Anda di halaman 1dari 27

PENUNJUKAN

KEMBALI

1
DOKTRIN TENTANG PENUNJUKAN
KEMBALI (RENVOI)
 Penunjukan kembali (Renvoi) timbul
karena adanya berbagai sistem hukum di
dunia yang memiliki sistem hukum perdata
Internasionalnya sendiri.
 Suatu kaidah HPI (Choice of Law Rule)
pada dasarnya dibuat untuk menunjuk ke
arah suatu sistem hukum tertentu sebagai
sistem hukum yang harus diberlakukan
dalam penyelesaian atau masalah HPI.

2
DOKTRIN TENTANG PENUNJUKAN
KEMBALI (RENVOI)

Sachnormverweisung Gesamtverweisung

Gesaamtnormen
Sachnormen (Kollsionsnormen)

3
Pengertian Penunjukan Kembali
 Penunjukan ke arah Kaidah-kaidah hukum Intern
(sachnormen) dari suatu sistem hukum tertentu
(aturan aturan hukum suatu negara).
Penunjukan seperti ini dinamakan dalam B.
Jerman disebut Sachnormverweisung.
 Penunjukan kearah keseluruhan sistem hukum
(asing). Termasuk kaidah kaidah HPI
(Kollsionsnormen) dari sistem hukum asing
tersebut. Penunjukan seperti ini disebut
Gesamtverweisung (berdasrkan sistem hukum
suatu negara).

4
KAPAN RENVOI DIPERLUKAN
 Renvoi hanya mungkin terjadi bila penunjukan
oleh kaidah-kaidah HPI Lex Fori diarahkan ke
seluruh sistem hukum asing yang bersangkutan
(Gesamtverweisung), termasuk kaidah kaidah
HPI sistem hukum itu.
 “mungkin tejadi”, maksudnya hanya terjadi
apabila kaidah-kaidah HPI asing itu menunjuk
kembali ke arah Lex Fori (atau menunjuk lagi ke
arah suatu sistem hukum ketiga)

5
Mengapa dan untuk apa melakukan
penunjukan ke arah kaidah HPI dari suatu
sistem hukum asing ?
 Hal tersebut dilakukan agar perkara dapat
diputuskan dengan cara sesuai dengan
apa yang akan dilakukan oleh pengadilan
di mana perkara itu seharusnya diadili.
 Renvoi dilakukan agar dapat tercipta
keseragaman dalam penyelesaian perkara
perkara HPI, walaupun orang
mengahadapi doktrin-doktrin HPI yang
berbeda-beda di setiap negara.

6
Pengertian Renvoi
 Renvoi adalah penunjukan kembali oleh kaidah-
kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang
ditunjuk oleh Kaidah HPI Lex Fori.
 Doktrin renvoi tumbuh di dalam tradisi HPI
Eropa Kontinental dan penganut doktrin HPI
Tradisional.
 Doktrin renvoi umumnya ditolak oleh penulis-
penulis Amerika Serikat karena adanya lingkaran
setan di dalam logika doktrin renvoi.

7
Beberapa Pengertian pokok dalam
lembaga renvoi
 Terjadinya renvoi apabila apabila Hakim
Lex Fori menunjuk suatu sistem hukum
asing dan penunjukan ini dianggap
sebagai suatu Gesamtverweisung
(penunjukan ke arah sistem hukum) atau
bila hakim menganggap bahwa
penunjukan kembali oleh kaidah HPI
diarahkan kepada kaidah-kaidah hukum
intern lex fori (Sachnormverweisung).
8
Kapan Lex Fori menolak renvoi ?
 Apabila suatu sistem hukum (Lex Fori) menunjuk
kepada suatu sistem hukum asing dan
penunjukkan itu langsung dianggap sebagai
Sachnormverweisung (penunjukkan ke arah
kaidah kaidah hukum intern dari sistem hukum
itu.
 Bila hakim (lex fori) menganggap bahwa
penunjukkan kembali itu diarahkan ke seluruh
sistem hukum lex fori (termasuk dalam kaidah
HPI Lex Fori)

9
Kapan lex fori dianggap menerima
Renvoi ?

 Bila dalam hal hakim (lex fori)


menganggap bahwa penunjukkan kembali
oleh kaidah HPI asing itu diarahkan ke
Kaidah kaidah hukum Intern Lex Fori
(Sachnormverweisung)

10
Jenis renvoi ada 2 yaitu :
 1. Penunjukkan Kembali (Remission), yaitu
penunjukkan oleh kaidah HPI asing
kembali ke arah lex Fori.
 2. Penunjukan lebih lanjut (Transmission)
yaitu kaidah HPI yang telah ditunjuk oleh
Lex Fori tidak menunjuk kembali ke arah
lex fori, tetapi menunjuk lebih lanjut ke
arah suatu sistem hukum asing lain.

11
Contoh kasus
 Kasus Posisi : kasus Forgo Case
1. Forgo adalah warganegara Bavaria
(jerman).
2. Ia berdomisili di prancis sejak berusia 5
tahun, tanpa memperoleh kwargaan
perancis.
3. forgo meninggal dunia di Perancis
secara ab intestatis (tanpa meninggalkan
testament.

12
lanjutan
4. Forgo sebenarnya adalah seorang anak
diluar kawin.
5. Forgo meninggalkan sejumlah barang-
barang bergerak di perancis.
6. Perkara pembagian warisan forgo
diajukan di depan pengadilan perancis

13
 Masalah : berdasarkan hukum mana
pengaturan pembagian waris itu harus
dilakukan? Berdasarkan hukum bavaria
ataukah hukum perancis.
 Kaedah HPI lex fori perancis menyatakan
bahwa:
 Persoalan pewarisan benda-benda
bergerak harus diatur berdasarkan kaidah-
kaidah hukum dari tempat dimana pewaris
menjadi warga negara.

14
lanjutan
 Kaedah HPI Bavaria menetapkan bahwa
pewarisan benda-benda bergerak harus diatur
berdasarkan hukum dari tempat dimana pewaris
bertempat tinggal sehari-hari (Habitual
Residence ).
 Proses Penyelesaian perkara :
 Pada tahap pertama hakim perancis melakukan
penunjukan ke arah Hukum Bavaria sesuai kaedah
HPI Peracis
 Hakim Perancis menganggap penunjukan itu
sebagai gesamtverweisung sehingga meliputi pula
kaidah-kaidah HPI Bavaria.

15
lanjutan
 Telah diketahui bahwa kaedah HPI Bavaria
yang menyangkut pewarisan benda-benda
bergerak, menetapkan bahwa hukum
yang harus digunakan untuk mengatur hal
itu adalah hukum dari tempat tinggal
tetap pewaris. Jadi kaedah HPI Bavaria
menunjuk kembali ke arah Hukum
Perancis . (hukum dari tempat kediaman
tetap pewaris ). Pada tahap ini baru
terjadi apa yang disebut Ranvol.
16
lanjutan
 hakim perancis ternyata kemudian menganggap
bahwa “ penunjukan Kembali” oleh kaedah HPI
Bavaria sebagai suatu “ sachnormverweisung”
dalam teori HPI, sikap Hakim Lex fori ini
dikatakan “menerima renvoi”
 berdasarkan anggapan itu Hakim lalu
memberlakukan kaidah hukum waris Perancis
(code civil) untuk memutus perkara.
(penyelesaian).

17
lanjutan
 Catatan :
 Perbedaan antara pemberlakukan hukum
perancis atau hukum bavaria untuk memutuskan
perkara, bukanlah sekedar merupakan masalah
teoritik saja, tetapi juga dapat menghasilkan
keputusan perkara yang mungkin berlainan.
 Menurut Hukum perdata Bavaria ; saudara
saudara kandung dari seorang anak luar kawin
tetap berhak untuk menerima harta warisan dari
anak luar kawin tersebut.

18
lanjutan
 Menurut hukum Perdata (Perancis) ; harta
peninggalan dari seorang anak luar kawin
akan jatuh ke tangan negara.
 Karena hakim (Perancis) menerima renvoi,
dan hal itu berarti menganggap bahwa
penunjukan ke arah hukum intern
Perancis (code civil) , maka yang menjadi
keputusan perkara adalah harta peninggal
forgo jatuh ketangan pemerintah perancis.

19
Patino vs Patino

20
Duduk Perkara
1. Sepasang Suami isteri warga negara
Bolivia mengajukan permohonan untuk
perceraian
2. Pernikahan mereka dilakukan dan
diresmikan di Spanyol
3. Permohonan Perceraian diajukan di
Pengadilan Perancis

21
Fakta Hukum
1. Kaidah HPI Perancis: Perkara status personal
harus diselesaikan berdasarkan prinsip dan
hukum kewarganegaraan para pihak
2. Kaidah HPI Bolivia: Perkara permohonan
perceraian harus dilakukan berdasarkan hukum
dari tempat perkawinan (lex loci celebretionis)
3. Kaidah Hukum intern Spanyol: menutup
kemungkinan untuk pelaksanaan perceraian
yang perkawinannya dilaksanakan berdasarkan
hukum Spanyol
22
Proses Penyelesaian Perkara
1. Hakim Perancis pertama-tama menggunakan kaidah HPI lex fori
untuk menentukan hukum yang seharusnya berlaku dan
berdasarkan prinsip kewarganegaraan. Kaidah HPI Perancis merujuk
kepada hukum Bolivia
2. Penunjukan ke arah hukum Bolivia oleh hakim Perancis
dimaksudkan sebagai gesamtverweisung kearah kaidah HPI Bolivia
3. Kaidah HPI Bolivia menunjuk kearah tempat peresmian perkawinan
(lex locus celebretionis) dan dalam hal ini adalah Spanyol.
Penunjukan oleh hakim Bolivia ke arah hukum Spanyol disebut
renvoi ke arah sistem hukum ketiga (tidak kembali ke lex fori)
4. Hakim Perancis kemudian menganggap bahwa penunjukan ini
sebagai sachnormenverweisung ke arah hukum intern Spanyol
5. Dengan asumsi ini, hakim Perancis Kemudian memberlakukan
hukum intern Spanyol dan menolak permohonan cerai yang
bersangkutan. Dalam hal ini hakim Perancis menggunakan proses
renvoi dalam arti transmission (penunjukan lebih lanjut).

23
Studi Kasus
1. A seorang warga negara AS, berdomisili di Negara
Bagian New York tapi dia berasal dari Swiss
2. A meninggal di New York dan meninggalkan sebidang
tanah dan rumah di Swiss
3. Tanah di Swiss sebenarnya telah dijual dan hasil
penjualannya telah ditrasfer ke New York, tetapi utk
kepentingan proses pewarisan tetap dianggap sebagai
benda tetap (immovable)
4. A meninggalkan sebuah testamen yang mewariskan
tanah/hasil penjualan kepd pihak ketiga (benefeciaries)
yang bukan ahli waris menurut garis keturunan (heirs)
5. Para ahli waris (heirs) menggugat testamen dan
mengklaim hak-haknya atas tanah di Swiss sebagai ahli
waris menurut undang-undang.

24
Fakta Hukum
1. Hukum intern Swiss mengkualifikasikan perkara sebagai perkara tentang
kedudukan ahli waris menurut undang-undang dalam pewarisan
testamenter
2. Hukum intern New York mengkualifikasikan perkara sebagai pewarisan
tanah melalui testamen
3. Kaidah HPI New York menetapkan bahwa untuk perkara pewarisan benda
tetap, hukum yg diberlakukan adalah hukum dimana benda itu berada
4. Kaidah HPI Swiss menetapkan bahwa status dan kedudukan ahli waris
dalam proses pewarisan testamenter tunduk kepada hukum dari tempat
dimana pewaris berkewarganegaraan
5. Kaidah hukum Intern Negara Bagian New York menetapkan bahwa seorang
pewaris testamenter dapat dengan sah mewariskan kekayaannya kepada
pihak ketiga yang bukan heirs.
6. Kaidah hukum intern Swiss menetapkan bahwa seorang pewaris tidak dapat
mewariskan kekayaannya melalui testamen dengan mengabaikan bagian
dari para ahli waris menurut undang-undang (legitimate portie).

25
Proses Penyelesaian Perkara
1. Walaupun tanah telah dijual dan hasil penjualannya telah ditransfer ke New
York, Hakim New York mengkualifikasikan perkara berdasarkan hukum New
York (lex fori) sebagai perkara pewarisan benda tetap dan bersasarkan
kaidah HPI New York, perkara ini tunduk kepada hukum Swiss (lex rei sitae)
2. Hakim New York kemudian mengkualifikasi perkara berdasarkan hukum
Swiss dan menganggapnya sebagai perkara tentang kedudukan ahli waris
menurut undang-undang dalam pewarisan testamenter. Penunjukan ke
arah hukum Swiss merupakan gesamtverweisung kearah kaidah HPI Swiss
3. Kaidah HPI Swiss menetapkan bahwa kedudukan ahli waris dalam
pewarisan testamenter harus diatur berdasarkanhukum dari tempat dimana
pewaris memiliki kewarganegaraan yang akhir. Jadi kaidah HPI Swiss
menunjuk kembali ke arah hukum New York
4. Hakim New York kemudian menganggap bahwa penunjukan kembali
sebagai Sachnormverweisung ke arah hukum intern New York dan
memutuskan bahwa tanah/hasil penjualan akan dibagikan sesuai amanat
yang ada dalam testamen
5. Gugatan ahli waris (heirs) ditolak.

26
Kasus Schneider

27

Anda mungkin juga menyukai