Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335054991

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrument tes

Presentation · May 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.30144.28167

CITATIONS READS

0 9,927

1 author:

Eka Ary Wibawa


Universitas Negeri Yogyakarta
15 PUBLICATIONS   18 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Developing Student Assessment Sheet on the Implementation of Authentic Assessment View project

Developing Lecture Module View project

All content following this page was uploaded by Eka Ary Wibawa on 08 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENILAIAN HASIL BELAJAR DENGAN
MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES *

Oleh:
Eka Ary Wibawa **
eka_arywibawa@uny.ac.id

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

*) Makalah disampaikan pada Pelatihan Pengembangan Soal Akuntansi Berbasis High


Order Thinking Skills (HOTS) Bagi Guru MGMP Akuntansi Kabupaten Kulon Progo
tanggal 3 Mei 2019 di SMK Negeri 1 Pengasih
**) Dosen Fakultas Ekonomi UNY
PENILAIAN HASIL BELAJAR
DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN TES
Oleh: Eka Ary Wibawa

A. Pengertian Tes
Tes erat kaitannya dengan kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran.
Setiap guru harus melakukan penilaian pembelajaran untuk mengetahui capaian
proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus mampu mendorong guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan juga mendorong siswa untuk lebih giat
dalam belajar (Kartowagiran, Wibawa, Alfarisa, & Purnama, 2019). Setiap kegiatan
penilaian pasti didahului dengan kegiatan pengukuran – kegiatan memberi angka
suatu objek pengukuran dengan menggunakan alat ukur. Penilaian proses dan hasil
pembelajaran menggunakan alat ukur yang berupa tes dan/atau non-tes. Makalah ini
akan banyak membahas tentang penilaian hasil belajar dengan menggunakan alat ukur
atau instrumen tes. Tes memberi para guru informasi penting yang digunakan untuk
membuat keputusan tentang pengajaran dan nilai siswa (Fives & Didonato-Barnes,
2013).
Menurut Arikunto & Jabar (2004) tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau
aturan yang telah ditentukan. Tes merupakan alat untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, perasaan, kecerdasan atau bakat baik indivdu maupun kelompok yang
menghasilkan skor berupa angka sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi,
mengklasifikasikan, atau mengevaluasi peserta tes (Osman, 2013). Selanjutnya
menurut Azwar (2016) tes merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab
dan/atau tugas yang harus dikerjakan oleh peserta tes yang akan memberikan
informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban peserta tes.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah sekumpulan
pertanyaan atau tugas yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta tes untuk
mengukur pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta tes. Hasil tes berupa skor
(angka), dapat juga dikonversikan dalam huruf, yang digunakan untuk menilai hasil
belajar peserta didik.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 2


B. Perbedaan Tes dan Non-tes
Instrumen penilaian dalam evaluasi pembelajaran terdiri dari instrumen tes dan
instrumen non-tes. Hal paling mendasar yang membedakan tes dengan non-tes yakni
jawaban yang dihasilkan. Tes akan menghasilkan jawaban yang benar dan salah,
namun dalam non-tes tidak ada jawaban yang salah karena mengacu pada masing-
masing persepsi, sikap, dan perilaku peserta tes yang berbeda-beda.

Tabel 1. Perbedaan Teknik Penilaian Tes dan Non Tes


Aspek Tes Non-tes
Ranah yang kognitif dan psikomotorik afektif dan psikomotorik
diukur
Tipe jawaban Benar dan salah Tidak ada jawaban yang salah
Jenis-jenis Tes  Tes formatif  Kuesioner
 Tes sumatif  Wawancara
 Tes tertulis  Observasi
 Tes lisan  Penilaian diri
 Ulangan harian  Daftar cek
 Tugas  Penilaian sejawat
 Tes kinerja/tes praktik  Studi kasus

Tujuan Untuk mengukur hasil belajar Untuk mengukur hasil belajar


dalam ranah kognitif dan dalam ranah afektif dan
psikomotorik psikomotor
Proses Dengan melakukan tes baik secara Tanpa melakukan pengujian/tes.
pengumpulan lisan, tertuis, maupun praktik
informasi
Data yang Kuantitatif Kualitatif, dimana untuk tujuan
dihasilkan tertentu data kualitatif ini dapat
juga diangkakan

C. Bentuk/Jenis Tes
Ada beberapa pendapat ahli mengenai bentuk atau jenis tes. Setiap ahli
memiliki pandangan sendiri-sendiri mengenai hal tersebut. Dalam makalah ini penulis
telah merangkum dengan ringkas pendapat para ahli seperti Arikunto (2009), Thoha
(2003), Purwanto (2009), Sukardi (2008), dan Sudijono (2017) serta pandangan
penulis sendiri terkait dengan bentuk dan jenis tes.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 3


1. Berdasarkan Fungsinya
a. Tes seleksi: untuk menyeleksi peserta tes yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan, contoh: Tes Seleksi Masuk Perguruan Tinggi, Tes Seleksi CPNS,
Tes Seleksi Pegawai, dll.
b. Tes awal (pre-test): untuk mengetahui kemampuan awal peserta tes
c. Tes akhir (post-test): untuk mengetahui kemampuan akhir atau capaian hasil
belajar peserta tes
d. Tes diagnostik: untuk mendiagnosa kelemahan-kelemahan siswa sehingga dapat
dilakukan penanganan yang tepat sesuai hasil tes diagnostik
e. Tes formatif: untuk mengetahui capaian proses dan hasil belajar ketika program
pembelajaran berlangsung
f. Tes sumatif: untuk mengetahui capaian akhir hasil belajar ketika program
pembelajaran berlangsung
2. Berdasarkan Media yang Digunakan
a. Paper based-test: tes dengan menggunakan kertas.
b. Computer based-test: tes dengan menggunakan bantuan komputer
c. Internet based-test: tes dengan menggunakan bantuan internet
3. Berdasarkan Objek Pengukurannya
a. Tes kepribadian (personality test): objek pengykurannya berupa ciri-ciri khas
dari seseorang yang bersifat lahiriyah, seperti gaya bicara, cara bergaul, intonasi
suara, kegemaran, motivasi, sikap, perilaku, dll.
b. Tes hasil belajar (achievement test): objek pengykurannya berupa perubahan
perilaku atau hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
4. Berdasarkan Tingkatannya
a. Tes standar (standard test): tes yang disusun oleh tim ahli pada bidang tertentu
atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara profesional.
Yang dituntut dalam tes standar yaitu adanya persamaan performance pada
kelompok peserta tes disebabkan adanya kesamaan tolak ukur
b. Tes non-standar: tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum memiliki
keahlian professional dalam menyusun tes secara baik
5. Berdasarkan Bentuk Respon Jawaban
a. Tes tindakan/kinerja: tes dimana respon atau jawaban yang dituntut dari peserta
didik berupa tindakan/kinerja/tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 4


b. Tes lisan: sekumpulan item pertanyaan dan/atau pernyataan yang disusun secara
terencana, diberikan oleh seorang guru kepada para siswanya tanpa media tulis,
disampaikan dan dijawab secara lisan
c. Tes tertulis: tes yang terdiri dari serangkaian soal, pertanyaan atau tugas secara
tertulis dan jawaban yang diberikan secara tertulis juga.
6. Berdasarkan Sifat Jawaban
a. Tes subyektif: pada umumnya berbentuk esai atau uraian yang jawabannya
subyektif menurut pemahaman peserta tes masing-masing.
b. Tes obyektif: tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dijawab oleh peserta tes
dengan cara memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa alternatif jawaban
yang telah dipasangkan dengan masing-masing item.
Adapun macam-macam tes obyektif adalah sebagai berikut.
1) Tes melengkapi (completion test): salah satu bentuk tes jawaban bebas,
dimana butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-bagian tertentu
yang dianggap penting dikosongkan, peserta tes diminta untuk mengisi
bagian-bagian yang dikosongkan tersebut.
2) Tes benar-salah (true-false test):tes dimana soal-soalnya berupa pernyataan-
pernyataan, ada yang benar dan ada yang salah. Peserta tes bertugas untuk
menandai masing-masing pernyataan itu dengan meligkari huruf B jika
pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika
pernyataan itu salah.
3) Tes pilihan ganda (multiple choice test): terdiri atas suatu keterangan
tentangnpengetahuan yang belum lengkap atau pertanyaan dimana peserta tes
harus melengkapinya atau menjawabnya dengan memilih satu dari beberapa
alternatif jawaban yang telah disediakan.
4) Menjodohkan (matching test): bentuk khusus dari pilihan jamak dimana
terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom berisi pernyataan yang satu
menempati posisi sebagai soal dan satunya sebagai jawaban, kemudian
peserta didik diminta untuk menjodohkan kesesuaian antar dua statement
tersebut.
5) Rearrangement exercise: bentuk tes yang berupa rangkaian kalimat utuh dan
benar, kemudian diceraikan secara tidak beraturan, sehingga bentuk aslinya
sulit dikenali, peserta didik diminta menyusun kembali sesuai dengan urutan
yang benar.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 5


D. Ciri-ciri Tes yang Baik
Guru harus memiliki kompetensi untuk menyusun tes hasil belajar yang baik.
Suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur dapat memenuhi syarat-syarat tes
yang baik. Ada banyak ahli seperti Mardapi (2017), Surapranata (2005), Arifin
(2016), Sudijono (2011), dan Arikunto (2009) yang menjelaskan mengenai kriteria tes
yang baik. Penulis merangkum dari beberapa ahli tersebut dengan dipadukan dengan
pengalaman penulis dalam penyusunan soal tes. Adapun kriteria tes yang baik adalah
sebagai berikut.
1. Valid: butir atau item tes dikatakan valid apabila butir tersebut mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur. Validitas tes dapat dibuktikan dengan validitas isi -
tingkat dimana isi tes sesuai dengan tujuan pengujian (Sireci & Faulkner-Bond,
2014).
2. Reliabel: sejauh mana skor tes seseorang stabil atau dapat direproduksi dan bebas
dari kesalahan pengukuran (Thompson, 2013). Apabila tes memiliki reliabilitas
yang tinggi, hasil pengukurannya akan ajeg/konsisten.
3. Obyektif: kualitas tes yang menunjukkan kesamaan dari skor yang diperoleh dari
data yang sama dari penskor kompeten yang sama.
4. Praktis: sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis dan mudah mengadministrasikannya.
5. Ekonomis: pelaksanaan tes tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang
banyak, dan waktu yang lama.

E. Langkah-langkah Pengembangan Tes


Tes yang baik dihasilkan dari beberapa langkah pengembangan yang
sistematis dan baik. Mardapi (2017) menjabarkan 9 langkah dalam pengembangan tes
sebagai berikut.
1. Menyusun Spesifikasi Tes
Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik
yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi tes akan mempermudah dalam menulis
soal dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang
relatif sama. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut ini:
a. Menentukan tujuan/fungsi tes
Terdapat 6 macam tes yang digunakan lembaga pendidikan, yaitu tes
penempatan, tes diagnostik, pre-test, post-test, tes formatif, dan tes sumatif.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 6


b. Menyusun kisi- kisi
Kisi-kisi berupa tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat.
Kisi-kisi berguna sebagai acuan bagi pembuat soal sehingga siapapun yang
menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitannya relatif
sama. Terdapat empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:
1) Menulis tujuan umum
2) Membuat materi pokok dan sub materi yang akan diujikan
3) Membuat indikator
4) Menentukan jumlah soal tiap materi pokok dan sub materi
c. Menentukan bentuk tes
Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar-
salah, menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat dikategorikan uraian
objektif dan non-objektif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada sains
dan teknologi atau biadang sosial yang jawaban soalnya sudah pasti, dan hanya
satu jawaban yang benar. Tes uraian non-objektif sering digunakan pada bidang
ilmu sosial, yaitu yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang
benar, tergantung argumentasi peserta tes. Bentuk tes dikatakan non-objektif
apabila penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari
penilai.
d. Menentukan panjang tes
Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi ujian dan kelelahan
peserta tes. Seorang guru harus mampu menentukan panjang tes yang sesuai
dengan karakteristik materi dan peserta didiknya.
2. Menulis Soal Tes
Tahap ini merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Setiap
pertanyaan perlu disusun dengan baik sehingga jelas hal yang ditanyakan dan jelas
pula jawabannya.
3. Menelaah Soal Tes
Telaah soal tes perlu dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam
pembuatannya masih ditemukan kekurangan dan kesalahan. Telaah dilakukan oleh
ahli yang secara bersama atau individu mengoreksi soal yang telah dibuat.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 7


4. Melakukan Ujicoba Tes
Tahap ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal yang telah disusun. Data
yang diperoleh adalah data empirik, terkait reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran,
pola jawaban, efektifitas pengecoh, dan daya beda
5. Menganalisis Butir Soal
Tiap butir soal perlu dianalisis lebih lanjut. Melalui ananlisis butir ini dapat
diketahui antara lain: tingkat kesukaran butir soal, daya beda, dan keberfungsian
pengecoh
6. Memperbaiki Tes
Langkah selanjutnya adalah memperbaiki bagian soal yang belum sesuai dengan
yang diharapkan berdasarkan analisis butir soal. Beberapa butir soal mungkin
sudah ada yang baik, butir soal yang kurang baik diperbaiki kembali, sedangkan
butir yang lain dapat dibuang jika tidak memenuhi standar kualitas yang
diharapkan.
7. Merakit Tes
Keseluruhan butir soal yang sudah dianalisis dan diperbaiki kemudian dirakit
menjadi satu kesatuan tes. Dalam merakit soal, hal-hal yang dapat mempengaruhi
validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan butir soal, tata letak, dan
sebagainya.
8. Melaksanakan Tes
Tes yang telah disusun diberikan kepada testee (peserta tes-orang yang ditujukan
untuk mengerjakan tes). Pelaksanaan tes memerlukan pemantauan dan pengawasan
agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh testee dengan jujur dan sesuai dengan
ketentuan dan aturan yang berlaku.
9. Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor. Skor kemudian ditafsirkan
menjadi nilai, rendah, menengah, dan tinggi. Tinggi rendahnya nilai dikaitkan
dengan acuan penilaian. Ada dua macam acuan penilaian yang sering digunakan
dalam psikologi dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 8


F. Contoh-Contoh Tes HOTS Akuntansi Jasa
1. Salon Cantik mempunyai Daftar Saldo (sebagian) dan data penyesuaian sebagai
berikut.
Daftar saldo 31 Desember 2011 (dalam ribuan rupiah)
No Nama Akun Debit Kredit
1 Sewa dibayar dimuka 6.000
2 Biaya Asuransi 3.000
3 Biaya Gaji 17.000
a. Data Penyesuaian:
1) Sewa kios dibayar tanggal 1 April 2011 untuk satu tahun
2) Asuransi dibayar dimuka 1 Mei 2011 untuk satu tahun
3) Gaji karyawan untuk bulan Desember yang belum dibayar Rp1.500.00,00
Berdasarkan daftar saldo dan data penyesuaian dibuat kertas kerja berikut ini:

Nama Neraca AJP NSD Laba-Rugi Nereca


No
Akun D K D K D K D K D K

Sewa
1 dibayar 6.000 - - 4.500 1.500 - - - 1.500 -
dimuka

Biaya
2 3.000 - - 2.000 1.000 - 1.000 - - -
Asuransi

Biaya
3 17.000 - 1.500 - 18.500 - 18.500 - - -
Gaji

Biaya
4 - - 4.500 - 4.500 - 4.500 - - -
Sewa

Asuransi
5 dibayar - - 2.000 - 2.000 - - - 2.000 -
dimuka

Utang
6 - - - 1.500 - 1.500 - - - -
Gaji

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 9


Penyelesaian kertas kerja yang benar adalah akun nomor … .
A. 1, 2, dan 3
B. 1, 3, dan 4
C. 2, 4, dan 5
D. 3, 4, dan 5
E. 3, 5, dan 6
Jawaban: B. 1, 3, dan 4
2. Diketahui data keuangan salon Riana:
- Pendapatan Jasa Rp24.000.000,00
- Biaya Sewa Rp xxx
- Biaya Bunga Rp1.000.000,00
- Biaya Gaji Rp4.000.000,00
- Modal Awal Rp10.500.000,00
- Modal Akhir Rp22.000.000,00
- Prive Rp1.000.000,00
Berdasarkan data di atas, jika biaya sewa 0,5 kali biaya gaji, maka besarnya Biaya
Perlengkapan adalah … .
A. Rp27.500.000,00
B. Rp16.500.000,00
C. Rp4.500.000,00
D. Rp2.500.000,00
E. Rp500.000,00
Jawaban: C. Rp4.500.000,00

3. Data laporan keuangan perusahaan jasa “Ekpres”


- Biaya Penyusutan Rp1.200.000,00
- Biaya Sewa Rp3.600.000,00
- Prive Tn. Farel Rp500.000,00
- Pendapatan Jasa Rp6.500.000,00
- Pendapatan diterima dimuka Rp1.500.000,00
- Biaya Gaji Rp1.000.000,00
- Modal Akhir Rp15.200.000,00

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 10


Besarnya Modal Awal perusahaan jasa “Ekpres” adalah …
A. Rp13.500.000,00
B. Rp15.000.000,00
C. Rp16.500.000,00
D. Rp16.700.000,00
E. Rp17.700.000,00
Jawaban: B. Rp15.000.000

4. Data bengkel “Perkasa” Yogyakarta bulan September 2017:


- Biaya sewa ruangan Rp1.500.000,00
- Biaya perlengkapan Rp2.000.000,00
- Biaya penyusutan peralatan (1 bulan) Rp500.000,00
- Biaya gaji 3 karyawan Rp5.000.000,00
- Biaya listrik Rp xxx
- Biaya telepon Rp300.000,00
- Prive Rp2.000.000,00
- Laba bersih Rp6.900.000,00
Jika biaya listrik dua kali lipat biaya telepon, maka besarnya pendapatan bengkel
“Perkasa” adalah …
A. Rp9.800.000,00
B. Rp13.800.000,00
C. Rp14.800.000,00
D. Rp16.800.000,00
E. Rp18.800.000,00
Jawaban: D. Rp16.800.000,00

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 11


G. Contoh-Contoh Tes HOTS Akuntansi Dagang

1. Tanggal 28 Desember 2014 PT Sejahtera Jaya menjual barang dagangan kepada


PT Berlian Indah dengan syarat FOB Destination Point. Pada tanggal 5 Januari
2015 barang baru diterima di gudang PT. Berlian Indah. Penutupan buku tanggal
31 Desember 2014 dan pelunasan faktur tanggal 10 Januari 2015. Dalam kasus
tersebut pihak PT. Sejahtera Jaya akan melakukan pencatatan transaksi penjualan
pada tanggal … .
A. 28 Desember 2014
B. 5 Januari 2015
C. 28 Desember 2014 dan 5 Januari 2015
D. 31 Desember 2014
E. 10 Januari 2015
Kunci C

2. UD Makmur Wibawa merupakan perusahaan dagang yang memiliki daftar saldo


per 31 Desember 2018 sebagai berikut.
Kas Rp. 12.600.000,00
Piutang Usaha Rp. 18.200.000,00
Persediaan Barang Dagangan Rp. 11.350.000,00
Perlengkapan Toko Rp. 6.000.000,00
Tanah Rp. 40.000.000,00
Utang Usaha Rp. 9.400.000,00
Modal Rp. 43.050.000,00
Penjualan Rp. 120.000.000,00
Pembelian Rp. 42.600.000,00
Potongan Penjualan Rp. 10.000.000,00
Potongan Pembelian Rp. 4.300.000,00
Biaya Angkut Pembelian Rp. 4.200.000,00
Biaya gaji Rp. 24.000.000,00
Biaya Pemasaran Rp. 3.000.000,00
Biaya lain-lain Rp. 1.500.000,00

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 12


Apabila nilai persediaan barang dagangan pada 1 Januari 2018 sebesar
Rp.10.450.000,00 maka Harga Pokok Penjualan periode 2018 sebesar … .
A. Rp. 68.400.000,00
B. Rp. 43.400.000,00
C. Rp. 37.400.000,00
D. Rp. 50.200.000,00
E. Rp. 41.600.000,00
Kunci E

3. Transaksi yang terjadi pada Toko Jaya selama bulan April 2019 sebagai berikut.
April 8 Dibeli dari PT. Makmur Comp 10 buah Speaker Bluetooth seharga @
Rp 1.200.000,00 dengan syarat 4/10, n/30 (Faktur No.422)
April 9 Dikirimkan kembali kepadaa PT. Makmur Comp satu buah Speaker
Bluetooth karena ada cacat.
April 17 Dibayar kepada PT. Makmur Comp dua buah Speaker Bluetooth faktur
No. 442 tanggal 8 April 2019.
Dari transaksi di atas, jurnal yang dibuat Toko Jaya tanggal 17 April adalah
A. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Potongan Pembelian (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.340.000,00
B. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Retur Penjualan (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
C. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Potongan Pembelian (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
D. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Potongan Penjualan (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
E. Utang Dagang (D) Rp.2.400.000,00
Retur Pembelian (K) Rp.96.000,00
Kas (K) Rp.2.304.000,00
Kunci C

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 13


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2016). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, teknik, dan prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, S. & Jabar, C.S.A. (2009). Evaluasi program pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, S. (2016). Tes prestasi: Fungsi dan pegembangan pengukuran prestasi belajar, Edisi
II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fives, H., & Didonato-Barnes, N. (2013). Classroom Test Construction: The Power of a
Table of Specifications. Practical Assessment, Research & Evaluation, 18(3), 1–7.
Kartowagiran, B., Wibawa, E. A., Alfarisa, F., & Purnama, D. N. (2019). Can Student
Assessment Sheets Replace Observation Sheets? Jurnal Cakrawala Pendidikan, 38(1),
33–44. https://doi.org/10.21831/cp.v38i1.22207
Mardapi, D. (2017). Pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan, Edisi 2. Yogyakarta:
Parama Publishing.
Osman, R. M. (2013). Educational Evaluation and Testing. https://doi.org/10.1142/97898145
03945_0014.
Sireci, S., & Faulkner-Bond, M. (2014). Validity evidence based on test content. Psicothema,
26(1), 100–107. https://doi.org/10.7334/psicothema2013.256
Sudijono, A. (2017). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi. (2008). Evaluasi pendidikan: Prinsip & operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Surapranata, S. (2005). Analisis validitas, reliabilitas, dan interpretasi hasil tes:
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thoha, C. (2003). Teknik evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Thompson, N. A. (2013). Reliability & Validity. St. Paul, MN.

Penilaian hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes Hal 14

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai