Anda di halaman 1dari 14

Sumber Hukum Internasional

Bagian 1: Perjanjian Internasional

Riyad Febrian Anwar, S.H., LL.M


Makna dari
“Sumber Hukum Internasional”
• Istilah “sumber hukum” memiliki makna yang
berbeda-beda berdasarkan konteks historis, etis,
, sains, sosial, maupun aturan hukum
• Its all about reference!
• Makna “sumber hukum internasional”
• Sebagai sumber material (Material Source):
aspek-aspek yang menentukan aturan yang berlaku
di tingkat internasional
• Sebagai sumber formal (Formal Source):
Metode/pendekatan hukum yang digunakan dasar
aturan internasional yang berlaku umum
Tantangan dalam Memaknai
“Sumber Hukum Internasional”
• SHI beroperasi dalam kerangka penerapan aturan yang horizontal dan
dinamis
• Horizontal:
• Tidak ada aparat yang lebih tinggi dari negara
• Tidak ada negara yang bisa menciptakan hukum atas negara lain
• Keterikatan hukum yang berdasarkan dengan kesepakatan
(consent)
• Dinamis:
• Aturan hukum dilaksanakan dengan pertimbangan kedaulatan
negara, serta prinsip-prinsip hukum internasional lainnya
• SHI lahir sebagai konseptualisasi negara-negara atas aturan atau
rangkaian aturan yang dapat mengikat mereka
– Apakah negara memiliki kewenangannya sebagai
konsekuensi dari adanya aturan hukum internasional atau
dari adanya konsep kedaulatan negara?
Bandingkan dengan aturan hukum nasional
• Memiliki bentuk-bentuk sumber hukum definitif disertai dengan hirarki
antar sumber hukum yang jelas
• Jelasnya keberadaan Institusi penyusun (legislative), penyelenggara
(executive), penguji (judiciary) sumber hukum nasional
Menentukan Objek
“Sumber Hukum Internasional”
• Perspektif Instrumentalist: Hanya ada satu
sumber hukum antar negara yaitu kesepakatan
daripada negara itu sendiri (Oppenheim, dan
Lawrence)

• Perspektif normatif:
• Hukum internasional dapat di dijelaskan dengan
bermodalkan norma-norma yang menciptakan
hukum itu sendiri (Kelsen)
• Budaya (custom) penalaran merupakann bagian
utama dari hukum internasional (Brierly)
SHI dan Mahkamah Peradilan Internasional
• Berdirinya Mahkamah Peradilan Internasional (International
Court of Justice [ICJ]) mengukuhkan posisi otoritatif SHI yang
diakui secara formal dan dituangkan dalam Pasal 38 dari
Statuta Mahkamah Peradilan Internasional (ICJ Statute)
Article 38 of the Statute of
International Court of Justice
1. The Court, whose function is to decide in accordance with
international law such disputes as are submitted to it, shall apply:
a) international conventions, whether general or particular, establishing
rules expressly recognised by the contesting States;
b) international custom, as evidence of a general practice
accepted as law;
c) the general principles of law recognised by civilised nations;
d) subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and
the teachings of the most highly qualified publicists of the
various nations, as a subsidiary means for the determination
of rules of law.
2. This provision shall not prejudice the power of the Court to decide
a case ex aequo et bono, if the parties agree thereto.
Sumber Hukum Internasional
berdasarkan Pasal 38 ICJ Statute
• Pengamatan sekilas
– Tidak mengatur hirarki
– Memperkenalkan konsep subsidiary

• Sumber-Sumber SHI
– Konvensi atau Perjanjian Internasional (International
convention)
– Kebiasaan Internasional (custom)
– Prinsip-Prinsip Hukum Umum (principles of Law)
– Putusan Pengadilan (Judicial Decision) dan Tulisan-tulisan
dari para ahli (writing of the publicist)
– Penalaran dalam Pengadilan
– Putusan Organisasi Internasional
Konvensi/ Perjanjian Internasional

• Merupakan sumber hukum yang tercipta melalui


kesepakatan tertulis dimana negara yang terlibat
sepakat mengikat diri mereka secara hukum untuk
– Bertindak sedemikian rupa, atau
– Menciptakan kondisi tertentu diantara mereka

• Berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan


kerjasama antarnegara

• Mekanisme penerapan SHI ini diatur secara mendalam


pada Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 dan
diajarkan di sub-disiplin Hukum Perjanjian Internasional
Konvensi/ Perjanjian Internasional (ii)

• Perjanjian Internasional dikenal juga dengan


berbagai istilah:
• Konvensi, Perjanjian, Pakta, Traktat, Deklarasi, Statuta,
Kovenan, Charter, General Act

• Bentuk-bentuk Perjanjian Internasional


– Berdasarkan lingkup keanggotaan: Multilateral, Bilateral,
Trilateral
– Berdasarkan lingkup geografis: Universal dan regional
– Berdasarkan kaidah: Law-making treaty dan Treaty
Contract
Konvensi/ Perjanjian Internasional (iii)

• Law-Making Treaty (General Treaties)


– Perjanjian yang menciptakan kaidah hukum internasional
baru yang mengikat tidak hanya pada penandatangan
perjanjian tetapi juga (to some extent) dapat mengikat
pihak ketiga
– Diciptakan melalui kesepakatan kolektif oleh banyak
negara
– Dalam kaitannya dengan organisasi internasional, dapat
mengukuhkan personalitas organisasi internasional
– Contoh: Piagam PBB, VCLT, ICCPR 1966, UNCLOS 1982, GC
1949
Konvensi/ Perjanjian Internasional (iv)

• Treaty Contract (Particular Treaties):


– Mengatur aspek khusus maupun teknis yang disepakati
antar negara penandatangan
– Perjanjian yang bersifat tertutup, tidak melibatkan pihak
ketiga dalam proses perundingan
– Dapat berwujud perjanjian bilateral, trilateral, serta
regional
– Tidak menciptakan aturan baru di lingkup hukum
internasional publik
– Contoh: Indonesia-Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA-CEPA) (2020)
Kebiasaan Hukum Internasional
• Pasal 38(b) ICJ Statute
– International custom, as evidence of a general practice accepted as
law.
• Praktek umum yang diakui sebagai Hukum
– Praktek yang dapat ditemukan secara umum di banyak negara dan
diakui oleh hukum internasional ataupun hukum negara
masing-masing
– Contoh-contoh Praktek Kenegaraan:
• Proses pembuatan perjanjian, Putusan pengadilan nasional dan
internasional, peraturan nasional, korespondensi diplomat, opini
pakar hukum nasional, serta praktek organisasi internasional
(International Law Comission)
• Pernyataan/penjelasan peraturan, rilis berita, panduan hukum
resmi, panduan hukum militer, putusan dan praktek eksekutif,
instruksi angkatan laut, komentar negara-negara.
Kebiasaan Hukum Internasional
(Selayang Pandang)
• Memaknai Kebiasaan Hukum Internasional
– Kebiasan internasional adalah praktik hukum
internasional yang tidak diatur secara tertulis dalam
instrumen hukum internasional
• Tidak semua praktik hukum internasional dianggap sebagai kebiasaan
internasional
• Diaturnya praktik hukum internasional dalam suatu instrumen hanya
membuat praktik hukum tersebut menjadi tertulis, bukan menjadi
kebiasaan internasional yang baru

• Karakteristik Kebiasaan Hukum Internasional


– Tidak formal, tidak diregulasikan, spontan, bersifat
desentralisasi, seringkali dilakukan, dan diharapkan untuk
senantiasa dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai