Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari Pembangunan


Nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai
tujuan tersebut Departemen Kesehatan RI telah menyusun
rencana strategis yang memuat program-program pembangunan
kesehatan

Salah satu program pembangunan kesehatan adalah Program


Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang bertujuan
meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan perorangan.

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan meliputi upaya


kesehatan dan kemampuan sumber daya kesehatan yang
harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
sehingga tercapai tujuan secara optimal.

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan,


disamping berfungsi memberi pelayanan tetapi juga
melakukan pendidikan dan penelitian. Dalam menjalankan fungsi
yang kompleks ini rumah sakit memerlukan sumber daya yang
handal dan professional dengan melibatkan berbagai disiplin
ilmu dan kepakaran bekerja secara kolaborasi dan terpadu untuk
mencapai pelayanan yang bermutu.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari


pelayanan kesehatan memegang peranan penting dalam
menentukan mutu pelayanan rumah sakit, tulang punggung dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan
keperawatan diberikan secara berkesinambungan selama 24 jam
dan berada dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut keperawatan mempunyai kontribusi
yang cukup besar untuk mewujudkan terlaksananya program-
program yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pelayanan keperawatan bermutu merupakan keinginan dari setiap


individu dan masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan, perawat sebagai pemberi pelayanan perlu
mengetahui ukuran dari suatu pelayanan yang dikatakan
bermutu. Donabedian (1992) menyatakan bahwa
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan hal yang sangat penting, yang dapat diukur
dengan menggunakan 3 variabel yang meliputi input, proses dan
out put/ out come.

Evaluasi mutu pelayanan keperawatan selama ini


dilaksanakan melalui survey akreditasi rumah sakit. Dari
jumlah 1292 RS di Indonesia sampai dengan Juni 2007,
sebanyak 641 (49,6%) Rumah Sakit telah terakreditasi (599
terakreditasi penuh, 42 terakreditasi bersyarat), dan 32
Rumah Sakit gagal terakreditasi. Namun demikian, hasil
survey akreditasi belum dapat memberi gambaran pelayanan
keperawatan bermutu secara keseluruhan karena survey
hanya berfokus pada evaluasi input dan proses.

Dalam upaya untuk meningkatkan dan mempertahankan


mutu pelayanan keperawatan, Direktorat Bina Pelayanan
Keperawatan merasa perlu untuk menyusun pedoman
pengukuran indikator klinik mutu pelayanan keperawatan
rumah sakit. Penyusunan dilakukan berdasarkan prioritas
masalah yang menjadi isu dan sering terjadi dalam pelayanan
keperawatan.

Indikator klinik keperawatan yang disusun merupakan


indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh perawat di
rumah sakit. Indikator tersebut meliputi : Keselamatan pasien
(patient safety), perawatan diri (self care), kenyamanan,
kecemasan, pengetahuan dan kepuasan.

Indikator klinik keperawatan dikembangkan dengan tahapan


kajian literatur dan informasi melalui internet, Delphi process
menetapkan indikator klinik, ujicoba lapangan terhadap
indikator yang dipilih. Tahap selanjutnya menyusun pedoman
indikator klinik keperawatan, ujicoba pedoman dan konsinyasi
penyempurnaan pedoman tersebut.

II. TUJUAN

a. Tujuan Umum
Terpantaunya praktik pelayanan keperawatan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

b. Tujuan Khusus
1. Dipahaminya konsep mutu pelayanan keperawatan
2. Dipahaminya indikator klinik pelayanan keperawatan
3. Diterapkannya indikator klinik dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan
4. Dapat ditetapkan tingkat kualitas pelayanan
keperawatan

III. RUANG LINGKUP PEDOMAN INDIKATOR MUTU

Ruang lingkup pedoman indikator mutu pelayanan


keperawatan klinik di sarana kesehatan meliputi: konsep mutu,
indikator klinik, indikator klinik mutu pelayanan keperawatan yang
terdiri dari: keselamatan pasien (dekubitus, kesalahan pemberian
obat, pasien jatuh, cidera pengikatan), keterbatasan perawatan
diri, kepuasan pasien, kenyamanan (nyeri), kecemasan, dan
pengetahuan serta cara pengukurannya.

Sebagai pemahaman yang melandasi, pada lampiran


diuraikan juga teori ringkas setiap indikator klinik dan contoh-
contoh pengukuran setiap indikator klinik.

BAB
II
MUTU PELAYANAN
KEPERAWATAN DI RUMAH
SAKIT

I. PENGERTIAN MUTU

Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting


dalam sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada
klien. Penilaian terhadap kualitas praktik keperawatan dimulai
sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang
mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan
kesehatan dan mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien
(patient out come). Ia mempergunakan metode statistik untuk
mencatat hubungan ”patient outcomes” dengan kondisi
lingkungan (Dossey, 2005; Nightingale, 1859/1946). Beberapa
tahun kemudian pengukuran terhadap kualitas pelayanan
kesehatan terus berkembang. Pada tahun 1970, ANA (American
Nurses Association) melakukan diseminasi secara luas model
penjaminan mutu terdiri dari komponen quality assurance (Rantz,
1995) dan mengenalkan model ”Donabedian’ structure, process

and outcomes model (Donabedian, 1988, 1992) yang merupakan


metode komprehensif untuk menilai mutu pelayanan kesehatan.

Pada tahun 1994, ANA memperkenalkan Keselamatan Pasien


dan

Inisiatif Kualitas (ANA, 1995) yang merupakan pilot studi


Amerika, dibiayai oleh ANA untuk menilai hubungan staf
keperawatan dengan kualitas pelayanan (ANA, 1996a,
1997, 2000a, 2000b, 2000c). Berbagai indikator mutu
telah diidentifikasi, akhirnya ditetapkan 10 (sepuluh) indikator
sensitif keperawatan yang dipergunakan untuk menilai
kualitas asuhan pasien (Gallagher & Rowell, 2003) yaitu:

a. Berdasarkan uraian singkat di atas, sebenarnya


perhatian terhadap mutu pelayanan keperawatan sudah
lama dimulai dan diterapkan di sarana pelayanan
keseahatan.
Beberapa pengertian tentang mutu secara umum
diuraikan sebagai berikut, mutu adalah:
 Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen
(Deming)
 Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai
dengan apa yang diharapkan konsumen atas
suatu produk (Feigenbaum)
 Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai
dengan
apa yang dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
 Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich,
1997:
563).
 Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan
(Jay Heizer & Barry Render, 2001: 171)

b. Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan


dan diterapkan di keperawatan melalui pernyataan
sebagai berikut, mutu adalah:
 Caring” yang merupakan fokus/inti dari keperawatan
 Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan
selalu berubah dari waktu ke waktu dengan kepuasan
yang harus dicapai sesuai dengan standar profesional.
 Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai
dengan
standar operasional
 Berupa pengawasan dimana diperlukan
dalam lingkungan yang kompetitif
 Merupakan tantangan yang harus diterima dan
dipenuhi oleh keperawatan.

Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena


hasil keperawatan bersifat unik dan dipengaruhi oleh
sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori
serta konsep- konsep yang tercakup dalam praktik
keperawatan.

Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam


pelayanan keperawatan yang harus menjadi perhatian utama
pada setiap organisasi keperawatan yaitu: pasien, praktisi
dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu
digambarkan
dengan asuhan keperawatan, praktisi digambarkan dengan
penampilan kinerja perawat, serta profit digambarkan dengan
pembiayaan keperawatan.

Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien
dalam bentuk hasil dari asuhan keperawatan.

II. INDIKATOR KLINIK KEPERAWATAN

A. Pengertian

Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan


telah ditetapkan indikator klinik keperawatan.
Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa
atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah
indikator status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart,
1993
).

Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan


satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk
mengukur perubahan (Green, 1992) dan WHO (1981)
menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu
perubahan baik langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebaga


i pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas
asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan


bahwa indikator klinik keperawatan adalah suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan
keperawatan dan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.

B. Karakteristik
Karakteristik dari suatu indikator adalah:
1.Sahih (valid)
2.Dapat dipercaya (reliable)
3.Peka (sensitive)
4.Spesifik (specific)
5.Berhubungan (relevan)

C. Jenis Indikator

Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu


pelayanan keperawatan klinik sebagai berikut:

1. Keselamatan pasien (patient safety)


Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan
pemberian obat dan cidera akibat restrain.

2. Keterbatasan Perawatan Diri


Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain
sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan
kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa
tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.

Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya


kebutuhan perawatan diri pasien yang mengalami
keterbatasan diri untuk makan, mandi, berpakaian, dan
toileting (eliminasi). Keterbatasan perawatan diri dibagi
menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga
menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada
asuhan keperawatan.
3. Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan
pasien/keluarga terhadap pelayananan keperawatan yang
diharapkan.

4. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman
seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai
ancaman. Cemas yang masih ada setelah intervensi
menurunkan kecemasan, yang diukur menjadi indikator klinik.

5. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau
nyeri terkontrol.

6. Pengetahuan

7. Discharge Planning
Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai
sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi
kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien
dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam
perencanaan pemulangan, pasien dapat dipindahkan
kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi,
nursing home, hospice, home care atau tempat – tempat
lain diluar rumah sakit.

BAB III
INDIKATOR KLINIS
MUTU
PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

I. KESELAMATAN PASIEN ( PATIENT SAFETY)

A. Angka Kejadian Dekubitus


Topik Angka Kejadian Dekubitus
Indikator
Rasional
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi akibat
tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit
dan jaringan di bawahnya.

Formula Jumlah kejadian dekubitus X 100 %


Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus

Definisi Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan


operasional jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama
periode waktu tertentu.
Numerator Jumlah kejadian baru dekubitus selama dalam
(Pembilang) perawatan (insiden).

Denumerator Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus, yaitu


jumlah pasien yang mempunyai resiko terjadi
dekubitus selama periode waktu tertentu.
Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru
setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor
resiko sbb:
a. Usia lanjut
b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari
tubuh tanpa bantuan, seperti pada cidera
medula spenalis atau cidera kepala atau
mengalami penyakit neuromuskular
c. Malnutrisi / status gizi
d. Berbaring lama, mengalami penekanan disalah

satu/ lebih area tubuh lebih dari 2 jam di TT /


penggunaan kursi roda
e. Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit
vaskuler.
f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat
menyebabkan iritasi kulit akibat kulit yang
lembab.
Frekuensi Pengumpulan data dilakukan setiap hari
Pelaporan dilakukan setiap bulan

B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat


oleh
Perawat
Topik Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat Oleh
Indikator Perawat

Rasional Kejadian kesalahan yang terjadi dalam pengobatan


pasien. Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang
dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau
kematian. Kejadian nyaris cidera (KNC) pada pasien
(near miss), kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya
kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan
mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien.

Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event


adalah : suatu kejadian salah pemberian obat yang
mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan, karena
suatu tindakan atau karena tidak bertindak.

Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi


medication error (Leape, 2001)

Formula Angka KTD dalam pemberian obat =


Jumlah pasien yang terkena Kejadian Tidak Diharapkan dalam Pemberian obat x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

Angka KNC dalam pemberian obat =


Jumlah pasien yang terkena Kejadian nyaris cidera dalam Pemberian obat x100%
Jumlah pasien pada hari tersebut
Definisi Kejadian salah pemberian obat : Sesuai dengan 6 Benar
operasional 1. Salah pasien :
Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas
pada medical record
2. Salah waktu :
a. Terlambat pemberian obat (30 menit setelah
jadwal)*
b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit
sesudah jadwal)*
c. Obat stop tetap dilanjutkan
3. Salah cara pemberian/ route :
adalah salah cara memberikan obat (Oral,
Intravena, Intra musculer, Subcutan, Supositoria,
Drip). Misal: Pemberian Intramuskuler diberikan
secara Intravena, dll
4. Salah Dosis :
a. Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan
melebihi dosis obat yang diresepkan dokter.
b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang
diberikan kurang dari dosis yang diresepkan
dokter

5. Salah obat :
adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak
sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter
6. Salah dokumentasi :
adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai
dengan pelaksanaan.

Kriteria KTD: Kejadian tidak diharapkan (adverse


event) : suatu kejadian salah pemberian obat yang
mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan karena
suatu tindakan atau karena tidak bertindak.

Kriteria KNC: Kejadian nyaris cidera (near miss) : suatu


kesalahan pemberian obat akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, yang dapat menciderai pasien
tetapi cidera serius tidak terjadi karena keberuntungan
karena pencegahan atau peringanan.

Numerator Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada


(Pembilang) pemberian kesalahan obat adalah jumlah insident
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau kejadian nyaris
cedera (KNC) yang terjadi dalam 1 hari.
Denumerator Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang
dihitung berdasarkan sensus.
C. Angka Kejadian Pasien Jatuh

Topik Identifikasi pasien jatuh


Indikator

Rasional Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma


psikologis dan kematian pada pasien usia sama
dan
lebih dari 65 tahun. Satu dari tiga pasien usia
diatas 65 tahun jatuh setiap
tahunnya.
Rekomendasi kelompok untuk mencari angka
kejadian anak yg jatuh dalam kurun waktu tertentu.
Kejadian yang tidak diharapkan yang berhubungan
dengan pasien jatuh meliputi : patah tulang, injuri
jaringan lunak, dan ketakutan jatuh kembali.
Intervensi yang didasarkan pada pengkajian
proactive, antisipasi kebutuhan pasien, dan
partisipasi dari tim multidisiplin dalam pencegahan
pasien jatuh adalah kritis.
Formula Jumlah pasi en jatuh X 100%
Jumlah pasien yang beresiko jatuh

Definisi Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit


operasional perawatan pada saat istirahat maupun saat pasien
terjaga yang tidak disebabkan oleh serangan stroke,
epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak
aktivitas.

Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah


insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit perawatan
pada periode waktu tertentu setiap bulan.

Numerator jumlah pasien jatuh adalah total/jumlah pasien


(Pembilang) jatuh yang dirawat di unit perawatan selama waktu
tertentu setiap bulan.

Denumerator Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat


adalah total/jumlah pasien yang beresiko jatuh
(faktor intrinsik dan ektrinsik) yang dirawat di unit
perawatan selama periode waktu tertentu setiap bulan

D. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain


Topik Angka pasien dengan cidera akibat restrain
Indikator

Rasional Pasien yang dipasang restrain sangat berpotensi


terjadi cidera, bisa berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau
aspirasi.

Formula Juml ah pas ien dengan cidera akibat res train X 100 %
Total pasien yang dipasang restrain
Definisi Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet
operasional pada kulit, terjatuh, atau aspirasi yang diakibatkan oleh
pemasangan restrain.

Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah


cidera sebelum dilakukan pemasangan restrain,
seperti lecet atau luka.

Numerator Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain


(Pembilang) adalah jumlah pasien yang cidera saat dipasang
restrain.

Denumerator Total pasien yang dipasang restrain adalah semua


pasien yang terpasang restrain pada periode waktu
tertentu

II. KETERBATASAN PERAWATAN DIRI


Topik Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian,
Indikator toileting (eliminasi) yang disebabkan oleh keterbatasan
perawatan diri

Rasional Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan


kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak
timbul masalah-masalah lain sebagai akibat dari tidak
terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri,
misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran
kemih, dll.

Pasien yang dirawat karena penyakitnya dapat mengalami


keterbatasan perawatan diri. Keterbatasan diri tergantung
tingkat ketergantungan diri klien pada asuhan
keperawatan- sebagian atau total.

Formula Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, berpakaian,


toileting) pada tingkat ketergantungan sebagian dan
total=

Juml ah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100%


Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total
Definisi Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap
operasional kebutuhan diri untuk mandi, berpakaian dan toileting
(eliminasi).
Pemenuhan perawatan diri pasien yang mengalami
keterbatasan diri untuk mandi, berpakaian, dan toileting
(eliminasi). Keterbatasan diri dibagi menjadi keterbatasan
sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat
ketergantungan sebagian dan total pada asuhan
keperawatan.

Cara Penghitungan:
 Mengisi format sub indikator sesuai dengan kriteria
 Sub indikator harus terisi seluruhnya/lengkap
 Dilakukan pada survey waktu tertentu.
 Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak terpenuhi
kebutuhannya.

Sub Indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah


 Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan,
perineum bersih.
 Berpakaian dan berpakaian: Baju bersih dan kering,
rambut rapi, wajah segar
 Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola
Numerator Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada bulan
(Pembilang) pengukuran

Denumerator Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah pasien
pada bulan pengukuran.

III. TINGKAT KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA


TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN

Topik Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap


Indikator pelayanan keperawatan

Rasional Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa


pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan
tujuan utama dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas. Kepuasan merupakan bagian yang penting
dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen,
persistensi dan determinasi mulai dari top manajer
perawatan dan staf.

Formula Angka kepuasan =


juml ah pasien yang menyatak an puas thd yankep X
100% jumlah pasien yg dilakukan survey pada periode tertentu
Definisi Kepuasan pasien adalah
operasional a. Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga
terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan.
b. Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan.
c. Elemen indikator adalah kriteria yang memperlihatkan
tingkatan kepuasan pasien.

Elemen indikator pada survey terdiri dari:


a. kelengkapan dan ketepatan informasi
b. penurunan kecemasan
c. perawat trampil profesional
d. pasien merasa nyaman
e. terhindar dari bahaya
f. perawat ramah dan empati

Numerator Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap


pelayanan keperawatan yang diberikan.

Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode


tertentu.
Kriteria pasien yang dilakukan survey adalah setiap
Pasien baru yang telah dirawat:
□ selama 3 hari
□ tidak pulang paksa
□pulang hidup

IV. KENYAMANAN

a. Angka Tatalaksana
Pasien Nyeri
Topik Tatalaksana Pasien Nyeri
Indikator
Rasional  Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari
pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan
keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri adalah
merupakan
indikator buruknya KUALITAS pelayanan.
 Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memperbaiki
kualitas kehidupan pasien.

Tujuan  Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan


mencakup skala nyeri
yang dialami pasien seperti yang
didefinisikan dalam standar nyeri.
 Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat
adalah respon terhadap nyeri yang dikemukakan oleh
pasien untuk mencapai
kriteria nyaman/ nyeri terkontrol.
Formula Persentase pasien dengan nyeri yang
terdokumentasi dalam askep:
Jumlah total pasi en nyeri yang terdo kum entasi x 100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu

Persentase tatalaksana pasien nyeri:


Jumlah total ti ndakan perawat sebagai resp on nyeri x
100 %
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per periode
waktu tertentu

Definisi  Tindakan perawat adalah berbagai tindakan


operasional keperawatan yang dilakukan oleh
perawat untuk merespon nyeri sesuai ambang skala
yang ditetapkan dan sesuai dengan rencana
perawatan yang dibuat, termasuk kunjungan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan lain
 Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman
yang bersifat subjektif yang diutarakan/digambarkan
oleh pasien dan perlu ditangani/ dilakukan
tatalaksanan nyeri.
 Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan
tindakan adalah berbagai tindakan
yang dilakukan sebagai respon terhadap
ambang nyeri pada skala nyeri 4 atau lebih TIDAK
termasuk follow-up pengkajian karena termasuk
pada kewajiban

Numerator Jumlah total tindakan perawat sebagai respon


(Pembilang) nyeri

Denumerator Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada


skala 4/> per periode waktu tertentu

Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien


Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi Per bulan

b. Angka Kenyamanan Pasien


Topik Pasien merasa nyaman: Pasien dengan
Indikator rasa nyeri terkontrol

Rasional Nyeri mengakibatkan ketidaknyamanan


pasien. Pasien akan puas dengan mempertahankan
tingkat kenyamanan (nyeri terkontrol) pada skala nyeri
kurang dari 4 pada skala 0-10, dengan, dengan
mengidentifikasikan 0 sebagai skala nyeri terendah (tidak
nyeri).

Formula Angka kenyamanan pasien=


Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100%
Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode
waktu tertentu
Definisi  Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekadar
operasional sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu, bersifat subjektif
dan sangat individual
 Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien yang
menunjukkan skala nyeri
dibawah 4 sampai dengan 0 pada skala 0-
10 atau dengan gold standard : pasien menyatakan
tidak merasakan nyeri, tidak ada ketakutan,
kecemasan dan depresi setelah diberikan tindakan
keperawatan selama periode waktu tertentu.

Numerator Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol

Denumerator Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per


periode waktu tertentu
Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan

Frekuensi Per bulan

V. ANGKA KEJADIAN CEMAS

Topik Identifikasi kecemasan pasien


Indikator
Rasional Kejadian cemas dapat mempengaruhi status
kesehatan pasien karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dan pasien
dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Formula Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat
Umum =
Jumlah pasien cemas x 100%

Jumlah pasien yang dirawat

Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat


Psikiatri =
Jumlah pasien cemas 3 x 24 jam
x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dlm waktu 3x24 jam

Definisi Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau


operasional tidak nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan
sebagai ancaman.

Angka Kejadian Pasien Cemas adalah presentasi jumlah


prevalensi pasien cemas (dari rata-rata identifikasi aspek:
materi pendidikan/penyuluhan kepada pasien yang diberikan
diulang/review oleh pasien, materi pendidikan/penyuluhan
direview kembali oleh perawat dan dilakukan tanya jawab,
informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas)
yang dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu
tertentu setiap bulan.
Numerator Jumlah pasien cemas adalah total/jumlah
(Pembilang) pasien cemas bedasarkan hasil identifikasi pasien
cemas (dari rata-rata identifikasi
aspek : materi pendidikan/ penyuluhan kepada pasien yang
diberikan diulang/review oleh pasien, materi pendidikan/
penyuluhan
direview kembali oleh perawat dan dilakukan
tanya jawab, informasi yang cukup diberikan untuk
mengurangi cemas) yang dirawat disarana kesehatan
selama waktu tertentu setiap bulan

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat adalah total/


jumlah pasien dirawat di sarana kesehatan selama
periode waktu tertentu setiap bulan.

VI. PENGETAHUAN

A. Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya

Topik Pengetahuan Tentang Perawatan


Indikator Penyakitnya
Rasional Indikator ini menunjukkan kemungkinan
masalah dalam memberikan informasi
pengetahuan kepada pasien di ruang
perawatan.
Informasi yang diterima oleh pasien berhubungan
dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya.
Formula Juml ah pasien yang kurang p engetahuan x
100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Pengetahuan adalah kemampuan pasien


operasional mengetahui informasi tentang perawatan
penyakitnya

Numerator Jumlah pasien yang kurang pengetahuan


(Pembilang) adalah jumlah pasien yang setelah dikaji
menunjukkan bahwa pasien/keluarga kurang
pengetahuan tentang penyakitnya dan perawatannya.
Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode
tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang
tertentu dan dihitung pada periode tertentu.

B. Perencanaan Pasien Pulang


Topik Perencanaan Pemulangan Pasien (discharge
Indikator planning)
Rasional Waktu rawat pasien di ruang emergency menjadi
lebih pendek berkaitan dengan pembiayaan, meskipun
demikian pasien tetap membutuhkan perawatan bila pulang
kerumah. Dischard planning merupakan proses antisipasi
dan perencanaan kebutuhan pasien setelah pulang atau bila
dirujuk ke sarana kesehatan lain.
Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk,
bahkan dapat dilakukan sebelumnya, sebagai contoh untuk
pasien yang akan dilakukan operasi, dokter telah
memberikan penjelasan berapa lama pasien akan dirawat

Formula Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode tertentu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai


operasional sebagai pengambilan keputusan dalam hal
memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan
kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat
lainnya

Numerator Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning


pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat
pada periode tertentu tidak dibuatkan
discharge planning.
Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
adalah jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
BAB IV
PENUTUP

Tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau


pelayanan yang bermutu tinggi menjadi prioritas dalam pelayanan
kesehatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit sehingga mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit di pengaruhi oleh mutu pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan dikatakan bermutu apabila pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
untuk mengukur seberapa baik mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan diperlukan suatu indikator klinik mutu pelayanan keperawatan.

Keberadaan indikator klinik mutu pelayanan keperawatan


bermanfaat untuk mengukur mutu pelayanan keperawatan di rumah
sakit. Oleh karena itu, keberhasilan dalam mempertahankan mutu
diperlukan upaya yang terpadu dari semua tenaga kesehatan.

Bila indikator pelayanan keperawatan tersebut dinilai sangat


berbahaya atau berdampak luas, walaupun frekuensinya rendah,
maka diperlukan pengawasan atau monitoring yang lebih intens
untuk perbaikan yang lebih cepat. Dalam hal ini diperlukan
komitmen pimpinan rumah sakit dan seluruh perawat serta
karyawan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu layanan.

Anda mungkin juga menyukai