10 Desember 1984 dan mulai berlaku pada tanggal
26 Juni 1987 atau yang lebih dikenal dengan Konvensi Anti Penyiksaan, adalah
salah satu
• Asas non-retroactive
• Asas non-retroactive ini merupakan turunan dari asas legalitas. Dengan keharusan untuk menetapkan terlebih dahulu suatu
perbuatan sebagai kejahatan atau tindakan pidana didalam hukum atau perundang-undangan pidana nasional, dan atas dasar
itu barulah Negara menerapkannya terhadap si pelaku perbuatan tersebut.
• Asas culpabilitas
• Asas ini yang juga merupakan salah satu asas utama dari hukum pidana nasional Negara-negara menyatakan, bahwa
seseorang hanya dapat dipidana apabila kesalahannya sudah dapat dibuktikan berdasarkan atas peraturan perundang-
undangan pidana yang didakwakan kepadanya melalui proses pemeriksaan oleh badan peradilan yang memang memiliki
wewenang untuk itu. Sebaliknya jika kesalahannya tidak berhasil dibuktikan, maka dia harus dibebaskan, dari tuntutan pidana.
• Asas praduga tak bersalah (presumption of innocent)
• Menurut asas ini, seseorang yang diduga melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana wajib untuk dianggap tidak bersalah
sampai kesalahannya dapat dibuktikan berdasarkan suatu putusan badan peradilan yang sudah memiliki kekuatan mengikat
yang pasti. Berdasarkan asas ini, setiap orang yang didakwa melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana harus diperlakukan
sebagaimana layaknya manusia biasa yang tidak bersalah, denagn segala hak asasi manusia yang melekat pada dirinya.
• asas ne bis in idem.
• orang yang sudah diadili dan atau dijatuhi hukuman yang sudah memiliki kekuatan mengikat yang pasti oleh badan peradilan
yang berwenang atas suatu kejahatan atau tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya, tidak boleh diadili dan atau diajtuhi
putusan untuk yang kedua kalinya atau lebih, atas kejahatan atau tindak pidana tersebut
• Pasal 7
• Permintaan ekstradisi terhadap warganegara Republik Indonesia ditolak.
• Penyimpanganterhadap ketentuan ayat (1) tersebut di atas dapat dilakukan
apabila orang yang berasangkutan karena keadaan lebih baik diadili di tempat
dilakukannya kejahatan.
• orang yang dimintakan ekstradisi akan dituntut,dipidana, atau ditahan karena melakukan kejahatan lain daripada kejahatan
yang karenanya ia dimintakan ekstradisinya, kecuali dengan izin Presiden (Pasal 15)
• orang yang dimintakan ekstradisinya akan diserahkankepada negara ketiga untuk kejahatan-kejahatan lain yang dilakukan
sebelum iadimintakan ekstradisi itu (Pasal 16)