Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Suatu pelayanan dikatakan bermutu jika penerapan semua persyaratan pelayanan
kebidanan dapat memuaskan pasien. Mutu pelayanan kebidanan berorientasi pada penerapan
kode etik dan standar pelayanan kebidanan, serta kepuasan yang mengacu pada penerapan semua
persyaratan pelayanan kebidanan.
Dalam pelayanan kebidanan dibutuhkan sebuah penilaian mutu pelayanan untuk
meningkatkan kinerja para bidan dalam memberikan kepuasan terhadap klien. dimana bidan
tersebut tahu bagaimana menjaga mutu pelayanan kebidanan.
Dalam peningkatan mutu dalam kebidanan diperlukan manajemen yang baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien. Didalam ilmu manajemen, konsep
problem solving yang bisa diterapkna ditempat kerja kita yaitu dengan menggunakan pendekatan
P-D-C-A sebagai proses penyelesaian masalah. Dalam bahasa pengendalian kualitas, P-D-C-A
dapat diartikan sebagai proses penyelesaian dan pengendalian masalah dengan pola runtun dan
sistematis.72 jam
Secara umum pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang
kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah pasien berada di rumah
sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Menurut data WHO angka kejadian infeksi di Rumah sakit sekitar 3-21 %. Jadi rata-rata
infeksi sekitar 9%. Sedangkan berdasarkan KepMenKes no 129 tahun 2008 standar kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit sebesar lebih dari 1,5 %.
Dari data tersebut maka diperlukan suatu standar minimal rumah sakit untuk melihat
sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian infeksi tersebut dan juga sebagai acuan
pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis.

BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil
kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk
menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :
Kompetensi Teknis (Technical competence)
Akses terhadap pelayanan (Access to service)
Efektivitas (Effectiveness)
Efisiensi (Efficiency)
Kontinuitas (Continuity)
Keamanan (Safety)
Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
Kenyamanan (Amenities
Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian.
Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda persepsi penilaiannya
tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :
a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi
kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap
klien
b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran
pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu
berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health
needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan
kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu
pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa
puas pada klien. Makin sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat
subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan
telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar profesi dan kode etik. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan
rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b. Pembatasan pada upayan yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar
pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat
memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
standar profesi kebidanan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan penilaian
mutu, yaitu :
1. Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan,
sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
Struktur = input
Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :

o Jumlah, besarnya input


o Mutu struktur atau mutu input
o Besarnya anggaran atau biaya
o Kewajaran

2. Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan
kasus.
Baik tidaknya proses dapat diukur dari :
o Relevan tidaknya proses itu bagi klien
o Fleksibilitas dan efektifitas
o Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya
o Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan
3. Outcomes
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

2.2 Siklus PDCA


Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang
disebut dengan Shewhart cycle.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari Plan, Do, Check, Act
(Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat
langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini
dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan The Deming
Wheel(Tjitro, 2009)
Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak
pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming
sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai
pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk
penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana
siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :
UNSUR PDCA LANGKAH-LANGKAH
1. Identifikasi masalah
PLAN 2. Identifikasi penyebab masalah
3. Menentukan faktor penyebab yang dominant.
4. Menentukan rencana perbaikan dan target
yang akan dicapai.

5. Melaksanakan sepenuhnya rencana perbaikan.


DO
6. memeriksa hasil pelaksanaan perbaikan.
CHEK
7. mencegah timbulnya persoalan yang sama
ACTION (menetapkan standarisasi).
8. Menyelesaikan problem lain yang masih belum
terselesaikan (menetapkan rencana berikutnya).
Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1. Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya
menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang
lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam
melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah
tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Rencana kerja
penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a. Judul rencana kerja (topic),
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Metode penilaian dan kriteria penilaian
f. Waktu pelaksanaan
g. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
h. Biaya yang diperlukan (budget),
i. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu
diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap
rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a. Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara
pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c. Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian
masalah mutu yang dilaksanakan
d. Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a. Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan
b. Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
c. Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d. Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau

Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni
a. Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
Tetapkan jangka waktu pengamatan
Lakukan perhitungan penyimpangan
b. Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
Tentukan prosentase penyimpangan
Buat grafik penyimpangan
Nilai grafik

4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara
penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut
dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk
kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.

BAB 3
TINJAUAN KASUS
,i,

1.1 Kasus Semu


Pada tahun 2007 Rumah Sakit X rata-rata memberi pelayanan baik rawat jalan maupun rawat
inap sebesar 10.000.000 jiwa per tahunnya. Namun akhir-akhir ini yaitu sekitar tahun 2012
mengalami penurunan jumlah pasien yang datang. Ada isu yang mengatakan bahwa hal tersebut
terkait dengan pelayanan yang kurang steril. Pencegahan Infeksi yang masih kurang diperhatikan
ditempat pelayanan kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Ini
sangat memberikan dampak negatif, dapat meningkatkan risiko penularan infeksi terhadap
pasien lain atau keluarga, petugas kesehatan, karyawan, dan lingkungan kesehatan sehingga
pihak RS mencari solusi atas masalah tersebut.

1.2 Siklus PDCA


Perencanaan ( Plan )
Rencana kerja penyelesaian masalah pencegahan infeksi :
1. Judul rencana kerja (topic)
Meningkatkan pencegahan infeksi di tempat pelayanan kesehatan.

2. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah yang dihadapi (problem statement),

Di seluruh dunia, 10% pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru
selama dirawat, 1,4 juta infeksi setiap tahun.
Bila tindakan pencegahan infeksi tersebut tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
dikhawatirkan dapat menambah angka kesakitan dan kematian pada pasien
Resiko infeksi tidak dapat dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi sekecil mungkin
dengan menerapkan pencegahan infeksi yang benar untuk menurunkan resiko penularan
penyakit antar klien atau tenaga kesehatan sendiri.

3. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target)
Tujuan umum :
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu di tempat pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
Untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di
lingkungan rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.
Untuk meminimalkan kejadian infeksi nosokomial pada klien dan tenaga kesehatan.
Target :
Dapat mengurangi terjadinya infeksi pada pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, karyawan,
dan lingkungan kesehatan.
4. Kegiatan yang akan dilakukan (activities)
Melakukan pengumpulan pendapat pasien mengenai pelayanan yang diberikan
Mencari penyebab dengan melakukan evaluasi kinerja petugas kesehatan
Meningkatkan kesadaran tentang keharusan petugas kesehatan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan
Saat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, apron,
masker, kaca mata)
Perlindungan terhadap klien jika kemungkinannya terkena percikan, berhati-hati saat
menangani benda tajam.
Melakukan penggantian bahan kain yang digunakan pasien
Memperhatikan cara penyeterilan alat, etiket alat, cara pemakaiannya
Memperhatikan alat yang habis pakai dengan mengelola pembuangan yang benar
Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan infeksi dipelayanan
kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien
Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan.
Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

5. Metode dan Kriteria Penilaian


Proses perbaikan dari pelayanan kesehatan yang menyeluruh terhadap pencegahan infeksi.

6. Waktu Pelaksana
Terlampir

7. Pelaksana
Petugas Kesehatan (perawat dan bidan)

8. Biaya yang diperlukan (budget)


Biayanya + Rp. 10.000.000,00 untuk sarana serta alat dan bahan yang diperlukan pada tempat
pelayanan kesehatan seperti :

Tempat cuci tangan.


perlengkapan pelindung (sarung tangan, celemek/baju penutup, kacamata, sepatu
tertutup).
Pada pemrosesan alat bekas pakai menggunakan alat yaitu oven, otoklaf, dan sebagainya.
Tempat pembuangan sampah.
Keperluan saat KIE
Pelaksanaan ( Do )
Pada tahap ini melakukan rencana yang telah disusun berdasarkan penyelesaian masalah
pencegahan infeksi :
1. Melakukan pengumpulan pendapat pasien mengenai pelayanan yang diberikan
2. Mencari penyebab dengan melakukan evaluasi kinerja petugas kesehatan
3. Meningkatkan kesadaran tentang keharusan petugas kesehatan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan
4. Saat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, apron,
masker, kaca mata)
5. Perlindungan terhadap klien jika kemungkinannya terkena percikan, berhati-hati saat menangani
benda tajam.
6. Melakukan penggantian bahan kain yang digunakan pasien
7. Memperhatikan cara penyeterilan alat, etiket alat, cara pemakaiannya
8. Memperhatikan alat yang habis pakai dengan mengelola pembuangan yang benar
9. Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya pencegahan infeksi dipelayanan
kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien
10. Melengkapi sarana dan prasarana di tempat pelayanan kesehatan.
11. Melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisiensi.

Pemeriksaan ( Check )
Pada tahap ini secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan
rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan dilakukan 1 bulan setelah perencanaan, pada tanggal
10 Januari 2013 10 Februari 2013. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, semua
berjalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Faktor pendukung terlaksananya perencanaan adalah :

Dari segi manusianya ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan, dan karyawan ), biaya,
serta fasilitas untuk memenuhi terlaksananya pencegahan infeksi ini terpenuhi dan saling
mendukung.
Adanya kebijakan yang dibuat oleh pihak pelayanan kesehatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh pihak pelayanan kesehatan didukung oleh
masyarakat yang ada di pelayanan kesehatan ( pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan,
dan karyawan )
Pencegahan infeksi sudah lebih diperhatikan dan meningkat di pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang direncanakan berjalan efektif dan efisien.

Tindak Lanjut ( Action )

Dari pemeriksaan di atas, ada beberapa faktor-faktor pendukung yang dapat


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada masalah pencegahan infeksi di tempat
pelayanan kesehatan ini, namun harus selalu ada perbaikan yang dilakukan agar dapat
menjaga mutu ditempat pelayanan tersebut. Hal ini berarti memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dibutuhkan tersedianya tenaga yang terampil dan didukung
dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Pemberi layanan kesehatan seharusnya terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan


pada masalah pencegahan infeksi ini dengan efektif, efisien serta merata dan dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat.

BAB 4
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan
kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk
penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan.PDCA terdiri dari:
1. Planing
Yang berisikan hal-hal berikut:
a. Judul rencana kerja (topic),
b. Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target),
d. Kegiatan yang akan dilakukan (activities),
e. Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f. Biaya yang diperlukan (budget),
g. Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2. Do (pelaksanaan)
3. Check (penilaian)
4. Action (perbaikan)

3.2 Saran
Bagi Petugas Kesehatan
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan dengan menjujung tinggi mutu pelayanan sesuai
standart.

Daftar Pustaka

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,
http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-210607.ppt
http://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/25/konsep-pdca/
Diposting oleh Komang Ety Liyan di 20.10

Anda mungkin juga menyukai