KATA PENGANTAR
Puji syukur kita sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmadnya Pedoman
Peningkatan Mutu dan Keselamtan Pasien (PMKP) dapat diselesaikan dengan tepat waktu sesuai dengan
kebutuhan Puskesmas Trowulan.
Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) ini yang mulai digunakan pada tahun 2020
meliputi sasaran keselamatan pasien,standar keselamtan pasien, langkah-langkah keselamtan pasien.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pasien dan menjamin keselamatan pasien maka
Puskesmas perlu membuat Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) yang
menjangkau ke seluruh unit kerja Puskesmas
Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien ini disusun sebagai acuan perencanaan kegiatan
Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dalam melaksanakan tugas terkait upaya meningkatkan
mutu dan menjamin keselamatan pasien di puskesmas. Semoga dengan adanya Pedoman Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien ini dapat membuat pelayanan yang diselenggarakan di puskesmas
Trowulan menjadi semakin safety.
Pedoman ini akan disempurnakan sesuai dengan perkembangan pelayanan pasien di puskesmas
DAFTAR ISI
BAB I
PENDHULUAN
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat komplek,
berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan yang beragam, berinteraksi satu sama lain.
Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang perlu diikuti oleh
tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu standar,membuat semakin
kompleknya permasalahahn di puskesmas.
Sejalan dengan peningkatan pembangunan di segala bidang, maka perubahan sistem nilai di masyarakat
semakin berkembang. Pengetahuan dan pendidikan yan meningkat menyebabkan tuntutan masyarakat
semakin tingggi terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu. Selain itu pengukuran mutu pelayanaan
kesehatan pukesmas diawali dengan mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan
proses maupun out put. Puskesmas di haruskan melakukan prosedur dan standar sehingga dapat
menilai diri sendri ( self-assesment ). Untuk meniai keberhasilan puskesmas dalam menjaga maupun
meningkatkan mutu diperlukan indikator-indikator tertentu.
Seperti yang kita pahami bahwa nafas dari Pasient Safety adalah belajar ( Leaming) dari insiden
keselamatan pasien yag terjadi di masa lalu untuk selanjutnya disusun langkah-langkah agar kejadian
serupa tidak akan terulang kembali, baik di tempat/unit yang sama maupun di tempat/unit yang lain di
satu puskesmas, bahkan di pukesmas yang lain.
Proses pembelajaran ini bukan sesuatu yang sederhana, karena di mulai dari proses pelaporan kejadian,
dilanjutkan dengan analisis dan laporan tersebut sampai ditemukan akar masalahnya sebagai dasar
untuk mendesain ulang suatu sistem sehingga tercapai suatu asuhan pasien yang lebih aman di
psukesmas
Yang menjadi hal penting sungguhnya sistem pelaporanlah yang menjadi awal penggerak untuk proses
selanjunya. Sistem Pelaporan menjadi detak jantung dari kegiatan Pasient Safety. Oleh karena itu
diperlukan suatu sistem pelaporan kejadian yang terpercaya dan baku agar mudah dianalisis sebagai
bahan untuk pengambilan keputusan.
Atas dasar tersebut di atas, Buku Pedoman Peningkatan Mutu dan Keselamtan Pasien ini dapat
dipergunakan sebagai acuan bagi pukesmas untuk lebih meningkatkan motivasi puskesmas dalam
melaksankan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan Pasient Safety.
BAB II
LATAR BELAKANG
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan tanggungnjawab dari negara
sebagai bentuk amanah konstittusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indnesia tahun 1945.
Dalam pelaksanaannya negara berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehataan yang
berkualitas.Puskesmas ikut bertanggung jawab untuk menjaga mutu pelayanannya sehingga perlu selalu
dilakukan upaya peningkatan mutu pelayanan.
Keselamtan pasien telah menjadi perhatian utama dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunai.
Seperti yang kita pahami bahwa nafas dari Pasient safety adalah belajar ( Leaming) dari insiden
keselamatan pasien yag terjadi di masa lalu untuk selanjutnya disusun langkah-langkah agar kejadian
serupa tidak akan terulang kembali, baik di tempat/unit yang sama maupun di tempat/unit yang lain di
satu puskesmas, bahkan di pukesmas yang lain. Dengan dasar ini maka keselamatan pasien dan mutu
pelayanan menggerakkan semua proses pelayanan di puskresmas
BAB III
TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
1. Sebagai acuan utama kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Puskesmas
2. Mendorong pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada pasien yang aman dan bermutu dan
difokuskan pada koordinasi dan kesinambungan perbaikan dalam pelayanan kepada pasien
dan memuaskan pelanggan
B. TUJUAN KHUSUS
1. Proses asuhan klinik yang aman dan bermutu yang mengikuti perkembangan ilmu untuk
mengurangi kesalahan di semua aspek dan tahapan pelayanan.
2. Proses manajemen yang baik sehingga mengurangi risiko kesalahan dalam pelayanan di
puskesmas
3. Terlaksananya perbaikan pelayanan puskesmas secara berkelanjutan terutama bagian-
bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan yang berdasarknan data dan bukti ynag
ada
4. Meningkatkan kepuasan dan harapan pelnaggan terhadap pelayanan kesehatan di
puskesmas
5. Keselamatan pasien di puskesmas harus dilaksanakan setiap saat pelayanan oleh semua
petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien mulai dari pasien datang di puskesmas
sampai pasien keluar dari pusksmas
BAB IV
PENGERTIAN
A. Mutu Pelayanan Kesehatan adalah derajat pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
yang dilaksanakan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan kesehatan yang
menggunakan sumber daya yang tersedia, wajar, efisien dan efektif serta memberikan
keamanan dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan masyarakat.
B. Mutu Pelayanan Medis adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang pasien
sebaik-baiknya melalui pengetahuan yang konsisten sesuai dengan pengetahuan terkini yang
selalu berkembang.
C. Standar pelayanan Medis adalah pencapaian mutu yang ditetapkan berdasarkan pengetahuan
terkini yang telah teruji secara ilmiah yang diharapkan bisa tercapai.
D. Kebijakan mutu adalah cara untuk mewujudkan pencapaian mutu pelayanan puskesmas yaitu :
Pelaksanaan pemenuhan standar pelayanan minimal yang berlaku, mengidentifikasi cakupan
pelayanan puskesmas dan kepuasan dan harapan pelanggan, melakukan perbaikan secara
berkesinambungan, secara periodik dievaluasi guna mengikuti perkembangan dan kebutuhan.
E. Indikator mutu adalah variabel mutu yang dapat digunakan sebagai pengukuran terhadap
pencapaian standar, dapat dievaluasi dari waktu ke waktu dan dapat dipakai sebagai tolak ukur
prestasi kuantitatif/kualitatif terhadap perubahan dari standar atau target yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan selalu memperhatikan hubungan kerjasama para pelaksana pelayanan dari
dokter, tenaga kesehatan dan tenaga lain yang bekerja di puskesmas.
F. Pengedalian Mutu adalah (qualiti control ) adalah proses deteksi dan koreksi adanya
penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi dalam rangka mempertahankan mutu.
G. Upaya Peningkatan mutu ( quality improvement) adalah proses deteksi perbaikan mutu
pelayanan dengan monitoring pelayanan termasuk mengurangi kesalahan yang belum terjadi
maupun yang telah terjadi. Informasi bisa didapat dari rekam medik, informasi billing, atau data
administrasi lain.
H. Clinical Pathways adalah alur asuhan klinik yang dibuat secara kolaborasi semua tenaga
kesehatan yang terlibat untuk memastikan adanya integrasi dan koordinasi yang efektif dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien.
I. Indikator klinis adalah petunjuk penilaian yang menyangkut proses yang berhubungan dengan
pelayanan klinis.
J. Indikator managemen adalah petunjuk penilaian yang menyangkut proses yang berhubungan
dengan pelayanan managemen.
K. Kinerja adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam
menyediakan produk dalam bentuk jasa pelayanan atau barang kepada pelanggan.
L. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau
status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu
ke waktu atau tolak ukur prestasi kuantitatif/kualitatif yang digunakan untuk mengukur
terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
M. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus
dicapai.
N. Definisi Operasional : dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator.
O. Frekuensi pengumpulan data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk tiap
indikator.
P. Periode analisis adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang
dikumpulan.
Q. Pembilang (numerator) adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator kinerja
R. Penyebut ( denominator) adalah besaran sebagai nilai penyebut dalam rumus indikator kinerja
S. Standar adalah ukuran pencapaian mutu/kinerja yang diharapkan bisa dicapai.
T. Keselamatan Pasien ( pasient safety ) adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi terkait dengan pelayanan kesehatan.
U. Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan, nilai-nilai, perilaku, norma-norma yang
disepakati/diterima dan melingkup semua proses sehingga membentuk bagaiman seseorang
berprilaku dan bekerja sama.
V. Cedera adalah dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi tubuh yang
dapat berupa fisik, sosial dan psikologis.
W. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengkibatkan cedera
pada pasien.
X. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
Y. Kejadian Nyaris cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
Z. Kejadian Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat potensial
untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
AA. Kejadian sentinel adalah suati kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang mengakibatkan kematian,
cedera permanen, atau cedera berat yang temporer dan membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan
penyakitnya atau keadaan pasien.
BB. Laporan Insiden keselamatan pasien puskesmas internal adalah laporan secara tertulis ke Tim
Keselamatan Pasien setiap kejadian sentinel, kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera,
yang terjadi pada pasien untuk dilakukan analisis penyebab , rekomendasi dan solusinya
CC. ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA) adalah analisis untuk mencari akar masalah dengan pertanyaan
“mengapa” secara berulang sampai menemukan akar penyenbabnya.
DD. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah metode sistematik dengan pendekatan
proaktif untuk mengidentifikasi dan mencegah problem sebelum terjadi.
BAB V
RUANG LINGKUP
I
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan,
atau tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi
yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui
telepon ke unit pelayanan.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau
memasukkan ke komputer) perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh
penerima perintah; kemudian penerima perintah membacakan kembali (read
back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang
sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau
prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak
melakukan pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di
kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau ICU.
Elemen Penilaian Sasaran II
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
Standar SKP IV
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia,
tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum
insisi/time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang
seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar
operasi.
Standar SKP V
VI
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi
alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan
oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan rumah sakit.
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT Mengacu kepada standar
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan
rumah sakit, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko
bagi pasien sesuai dengan “Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
B. Bagi Unit/Tim:
B. Untuk Unit/Tim:
B. Untuk Unit/Tim:
Langkah penerapan:
B. Untuk Unit/Tim:
B. Untuk Unit/Tim:
Langkah penerapan:
B. Untuk Unit/Tim:
Langkah penerapan:
B. Untuk Unit/Tim :
Rumah Sakit………………….
I . DATA PASIEN
Nama : .............................................................................................................
..
No MR : ............................................ Ruangan :
.................................................
2. Insiden : ......................................................................................................................
3. Kronologis Insiden :
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
4. Jenis Insiden* :
Pengunjung
Lain-lain ..................................................................................................(sebutkan)
Lain-lain
.....................................................................................................................
(sebutkan) Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke
K3 RS.
7. Insiden menyangkut pasien :
Pasien rawat inap
Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain ..................................................................................................
(sebutkan)
8. Tempat Insiden
.......................................................................................................................................
...
.......................................................................................................................................
...
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?
...................................................................................................................................
..
...................................................................................................................................
..
...................................................................................................................................
..
Rumah Sakit………………….
2. KPC :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
: :
Paraf Paraf
: :
Tgl Lapor Tgl terima
Formulir 2
Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.
Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.
Tipe Insiden :
..................................................................................................... Sub Tipe
Insiden : ..............................................................................................
BAB IX PENUTUP