Anda di halaman 1dari 114

RENVOI

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Kelas D FH UGM

2All images: Internet’s Archives


DEFINISI

RENVOI
– Penunjukan Kembali atau Penunjukan Lebih Lanjut pada kaidah-
kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah
HPI Lex Fori
• Merupakan salah satu pranata HPI tradisional yang berkembang
di dalam tradisi Civil Law.
– Tujuannya menghindarkan pemberlakuan kaidah/sistem
hukum yang seharusnya berlaku (Lex Causae).
– Dimungkinkan karena adanya berbagai sistem hukum di
dunia yang masing-masing memiliki sistem dan kaidah-
kaidah HPI-nya sendiri.

2 2
DEFINISI

RENVOI
– Ruang lingkup “penunjukan ke arah sistem hukum
asing/tertentu” :
1.Sachnormverweisung
Penunjukan pada kaidah-kaidah hukum intern
(sachnormen) dari suatu sistem hukum tertentu.

2.Gezamtverweisung
Penunjukan ke arah keseluruhan sistem hukum
tertentu, yaitu kaidah-kaidah HPI (kollisionsnormen)
dari sistem hukum tersebut.

3 3
JENIS-JENIS RENVOI

SINGLE RENVOI
 Disebut juga Renvoi Continental
Penunjukan kembali oleh hukum asing terhadap hukum
intern/domestik dari Lex Fori

DOUBLE RENVOI
 Disebut juga Renvoi Anglo Saxon
Dikenal dengan istilah Foreign Court Theory
Pengadilan Inggris (negara Anglo Saxon lain) harus bertindak sebagai
suatu Forum asing (yang telah ditunjuk oleh kaidah HPI Inggris/negara Anglo
Saxon lain) dan memutus perkara dengan cara yang sama seperti badan
peradilan asing itu.

4
ARGUMENTASI PENGGUNAAN
RENVOI

Alat bagi hakim untuk merekayasa penentuan


Lex Causae ke arah sistem hukum yang
dianggap akan memberikan putusan yang
dianggapnya terbaik

5
ILUSTRASI

Kaidah hukum intern asing


Perkara HPI Hakim
diajukan ke menentukan
Forum Lex Causae
Kaidah HPI asing

LANJUT
6 6
ILUSTRASI PROSES SINGLE RENVOI

Jika berakhir di sini,


artinya hakim menolak Lex Fori
Renvoi REMISSION

Kaidah hukum intern asing Hakim menerima


Renvoi

Third Legal
Kaidah HPI asing System
TRANSMISS
ION

7 7
CONTOH SINGLE RENVOI (REMISSION)
• Apabila seorang WN Inggris yang berdomisili di Indonesia, untuk
menentukan sudah dewasa atau belum (atau akan menikah atau
akan melakukan tindakan hukum yang berkaitan dengan
personilnya), maka menurut HPI Indonesia (berdasarkan Pasal 16
AB  Hukum nasional mengikuti personilnya) yang harus
digunakan adalah hukum Inggris.
• Menurut Hukum Inggris, berdasarkan kaedah-kaedah HPI-nya,
untuk status personil yang dipakai adalah hukum dimana
domisilinya, dalam hal ini di Indonesia, maka yang berlaku adalah
hukum Indonesia.

Hukum Indonesia menunjuk hukum


.
Inggris, dan hukum Inggris menunjuk
kembali hukum Indonesia

8
CONTOH SINGLE RENVOI (TRANSMISSION)

• Dua WN Swiss (Paman dan saudara sepupu perempuan)


berdomisili di Moskow Rusia dan menikah di Rusia. Menurut
HPI Rusia, perkawinan harus berdasarkan hukum Rusia,
menurut HPI Swiss (Psl 7f NAG) perkawinan yang dilakukan di
luar negeri menurut hukum yang berlaku di sana, dianggap
sah.
• Disisi lain hukum intern (nasional)Swiss (Psl 100 ZGB)
perkawinan antara Paman dan sepupu perempuan dilarang,
ketentuan ini tidak berlaku karena perkawinan dilakukan di
Luar Negeri, jadi sebenarnya secara tidak sengaja telah terjadi
“penyeludupan hukum”.
• Suami istri ini pindah domisili ke Hamburg, terjadi perselisihan
dan pihak istri mengajukan gugatan cerai, sedang pihak paman
(suami) mengajukan permohonan kepada Hakim supaya
perkawinan mereka di Rusia dianggap batal adanya karena
melanggar Pasal 100 ZBG Hukum Swiss.
9
CONTOH SINGLE RENVOI (TRANSMISSION)

•Hakim di Jerman yang mengadili tidak menggunakan pasal 100 ZBG,


tetapi hakim menerima apa yang dinamakan “penunjukan lebih lanjut”
(Weiter-verweisung).
•HPI Jerman berdasarkan prinsip Nasionalitas menyatakan hukum
nasional WN Swiss yang berlaku bagi WN Swiss tersebut, termasuk
penunjukan HPI Swiss (Psal 7f NAG) yang menunjuk lebih jauh pada
hukum dimana perkawinan dilakukan , yaitu hukum Rusia, maka
Hakim Jerman menganggap perkawinan sah, dan “penunjukan lebih
jauh” (Weiter-verweisung) diterima dalam praktek HPI Jerman.

10
YURISPRUDENSI ASING TERKENAL

KASUS FORGO
•Forgo WN Bavaria anak luar kawin, sejak kecil sampai meninggalnya
bertempat tinggal di Perancis, meninggalkan harta warisan seperti deposito-
deposito pada Bank-bank di Perancis. Menurut hukum Perancis pada waktu itu
Forgo dianggap belum mempunyai domisili di Perancis, ia masih dianggap
mempunyai domisili asalnya (domicile of origin) dimana ia dilahirkan. Forgo
tidak meninggalkan surat wasiat, sehingga warisannya akan jatuh kepada ahli
waris ab intestato.
•Saudara-saudara kandung Forgo mengklaim harta warisan tersebut
berdasarkan ketentuan hukum Bavaria yang mengakui hak warisan dari anak
luar kawin , di lain pihak Pemerintah Perancis berdasarkan hukum intern
(nasional) Perancis yang tidak mengenal warisan anak luar kawin, sehingga
warisan Forgo dianggap harus jatuh kepada Pemerintah Perancis.

11
YURISPRUDENSI ASING TERKENAL
KASUS FORGO
•Menurut HPI Perancis warisan benda-benda bergerak berlaku hukum
domisili asal (domicile of origin) dari pewaris (WN Jerman), dalam hal
ini HPI Perancis menunjuk hukum Bavaria, tetapi HPI Bavaria
menentukan bahwa warisan benda-benda bergerak akan berlaku
hukum tempat tinggal sebenarnya dari si Pewaris, dalam hal ini hukum
Perancis.
• Persoalan/Isu:
“ Apakah penunjukan HPI Perancis kepada Hukum Bavaria, meliputi
seluruh hukumnya (termasuk HPI Bavaria), atau hanya kepada Hukum
Intern Bavaria?”
Jika seluruhnya, maka ada penunjukan kembali kepada Hukum Perancis
dan renvoi akan diterima dengan memberlakukan hukum intern
Perancis, jika hanya kepada hukum Intern Bavaria, maka hukum warisan
Bavaria yang diberlakukan.
COUR DE CASSATION dalam putusannya
tahun 1878, telah menerima penunjukan
kembali hukum Perancis dan
menggunakan hukum Intern Perancis.
Warisan Forgo jatuh ke tangan Pemerintah
12
Perancis.
CONTOH DOUBLE RENVOI
FOREIGN COURT THEORY
KASUS ANNESLEY
•Ny. Annesley WN Inggris, domisili dan meninggal (1942) di Perancis,
membuat testament / wasiat berdasarkan hukum Inggrissedemikian
rupa sehingga anak laki-lakinya tidak mendapatkan warisan. Hukum
Inggris membolehkan.
•TerjadiHPI Inggris Vs HPI Perancismenurut HPI Inggris, wasiat
tersebut sah, sedangkan HPI Perancis mengenal adanya “legitime
portie” yang memberikan hak pada sang anak sekurangnya sepertiga
bagian harta warisan.

Dalam kasus ini :


1. Hakim Inggris menggunakan FCT, ia bertindak seolah sebagai
hakim Perancis;
2. HPI Perancis (prinsip nasionalitas) menunjuk hukum Inggris;
3. HPI Inggris (prinsip Domisili) menunjuk hukum Perancis.

Dengan menggunakan hukum intern Perancis , wewenang Ny.


Annesley dalam membuat surat wasiat dibatasi, maka anak 13
lelakinya mendapatkan warisan berdasarkan “Legitime Portie”.
CONTOH DOUBLE RENVOI
FOREIGN COURT THEORY
KASUS Ross v. Waterfield
•Seorang ibu WN Inggris, meninggal di Italia dan sempat membuat wasiat
yang menyerahkan segala hartanya pada Nyonya Waterfield. Tuan Ross,
anak satu-satunya mengklaim bahwa dia berhak memperoleh Legitime
Portie berdasarkan hukum Italia.
•Terjadi pertentangan antara HPI Inggris Vs HPI Italia.
•Menurut HPI Inggris, pewarisan benda-benda bergerak ditentukan menurut
lex domicile si pewaris, artinya hukum Italia, sedangkan HPI Italia ditentukan
oleh lex patriae yang menunjuk pada hukum Inggris, artinya wasiat yang
dibuat itu sah dan tidak diakui mengenai Legitime Portie.
• •Dalam kasus ini :
1. Hakim Inggris menggunakan FCT, ia bertindak seolah sebagai hakim
Italia;
2. HPI Italia (prinsip nasionalitas) menunjuk hukum Inggris;
3. HPI Inggris (prinsip Domisili) menunjuk hukum Italia;
4.Italia tidak menerima konsep Renvoi.

Dengan menggunakan hukum intern Inggris, maka Penggugat tidak


14
berhak mendapatkan warisan berdasarkan “Legitime Portie”.
PRO RENVOI

Perancis, Jerman, Belgia, Swedia,, Swiss, Belanda,dsb

Memberi keuntungan praktis


Menghindari putusan yang berbeda (judicial
harmony)
Memperbesar kemungkinan eksekusi putusan
Lebih sesuai dengan rasa keadilan para pihak

15
KONTRA RENVOI

Inggris, Italia, Yunani, Mesir, Siria, Spanyol, dsb.

Tidak logis
Penyerahan kedaulatan legislatif
Membawa ketidakpastian hukum
Membawa kesukaran bagi hakim

16
PENGGUNAAN RENVOI

Cheshire:
“ Doktrin renvoi tidak dapat digunakan di semua jenis perkara
HPI ”
 Terutama dilarang untuk perkara-perkara yang
berkaitan dengan transaksi bisnis jika ada « Pilihan
Hukum ».
 P.15 Konvensi Roma 1980 dan Konvensi Mexico
1994 Menolak Renvoi (lex causae sengaja
diarahkan ke/menunjuk HPI)
 Masih memungkinkan untuk perkara testamenter,
tuntutan atas benda tetap dan bergerak, perkara
bidang keluarga/status personal.

17
BEBERAPA TREATY MENGENAI
RENVOI

Persetujuan Den Haag 1951


Berkaitan dengan perselisihan antara sistem Nasionalitas dan
Domisili dalam menentukan status personil seseorang, maka jika
seorang WN berasal dari negara yang menganut sistem Domisili
dan bertempat tinggal di negara yang menganut sistem
Nasionalitas, maka jika ada perselisihan, yang digunakan adalah
SACHNORMEN dari negara dimana dia berdomisili.
Persetujuan hukum uniform antara negara-negara BENELUX

Renvoi tidak dapat diterima.

18
STATUS PERSONAL
Hukum Pribadi

Prinsip Nasionalitas dan


Prinsip Domisili
Definisi Status Personal
• Kondisi/keadaan suatu pribadi dalam hukum yang
diberikan/diakui oleh negara, untuk
mengamankan & melindungi masyarakat &
lembaga-lembaganya.
• Terdiri dari:
1. Hak dan kewajiban
2. Kemampuan dan ketidakmampuan bertindak di
bidang hukum
• Merupakan kelompok kaidah-kaidah yang
mengikuti seseorang dimana pun dia pergi.
Ruang Lingkup
• Konsepsi Luas
1. Hak-hak hukum pada umumnya
2. Permulaan s.d terhentinya kepribadian
3. Kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum
4. Hubungan kekeluargaan (perkawinan, perwalian, perceraian, adopsi,
pengesahan, pewarisan)
• Konsepsi yang Agak Sempit
Tidak termasuk perkawinan, pewarisan dan kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum.
• Konsepsi yang Lebih Sempit
Tidak termasuk hubungan kekeluargaan dan pewarisan
Titik Taut Sekunder dalam
Menentukan Status Personal
• Nationalitas/kewarganegaraan (lex patriae)
• Domisili (lex domicili)
• Hukum agama
Titik Taut Sekunder dalam
Menentukan Status Personal
• Nationalitas/kewarganegaraan (lex patriae)
 Status personal suatu pribadi berlaku hukum
nasionalnya
 Dianut oleh negara Eropa Kontinental (civil law)
 Dianut oleh Indonesia (Pasal 4 UU No. 12/2006
tentang KWN RI)
 Prinsip Nasionalitas: hukum nasional dari setiap
orang akan selalu mengatur status personal
mereka dimana pun mereka menetap/tinggal
Cara Menentukan Kewarganegaraan
1. Asas tempat kelahiran (ius soli)
 KWN seseorang ditentukan oleh tempat
kelahirannya
2. Asas keturunan (ius sanguinis)
 KWN seseorang ditentukan berdasarkan
keturunannya. Misalnya seseorang yang lahir
di Belanda dari kedua orang tuanya yang
mempunyai KWN Indonesia, maka anak
tersebut menjadi WNI.
Titik Taut Sekunder dalam
Menentukan Status Personal
• Asas Teritorialitas/domisili (lex domicili)
 Status personal suatu pribadi tunduk pada
hukum negara dimana ia berdomisili
 Dianut oleh negara Anglo Saxon (common law)
 Hukum Teritori: negara tempat seseorang
tinggal/menetap akan mengatur status
personal mereka
Domisili
• Definisi: negara atau tempat menetap yang
menurut hukum dianggap sebagai pusat
kehidupan seseorang (center of his life)
• “…the country in which he has his home and
intend to live permanently…” (Int’l Law
Committee, 1954)
• Domisili didasarkan pada kediaman permanent
seseorang.
• Meskipun seseorang memiliki banyak kediaman,
tetapi hanya satu tempat yang dapat
dikualifikasikan sebagai domisili seseorang.
Macam-Macam Domisili
• Domicile of origin
Setiap orang memperoleh domisili ini pada waktu
kelahirannya.
• Domicile of dependency
Domisili yang dimiliki orang-orang tergantung pada
domisili orang lain (dependent): anak di bawah
umur 16 thn; perempuan yang telah menikah;
penderita gangguan mental/di bawah pengampuan
• Domicile of choice
Cakap hukum, tempat kediaman dan niat.
TITLE HERE

Sumber HPI
Pasal 16, 17 dan 18 Algemeene
Bepalingen van wetgeving voor
Indonesie (AB)
TITLE HERE

Pasal 16 AB
“Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang
mengenai status dan wewenang seseorang tetap
berlaku bagi kawula negara Belanda, apabila ia
berada di luar negeri. Akan tetapi apabila ia menetap
di Negeri Belanda atau di salah satu daerah koloni
Belanda, selama ia mempunyai tempat tinggal di situ
berlakulah mengenai bagian tersebut dan hukum
perdata yang berlaku di sana.”
THANK YOU
VESTED RIGHTS

Hukum Perdata Internasional

All Images: Internet’s Archives 31


DIKENAL BEBERAPA ISTILAH…
 Verkregen Rechten (Bld)… Droit Acquis (Prcs)…
Wohlerworbenen Rechte (Grm)…Ius Quesitum (latin)…Vested
Rights ; Acquired Rights (UK)

 Rights & Obligations created abroad (Learned Hand dari


USA).

 « Hak-hak yang telah diperoleh »  « Pelanjutan Keadaan


Hukum » [Wirjono Prodjodikoro].

Terkait persoalan
Apakah hak-hak & kewajiban yang dimiliki seseorang berdasarkan kaidah hukum
asing tertentu, perlu diakui oleh Lex Fori?
Atau
Sejauh mana perubahan-perubahan yang terjadi terhadap fakta-fakta akan
mempengaruhi berlakunya kaidah-kaidah hukum yang semula digunakan [Sudargo
04/14/19 32
DEFINISI VESTED RIGHTS

Suatu perbuatan yang dilakukan di luar forum dapat menerbitkan


suatu hak yang melekat pada pihak penggugat dan akan dilaksanakan
dan diakui oleh forum tempat hak itu diajukan sebagai perkara [Bayu
Seto]

Pengakuan terhadap apa yang telah dimiliki oleh, atau yang telah
menjadi hak, atau yang telah melekat secara hukum pada suatu subjek
hukum

04/14/19 33
HAK APA YANG DIPEROLEH?
 Hak subjektif/Hak Hukum berupa

Hak milik Vermogensrechten (hak kebendaan)

Sekumpulan hak yang dimiliki seseorang berdasarkan status


hukum yang telah diperolehnya berdasarkan sistem hukum
asing (selain Lex Fori), yaitu hak kekeluargaan (Famille Rechten)
dan status-status personil (Personeel Statuut)

Tidak termasuk Hak Personil yang Relatif HAK UNTUK MENUNTUT


GANTI RUGI; HAK UNTUK MENUNTUT .

04/14/19 34
KONSEKUENSI VESTED RIGHTS
 PERUBAHAN FAKTA TIDAK MEMPENGARUHI BERLAKUNYA
KAIDAH HUKUM YANG SEMULA DIPAKAI

Dibawa oleh JAUHAR (WN USA),

Negara Spanyol
New York

35
BAGAIMANA NEGARA-NEGARA
MEMANDANG…
 HPI Inggris « Conflict of Laws » [Dicey]

Any right which has been duly acquired


under the law of any civilized country is
recognised,
 Ketentuan tambahan and
 Sepanjang tidak in general,
bertentangan enforced
dengan « Public by
Policy » Inggris

English courts, and no right which has not


 Sementara justru negara-negara sosialis kurang memperhatikan « hak-hak yang telah diperoleh
ini »
been duly acquired is enforced, or, in
general recognized by English courts

04/14/19 36
BAGAIMANA PARA AHLI HUKUM
MEMANDANG…
 Teori Vested Rights ini masih dianut, meskipun tidak absolut melainkan terbatas (teori
Vested Rights yang qualified) [ Van Brakel & Gouwgioksiong

Hak yang telah diperoleh dihormati oleh Lex


 Penolakan terhadap teori Vested Rights Dikarenakan perubahan paradigma dari
Fori (hukum
konsepsi « milik » sebagai hak dimana perkara/persoalan
yang sempurna & absolut berubah menjadi hak yang
memiliki fungsi sosial.
diajukan) apabila  hak-hak ini tidak
bertentangan dengan kepentingan
masyarakat dari Lex Fori.

Pandangan fungsional tentang hukum [kebanyakan dianut di


negara modern seperti Amerika] telah menggantikan aliran
‘personalistis’ menjadi aliran ‘yang bertitik tolak pada
pergaulan & hubungan antar manusia’  Fungsi hukum adalah
04/14/19 37
BAGAIMANA PARA AHLI HUKUM
MEMANDANG…
 Teori Vested Rights ini dalam beberapa aliran hukum Belanda pun mulai ditinggalkan

Persoalan vested rights ini sebenarnya


 lebihRights
Persoalan Vested tepat dianggap
ini sifatnya sebagai
tidak mutlak suatukasus & kaidah hukum
atau tergantung
yang relevan di saat tertentu karena dianggap hanya merupakan persoalan « kualifikasi »
“persoalan
dan bukan « choice hukum”
of law » [ Mulder dari Bldsaja [Lemaire]
& Ehrenzweig dari USA]

04/14/19 38
ISU-ISU YANG BERSINGGUNGAN…
 KETERTIBAN UMUM « Public Order »
Ilustrasi  Seorang Arab memiliki 2 istri. Pindah ke
Perancis dan melahirkan anak-anaknya di Perancis.

Ingat 
Saudi Arabia: Status Personil ditentukan oleh
Nasionalitas
Perancis: Status Personil ditentukan oleh
Nasionalitas
Hukum intern Saudi Arabia----Poligami sah
•Hukum intern Perancis-----Monogami
BAGAIMANA STATUS PERKAWINAN?
BAGAIMANA STATUS KEDUA ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA?
APAKAH HUKUM PERANCIS AKAN MENGAKUI STATUS PERKAWINAN
ORANG ARAB TERSEBUT SEBAGAI SAH DAN STATUS ANAK-ANAKNYA
SEBAGAI SAH JIKA TERJADI PERSOALAN DI FORUM PERANCIS?

04/14/19 39
ISU-ISU YANG BERSINGGUNGAN DENGAN
VESTED RIGHTS
 RESIPROSITAS atau TIMBAL BALIK-prinsip yang diakui dalam pergaulan internasional (hubungan internasional)-

 PENYELUNDUPAN HUKUM
Namun, Ketertiban Umum
didahulukan, jika amat
sangat bertentangan
sedemikian rupa dengan
perasaan keadilan rakyat
Ketentuan tambahan  Sepanjang tidak bertentangan dengan « Public Policy » Inggris

 Negara-negara sosialis kurang memperhatikan « hak-hak yang telah diperoleh ini »

04/14/19 40
Berkaitan isu-isu tersebut, ANGLO SAXON
menerima Vested Rights
INGGRIS MENGAKUI VESTED RIGHTS
o Alasan « COMITY » atau « COURTOISIES »
o Alasan PENGHINDARAN INCONVENIENCE…

 Tapi « sesuatu hak yang diperoleh secara sah « duly acquaired » ada pembatasannya menurut Anglo Saxon.

 Pelaksanaan hak yang bertentangan dengan UU.


 Pelaksanaan hak yang bertentangan dengan jiwa dan moral per-UU-an Inggris.
 Hak yang melampaui wewenang dan kekuasaan negara asing  hak atas benda tidak bergerak yang terletak di Inggris.
 Hak yang berkaitan dengan ketentuan hukum acara.
 Jika hak tersebut diperoleh dari perbuatan yang tidak sah di negara dimana perbuatan dilakukan (meskipun hukum Inggris mengakui).

Ketentuan tambahan  Sepanjang tidak bertentangan dengan « Public Policy » Inggris

 Negara-negara sosialis kurang memperhatikan « hak-hak yang telah diperoleh ini »

04/14/19 41
Berkaitan isu-isu tersebut, ANGLO SAXON
menerima Vested Rights
AMERIKA SERIKAT
 Beale « Doctrine of Vested Rights »  salah satu doktrin di AS yang menerima Vested Rights
« A right having been created by the applicable law, the recognition of its existence should follow everywhere.
Thus, an act valid where done cannot be called in question anywhere. »

Ketentuan tambahan  Sepanjang tidak bertentangan dengan « Public Policy » Inggris

 Negara-negara sosialis kurang memperhatikan « hak-hak yang telah diperoleh ini »

04/14/19 42
BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA…..
INGGRIS
 Tengok doktrin HPI Inggris tentang Vested Rights (Dicey)

Any right which has been duly acquired under


the law of any civilized country (which is
applicable according to English rules of the
conflict of laws) is recognised, and in general,
enforced by English courts, and no right which
Apa artinya……
has not
Hakim (Forum) been
Inggris yangduly acquired
menentukan in virtue
apakah sesuatuofhak
an telah
diperoleh secara sah menurut sistem hukum asing yang
English rules of the conflict of laws is enforced
bersangkutan.
or in general recognized by English courts

04/14/19 43
BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA…..
BELANDA
 Van Brackel Harus ada Pengakuan terhadap Vested Rights !

Karena sebenarnya, doktrin Vested Rights ini sudah tersimpul dalam asas-asas HPI yang penting…
 Status Personil
 Lex Rei Sitae
 Locus Regit Actum

 Hijmans Anti Vested Rights  Vested Rights itu sifatnya destruktif

04/14/19 44
BAGAIMANA PERKEMBANGANNYA…..
INDONESIA
 Wirjono Projodikoro mendefinisikan Vested Rights sebagai « Pelanjutan Keadaan Hukum »
Vested Rights itu merupakan penghormatan atas hak yang telah diperoleh secara sah, termasuk penghormatan terhadap
peraturan perundang-undangan suatu negara

Aturan dasar HPI Indonesia menerima Vested Rights  Pasal 16 dan 17 AB.

 Menurut Sudargo Gautama:


 Vested Rights bukan fondamen, tapi digunakan untuk membantu penentuan hukum
 Vested Rights (yang mengakui pemberlakuan hukum asing) merupakan antigon/kontradiksi dari Ketertiban Umum ( yang menghindari pemberlakuan kaidah hukum
asing)

04/14/19 45
PUBLIC ORDER
KETERTIBAN UMUM

Hukum Perdata Internasional


Kelas D
All images : Internet’s
Archives
DIKENAL BEBERAPA ISTILAH…
 Ordre public (Prcs)… Openbare orde (Bld)…
Vorbehalthklausel (Grm)…Public Order (UK)…
Kepentingan Umum… (Ind)

DASAR DAN FUNDAMEN DALAM HPI SEBAGAI


RECHTOESPASSINGSRECHT (dasar untuk
mengesampingkan berlakunya hukum asing).

Jika pemakaian hukum asing merupakan suatu


pelanggaran yang sangat daripada sendi-sendi
asasi hukum nasional dari Hakim (Lex Fori),
sehingga hakim dapat menyampingkan hukum
asing.
Exception to the application of foreign law [Wolff]
Hukum asing itu harus “..manifestement
incompatible (nyata-nyata tidak
sesuai) ..”[Konvensi Den Haag] 47
DEFINISI KETERTIBAN UMUM [KOLLEWIJN]
Ketertiban umum sebagai batas seseorang
boleh mengadakan pilihan hukum yang
dituangkan dalam perjanjian maupun batas
seseorang untuk melakukan suatu tindakan 
Lihat Pasal 23 AB.
Seringkali diartikan sebagai “ketertiban &
kesejahteraan” atau “keamanan”
Seringkali diartikan sebagai “sistem
hukum/tertib hukum” (rechtsorde)
Seringkali diartikan sebagai “konsep
keadilan” menurut Lex Fori.
Dalam hukum pidana, maka ketertiban
umum berarti “hukum asing pidana tidak
berlaku”.
48
DEFINISI KETERTIBAN UMUM [KEGEL]

Konsep Ketertiban Umum pada dasarnya


berkenaan dengan « bagian yang tidak dapat
disentuh (untouchable part) dari sistem hukum
setempat » . Sehingga hukum asing dapat
dikesampingkan jika dianggap bertentang dengan
« the untouchable part » dari Lex Fori itu.

49
Image Internet’s Archieve
DEFINISI KETERTIBAN UMUM MENURUT PANDANGAN
AHLI HPI DI AMERIKA
[Bayu Seto]
Konsep Public Order menunjuk pada situasi
dimana pengadilan tidak mengakui suatu
tuntutan yang seharusnya tunduk pada suatu
hukum negara lain. Jika hakikat dari tuntutan itu
diakui, maka akan menyebabkan:

o Pelanggaran terhadap prinsip keadilan yang


mendasar;
oBertentangan dengan konsepsi yang berlaku
mengenai « kesusilaan yang baik »;
oBertentangan dengan suatu tradisi yang
mengakar.

50
Image Internet’s Archieve
APAKAH PENGGUNAANYA TANPA BATAS…..

 As a shield, Not as a sword ----!

Penggunaannya
hanya bertujuan
sebagai
defensif/perlindungan
Demi alasan keadilan bagi para pihak dan
perkembangan HPI itu sendiri.
Konsep Ketertiban Umum ini sulit didefinisikan
karena faktor waktu & tempat, filsafah
kenegaraan, sistem perekonomian, sistem politik
dan pola kebudayaan masyarakat yang berbeda
[Sunaryati Hartono] 51
Image Internet’s Archieve
APAKAH PENGGUNAANYA TANPA BATAS…..

Dalam tradisi hukum Eropa Kontinental, konsep


Ketertiban Umum dikembangkan berdasarkan
prinsip bahwa « semua kaidah hukum setempat
yang dibuat untuk melindungi kesejahteraan
umum (public welfare) harus didahulukan dari
ketentuan-ketentuan hukum asing yang isinya
dianggap bertentangan dengan kaidah hukum
Image Internet’s Archieve tersebut » [Cheshire] 52
APAKAH PENGGUNAANYA TANPA BATAS…..

Konsep Ketertiban umum harus berfungsi sebagai


« rem darurat  pada sebuah kereta api » dan
hanya digunakan apabila benar-benar dibutuhkan
[Sudargo Gautama]
53
Image Internet’s Archieve
APAKAH PENGGUNAANYA TANPA BATAS…..

JIKA DIGUNAKAN SECARA


BERLEBIHAN

Menghambat pergaulan internasional,


menghambat perkembangan Lex Fori dan dapat
menimbulkan ketidakdilan.

54
Image Internet’s Archieve
PENERAPANNYA DI INDONESIA
 Konsep Ketertiban Umum berbeda-beda di berbagai negara.
 Pada umumnya, Public Order selalu bersumber dari pertimbangan-
pertimbangan yang sifatnya politis (Public Policy Making atau Kebijakan
Yurisprudensi
Publik) : PN Jakarta 1953 (Lie Kwie Hien lawan Tjin
Tjheuw Jie)
Pasangan suami istri WN RRC bermaksud
bercerai berdasarkan
persetujuan bersama. KUHPerdata tidak
mengenal perceraian
berdasarkan persetujuan [P.208
KUHPerdata]
Bidang perkawinan masuk pada katergori status personil, HPI di
Indonesia untuk menentukan status personil
dianut Prinsip Nasionalitas (P.16 AB).
Lex Causae (hukum yang seharusnya berlaku) seharusnya hukum
perkawinan RRC, namun karena alasan
ketertiban umum, maka ditolak gugatan cerai
Argumen Penggugat sangat menarik :
tersebut.
1.Ketertiban umum dalam KUHPer merupakan konsep atau pandangan politis
dari pemerintah kolonial, sedangkan Indonesia sudah merdeka.
2.Dalam HATH Intern Indonesia (interreligieuse), terdapat lembaga TALAK
maupun REFERTE, yang intinya sama dengan perceraian atas persetujuan
55
bersama.
DUA FUNGSI KETERTIBAN UMUM
1. POSITIF
Menjamin agar aturan-aturan tertentu dari Lex Fori
tetap diberlakukan (tidak dikesampingkan)
sebagai akibat dari pemberlakuan hukum asing
yang ditunjuk oleh kaidah HPI.

2. NEGATIF
Menghindarkan pemberlakuan kaidah hukum asing
jika pemberlakuan itu akan menyebabkan
pelanggaran terhadap konsep-konsep dasar Lex
Fori.

56
CONTOH KETERTIBAN UMUM DALAM SISTEM HPI
INGGRIS
Lembaga “Public Order” digunakan oleh hakim dalam
perkara-perkara hukum yang menyangkut persoalan-
persoalan:
1.Hubungan-hubungan keperdataan yang karena
tujuan & akibatnya tidak sah (illegal purpose) yang
dapat mengakibatkan gangguan persahabatan 2
negara;
2.Transaksi hukum yang akibat/hasil/tujuannya
menguntungkan pihak asing yang sedang berperang
dengan Inggris;
3.Suatu transaksi yang dibuat sah di LN tetapi
mempengaruhi bahkan membatasi persaingan usaha
di Inggris maka tidak dapat dilaksnakan;
4.Perbuatan-perbuatan yang dilaksanakan dengan
melakukan penyelundupan hukum (evasion of law).
57
KETERTIBAN UMUM BERUBAH,
BERKEMBANG…

CONTOH
o Perceraian dulu tidak dikenal di Perancis; namun
sejak tahun 1884 perceraian dibolehkan.

o Konsepsi mengenai Hak Milik pribadi di Indonesia


berubah : dari hak pribadi yang absolut menjadi hak
yang memiliki fungsi sosial (P.33 UUD 1945, P.6 UU
Pokok Agraria].

04/14/19 58
HUBUNGAN ANTARA
PUBLIC ORDER DAN VESTED RIGHTS [Sunaryati Hartono]

Public Order Vested Rights


1. Hukum asing yang seharusnya 1.Hukum sendiri yang seharusnya
berlaku, tidak diberlakukan berlaku dikesampingkan
2.Hukum asing dikesampingkan demi 2.Hukum sendiri dikesampingkan
keadilan rakyat Lex Fori demi keadilan bagi para pihak

3.Penggunaan yang terlalu


3.Penggunaan secara resiprositas
berlebihan akan menyebabkan
akan melancarkan pergaulan
terhambatnya pergaulan internasional
internasional
(larangan Chauvinisme Juridis)

4.Hanya berkaitan dengan hak milik


4.Mengenai berbagai hal
dan status
5.Kepentingan internasional
merupakan fenomena yang harus
5.Kepentingan nasional harus
dipertimbangkan demi menjaga
didahulukan demi kedaulatan negara
kebaikan dan kelancaran pergaulan
PENYELUNDUPAN HUKUM

RESIPROSITAS DAN
PEMBALASAN

Hukum Perdata Internasional


Kelas D FH UGM
Images: Internet’s Archives
BEBERAPA AJARAN YANG MENOLAK
BERLAKUNYA HUKUM ASING

 KETERTIBAN UMUM

 PENYELUNDUPAN
HUKUM
Wetsont-duiking, Fraude à Menolak
l Loi, Fraus Legis berlakunya HUKUM
ASING
 RESIPROSITAS DAN
PEMBALASAN
PENYELUNDUPAN HUKUM
PENYELUNDUPAN HUKUM

DEFINISI

Penyelundupan hukum terjadi jika ada seseorang atau pihak-


pihak yang mempergunakan berlakunya hukum asing dengan
cara-cara yang tidak benar, dengan maksud untuk menghindari
berlakunya hukum nasional.

Dengan maksud jahat dan telah direncanakan lebih dahulu, pergi


keluar negeri, kemudian melakukan perbuatan hukum tertentu
disana untuk menghindari berlakunya hukum yang seharusnya
berlaku baginya.
PENYELUNDUPAN HUKUM
 Dalam hukum intern Indonesia, segala
perbuatan hukum yang dilakukan tanpa itikad
baik, melanggar hukum serta melanggar
ketertiban umum dan kesusilaan menjadi
BATAL DEMI HUKUM (Nietig)  Lihat Pasal
1337 KUHPerdata
PENYELUNDUPAN HUKUM
BAGAIMANA NEGARA-NEGARA LAIN?

Perancis menganut penolakan hukum asing (the


applicability of foreign law) jika bertentangan dengan
“PUBLIC ORDER” dan ‘FRAUDE a la LOI”
(penyelundupan hukum).

 UK dan USA menganut prinsip penolakan hukum


asing hanya jika hukum asing itu bertentangan
dengan PUBLIC ORDER.
 Jerman juga hanya mengatur tentang PUBLIC
ORDER.
CONTOH 1

Fauzan Astagfirullah, WN Perancis keturunan Arab


yang sangat kaya berdomisili di Perancis, telah
menikahi seorang wanita Arab, dan kini bermaksud
menikahi Kasih Aura, WN Perancis.
Namun, dalam bidang keluarga, Perancis menganut
sistem Monogami.
Kemudian apa yang dilakukan Fauzan
Astagfirullah…?
CONTOH 1

Fauzan Astagfirullah dan Kasih


Aura menikah di Jedah, Arab.
CONTOH 2

Birowo van Keleees, WNBelanda di Indonesia


ingin menghibahkan satu dari 15 yachnya pada
Gravyta, WNI. Pasal 1682 KUHPerdata
mengharuskan penghibahan (Schenking)
dilakukan dengan akta otentik (notaris).
Ia tidak mau menghibahkan melalui Notaris, maka
apa yang akan dilakukannya…?
CONTOH 2

Mereka pergi ke Swiss dimana pemberian hibah


tidak diperlukan akta notaris.
Apa argumen (dasar) yang dapat digunakan untuk
meneguhkan perbuatan tersebut?
TIMBAL BALIK,
PEMBALASAN

Reciprocity (Eng)...
Réciprocité (Fr)...

Reziprozitat,Gegenrecht, Gleichberechtigung (Jrm)...

Reciprociteit, Wederkerigheid en vergelding (Bld)...


TIMBAL BALIK,
PEMBALASAN
Definisi
•Hukum Asing yang oleh kaidah HPI kita harus digunakan ,
akhirnya tidak kita pakai karena tidak terpenuhinya syarat
timbal balik atau harus dilakukan pembalasan.
TIMBAL BALIK,
PEMBALASAN
Definisi
Pada dasarnya berangkat dari prinsip yang sama, namun
waktu timbulnya yang berbeda [Sudargo Gautama].
Resiprositas berlaku umum terhadap semua negara,
Pembalasan (Retorsie) dibatasi hanya terhadap negara
tertentu yang secara melawan hukum telah melakukan
perbuatan tersebut
Resiprositas merupakan keadaan yang dikehendaki,
Pembalasan (Retorsie) merupakan cara untuk mencapai
keadaan tersebut
Resiprositas menghendaki dibuktikannya persamaan
terlebih dulu, Pembalasan (Retorsie) justru
menghentikan persamaan yang telah ada dikarenakan
munculnya perlakuan yang tak sama oleh negara asing.
TIMBAL BALIK,
PEMBALASAN
E.g. Hukum acara perdata Jerman
tentang berperkara bebas biaya
(FREE CHARGE).

Orang asing tidak diberikan hak


berperkara bebas biaya apabila
kepada orang Jerman di negara asing
bersangkutan tidak diberikan hak
yang serupa!
Hakikatnya...
Resiprositas dan Pembalasan ini berkaitan erat dengan persoalan pemberlakuan Hukum
Asing.

Motivasi hakim Lex Fori


memberlakukan hukum asing

Demi pemenuhan rasa keadilan dan


kebutuhan hukum dalam lalu lintas
internasional
MACAM RESIPROSITAS
(TIMBAL BALIK)
1. Timbal Balik Formal Persamaan
perlakuan (equality of treatment)
 Sifatnya ABSTRAK-ABSOLUT (Terkait bidang
yang umum).
 Intinya  Orang asing akan diperlakukan
sama dengan warganegara (nasionalnya)
dengan syarat di negara asing tersebut
warganegara (nasionalnya) diperlakukan
demikian.
 Bentuk khusus : Penerapan prinsip National
treatment dan The most Favored Nation
(MFN) dalam hubungan perdagangan
internasional..
 Konsekuensi Tidak ada kepastian mengenai
perlakuan tiap negara!
1. Timbal Balik Formal
 Implementasi:
 National Treatment principle  «In the context of
international agreement, a state must provide equal treatment to
those citizens of other states that are participating in the
agreement” (Negara akan memperlakukan sama WNA dari
negara asing dengan berdasar pada perjanjian
internasional yang telah diratifikasi)
The Most Favored Nation (MFN) principle « A status
of treatment accorded by one state to another in international
trade, meaning the country which is the recipient of this
treatment must receive equal trade advantages as the "most
favoured nation" by the country granting such treatment. (Trade
advantages include low tariffs or high import quotas)”  S(uatu
negara asing akan diperlakukan sama dan diberi
keuntungan ekonomis yang sama dengan negara asing lain
yang mendapat perlakuan sebagai negara MFN).
MACAM RESIPROSITAS (TIMBAL
BALIK)

2.Timbal Balik Material Persamaan hak


hukum (equality of right)
 Sifatnya KONKRIT-RELATIF (Terkait dengan
hak-hak yang telah diatur secara konkrit di
dalam peraturan).
 Intinya Hak-hak yang diberikan pada orang
asing sama dengan yang diberikan pada
warganegara (nasionalnya) sendiri, dan hak-
hak tersebut telah diatur secara terperinci.
 e.g. Orang asing bisa berperkara perdata di
Indonesia dan boleh didampingi penerjemah
tersumpah.
2.TIMBAL BALIK MATERIAL
 IMPLEMENTASI
E.g. Cautio Judicatum Solvi  financial garant that must be paid to
a court when a foreigner bring lawsuit against national (WNA
harus membayar jaminan finansial pada Pengadilan di
suatu negara jika bermaksud menggugat melawan WN
dari negara ybs jika tuntutannya ternyata tidak
dikabulkan oleh Pengadilan).
a. France  Art.11 Code Civil (Perancis)— “L’étranger jouir en France des
mêmes droits civils que ceux qui sont ou seront accordés aux Français
par les traités de la nation à laquelle cet étranger appartiendra ”.
(WNA di Perancis mendapat hak-hak perdata yang sama sebagaimana
WN Perancis di negara asing tersebut diperlakukan).
b. Turkey  « Foreigners bringing action in Turkey must give security to
the Court of Turkey. Nevertheless, since Turkey is party to 1954 The
Hague Convention on Civil Procedure, foreigner plaintiffs being
resident or national of one of the State parties are not ordered such
payment’ (WNA di Turkey harus membayar Cautio Judicatum
Solvi kecuali WNA tersebut adalah WN dari negara anggota
Konvensi Den Haag yang membebaskan WNA untuk
membayar)
BAGAIMANA SIKAP INDONESIA...?
 Prinsip ini hendaknya tidak
dipergunakan untuk menolak
pemberlakuan hukum asing, namun
dapat dijadikan faktor yang
dipertimbangkan untuk menolak/
memberlakukan hukum asing [Sudargo
Gautama].
 Sebaiknya penerapan prinsip ini
didasarkan pada aturan tertulis (UU).
Apakah perundang-undangan Indonesia menganut asas Resiprositas
dan pembalasan ?

P.3 AB : Sepanjang undang-undang tidak menentukan sebaliknya,


hukum perdata dan hukum dagang berlaku sama baik untuk orang
asing maupun untuk kaulanegara Belanda.
Persoalan Pendahuluan

Penyesuaian
Hukum Perdata Internasional –Kelas D
80
PERSOALAN PENDAHULUAN

81
PERSOALAN
PENDAHULUAN
Terminologi Asing
Preliminary Question, Incidental Question
(Eng)… Question Préalable/Preliminaire,
Incidente (Fr)…Vorvrage, Inzident Frage
(Grm)…Prealable of Voorvraag (NL).

Definisi:
Suatu persoalan / masalah HPI dalam sebuah
perkara yang harus dipecahkan terlebih dahulu
sebelum putusan terhadap masalah HPI yang
menjadi pokok perkara dapat ditetapkan oleh
Hakim

82
PERSOALAN
PENDAHULUAN
 “Adakalanya dalam suatu perkara HPI, pengadilan
tidak saja dihadapkan pada masalah utama, tetapi
juga suatu masalah subsider. Setelah hukum yang
harus diberlakukan (lex causae) terhadap masalah
utama ditetapkan melalui penerapan kaedah HPI
yang relevan, maka kemungkinan ada kebutuhan
untuk menentukan kaedah HPI lain untuk menjawab
masalah subsider yang berpengaruh terhadap
penyelesaian masalah utama.” [Cheshire].

83
PERSOALAN PENDAHULUAN
• Untuk menentukan ada tidaknya Persoalan
Pendahuluan :
• “Main issue” yang dihadapi dalam perkara harus merupakan masalah
HPI yang berdasarkan kaedah HPI forum harus tunduk pada hukum
asing;

•Dalam perkara yang sama harus terdapat “subsidiary issue” yang


mengandung unsur asing, yang sebenarnya dapat timbul sebagai
masalah HPI yang terpisah dan diselesaikan melalui penggunaan
kaedah HPI lain secara independen;

•Kaedah HPI untuk menentukan Lex causae bagi subsidiary issue akan
menghasilkan kesimpulan yang berbeda dari kesimpulan yang akan
dihasilkan seandainya Lex causae dari main issue yang digunakan;
84
PERSOALAN PENDAHULUAN
Tiga pandangan untuk menyelesaikan:
1.Absorption

Prinsipnya, Lex causae yang dicari dan ditetapkan melalui penerapan


kaedah HPI untuk mengatur masalah pokok (main issue) akan digunakan
juga untuk menjawab “persoalan pendahuluan”. Jadi setelah Lex causae
untuk masalah pokok ditetapkan oleh kaedah HPI Lex fori, masalah
pendahuluannya akan ditundukan pada lex causae yang sama. Cara ini
disebut cara penyelesaian berdasarkan Lex causae. Contoh: Inggris

2.Repartition
Pada dasarnya, melalui repartition, hakim harus menetapkan Lex causae
untuk masalah pendahuluan secara khusus dan tidak perlu menetapkan Lex
causae dari masalah pokoknya terlebih dahulu. Dengan mengabaikan Lex
causae dari masalah pokok, hakim akan melakukan kualifikasi berdasarkan
Lex fori dan menggunakan kaedah HPInya yang relevan khusus untuk
menetapkan Lex causae masalah pendahuluan. Cara ini disebut
penyelesaian dengan Lex fori. Contoh: Belanda
85
PERSOALAN PENDAHULUAN
Tiga pandangan untuk menyelesaikan:

3. Pendekatan Kasus demi Kasus (Kasuistis)

Penetapan Lex causae untuk masalah pendahuluan atau incidental


question dilakukan dengan pendekatan kasuistis, dengan memperhatikan
sifat dan hakekat perkara atau kebijakan dan kepentingan forum yang
mengadili perkara. .

86
PERSOALAN PENDAHULUAN
Kasus Referensi :
Kasus « Mays Estate » (1953)
Persoalan pendahuluan muncul untuk menentukan sah tidaknya perkawinan antara
Paman dan Keponakan Yahudi yang menikah di Rhode Island dan diajukan perkara
utamanya mengenai Wenang tidaknya Suami menguasai harta kekayaan istri di Forum
New York oleh sang anak. Hukum intern New York melarang perkawinan semacam
itu, namun lex causae yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan pendahuluan
adalah « lex loci celebrationis » dari perkawinan (Negara bagian Rhode Island).

 Kasus Schwebel vs Ungar (1953)


Persoalan pendahuluan muncul untuk menentukan kemampuan seorang wanita
Yahudi untuk menikah kembali dimana perceraian pertama dilakukan di Italia dengan
menggunakan lembaga adat Yahudi. Perkawinan kedua dilaksanakan di Kanada.
Perkara diajukan di Forum Kanada oleh suami kedua dengan perkara utamanya
pembatalan perkawinan dengan alasan istri melakukan bigami.Menurut HPI
Israel,perceraian semacam itu sah. Lex causae yang digunakan adalah « lex
domicilii » wanita saat melakukan pernikahan kedua (yaitu di Israel).
87
PERSOALAN PENDAHULUAN
Kasus Referensi :
Kasus Lawrence vs Lawrence (1985)
Persoalan pendahuluan muncul untuk menentukan kapasitas seorang wanita (berdomisili
di Brasil) untuk menikah kembali dengan perkara pokoknya permohonan pengesahan
pernikahan di Forum Inggris yang diajukan suami kedua yang ber-KWN Amerika . HPI
Inggris mengatur bahwa kapasitas ditentukan oleh domisili ( hukum Brazil ), namun lex
causae yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan pendahuluan adalah lex Loci
Celebrationis dari perceraian yang dilakukan di Nevada, USA.

 Kasus R. vs Brentwood Marriage Registrar


Persoalan pendahuluan muncul untuk menentukan apakah perceraian seorang WN Italia
yang dilakukan di Swiss adalah sah, sementara persoalan utamanya adalah
kapasitas/kecakapan laki-laki WN Italia tersebut untuk melakukan perkawinan kedua di
Inggris. Karena ditolak dengan alasan hukum Italia tidak mengijinkan perceraian, ia
mengajukan gugatan. HPI Inggris menentukan kapasitas seseorang ditentukan
berdasarkan domisili (Swiss) & HPI Swiss menentukan kapasitas seseorang berdasarkan
KWN. Akhirnya lex causae yang digunakan untuk menyelesaikan persaoalan
pendahuluan adalah « lex domicili » (yaitu di Swiss).
88
PERSOALAN PENDAHULUAN
SAMA DENGAN DEPECAGE?
DEFINISI
•Dépecage adalah Pemecahan atau Pemilahan
persoalan-persoalan yang mungkin muncul dalam
perkara HPI ke dalam sistem hukum yang berbeda.
•Dépecage adalah tindakan untuk menundukkan
persoalan-persoalan tertentu yang mungkin terbit
di dalam sebuah peristiwa atau hubungan hukum
pada sistem-sistem hukum atau aturan dari sistem
hukum yang berbeda-beda [Bayu Seto H]

89
Dalam HPI, Depeçage harus
diterapkan?
 HPI Traditional secara teoritis bertitik tolak dari prinsip bahwa
sebuah hubungan hukum seharusnya tunduk pada satu
sistem hukum (jurisdiction selecting approach).
Namun Depecage bisa diterapkan dalam keadaan
tertentu :
Pelaksanaan kewajiban para pihak dalam kontrak harus
dilaksanakan di tempat-tempat yang berbeda;
Para pihak sepakat untuk “memecah” sebuah kontrak
kedalam bagian-bagian tertentu dan menundukkan masing-
masing bagian itu pada sistem hukum yang berbeda-beda,
atau
Karena submasalah tertentu dari suatu hubungan hukum
tertentu ternyata memiliki kaitan nyata yang lebih besar pada
sebuah sistem hukum tertentu daripada sistem hukum yang
seharusnya berlaku berdasarkan pilihan hukum para pihak atau
90
PENYESUAIAN

91
PENYESUAIAN,
Terminologi asing
Anpassung, Angleichung (Grm)….,
Adjustement, Adaptation (Fr)…,
Addatamento (It)…, Adaptation (Eng)…,
Aanpassing, Adaptatie (NL).

Definisi:
Penerapan hukum asing dimana hakim perlu untuk
melakukan penyesuaian mengenai pengertian-
pengertian (konsep) hukum dan lembaga hukum asing
yang relevan dengan perkara HPI yang dihadapi.
92
PENYESUAIAN,
Mengapa Perlu..?
 Sistem hukum yang ada di dunia ini bervariasi, termasuk
kaidah HPI nya.
 E.g.
 Adopsi.
Ada negara menganut Adopsi sempurna yang konsekuensinya
mempersamakan anak tersebut seperti anak sah, tapi ada
negara yang menganut Adopsi tidak sempurna pula.
 Akta Otentik
 Ada negara yang mengatur bahwa lawyer bisa membuat
akta otentik.
 Trust (lembaga yang mengurus perwalian dan pengelolaan
harta kekayaan)

93
PENYESUAIAN,
Apa yang dilakukan Hakim?
1. Transposition (transfer)
Pemindahan hubungan-hubungan hukum yang diatur menurut
sistem suatu stelsel hukum tertentu ke dalam sistem dan
pengertian-pengertian stelsel hukum lain.
e.g. Di Indonesia suatu peristiwa merupakan PMH, tapi menurut
hukum Inggris merupakan wrongful death action.
2. Substitution (mengganti)
Hukum intern yang digantikan dengan suatu pengertian hukum
asing yang sama nilainya.
e.g. Hipotik(Indonesia) = Mortgage (AS)?
Tort (Inggris)=PMH/Onrechtmatigedaad (Indonesia)?
3. Adaptation (menyesuaikan)
Melakukan kombinasi dan penghalusan sistem dan kaidah hukum.
94
CONTOH KASUS ILUSTRASI

Joko (WNI). 28 thn, domisili Bantul,dan Jacko (WN Inggris), 25


thn, berkediaman sementara di Godean, Sleman, membuat
kontrak jual beli kerajinan kasongan tradisional yang
diproduksi di kasongan, Bantul. Joko yang menjual kerajinan
seharga Rp.150.000.000,00 (Seratus juta) hanya sebagai
perantara dan berupaya memperoleh keuntungan 50 % dari
harga sesungguhnya. Jacko kebetulan sedang bekerja
sebagai dosen tamu untuk beberapa bulan di Yogyakarta. Ia
sudah membayar harga, namun ketika tanpa sengaja
mengetahui bahwa Joko hanya perantara, Jacko merasa ada
itikad buruk dari Joko yang menyembunyikan kenyataan
bahwa ia hanya perantara yang memang sengaja menarik
keuntungan lebih. Jacko menyatakan kehendaknya untuk
membatalkan perjanjian dan menuntut uang dikembalikan.
Joko tidak menerima hal tersebut. Ia sudah menggunakan
uang tersebut untuk membayar hutangnya ke Bank. Jacko
pun mengajukan gugatan ke PN Bantul. 95
FAKTA-FAKTA HUKUM
• Di Inggris, dikenal contract dan di Indonesia, kontrak. Namun unsur-
unsur contract yang diatur di Inggris cukup berbeda dengan di
Indonesia.
• Hukum intern Indonesia dapat mengkualifikasikan peristiwa tersebut
sebagai « wanprestasi » dan hukum intern Inggris mengenal
peristiwa tersebut sebagai « breach of contract ».
• Di Indonesia, kaidah HPI tentang akibat hukum dari perjanjian diatur
dalam Pasal 18 AB.
• Di Indonesia, dasar hukum untuk menuntut wanprestasi dalah
P.1236 BW untuk menuntut ganti rugi maupun pemutusan
perjanjian.
• Di Inggris, kaidah HPI yang mengatur perjanjian adalah « proper of
law », yaitu ada 3 cara: choice of law; lex validatis; the closest and
most real connection.
• Di Inggris, breach of contract bisa berakibat « repudiation »,
96
« damages » dan « specific performance ».
FAKTA-FAKTA HUKUM

 Unsur contract menurut hukum intern Inggris harus


memenuhi unsur:
a) Offer & Acceptance
b) Intention to create legal relationship
c) Consideration
d) Legal capacity
e) Consent
f) Illegal & Void Contract
 Unsur kontrak menurut hukum intern Indonesia:
a) Unsur esensialia
b) Unsur naturalia
c) Unsur accidentalia
97
FAKTA-FAKTA HUKUM

 Asas-asas yang dianut dalam hukum kontrak di Inggris dan


Indonesia serupa:
1. Pacta Sunt Servanda
2. Good Faith
3. Freedom of Contract
4. Consent

98
KAJIAN RANCANGAN UNDANG-
UNDANG HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL INDONESIA

Hukum Perdata Internasional-Kelas D FH UGM


Image Internet’s Archieve
Apakah Kodifikasi HPI merupakan
urgensi...?

 Selama ini aturan-aturan HPI di Indonesia masih


tersebar, baik yang tertulis maupun yang bersifat
teoritis-doktrinal dan putusan-putusan praktik
peradilan.
 Dengan kodifikasi, maka akan terbentuk
perundang-undangan khusus yang secara
sistematis dan lengkap mengatur HPI.
 Dengan adanya aturan tertulis, maka kepastian
hukum lebih terjamin.
 Menjadi pedoman bagi hakim Indonesia dalam
mengadili perkara-perkara HPI.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini masih mengakui General Principles of


Private International Law untuk menghindari
kevakuman hukum.
Sebagai bagian dari Penemuan Hukum, maka hakim dalam
menafsirkan atau mengkonstruksi hukumnya harus
memperhatikan teori-teori umum dalam text-book, pendapat
para penulis, Communis Opinio Doctorum (pendapat Sarjana
yang paling banyak dianut), Konvensi internasional, dan
Yurisprudensi.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut paham “Menerima Renvoi”


Ditentukan bahwa ketika Lex Causae (applicable law) menunjuk
kepada hukum Indonesia, maka kaidah hukum intern Indonesia yang
digunakan.

 RUU ini menganut paham “Ketertiban Umum”


Jika HPI Indonesia menunjuk kaidah hukum asing sebagai Lex
Causae, maka Lex Causae tersebut tidak akan digunakan jika
bertentangan dengan Ketertiban Umum dan Kesusilaan yang baik.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut paham “Nasionalitas” dan “Domisili


Terbatas untuk orang asing”.
Untuk status personil yang berkaitan dengan
kemampuan/kecakapan hukum, hukum yang berlaku adalah hukum
nasionalnya (KWN).
Pengecualian : Yang menarik adalah diterimanya aturan yang
menentukan setelah 2 tahun, berlakulah prinsip Domisili, yaitu
hukum Indonesia.
Ketika terjadi Bipatride/Multipatride, maka hukum dari KWN
(kewarganegaraan) yang paling aktif/efektif yang berlaku. Jika
salah satu KWN adalah Indonesia, maka KWN Indonesia yang
berlaku. Jika terjadi Apatride, maka hukum dari tempat kediaman
sehari-hari (résidence habituelle) yang berlaku.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut paham “Kualifikasi Lex Fori”


Jika terjadi perselisihan antar stelsel hukum dalam suatu
perkara tertentu, maka hakim Indonesia akan terlebih dulu
melakukan kualifikasi berdasarkan Lex Fori untuk
menentukan Lex Causae.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini mengakui eksistensi HATH Intern


Indonesia adalah negara dengan pluralisme hukum, sehingga perkara
HPI tidak semata-mata diselesaikan berdasarkan HATH ekstern
Indonesia, tapi juga mempertimbangkan HATH intern-nya.
 RUU ini menganut paham “Place of Incorporastion”
(berkaitan dengan Badan Hukum)
Indonesia menerima prinsip Incorporasi, dimana hukum yang berlaku
adalah hukum dimana Badan Hukum ini didirikan.
Pengecualian : Asas Centre of Operation (pusat produksi) diterapkan,
jika kegiatan utama Badan Hukum di dalam wilayah Indonesia.
Jika ada perselisihan mengenai kewarganegaraan suatu
Badan Hukum, maka KWN didasarkan pada negara di mana Badan Hukum
ini didirikan  Incorporasi.--
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut paham “Locus Regit Actum”


Sah tidaknya suatu perbuatan hukum ditentukan berdasarkan
hukum di tempat perbuatan dilakukan.

 RUU ini menganut paham “Lex Rei Sitae” untuk


perbuatan yang berhubungan dengan benda tetap
Sah tidaknya suatu bentuk perjanjian/dokumen/perbuatan
hukum yang berhubungan dengan benda tidak bergerak, maka
ditentukan berdasarkan hukum dimana benda tetap/tidak
bergerak tersebut terletak.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut prinsip“Pilihan Hukum (Choice of


Law)”
PH dapat dinyatakan secara tegas maupun diam-diam,
tetapi harus nyata (berdasarkan kenyataan-kenyataan sekitar
kontrak dan isi kontrak).
Pengecualian :  Jika tidak ada PH, maka yang dipakai
adalah prinsip the Most Characteristic Connection (letak
berdomisili pihak yang prestasinya paling khas/kharakteristik
–E.g. Mengenai perjanjian jual beli benda bergerak, maka
tunduk pada hukum dari negara dimana pihak Penjual
berdomisili saat berlangsungnya perjanjian--
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?
 RUU ini menganut prinsip“Lex Loci Delicti
Commissi” untuk PMH
Hukum yang digunakan untuk mengkualifikasikan suatu
perbuatan sebagai PMH (perbuatan melawan hukum) dan
untuk menentukan akibat-akibat dari PMH tersebut adalah
hukum dari tempat dimana PMH itu terjadi.
Pengecualian :Prinsip Milieu Social (suasana sosial) akan
ditetapkan jika akibat-akibatnya termasuk ke dalam suasana
hukum dari negara lain –E.g. A (WNIndonesia) melakukan
PMH pada B (WNIndonesia) di Australia ketika keduanya
sedang berlibur. Untuk menentukan suatu perbuatan sebagai
PMH digunakan hukum Australia, tapi untuk menentukan
ganti kerugian  digunakan hukum Indonesia-
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut paham “Lex Rei Sitae” baik untuk


Benda Tetap maupun Benda Bergerak
Pengecualian : Untuk benda-benda yang diangkut dari
suatu negara ke negara lain (In Transitu), maka selama
pengangkutan, hukum dari tempat tujuan (tempat akan
diterimanya barang) itu yang digunakan—
Jika benda-benda tersebut tidak pernah
sampai ke tempat tujuan, maka hukum dari tempat dimana
benda tersebut berada pada saat gugatan diajukan.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 RUU ini menganut paham “Nasionalitas” untuk


syarat Material Perkawinan dan “Lex Loci
Celebrationis” untuk syarat formal Perkawinan.
Yang menarik, diatur juga tentang kemampuan hukum
dan akibat-akibat dari Pertunangan, yang semuanya
diatur berdasarkan prinsip Nasionalitas.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?
 Berkaitan dengan Harta Benda Perkawinan dan Perjanjian
Perkawinan
Jika KWN suami istri sama, maka harta benda perkawinan diatur oleh
hukum Nasional dari suami pada waktu perkawinan dilangsungkan, termasuk
jika tidak diadakan perjanjian perkawinan--.
Jika suami istri berbeda KWN, maka yang digunakan adalah hukum di
tempat suami istri berdomisili secara de facto pertama kali setelah perkawinan
(sesuai dengan Konvensi Den Haag tahun 1976 mengenai Law applicable to
Matrimonial Property Regimes hukum yang berlaku atas harta benda
perkawinan).
Untuk membuat Perjanjian Perkawinan mengenai harta benda, maka tunduk
pada hukum Nasionalnya. Jika KWN suami istri berbeda, maka diatur
berdasarkan PH (yang terlihat dari maksud para pihak untuk menundukan diri).
Jika tidak ada PH, maka dipakai hukum dari domisili pertama kali setelah
perkawinan --
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 Berkaitan dengan Perceraian


Jika KWN suami istri sama, perceraian diatur
berdasarkan hukum nasionalnya-
Jika suami istri berbeda KWN, maka yang digunakan
adalah hukum di tempat suami istri berdomisili bersama-sama
setelah perkawinan.
Jika suami istri berbeda KWN dan berbeda domisili,
maka akan tunduk pada Lex Fori--
--Yang menarik adalah, diterimanya Alasan Perceraian
Atas Permufatan Bersama yang diatur dengan Hukum
nasionalnya.--
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 Berkaitan dengan Adopsi


Jika KWN Pengadopsi dan yang Diadopsi sama, maka tunduk pada
hukum nasional mereka.
Jika Pengadopsi dan Diadopsi berbeda KWN, maka yang digunakan
adalah hukum di tempat Diadopsi berkediaman sehari-hari
“Résidence Habituelle”prinsip yang sesuai dengan Konvensi Den
Haag tahun 1965 tentang Jurisdiction, Applicable Law and
Recognition of Decrees Relating To Adoption.
Jika suami istri berbeda KWN dan berbeda domisili, maka akan
tunduk pada Lex Fori.
RUU HPI Indonesia,
Mengatur apa saja?

 Berkaitan dengan Warisan


Warisan, Testamen (Wasiat) dan peristiwa hukum lain yang berkaitan
dengan kematian, diatur menurut hukum nasional dari si pewaris atau yang
membuat testamen pada saat kematiannya- -
Tapi validitas bentuk dari Testamen ditentukan oleh hukum nasional dari
orang yang membuat Testamen pada saat ia membuatnya atau pada saat
kematiannya, atau ditentukan oleh hukum dimana si pembuat testamen
berkediaman sehari-hari pada saat ia membuat testamen itu atau pada
saat kematiannya.
Draft tentang pewarisan ini sudah sesuai dengan prinsip “Favor Testamenti”
yang membuka peluang selebar-lebarnya agar keabsahan Testamen yang dibuat
seseorang diakui di Indonesia  sesuai dengan Konvensi Den Haag tahun 1961
tentang Conflict of Law relating to the Form of Testamentary Dispositions-

Anda mungkin juga menyukai