Pertanyaan
Jawaban
1. Perjanjian Internasional adalah hasil kesepakatan yang dibuat oleh subyek hukum
internasional baik yang berbentuk bilateral, regional maupun multilateral.
Perjanjian Bilateral adalah perjanjian apabila yang menjadi pihak dua negara,
sedangkan regional adalah perjanjian apabila yang menjadi pihak negara-negara
dalam satu kawasan sedangkan multilaretal adalah perjanjian yang apabila pihaknya
lebih dari dua negara atau hampir seluruh negara di dunia dan tidak terikat dalam
satu kawasan tertentu. Sedangkan menurut Konvensi wina Pasal 2 1969, Perjanjian
Internasional (treaty) didefinisikan sebgai:
“Suatu Persetujuan yang dibuat antara negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh
hukum internasional, apakah dalam instrumen tunggal atau dua atau lebih instrumen
yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya.”
1
2. Kebiasaan Internasional adalah kebiasaan bersama negara-negara di dunia yang
menjadi bukti praktik umum yang diterima sebagai hukum. Kebiasaan internasional
diakui sebagai salah satu sumber hukum internasional oleh Pasal 38(1)(b) Piagam
Mahkamah Internasional. Pasal 92 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga
menyatakan bahwa kebiasaan internasional adalah salah satu sumber hukum yang
akan diterapkan oleh Mahkamah Internasional.
Kebiasaan internasional terdiri dari aturan-aturan hukum yang berasal dari tindakan
negara-negara yang konsisten yang muncul dari keyaknian bahwa tindakan mereka
itu diwajibkan oleh hukum. Maka dari itu, terdapat dua unsur yang harus dipenuhi
untuk membuktikan keberadaan suatu kebiasaan internasional:
Praktik atau kebiasaan negara-negara (usus)
Keyakinan dari negara-negara bahwa kebiasaan tersebut dilakukan atas
dasar kewajiban hukum (opinio juris)
Kepentingan kedua unsur ini telah ditegaskan oleh Mahkamah Internasional dalam
perkara Legality of the Threat or Use of Nuclear Weapons. Terkait dengan aspek
opinio juris yang merupakan unsur subjektif, Mahkamah Internasional menyatakan
dalam perkara North Sea Continental Shelf bahwa kebiasaan tersebut harus
dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga menjadi bukti keyakinan bahwa
kebiasaan tersebut diwajibkan oleh hukum, sehingga negara yang melakukan
kebiasaan tersebut harus merasa bahwa tindakan mereka sejalan dengan kewajiban
hukum. Mahkamah Internasional menekankan perlunya pembuktian rasa untuk
memenuhi kewajiban hukum dan bukan "tindakan yang didorong oleh pertimbangan
kesopanan, kemudahan atau tradisi". Pernyataan ini ditegaskan kembali dalam
perkara Nicaragua v. United States of America.
2
tersebut, Mahkamah Internasional menyatakan bahwa "tidak ada alasan mengapa
praktik yang sudah lama berlangsung di antara kedua negara yang diterima oleh
keduanya sebagai praktik yang mengatur hubungan di antara mereka tidak dapat
menjadi landasan hak dan kewajiban timbal-balik di antara kedua negara."
3. Prinsip Hukum Umum adalah prinsip-prinsip hukum umum yang diterima oleh
bangsa-bangsa yang beradab, yaitu asas-asas hukum yang menjadi dasar bagi
sistem hukum modern Misalnya pacta sunt servanda (perjanjian harus ditaati) dan
asas abus de droit (penyalahgunaan hak). Ini adalah asas yang berlaku di bidang
hukum perdata.
Daftar Pustaka :