Anda di halaman 1dari 19

PERTEMUAN 10

HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL
RENVOI (PART 3)
SINGLE-RENVOI

Pada materi pertemuan sebelumnya telah dibahas mengenai single-renvoi. Pranata


Single-Renvoi tersebut berkembang di Eropa Kontinental, sedangkan di Inggris
berkembang sejenis Renvoi, yang dinamakan The Foreign Court Theory (FCT).

FCT didasarkan pada suatu pendirian, bahwa hakim Inggris dalam mengadili suatu
peristiwa HPI akan bertindak seolah ia duduk di kursi hakim negara asing (consider
himself sitting in foreign country). Dengan kata lain, hakim Inggris bertindak seolah
sebagai forum atau pengadilan asing, dan harus memutus perkara dengan cara yang
sama dengan forum atau pengadilan asing (yang sistem hukumnya ditunjuk kaidah HPI
Inggris (Lex Fori))
2 HAL YANG PERLU DISADARI DALAM
PELAKSANAAN DOKTRIN FTC

1. Hakim harus menentukan terlebih dahulu sistem hukum atau badan peradilan asing manakah
yang seharusnya mengadili dan memutus perkara HPI yang dihadapi. Secara tradisional,
dilakukan dengan menggunakan titik-titik taut dan kaidah-kaidah HPI Lex Fori. Tahap ini
sebenarnya menentukan badan peradilan asing mana yang menjadi the proper forum dan
hukum asing mana yang seharusnya menjadi the proper foreign lex fori. Hakim Inggris
melakukan Gesamtverweisung ke arah sistem hukum asing tertentu.
2. Berikutnya dalam proses penyelesaian perkara harus dilakukan berdasarkan sistem HPI dari
“foreign forum” yang ditunjuk itu. Tahap ini hakim Inggris (berfiksi dalam kedudukannya
sebagai hakim asing) akan kembali menggunakan titik-titik taut dan kaidah-kaidah HPI forum
asing itu. Tahap kedua ini terjadi “proses ulangan” untuk menentukan lex causae dan tindakan
ini dapat menimbulkan beberapa akibat: ➡️
a. Kaidah HPI asing menunjuk “kembali” ke arah hukum Inggris dan oleh
hakim Inggris dianggap sebagai Gesamtverweisung sehingga kaidah HPI
Inggris akan “menunjuk lagi” ke arah hukum asing yang bersangkutan, dan
kali ini penunjukan akan dianggap lagi sebagai Sachnormenverweisung ke
arah hukum intern asing yang akan digunakan untuk memutus perkara;
atau
b. Kaidah HPI asing menunjuk “kembali” ke arah hukum Inggris dan oleh
hakim Inggris dianggap sebagai Gesamtverweisung sehingga kaidah HPI
Inggris akan “menunjuk lagi” ke arah hukum asing, dan kali ini penunjukan
dianggap sebagai Gesamtverweisung lagi sehingga kaidah HPI asing akan
“menunjuk kembali” ke arah hukum Inggris dan penunjukan terakhir ini
akan dianggap sebagai Sachnormenverweisung oleh hakim Inggris, dan
hukum intern Inggrislah yang digunakan untuk memutus perkara.
YANG MENJADI MASALAH DALAM DOKTRIN FTC BUKAN
APAKAH LEX FORI MENERIMA ATAU MENOLAK RENVOI,
MELAINKAN APAKAH SEBUAH FORUM ASING (FOREIGN
COURT) MENERIMA ATAU MENOLAK RENVOI.
Ilustrasi penggunaan doktrin FTC sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sir Herbert Jenner (hakim
tinggi) di Inggris:

I. PERKARA PERTAMA
Hakim Inggris mengadili perkara internasional, menyangkut persoalan renvoi, serta berhubungan
dengan Hukum Perancis. ➡️ Seorang janda warga negara Inggris, berdomisili di Perancis membuat
testament yang isinya sedemikian rupa, sehingga anaknya tidak mendapatkan apa-apa.

Persoalan : Hukum manakah yang menilai sah atau tidaknya testament yang dibuat tersebut?
Tahap I
Hakim Inggris bertitik tolak dari hukum Inggris, karena ia hakim Inggris dan perkaranya
diajukan di Inggris, HPI Inggris menentukan hukum domisili terakhir yang berlaku:
Hukum Perancis. Jadi, hukum Inggris menunjuk kepada hukum Perancis.

Tahap II
Hakim Inggris mengkhayalkan duduk di pengadilan Perancis sebagai hakim Perancis.
Hakim Perancis tentu berpegang pada HPI Perancis. Pembuatan testament termasuk
status dan wewenang. HPI Perancis menunjuk hukum nasional orang yang
bersangkutan: Hukum Inggris, sedangkan HPI Inggris menunjuk pada Hukum Domisili:
Hukum Perancis. Apakah Hukum Perancis menerima atau menolak Renvoi?
Ternyata praktek pengadilan di Perancis menerima Renvoi, maka Hukum Perancis yang
diterapkan.
Tahap III
Sekarang hakim Inggris kembali ke tempat semula sebagai hakim Inggris dan
menerapkan hukum Perancis yang diketemukannya di kursi hakim Perancis tadi.

Sumber: Ari Purwadi - Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional


Ilustrasi penggunaan doktrin FTC sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sir Herbert Jenner (hakim
tinggi) di Inggris:

II. PERKARA KEDUA


Perkara sama dengan Perkara nomor I, tetapi meninggal di Italia. Maka langkahnya:
Tahap I
Hukum Inggris yang menggunakan prinsip domisili menunjuk pada Hukum Italia.

Tahap II
Hakim Inggris pindah ke kursi hakim Italia dan menilai segala sesuatunya dari Hukum
Italia. HPI Italia menunjuk kepada hukum nasionalnya ➡️ Hukum Inggris. HPI Inggris
berprinsip domisili lalu merenvoi ke Hukum Italia sebagai hukum domisili terakhir.
Apakah renvoi itu diterima atau ditolak?
Ternyata teori dan praktek hukum Italia menolak Renvoi. Jadi kesimpulannya: Hukum
Inggris yang diterapkan.
Tahap III
Hakim Inggris kembali ke tempatnya semula di kursi hakim Inggris dan menerapkan
hukum Inggris sendiri, yang telah diketemukan tadi di Italia.

Sumber: Ari Purwadi - Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional


Sumber: Ari Purwadi - Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional
Sumber: Ari Purwadi - Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional
KESIMPULAN
FTC
PERTAMA
FTC ternyata tidak berhasil menghindarkan masalah menerima atau menolak
renvoi, karena putusan-putusan yang diambil akhirnya akan tergantung hukum
asing yang ditunjuk itu, apakah menerima atau menolak renvoi. Jadi malahan
memindahkan kesukaran dan tanggung jawab ke luar negeri, kepada hukum asing;

KEDUA
FTC hanya mungkin berjalan dengan baik, bilamana tidak ada lain negara yang juga
menganut pendirian yang sama. Jika negara-negara lain menganut FTC (yang juga
disebut double renvoi) maka akan benar-benar terjadi suatu “circulus vituosis”.
Contoh Yurisprudensi Inggris yang menggambarkan
variasi penggunaan doktrin FTC
Kasus Posisi
Seorang wanita WN Inggris, Ny. Sybil Annesley, tahun 1860 menikah dengan seorang
tentara yang berdomisili di Inggris, kemudian mereka tinggal bersama di Bath,
Perancis, selanjutnya pindah & menetap di Pau, Perancis hingga menjadi tempat
kediaamannya sehari-hari (habitual residence) sampai suaminya meninggal dunia;
Berkediaman di Pau, Perancis sampai dengan 1867, dan saat itu ia membeli sebidang
tanah & memiliki sebuah peternakan kecil, sampai ia meninggal dunia pada 16
Januari 1924 di usia 80 tahun;
Selama di Perancis sampai dengan kematiannya, ia tahun 1892 mengunjungi Inggris
untuk menghadiri perkawinan saudara perempuannya, serta beberapa kali melakukan
kunjungan singkat ke Inggris pada tahun 1903, 1911, dan 1913;
Sebelum meninggalkan dunia, ia membuat testamen dalam bahasa Perancis pada
tanggal 20 Desember 1919, tetapi kemudian pada 13 Desember 1919 ia membuat
testamen berdasarkan kaidah hukum waris Inggris;
Contoh Yurisprudensi Inggris yang menggambarkan
variasi penggunaan doktrin FTC
Kasus Posisi
Isi testament terakhir tidak memberikan sedikit pun harta warisan kepada
anak laki-lakinya; ia antara lain memberikan harta warisan itu kepada para
pelayannya;
Testament digugat oleh para ahli waris berdasarkan undang- undang, karena
dianggap mengabaikan legitieme portie yang memberikan hak kepada mereka
untuk menerima 2/3 (dua per tiga) dari peninggalan pewaris, sehingga
kualifikasi kasus ini adalah pewarisan yang mengabaikan legitieme portie;
Wanita tersebut dalam kenyataan tinggal di Perancis, namun ia tidak pernah
memperoleh status resmi sebagai penduduk Perancis;
Perkara diajukan di pengadilan Inggris.
Contoh Yurisprudensi Inggris yang menggambarkan
variasi penggunaan doktrin FTC
Fakta Hukum
Kaidah HPI Inggris menganggap bahwa masalah pewarisan
testamentair harus diatur berdasarkan hukum dari domisili pewaris
pada saat ia meninggal.
Kaidah HPI Perancis menganggap masalah pewarisan harus
diselesaikan berdasarkan hukum dari tempat pewaris menjadi warga
negara.
Hukum intern Inggris menganggap testament yang dibuat adalah
sah.
Hukum intern Perancis menganggap suatu testament yang
mengabaikan legitieme portie adalah batal demi hukum.
MASALAH HUKUM

Berdasarkan hukum mana pembagian waris itu


harus dilakukan dan apakah ahli waris
berdasarkan undang-undang berhak menerima
legitieme portie dari peninggalan Annesley?
Contoh Yurisprudensi Inggris yang menggambarkan
variasi penggunaan doktrin FTC
Proses Pemutusan Perkara
Berdasarkan kaidah HPI Inggris, hakim menunjuk ke arah hukum
Perancis sebagai hukum dari domisili pewaris pada saat
meninggalnya;
Penunjukkan pada butir 1 ini merupakan Gesamtverweisung, karena
di sinilah hakim memulai fiksi hukumnya dengan menganggap bahwa
forum Perancis adalah forum asing yang seharusnya mengadili
perkara;
Seorang hakim Perancis, menghadapi perkara semacam ini, akan
menggunakan kaidah HPI-nya dan menunjuk ke arah hukum Inggris
sebagai lex patriae dari pewaris;
Contoh Yurisprudensi Inggris yang menggambarkan
variasi penggunaan doktrin FTC
Proses Pemutusan Perkara
Karena hukum Inggris pada dasarnya menolak renvoi, maka hakim Perancis
akan menganggap penunjukkan ke arah hukum Inggris ini sebagai
Gesamtverweisung lagi, dan kaidah HPI Inggris yang sama akan menunjuk
kembali (remission) ke arah hukum Perancis. Di sinilah (menurut hakim
Perancis) terjadi renvoi yang diakui oleh sistem hukum Perancis;
Karena itu, hakim Perancis akan menganggap bahwa penunjukkan kembali ini
sebagai Sachnormenverweisung ke arah hukum waris intern Perancis;
Karena itu, hakim Russel (hakim Inggris) kemudian menyimpulkan bahwa hakim
Perancis kemudian akan memberlakukan hukum internnya (code civil) dan
menganggap bahwa testamen harus dianggap tidak sah dan kemudian
mengabulkan gugatan ahli waris menurut undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai