Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Mata Kuliah :

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh :
Elis Adlifteriani , S.Kep
NIM : 21 14 90 11125

Dosen Pembimbing :
Ns. SUTRISARI SN,S.Kep,M.Kes,M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2022
INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Pengertian :

Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem pelayanan


kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas praktik
keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang
mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan kesehatan dan mulai
mengukur hasil yang diharapkan pasien (patient out come). Ia mempergunakan metode
statistik untuk mencatat hubungan ”patient outcomes” dengan kondisi lingkungan
(Dossey, 2005; Nightingale, 1859/1946). Beberapa tahun kemudian pengukuran
terhadap kualitas pelayanan kesehatan terus berkembang. Pada tahun 1970, ANA
(American Nurses Association) melakukan diseminasi secara luas model penjaminan
mutu terdiri dari komponen quality assurance (Rantz, 1995) dan mengenalkan model
”Donabedian’ structure, process and outcomes model (Donabedian, 1988, 1992) yang
merupakan metode komprehensif untuk menilai mutu pelayanan kesehatan.
Pada tahun 1994, ANA memperkenalkan Keselamatan Pasien dan Inisiatif Kualitas
(ANA, 1995) yang merupakan pilot studi di Amerika, dibiayai oleh ANA untuk menilai
hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan (ANA, 1996a, 1997, 2000a,
2000b, 2000c). Berbagai indikator mutu telah diidentifikasi, akhirnya ditetapkan 10
(sepuluh) indikator sensitif keperawatan yang dipergunakan untuk menilai kualitas
asuhan pasien (Gallagher & Rowell, 2003) yaitu:
a. Berdasarkan uraian singkat di atas, sebenarnya perhatian terhadap mutu pelayanan
keperawatan sudah lama dimulai dan diterapkan di sarana pelayanan keseahatan.
Beberapa pengertian tentang mutu secara umum diuraikan sebagai berikut, mutu
adalah:
 Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen (Deming)
 Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan
konsumen atas suatu produk (Feigenbaum)
 Pemenuhan terhadap kebutuhan/keperluan sesuai dengan apa yang
dipersyaratkan atau distandarkan (Crosby)
 Produk yang berorientasi pada pelanggan (Martinich, 1997: 563).
 Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pelanggan (Jay Heizer & Barry Render, 2001: 171)
b. Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan di
keperawatan melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah:
 Caring” yang merupakan fokus/inti dari keperawatan
 Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari waktu ke
waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar profesional.
 Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar operasional
 Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang kompetitif
 Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh keperawatan.
Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena hasil keperawatan bersifat unik dan
dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta konsep-
konsep yang tercakup dalam praktik keperawatan.
Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang harus
menjadi perhatian utama pada setiap organisasi keperawatan yaitu: pasien, praktisi
dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu digambarkan dengan asuhan
keperawatan, praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja perawat, serta profit
digambarkan dengan pembiayaan keperawatan.
Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien dalam bentuk hasil dari
asuhan keperawatan.

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses,
dan outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari
tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA)
(Nursalam, 2014).Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :

1. Aspek Struktur (Input)


Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur merupakan masukan
(input) yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan,
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan. Donabedian (1987,
dalam Wijono 2000)
Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat melaksanakan sistem
playanan struktur rumah sakit yang tertata dengan baik akan menjamin mutu playanan kualitas
struktur rumah sakit termasuk komitmen, dan prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana
fasilitas dari masing-masing komponen struktur.
2. PROSES
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan
proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan
yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan
pasien.
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua
metode dengan caramenginteraksi secara professional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara
lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakkan diagnosis, rencana tindakan
pengobatan, oenanganan penyakit , dan prosedur pengobatan.
3.      Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap pasien. Dapat
berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Sehingga
baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000).
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen yang di capai dalam jangka pendek .
Untuk manajemen kesehatan,misalnya akhir darikegiatan pemasangan infus, output dikenal
dengan nama pelayanan kesehatan (health services),Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah pelaksanaan kegiatan jangka pendek
misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus.
· Indikator penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Indikator yang mengacu pada aspek medis.
2. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS.
3. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien.
4. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasaan pasien.

 Standart Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Standar Nasional
Ʃ BOR 75-80%
Ʃ ALOS 1-10 hari
Ʃ TOI 1-3 hari
Ʃ BTO 5-45 hari
Ʃ NDR < 2,5%
Ʃ GDR < 3%
Ʃ ADR 1,15.000
Ʃ PODR < 1%
Ʃ POIR < 1%
Ʃ NTRR < 10%
Ʃ MDR < 0,25%
Ʃ IDR < 0,2%
Tabel 1. Standar Nasional Indikator Mutu Pelayanan

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan,
mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus
harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

1. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)

1. NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
Jumlah pasien mati > 48 jam     × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

1. GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya   × 100%
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Menurut Nursalam (2014), ada enam indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit:

1. Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka infeksi nosokomial, angka
kejadian pasien jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian obat, dan tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
4. Perawatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.

1. Indikator Mutu Keperawatan Menurut Depkes

a. Angka Kejadian Dekubitus


Topik Indikator Angka Kejadian Dekubitus

Rasional Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi akibat
tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan
jaringan di bawahnya.
Formula Jumlah kejadian dekubitus X 100 %
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus
Definisi Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah
operasional kejadian baru dekubitus yang terjadi selama periode waktu
tertentu

Numerator Jumlah kejadian baru dekubitus selama dalam perawatan


(Pembilang) (insiden).

Denumerator Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus, yaitu jumlah pasien


yang mempunyai resiko terjadi dekubitus selama periode
waktu tertentu.
Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru
setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor
resiko sbb:
a. Usia lanjut
b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari
tubuh tanpa bantuan, seperti pada cidera medula spenalis
atau cidera kepala atau mengalami penyakit
neuromuskular
c. Malnutrisi / status gizi
d. Berbaring lama, mengalami penekanan disalah satu/ lebih
area tubuh lebih dari 2 jam di TT / penggunaan kursi roda
e. Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit vaskuler.
f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan
iritasi kulit akibat kulit yang lembab.
Frekuensi Pengumpulan data dilakukan setiap hari
Pelaporan dilakukan setiap bulan

b. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat

Topik Indikator Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat Oleh Perawat

Rasional Kejadian kesalahan yang terjadi dalam pengobatan pasien.


Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat
mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris
cidera (KNC) pada pasien (near miss), kejadian ini sebagai tanda
bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan
mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien.
Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event adalah : suatu
kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang
tidak diharapkan, karena suatu tindakan atau karena tidak
bertindak
Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi medication error
(Leape, 2001)
Formula Angka KTD dalam pemberian obat =
Jumlah pasien yang terkena KTD dalam Pemberian obat x 100
Jumlah pasien pada hari tersebut
Angka KNC dalam pemberian obat =
Jumlah pasien yang terkena KNC dalam Pemberian obat x100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

Definisi Kejadian salah pemberian obat : Sesuai dengan 6 Benar


operasional 1. Salah pasien :
Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada
medical record
2. Salah waktu :
a. Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadual)*
b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit sesudah
jadual)*
c. Obat stop tetap dilanjutkan
3. Salah cara pemberian/ route :
adalah salah cara memberikan obat (Oral, Intravena, Intra
musculer, Subcutan, Supositoria, Drip). Misal: Pemberian
Intramuskuler diberikan secara Intravena, dll
4. Salah Dosis :
a. Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan melebihi dosis
obat yang diresepkan dokter.
b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang diberikan kurang
dari dosis yang diresepkan dokter
5. Salah obat :
adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai
dengan yang diresepkan oleh dokter
6. Salah dokumentasi :
adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan
pelaksanaan.
Kriteria KTD: Kejadian tidak diharapkan (adverse event) :
suatu kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan
cidera yang tidak diharapkan karena suatu tindakan atau
karena tidak bertindak.
Kriteria KNC: Kejadian nyaris cidera (near miss) : suatu
kesalahan pemberian obat akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, yang dapat menciderai pasien tetapi cidera serius
tidak terjadi karena keberuntungan karena pencegahan atau
peringanan.

Numerator Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada pemberian


(Pembilang) kesalahan obat adalah jumlah insident Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) atau kejadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi dalam 1
hari.

Denumerator Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang dihitung
berdasarkan sensus.

c. Angka Kejadian Pasien Jatuh


Topik Indikator Identifikasi pasien jatuh
Rasional Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis
dan kematian pada pasien usia sama dan
lebih dari 65 tahun. Satu dari tiga pasien usia diatas 65
tahun jatuh
setiap tahunnya. (referensi ??)
Rekomendasi kelompok untuk mencari angka kejadian
anak yg jatuh dalam kurun waktu tertentu.
Kejadian yang tidak diharapkan yang berhubungan
dengan pasien jatuh meliputi : patah tulang, injuri
jaringan lunak, dan ketakutan jatuh kembali. Intervensi
yang didasarkan pada pengkajian proactive, antisipasi
kebutuhan pasien, dan partisipasi dari tim multidisiplin
dalam pencegahan pasien jatuh adalah kritis
Formula Jumlah pasien jatuh X 100%
Jumlah pasien yang beresiko jatuh
Definisi Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan
operasional
pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang
tidak disebabkan oleh serangan stroke, epilepsy,
seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas.
Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah
insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit perawatan
pada periode waktu tertentu setiap bulan.
Numerator jumlah pasien jatuh adalah total/jumlah pasien jatuh
(Pembilang) yang dirawat di unit perawatan selama waktu tertentu
setiap bulan.

Denumerator Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat adalah


total/jumlah pasien yang beresiko jatuh (faktor
intrinsik dan ektrinsik) yang dirawat di unit perawatan
selama periode waktu tertentu setiap bulan

d. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain


Topik Indikator Angka pasien dengan cidera akibat restrain

Rasional Pasien yang dipasang restrain sangat berpotensi terjadi cidera,


bisa berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi.

Formula Jumlah pasien dengan cidera akibat restrain X 100 %


Total pasien yang dipasang restrain

Definisi Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada kulit,
operasional terjatuh, atau aspirasi yang diakibatkan oleh pemasangan
restrain.
Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah cidera
sebelum dilakukan pemasangan restrain, seperti lecet atau
luka.

Numerator Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain adalah


(Pembilang) jumlah pasien yang cidera saat dipasang restrain.

Denumerator Total pasien yang dipasang restrain adalah semua pasien yang
terpasang restrain pada periode waktu tertentu

e. Angka Keterbatasan Perawatan Diri

Topik Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting


Indikator (eliminasi) yang disebabkan oleh keterbatasan perawatan diri

Rasional Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan kebutuhan


dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah-
masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan
kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak
nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pasien yang dirawat karena
penyakitnya dapat mengalami keterbatasan perawatan diri.
Keterbatasan diri tergantung tingkat ketergantungan diri klien pada
asuhan keperawatan- sebagian atau total.

Formula Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, berpakaian, toileting)


pada tingkat ketergantungan sebagian dan total=
Jumlah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100%
Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total

Definisi Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap kebutuhan


operasional diri untuk mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi).Pemenuhan
perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk
mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan diri dibagi
menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan
tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan.
Cara Penghitungan:
 Mengisi format sub indikator sesuai dengan kriteria
 Sub indikator harus terisi seluruhnya/lengkap
 Dilakukan pada survey waktu tertentu.
 Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak terpenuhi
kebutuhannya
Sub Indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah
 Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum
bersih.
 Berpakaian dan berpakaian: Baju bersih dan kering, rambut
rapih, wajah segar
 Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola normal

Numerator Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada bulan


(Pembilang) pengukuran

Denumerator Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah pasien pada bulan
pengukuran.
f. Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga Terhadap Pelayanan Keperawatan

Topik Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan


Indikator keperawatan

Rasional Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan


kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan
bagian yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada
komitmen, persistensi dan determinasi mulai dari top manajer
perawatan dan staf.

Formula Angka kepuasan =


jumlah pasien yang menyatakan puas thd yankep X 100%
jumlah pasien yg dilakukan survey pada periode tertentu

Definisi Kepuasan pasien adalah


operasional a. Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayanan keperawatan yang diharapkan.
b. Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan.
Elemen indikator adalah kriteria yang memperlihatkan tingkatan
kepuasan pasien.
Elemen indikator pada survey terdiri dari:
a. kelengkapan dan ketepatan informasi
b. penurunan kecemasan
c. perawat trampil profesional
d. pasien merasa nyaman
e. terhindar dari bahaya
f. perawat ramah dan empati
Numerator Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap pelayanan
(Pembilang) keperawatan yang diberikan.

Denumerator Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu.


Kriteria pasien yang dilakukan survey adalah setiap pasien baru
yang telah dirawat :
 selama 3 hari
 tidak pulang paksa
 pulang hidup

g. Tatalaksana Nyeri
Topik Indikator Tatalaksana Pasien Nyeri
Rasional  Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari
pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan
keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri adalah
merupakan indikator buruknya KUALITAS
pelayanan.
 Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memperbaiki
kualitas kehidupan pasien.
Tujuan  Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi
akan mencakup skala nyeri yang dialami pasien
seperti yang didefinisikan dalam standar nyeri.
 Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan
perawat adalah respon terhadap nyeri yang
dikemukakan oleh pasien untuk mencapai kriteria
nyaman/ nyeri terkontrol.
Formula Persentase pasien dengan nyeri yang
terdokumentasi dalam askep:
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu
Persentase tatalaksana pasien nyeri:
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri x
100 %
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per
periode waktu tertentu
Definisi  Tindakan perawat adalah berbagai tindakan
operasional keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk
merespon nyeri sesuai ambang skala yang
ditetapkan dan sesuai dengan rencana perawatan
yang dibuat, termasuk kunjungan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan lain
 Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman
yang bersifat subjektif yang
diutarakan/digambarkan oleh pasien dan perlu
ditangani/ dilakukan tatalaksanan nyeri.
 Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan
tindakan adalah berbagai tindakan yang dilakukan
sebagai respon terhadap ambang nyeri pada skala
nyeri 4 atau lebih TIDAK termasuk follow-up
pengkajian karena termasuk pada kewajiban
Numerator Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri
(Pembilang)
Denumerator Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala
4/> per periode waktu tertentu
Sumber Data Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi Semua pasien yang masuk di unit perawatan
Frekuensi Per bulan

h. Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya


Topik Indikator Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya

Rasional Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah


dalam memberikan informasi pengetahuan kepada
pasien di ruang perawatan.
Informasi yang diterima oleh pasien berhubungan
dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya.

Formula Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x


100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Pengetahuan adalah kemampuan pasien mengetahui


operasional informasi tentang perawatan penyakitnya

Numerator Jumlah pasien yang kurang pengetahuan adalah jumlah


(Pembilang) pasien yang setelah dikaji menunjukkan bahwa
pasien/keluarga kurang pengetahuan tentang
penyakitnya dan perawatannya.

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu


adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang tertentu
dan dihitung pada periode tertentu.
i. Perencanaan Pasien Pulang

Topik Indikator Perencanaan Pemulangan Pasien (discharge planning)

Rasional Waktu rawat pasien di ruang emergency menjadi lebih pendek


berkaitan dengan pembiayaan, meskipun demikian pasien tetap
membutuhkan perawatan bila pulang kerumah. Dischard planning
merupakan proses antisipasi dan perencanaan kebutuhan pasien
setelah pulang atau bila dirujuk ke sarana kesehatan lain.
Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk, bahkan
dapat dilakukan sebelumnya, sebagai contoh untuk pasien yang
akan dilakukan operasi, dokter telah memberikan penjelasan
berapa lama pasien akan dirawat

Formula Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode
tertentu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu

Definisi Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai


operasional pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien
untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat
perawatan ke tempat lainnya.

Numerator Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode
(Pembilang) tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
tidak dibuatkan discharge planning.

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah jumlah
pasien yang dirawat pada periode tertentu

2. Indicator Mutu Keperawatan Menurut ANA ( American Nurse Assosiation )

Kategori Ukuran
Ukuran 1 Anga kematian pasien karena komplikasi operasi
berfokus 2 Angka dekubitus
outcomes 3 Angka pasien jatuh
pasien 4 Angka psien jatuh dengan cidera
5 Angka restrain
6 ISK karena pemasangan cateter di ICU
7 Blood stream infection karena pemasangan cateter line
central di ICU dan HDNC
8 VAP di ICU dn HDNC
Ukuran 9 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI
berfokus pada 10 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung
intervensi 11 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia
perawat
Ukuran 12 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak
berfokus pada 13 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan
sistem UAP
14 Practice Environment Scale—Nursing Work Index
15 Turn over

1. Indikator mutu Keperawatan di Iran.


Jenis Kategori   Indikator
struktur Management and 1 Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
organizational perawat manajer
leadership 2 Penetapan tujuan organisasi
3 Uraian tugas tenaga keperawatan
4 Supervisi keperawatan
Staffing and nursing 5 Perbandingan jumlah perawt: pasien di ICU
resources 6 Pendidikan berkelanjutan perawat
7 Jam kerja tenaga keperawatan
Facilities and 8 Jumlah jam peningkatan SDM perawat per tahun
budget 9 Fasilitas untuk meningkatkan pengetahuan
perawat : Perpustakaan, internet, dll
10 Pengelolaan dana untuk peningkatan
keselamatan pasien
Proses Time and quality of 11 Respon time perawat di IGD
care 12 Standar Pelayanan keperawatan di RS
13 Respon time dokter di IGD
Nursing satisfaction 14 Lingkungan yang aman untuk perawat
and work conditions 15 Kepuasan kerja perawat
Outcomes Patient satisfaction 16 Kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan
17 Kepuasan pasien secara umum
18 Kepuasan pasien terhadap komunikasi perawat
Complications and 19 Rasio pasien dekubitus di ICU
adverse events 20 Rasio pasien infiltrasi intravaskuler pada pasien
dengan terapi IV di ICU
Sumber: International Council of Nurses, 2008
2. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Thailand
No Indikator Definisi
1 Rasio Perawat Rasio Antara Tenaga Perawat Professional Dengan Total
Profesional Jumlah Seluruh Tenaga Keperawatan
2 Jam Perawatan Rasio jam perawatan per pasien per hari.
3 Integritas Kulit Rasio pasien yang mengalami dekubitus setelah 72 jam
perawatan dibagi dengan jumlah pasien yang keluar pada
periode yang sama
4 Kepuasan Perawat Skala respon atas pertanyaan kepada para perawat, mengenai
their employment situation, meliputi : hubungan antar
perawat, recognition, opportunity for advancement, safety,
autonomy, workload, pay and benefits, achievement, and
participation
5 Infeksi Nosokomial Angka infeksi nosokomial pada saluran kemih adalah rasio
infeksi saluran kemih setelah 48 jam dipasang kateter urine
dibagi jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama
6 Jatuh Rasio antara pasien yang jatuh di rumah sakit dibagi dengan
jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama
7 Kepuasan Pasien Persepsi pasien terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
Dalam Pendidikan perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan sesuai
Kesehatan kondisi pasien baik dari isi materi pendidikan kesehatan
maupun cara penyampaian pendidikan kesehatan
8 Kepuasan Pasien Persepsi pasien terhadap perawat dalam pengelolaan nyeri
Dalam Manajemen meliputi perawatan, perhatian, pengobatan, kebutuhan dan
Nyeri nasihat.
9 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan secara
Terhadap umum selama proses perawatan, dengan pertanyaan
Keperawatan Secara meliputi: fisik, psikologis, emosional, spiritual, hak-hak
Umum pasien dan partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan

Reverensi
Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika

Wijono,  D.  2000.  Manajemen  Mutu  Pelayanan  Kesehatan.  Teori,  Strategi  dan  Aplikasi.
Volume.1. Cetakan Kedua.Surabaya : Airlangga University

https://www.scribd.com/doc/233676061/Indikator-Penilaian-Mutu-Asuhan-Keperawatan
http://sakinahkreatif.blogspot.co.id/2015/12/mutu-pelayanan-keperawatan.html
http://ayuules.blogspot.co.id/2014/10/manajemen-mutu-dalam-pelayanan.html

Anda mungkin juga menyukai