Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP


PENURUNAN NYERI PADA PASIEN GASTRITIS DI PUSKESMAS
LABUAPI

OLEH :
KELOMPOK 6
1. Bq. Arifa
2. Baiq Mustiare
3. Denda Vena Arda
4. Hartono
5. Suci Valentia Ranzani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN
KEPERAWATAN MATARAM
SEMESTER I
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Prop

osal Skripsi yang berjudul “Pengaruh pemberian teknik relaksasi otot progresif ter

hadap penurunan nyeri pada pasien gastritis di wilayah kerja puskesmas Labuapi”

dapat terselesaikan tepat pada waktunya Penulis menyadari bahawa proposal Skri

psi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Demikian,

semoga proposal Skripsi bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis

dan para pembaca pada umumnya.

Mataram, Oktober 2021

Penulis

1
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar
Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
D. Hipotesis Penelitia
n......................................................................................3
E. ManfaatPenelitian.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5
A. Konsep Gastritis...........................................................................................5
B. Konsep Nyeri..............................................................................................
18
C. Konsep Relaksasi Otot
Progresif……………………………………........32
BAB III METODE STUDI KASUS.........................................................................43
A. Ruang lingkup penelitian............................................................................43
B. Desain Penelitian........................................................................................43
C. Populasi dan Sampel..................................................................................44
D. Sampling.....................................................................................................45
E. Variabel Penelitian......................................................................................45
F. Jenis Data...................................................................................................46
H.Cara Pengumpulan Data..............................................................................47
I. Cara Pengolahan Data................................................................................48
J. Prosedur Penelitian.....................................................................................49
K. Analisa Data...............................................................................................52
L Kerangka Kerja. .........................................................................................52
M. Definisi Operasional .................................................................................53
3

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................54
LAMPIRAN
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat ak

ut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan, zat

kimia, stress dan bakteri (Nuari,2017). penyakit Gastritis atau maag merup

akan penyakit yang sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penyak

it ini sering dtandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, n

yeri perut dan lainnya. Penyakit maag sangat menganggu karena sering ka

mbuh akibat pengobatan yang tidak tuntas. Sebenarnya kunci pengobatan

penyakit maag adalah dapat mengatur agar produksi asam lambung terkont

rol kembali sehingga tidak berlebihan yaitu dengan menghilangkan sttres d

an makan dengan teratur (Yatmi, 2017)

Prevelensi awal penyakit ini menurut World Health Organization

(WHO) (2019)tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan

mendapatkan hasil persentase dariangka kejadian gastritis di dunia,

diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang14,5%, Kanada 35%, dan

Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah

penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di AsiaTenggara sekitar

583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dariangka

kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis


5

padabeberapa daerah di Indonesiacukup tinggi dengan prevalensi

274,396 kasus dari238,452,952 jiwa penduduk (Pasaribu, 2019).

Penyakit gastritis yang diakibatkan oleh produksi lambung yang be

rlebihan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menyebabkan kekambu

han gastritis. Biasanya watu makan yang tidak teratur, gizi atau kualitas m

akanan yang kurang baik, jumlah makanan yang terlalu banyak bahkan terl

alu sedikit, jenis makanan yang kurang cocok atau sulit dicerna dan kurang

istirahat, porsi pekerjaan yang melebihi kemampuan fisik dan psikis. Pada

penderita gastritis gejalanya biasanya lambung terasa tidak enak, mual, mu

ntah, kram perut dan, biasanya menyebabkan muntah darah (Ardian R, 20

16)

Salah satu upaya kuratif yang dapat digunakan oleh perawat dalam

menurunkan nyeri gastritis yaitu dengan Teknik Relaksasi Otot Progres

if. Terapi relaksasi otot progresif yang terpusat pada suatu aktivitas oto

t untuk menurunkan ketegangan otot denganmelakukan relaksasi agar r

ileks (Purwanto, 2018). Mekanisme relaksasi otot progresif juga

dijelaskan oleh Supetran (2015), dalam penelitiannya yang berjudul

“Efektivitas Pengunaan Tehnik Relaksasi Otot Progresif Dalam

Menurunkan Tingkat Nyeri Pasien Gastritis”. Hasil penelitian

menunjukan setelah diberikan relaksasi otot progresif sebagian besar

pasien merasakan nyerinyaberkurang, karenagerakan-gerakan yang

telah diberikan secara perlahan membantu merilekskan sinap-sinap

saraf, baik saraf simpatis maupun saraf parasimpatis. Saraf yang rileks

menurunkan rasa nyeri secara perlahan


6

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan tindakan prosedural keperawatan dengan

mengambil judul “Pengaruh pemberian teknik relaksasi otot progresif

terhadap penurunan nyeri pada pasien gastritis di wilayah kerja puske

smas Labuapi”

B.Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan nyeri pa

da pasien gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Labuapi pada tahun 2021?

C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui tentang pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap

penurunan nyeri pada pasien gastritis di wilayah kerja Puskesmas Labuapi

2. Tujuan Khusus

A. Mengidentifikasi nyeri pasien gastritis sebelum dilakukan relaksasi

otot progresif di wilayah kerja puskesmas Labuapi tahun 2021

B. Mengidentifikas nyeri pasien gastritis sesudah dilakukan relaksasi

otot progresif di wilayah kerja puskesmas Labuapi tahun 2021

C. Menganalisis pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan

nyeri pada pasien gastritis di wilayah kerja puskesmas Labuapi tahun 2021

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa Nol

Tidak ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan nyeri pada p

asiengastritis di wilayah kerja puskesmas Labuapi tahun 2021

1. Hipotesa Alternatif
7

Ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan nyeri pada pasien

gastritis di wilayah kerja puskesmas Labuapi tahun 2021

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat s

erta sebagai ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya bidang keperawatan

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara menurunkan ny

eri gastritis tanpa menggunakan obat

b. Bagi perawat pelaksana

Memberikan masukan kepada perawat untuk mengoptimalkan cara menuru

nkan nyeri tanpa menggunakan obat

c. Bagi peneliti

Sebagai penerapan ilmu yang telah didapat dalam program studi ilmu keper

awatan berkaitan dengan gastritis

d. Puskesmas

Diharapkan dapat berguna bagi Puskesmas untuk dijadikan sebagai acuan

dalam menjalankan program pengendalian gastritis


8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.1Konsep Gastritis

1. Pengertian Gastritis

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambug yang bersifat akut,

kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan, zat k

imia, stress dan bakteri (Nuari,2017).Gastritis merupakan suatu

peradangan

mukosalambungyangbersifatakut,kronikdifusataulokal,dengankarakteristik

anoreksia,perasaanpenuhdiperutatau(begah),tidaknyamanpadaepigastrium,

mual,danmuntah.(Suratun,2010).Gastritisadalahperadanganmukosalambung

(lambung). dapat tersebar atau terlokalisasi dan dapat diklasifikasikan

menurutpenyebab,perubahanseluler,ataudistribusilesi.Gastritisbisaerosif(m

enyebabkan borok) atau nonerosive. walaupun perubahan mukosa yang

berasaldari gastritis akut biasanya sembuh setelah beberapa bulan, ini

tidak benar untukgastritiskronis(Ignatavicius, 2010).

9
10

Nyeri ulu hati merupakan salah satu tanda gejala yang khas pada

penderitagastritis. Definisi nyeri secara umum merupakan perasaan tidak nyaman

yang sangat subjektif dan hanya yang mengalami dapat menjelaskan dan

mengevaluasi perasaan tersebut. Nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan

nyeri

kronis.Nyeriakutbiasanyaberlangsungtidaklebihdari3bulandannyerikronisberlangs

ung lebih dari 3 bulan (Dwi, 2018). Nyeri pada gastritis timbul karenapengikisan

mukosayang dapat menyebabkan kenaikan mediator kimia sepertiprostaglandin

dan histamin pada lambung yang ikut berperan dalam merangsangreseptornyeri

(Dwi, 2018).

2.1.1 Fungsi lambung

1. Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esofagus,

menghancurkanmakanan dan menghaluskan makanan dengan gerakan

peristaltik lambung dangetah lambung.

a. Mekanis: menyimpan, mencampur dengan secret lambung dan

mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorang makanan terjadi secara

gerakan peristaltik setiap20 detik

b. Kimiawi: bolus dalam lambung akan dicampurkan dengan asam

lambungdan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang

dihasilkan antaralain:

1) Pepsin:Memecahputihtelurmenjadiasamamino(albumindanpepton)aga

r dapat diabsorpsi di intestinumminor.


11

2) Asam garam (HCL): mengasamkan makanan sebagai anteseptik

dandisenfektan yang masuk kedalam makanan. Disamping itu

mengubahpepsinogenmenjadi pepsin dalamkeadaan suasanaasam.

3) Renin: sebagai ragi yang membekukan susu, membentuk kasein

dankasinogendari protein

4) Lapisanlambung:memecahlemakmenjadiasamlemakuntukmerangsang

sekresigetah lambung

2. Fungsibanterisid:Olehasamlambung

3. Membantuprosespembentukkaneritrosit:lambungmenghasilkanzatfaktorint

rinsikbersamadenganfaktorekstrinsikdarimakanan,membentuk zat yang

disebut anti-anemik yang berguna untuk pertukaraneritrosityangdisimpan

dalam hati. (Syaifuddin,2014).

2.1.2 Etiologi

Ignatavicius(2010)mengatakangastritisdapatmenyebabkanperubahandidalam

sel-sellambungyangmengarahkemalnutrisi,limfoma,ataukankerlambung. Pasien

rawat inap, terutama dalam peraturan perawatan kritis,

harusmemilikiobatpencegahan untukmenghindariperkembangangastritis.

Yatmi (2017) mengatakan bahwa banyak faktor yang dapat

menyebabkanterjadinya gastritis akut, seperti beberapa jenis obat, alcohol, bakteri,

virus, jamur,stress akut, radiasi, alergi atau intoksikasi dari bahan makanan dan

minuman,garamempedu, iskemia,dan trauma langsung.

1. Obat-obatan, seperti Obat Anti inflamasi Nonsteroid/OAINS

(Indometasin,Ibuprofen,danAsamSalisilat),Sulfanomide,Steroid,Kokain,agen
12

kemoterapi(Mitomisin,5-fluro-2-

deoxyuridine)SalsilatdanDigitalisbersifatmengiritasimukosalambung.

2. Minumanberalkohol:seperti whisky,vodka,dangin

3. Infeksi bakteri: seperti H. Pylori (paling sering) H heilmanii,

Streptococci,Staphylococci, Proteus spesies, Clostridium spesies, E coli,

Tuberculosis, dansecondarysyphilis.

4. InfeksivirusolehSitomegalovirus.

5. Infeksijamur:sepertiCandidiasis,Histoplasmosis,danPhycomycosis.

6. Sterss fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma

pembedahan,gagalnapas,gagalginjal,kerusakansarafpusat,danrefluksusus-

lambung.

7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berbumbu dan

minuman dengan kandungan kafein dan alcohol merupakan agen-agen

penyebab iritasi mukosa lambung.

8. Garamempedu,terjadipadakondisirefluksgaramempedu(komponenpenting

alkali untuk aktifitas enzim-enzim gastrointertinal) dari usus

kecilkemukosalambungsehinggamenimbulkanrespons peradanganmukosa.

9. Iskemia,haliniberhubungandenganakibatpenurunanalirandarahkelambung.

10. Trauma langsung lambung,berhubungan dengan kesimbangan antara

agresidanmekanismepertahananuntukmenjagaintegritasmukosa,yangdapatme

nimbulkanrespon peradangan padamukosa.

11. Secara fisiologis ada beberapa faktor, yang dapat menyebabkan

kerusakanmukosalambungmeliputi:1)kerusakanmukosabarrier,yangmenyebab

kan.
13

difusi balik Ion H+ meningkat, 2) perfusi mukosa lambung terganggu,dan

3)jumlahasam lambungyangtinggi.

Yatmi (2017). Lapisan lambung menahan iritasi dan biasanya tahan

terhadapasam yang kuat. Tetapi lapisan lambung mengalami iritasi dan

peradangan karenabeberapapenyabab:

1. GastritisbakterialisbiasanyamerupakanakibatdariinfeksiolehHelicobakter

pylori (bakteri yang tumbuh di dalam sel penghasil lender dilapisan

lambung). Tidak ada bakteri lainnya yang dalam keadaan normaltubuh di

dalam lambungyang bersifat asam,tetapijika lambung tidakmenghasilkan

asam, berbagai bakteri bisa tumbuh di lambung.

Bakteriinibiasanyamenyebabkangastritismenetap atau gastritissementara.

2. Gastritiskarenastressakut,merupakanjenisgastritisyangpalingberat,yangdis

ebabkanolehpenyakitberatatautrauma(cedera)yangterjadi secara tiba.

Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai

lambungsepertiyangterjadipadalukabakaryangluasataucederayangmengaki

batkanperdarahan hebat.

3. Gastritis erosive krinis bisa merupakan akibat dari: bahan-bahan

sepertiobat-obatan,terutamaaspirindanobatantiperadangannon-

steroidlainnya,penyakitCrohn,infeksivirusdanbakteri.Gastritisiniterjadisec

araperlahan-lahanpadaorangyangsehat.Bisadisertaidenganperdarahan atau

pembentukan ulkus (borok, luka terbuka), paling

seringterjadipadaalkoholik.
14

4. Gastritiskarenavirusataujamurbisaterjadipadapenderitapenyakitmenahunat

aupenderita yangmengalamigangguansystemkekebalan.

5. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi

terhadapinfestasi cacing gelang Eosinopil (sel darah putih) terkumpul di

dindinglambung.

6. Gastritisatrofikterjadijikaantibodymenyeranglapisanlambung,sehingga

lapisan lambung menjadi sangat tipis dan kehilangan sebagianatau seluruh

selnya yang menghasilkan asam dan enzim. Gastritis atrifikbisa

menyebabkan anemia permistosa karena mempengaruhi

penyerapanvitaminB12 dari makanan.

7. Penyakitmenieremerupakanjenisgastritisyangpenyebabnyatidakdiketahui.

Dindinglambungmenjaditebal,lipatannyamelebar,kelenjarnya membesar

dan memiliki kista yang terisi cairan. Sekitar 10%penderitapenyakit ini

menderitakanker lambung.

8. Gastritisselplasmamerupakangastritisyangpenyebabnyatidakdiketahui. Sel

plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di

dalamdindinglambungdanorganlainnya.Gastritisjugabisaterjadijikaseseora

ngmenelanbahankorosifataumeneriamterapipenyinarandengandosisyangb

erlebihan.

2.1.3 Patofisiologi

Prostaglandin menyediakan penghalang mukosa pelindung yang

mencegahlambungdarimencernadirinyasendiridenganprosesyangdisebutasamauto

digesti.jikaadakerusakanpadapenghalangpelindung,cederamukosa
15

terjadi. cedera yang dihasilkan diperburuk oleh pelepasan histamin dan

stimulasisaraf vagus. asam hidroklorat kemudian berdifusi kembali ke mukosa

dan melukaipembuluh darah kecil. difusi-belakang ini menyebabkan edema,

pendarahan,

danerosilapisanperut.perubahanpatologisgastritistermasukkongestivaskular,

edema,infiltrasiselinflamasiakut,danperubahandegenerasipadaepitel

superfisiallapisanlambung(Ignatavicius,2010).

2.1.4 Faktor-FaktorRisikoGastritis

Brunner&Suddarth(2010)faktor-

faktorresikoyangseringmenyebabkanterjadinyagastritis ialahsebagai berikut:

1. Polamakan

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang

penyakitgastritis atau maag. Pada waktu isi perut harus diisi tetapi

dibiarkankosong atau ditunda waktu pengisiannya, asam lambung akan

mencernalapisanmukosalambung,sehinggatimbulrasanyeri.

2. Rokok

Akibatnegativedarirokok,sesungguhnyasudahmulaiterasapadawaktuora

ngbarumilaimengisahrokok.Dalamasaprokokyangdihisap, terdapat

kurang lebih 300 macam bahan kimia, diantaranyaacrolein, nikotin,

asap rokok, gas CO. Nikotin itulah yang menghalangiterjadinya rasa

lapar. Itu sebabnya seseorang menjadi tidak lapar

karenamerokok,sehinggaakanmeningkatkanasamlambungdandapatmen

yebabkangastritis.
16

3. Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternyata

dapatmenimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak),

systempernapasan, system pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu

tidakheran bila meminum kopi dalam jumlah yang wajar (1-3 cangkir)

tubuhkita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepat, tidak mudah

lelahataumengantuk.Kafeindapatmenyebabkanstimulasisystemsarafpusa

tsehinggadapatmeningkatkanaktivitaslambungdansekresihormonegastri

npadalambungdanpepsin.Sekresiasamyangmeningkatkan dapat

menyebabkan iritasi dan inflamasi pada

mukosalambungsehinggaterjadigastritis.

4. HelicobakterPylori

Helicobakteri Pylori adalah kuman gram negatif, basil yang

berbentukkurvadanbatangHelicobakteriPyloriadalahsuatubakteriyangm

enyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)

padamanusia infeksi H.plylori ini sering diketahui sebagai penyebab

utamaterjadiulkuspeptikumdanpenyebabterseringterjadinyagastritis.

5. AINS(Anti Inflamasi NonSteroid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara

kimiaheterogenmenghambataktifitassiklooksigenasi,menyebabkanpenur

unan sistesis prostaglandin dan precursor tromboksan dari

asamarakhidonat.Misalnyaaspirinubufrofendannoproxenyangdapat
17

menyebabkan peradangan pada lambung jika pemakaian obat-

obatantersebuthanyasesekalimakakemungkinanterjadimasalahlambung.

6. Alcohol

Alcohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding

lambungdanmembuatdinding

lambungmenjadilebihrentanterhadapasamlambung walaupun pada

kondisi normal. Berdasarkan penelitian

orangminumalcohol75gr(4gelasminggu)selama6bulandapatmenyebabka

ngastritis.

7. Makananpedas

Mengkonsumsimakananpedassecaraberlebihanakanmerangsangsystem

pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini

akanmengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai

denganmualdanmuntah.Gejalatersebutmembuatpenderitasemakinberkur

angnafsumakannya.Bilakebiasaanmengkonsumsimakananpedas lebih

dari 1x dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkanterus

menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang

disebutdengangastritis.

8. Terlambatmakan

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung

setiapwaktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam setelah makan

biasanyakadar glukosa dalam darah telah banyak terserat dan terpakai

sehinggatubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam

lambungterstimulasi.Bilaseseorangtelatmakansampai2-3jammakaasam
18

lambung yang diproduksi semakin banyak dan terlebih sehingga

dapatmengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri

disekitarepigastrium(Dwigint, 2015).

MenurutWinkelman2016faktorresikoterjadinya gastritisadalah

1. Infeksilambung,khususnyaH.Pylori

2. Penggunaanobatantiinflamasisteroidataunonsteroidkronisatauberlebiha

3. Anoreksia

4. Penyakitautoimun

5. Pajananterhadapbenzena,timah,ataunikelditempat kerja

6. Irritanlokalkroniksepertialkohol,terapiradiasi, danmerokok

7. Komorbiditas kronis termasuk penyakit ginjal (uremia) atau

penyakitradangsistemik seperti crohn

2.2.6 Klasifikasi

Yatmi(2017)klasifikasi gastritisberdasarkantingkatkeparahannya:

1. Gastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung biasanya

terdapatpadamukosa.Dansecaragarisbesargastritisakutdapatdibagimenj

adi dua bagian yaitu gastritis eksogen akut dan gastritis endogenakut.

Bahan kimia, termis, mekanis iritasi bacterial adalah faktor-

faktorpenyebab yang biasanya terjadi pada gastritis eksogen akut.

Sedangkanyang terjadi karena kelainan tubuh adalah penyebab adanya

gastritisendogenakut.
19

2. Gastritis kronis didefinisikan sebagai peradangan mukosa

kronis yangakhirnya menyebabkan atrofi mukosa dan

metaplasia epitel.

Gastritiskronisadalahsuatuperadanganpemukaanmukosalambun

gyangbersifatmenahun

Muttaqin & Sari (2011) gastriris kronik diklasifikasikan

dengan tigaperbedaansebagai berikut:

1. Gastritissuperfisial,denganmanifestasikemerahan,edema,sertap

erdarahandan erosi mukosa.

2. Gastritisatrofik,dimanaperadanganterjadipadaseleruhlapisanmu

kosa.Padaperkembangannyadihubungkandenganulkusdankank

erlambung,sertaanemiapernisiosa.Halinimerupakankarakteristi

kdari penurunanjumlah selparietal danselchief.

3. Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-

nodulpadamukosalambungyangbersifatirregular,tipis,danhemor

agik.

2.2.7 Manifestasiklinik

Manifestasi klinis dan gangguan ini cukup bervariasi, mulai dari

keluhanringan hingga muncul perdarahan pada saluran cerna bagian atas.

Pada beberapaorang, gangguan ini tidak menimbulkan gejala yang khas

(Brunner & Suddarth,2010).Manifestasigastritis akutdan kronik

hampirsama. Berikut:

a. Manifestasigastritisakut
20

1) Anoreksia

2) Nyeripadaepigastrium

3) Mualdan muntah
21

4) Perdarahansalurancerna(hematemesisMelena)

5) Anemia(tandalebihlanjut)

6) Nyeritekanyangringan padaepigastrium

7) Kembungdanterassesak

8) Keluarkeringatdingin

9) Nafsumakanmenurun

10) Suhubadannaik

11) Pusing

12) Pucat

13) Lemas

b. Manifestasigastritiskronik

1) Mengeluhnyeriuluhati

2) Anoreksia

3) Naucea

4) Nyerisepertiulkuspeptic

2.3.8 Komplikasi

1. Gastritisakut

Komplikasi yang timbul pada gastritis akut adalah perdarahan

salurancernabagianatas(SCBA),berupahematemesisdanmelena,yangber

akhirdenganshockhemoragik.Apabilaprosesnyahebat,seringjuga terjadi

ulkus, namun jarang terjadi perforasi (Brunner & Suddarth2010).


22

2. GastritisKronis

\\Komplikasiyangtimbulpadagastritiskronikadalahgangguanpen

yerapan vitamin B12. Akibat kurangnya penyerapan vitamin

B12ini, meyebabkan timbulnya anemia pernesiaosa, gangguan

penyerapanzat besi, dan peyempitan daerah pyorus (pelepasan

dari lambung keususdua belas jari)(Brunner &Suddarth 2010).

2.2.9 PemeriksaanPenunjang

MenurutWinkelman(2016)pemeriksaanpenunjangsebagai berikut:

1. Hemoglobindan Hematositmenurun

2. Anemia

3. Fecalpositifberdarah

4. Helicobacterpylori positif

A. Konsep Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah keadaan yang subjektif, yaitu seseorang

memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal ataupun non verbal

atau keduanya. Nyeri bersifat sangat subjektif. Nyeri dirasakan pada

setiap orang berbeda-beda dalam hal skala ataupun tingkatnya, dan

hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengidentifikasikan rasa nyeri yang dialaminya (Azis, 2009).

The international association for the study of pain

mendefinisikan nyeri sebagai “suatu ketidaknyamanan, bersifat

subjektif, sensori dan pengalaman emosional yang dihubungkan


23

dengan aktual dan potensial untuk merusak jaringan atau digambarkan

sebagai sesuatu yang merugikan secara umum, baik ringan maupun

berat (solehati dan kokasih, 2015).

Solehati & Kokashi (2015), (dalam Rasubala, 2017), Nyeri

merupakan pengalaman sensasi dan emosi yang tidak menyenangkan,

keadaan yang memperlihatkan ketidaknyamanan secara subjektif atau

indivual, menyakitkan tubuh dan kapan pun individu mengatakannya

adalah nyata. Reseptor nyeri terletak pada semua saraf bebas yang

terletak pada kulit, tulang, persendian, dinding arteri, membrane yang

mengelilingi otak dan usus.

Potter & Perry (2006), (dalam Rosida, 2014), Nyeri adalah

suatu yang sering membuat pasien merasa tidak nyaman. Nyeri sering

dijelaskan oleh penderita dengan berbagai macam istilah, misalnya

rasa tusuk, rasa tikam, rasa terobek, rasa tersengat, rasa bakar, rasa

sayat, rasa berdenyut. Pernyataan tersebut menunjukkan lamanya

waktu terasa nyeri dan menyamakannya dengan hal-hal yang

menyebabkan rasa tersebut pada waktu lampau yang pernah

dialaminya. Muttaqin & Sari (2008), (dalam Mariyani, 2016). Nyeri

adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.

Keluhan sensori yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, dan

seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas sensori yang dinyatakan

seperti pegal, linu, ngilu, dam seterusnya dapat dianggap sebagai

modalitas.
24

Judha et al. 2012, (dalam Mariyani, 2016). Menyatakan nyeri

biasanya terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada

daerah kulit diujung-ujung syaraf bebas yang disebut nosireseptor.

Pada kehidupan nyeri dapat bersifat lama dan ada yang singkat,

berdasarkan lama waktu terjadinya inilah maka nyeri dibagi menjadi

dua :

a. Nyeri akut

Nyeri akut sebagian terbesar, diakibatkan oleh penyakit,

radang, atau injuri jaringan. Nyeri jenis ini biasanya datang tiba-

tiba, sebagai contoh, setelah trauma atau pembedahan dan mungkin

menyertai kecemasan atau distress emosional. Nyeri akut

mengindentifikasi bahwa kerusakan atau cedera sudah terjadi.

Nyeri akut biasnya berkurang sejalan dengan terjadinya

penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari 6 (enam)

bulan, penyebab nyeri yang paling sering adalah tindakan diagnosa

dan pengobatan. Dalam beberapa kejadian jarang menjadi kronis.

b. Nyeri kronis

Nyeri kronik, secara luas dipercaya menggambarkan

penyakitnya. Nyeri ini konstan dan intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini dapat menjadi lebih berat

yang dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor kejiwaan. Nyeri

kronik berlangsung lebih lama (lebih dari enam bulan)

dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten terhadap pengobatan.


25

Nyeri ini dapat dan sering menyebabkan masalah yang berat bagi

pasien.

2. Fisiologi

Menurut Corwin (2009), fisiologi nyeri dapat dijelaskan sebagai

berikut : Tiga jenis sel saraf dalam proses pengantaran nyeri yaitu sel

saraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron dan

sel saraf aferen atau neuron motorik. Sel-sel saraf ini mempunyai

reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan

ke sumsum tulang belakang dan otak. Reseptor ini sangat khusus dan

memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh.

Reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut

nosiseptor. Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor

melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamine,

bradykinin, leukotriene, subsantsi p, dan enzim proteolitik. Zat zat

kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls

ke otak.

Medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses

sensori. Serabut perifer berakhir di sini dan serabut saraf traktus

sensori asenden berawal disini. Terdapat interkoneksi antara system

neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir

pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls dipancarkan

kekorteks serebri, agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada

system asenden harus diaktifkan. Aktivitas terjadi sebagai akibat input

dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal.
26

Interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang ketika diaktifkan,

menghambat atau yang mengstimulasi nyeri dalam jaras asenden.

Sering kali area ini disebut “gerbang”

Kecenderungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input

yang menyakitkan dan perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan

mengaktifkan nyeri. Stimulasi dari neuron inhibitor system asenden

menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi

nyeri. Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi

interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulus serabut

yang mengirim sensasi tidak nyeri memblok transmisi impulse nyeri

melalui sirkuit gerbang penghambat. Sel-sel inhibitor dalam kornu

dorsalis medulla spinalis mengandung ekufalin yang menghambat

transimis nyeri.

3. Jenis Sensori

Jenis Nyeri Price & Wilson (2006). Karakter nyeri dapat

bervariasi sesuai lokasi atau sumber, misalnya apakah nyeri melibatkan

struktur somatik superfisial (kulit), struktur somatik dalam, visera, atau

kerusakan pada SSP atau system saraf tepi (SST).

a. Nyeri Somatik Superfisial (kulit)

Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit dan

jaringan subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri

di kulit dapat berupa rangsang mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik.

Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai

penyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar, tetapi apabila


27

pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri

menjadi berdenyut.

b. Nyeri Somatik Dalam

Nyeri somatik dalam mengacu pada nyeri yang berasal dari otot,

tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur – struktur ini

memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri kulit

dan cenderung menyebar ke daerah sekitarnya.

c. Nyeri Visera

Nyeri visera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ

tubuh. Reseptor nyeri visera lebih jarang dibandingkan dengan

reseptor somatic dan terletak di dinding otot polos organ-organ

berongga. Mekanisme utama yang menimbulkan nyeri visera

adalah peregangan atau distensi abnormal dinding atau kapsul

organ, iskemia dan peradangan.

d. Nyeri Alih

Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu

daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri

visera sering dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi

oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan viksus, tidak

hanya di tempat organ tersebut berada pada masa dewasa.

e. Nyeri Neuropati

Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan-rangsangan

yang merugikan dari sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat

(SSP) yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di


28

SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya sensasi

nyeri yang masing-masing disebut hipalgesia dan analgesia. Secara

paradox, kerusakan atau disfungsi SSP atau saraf perifer dapat

menyebabkan nyeri. Jenis nyeri ini disebut nyeri neuropatik, atau

deaferentasi (deafferentation).

4. Pengkajian Nyeri

Individu yang mengalami nyeri adalah sumber informasi

terbaik untuk menggambarkan nyeri yang dialami (Mohamad, sudarti,

& fauziah, 2010). Beberapa hal yang dikaji untuk menggambarkan

nyeri seseorang antara lain :

a. Riwayat Nyeri

Pengingat PQRST

1) P : Provokasi (penyebab terjadinya nyeri)

Tenaga kesehatan harus mengkaji faktor penyebab terjadinya

nyeri pada klien, bagian tubuh mana yang terasa nyeri termasuk

menghubungkan antara nyeri dan faktor psikologis. Karena

terkadang nyeri itu bisa muncul tidak karena luka tetapi karena

faktor psikologisnya.

2) Q : Quality

Kualitas nyeri yaitu ungkapan subyektif yang diungkapkan

oleh klien dan mendeskripsikan nyeri dengan kalimat seperti

ditusuk, disayat, ditekan, sakit nyeri.

3) R : Region
29

Untuk mengkaji lokasi nyerinya, tenaga kesehatan meminta

klien untuk menyebutkan bagian mana saja yang dirasakan

tidak nyaman. Untuk mengetahui lokasi yang spesifik tenaga

kesehatan meminta klien untuk menunjukkan nyeri yang paling

hebat.

4) S : Severe

Untuk mengetahui dimana tingkat keparahan nyeri, hal ini yang

paling subyektif dirasakan oleh penderita, karena akan diminta

bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri ini bisa digambarkan

melalui skala nyeri.

5) T : Time

Yang harus dilakukan dalam pengkajian waktu adalah awitan,

durasi, dan rangkaian nyeri yang dialami. Perlu ditanyakan

kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama nyeri itu

muncul dan seberapa sering untuk kambuh.

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter & Perry (2005). Faktor-faktor yang

mempengaruhi nyeri antara lain :

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri

khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan,

yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi

bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

b. Jenis Kelamin
30

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna

dalam berespon terhadap nyeri (Gil, 1990). Diragukan apakah

hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam

pengekspresian nyeri.

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nlai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan

apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi

bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo dan Flaskerud, 1991).

d. Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya

individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan

cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman,

suatu kehilangan, hukuman , dan tantangan.

e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan

upayapengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri

yang menurun (Gil, 1990).


31

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

menimbulkan suatu perasaan ansietas.

g. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan

kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada

setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka panjang.

h. Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan

menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan dating.

i. Gaya Koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

anda merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan

perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit, klien merasa tidak

berdaya dengan rasa sepi itu.

j. Dukungan Keluarga Dan Social

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respons nyeri ialah

kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka

terhadap klien. Individu dari kelompok sosiobudaya yang berbeda


32

memiliki harapan yang berbeda tentang orang tempat mereka

menumpahkan keluhan mereka tentang nyeri (Meinhart dan

McCaffery, 1983)

6. Skala Atau Pengukuran Nyeri

Brunner dan Suddart 2001 (dalam Oktavia 2017), Skala

pengukuran nyeri menurut Agency for Health Care Policy dan

Research (AHCPR ) terdiri dari :

a. Skala Wajah Wong-Baker / Wong-Baker Faces Rating Scale

Skala wajah biasanya digunakan untuk anak-anak yang

berusia kurang dari 7 tahun. Pasien diminta untuk memilih gambar

wajah yang sesuai dengan nyerinya. Pilihan ini kemudian diberi

skor angka. Skala wajah Wong-Baker menggunakan 6 kartun

wajah yang menggambarkan wajah tersenyum, wajah sedih,

sampai menangis. Dan pada tiap wajah ditandai dengan skor 0

sampai dengan 5.

b. Skala Analog Visual / Visual Analogue Scale (VAS)

Potter & Perry 2006, (dalam Oktavia 2017), Skala analog

visual tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus yang

mewakili skala nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal

pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh


33

untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan

pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa

memilih satu kata atau satu angka. Skala nyeri harus dirancang

sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak menghabiskan

banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat

membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih

akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya

mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi

perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah

terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai

apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan.

c. Skala Penilaian Numerik / Numeric Rating Scale

Black & Hawks 2009, (dalam Oktavia 2017), Skala ini

menggunalan angka 0 sampai dengan 10 untuk menggambarkan

tinglat nyeri.
34

Keterangan:

0 : Tidak ada keluhan nyeri.

1-3 :Ada rasa nyeri, mulai terasa, tetapi masih dapat ditahan.

4-6 :Ada rasa nyeri, terasa mengganggu, dan dengan

melakukan usaha yang kuat untuk menahannya.

7-9 : Ada nyeri, terasa sangat mengganggu / tidak tertahankan,

sehingga harus meringis, menjerit, bahkan berteriak masih

bisa dikontrol.

10 : Nyeri berat tidak terkontrol.

7. Penatalaksanaan Nyeri Menurut Potter & Perry 2006, (dalam Mariyani

2016), Ada dua metode umum untuk terapi nyeri antara lain :

a. Terapi Farmakologi.

Muttaqin & Sari 2008, (dalam Mariyani 2016), Jenis-jenis obat

farmakologis antara lain :

1) Analgesik.

Analgesic merupakan metode yang paling umum untuk

mengatasi nyeri. Walaupun analgesic dapat menghilangkan

tidak melakukan upaya analgesic dalam upaya analgesic

dengan penanganan nyeri karena informasi obat yang tidak

benar, adanya kekhawatiran klien akan mengalami ketagihan


35

obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan

analgesic narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang

diresepkan. Perawat harus mengetahui obat-obatan yang

tersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek-efek

farmakologis obat-obatan tersebut.

b. Pendekatan Non-Farmakologi

Judha et al. 2012, (dalam Mariyani 2016), Menjelaskan manajemen

nyeri non-farmakologi merupakan tindakan menurunkan respon

nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Manajemen nyeri

non-farmakologi sangat beragam, yaitu :

1) Imaginery

Metodeini menggunakan memori tentang peristiwa-peristiwa

yang menyenangkan bagi anda atau mengembangkan

pemikiran-pemikiran andauntuk mengurangi nyeri.

2) Teknik Relaksasi

Ketegangan otot, kecemasan, nyeri adalah perasaan yang tidak

nyaman. Masing-masing perasaan secara individu dapat

memperhebat perasaan yang lain dan menciptakan suatu siklus

hebat. Teknik relaksasi dapat membantu memutuskan siklus ini.

Teknik ini meliputi meditasi, yoga, music, dan ritual

keagamaan.

3) Distraksi

Metode ini berfokus pada perhatian seseorang atas sesuatu

selain dari nyeri.Teknik ini paling efektif untuk nyeri yang


36

dirasakan sesaat saja, sebagai contoh, injeksi dan pengambilan

darah.

A. Konsep Relaksasi Otot Progresif

1. Pengertian

Teknik relaksasi otot progresif adalah relaksasi yang menimbulkan

sensasi otot. Relaksasi otot progresif dipercaya dapat menurunkan

nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Ada

banyak bukti yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam

meredakan nyeri (Trunner dan Jensen, 1993; Altmaier dkk. 1992)

Relaksasi otot progresif adalah relaksasi yang dilakukan dengan

cara peregangan otot dan merilekskan otot kembali secara bertahap dan

teratur. Latihan relaksasi otot progresif dapat memberikan pemijatan

halus pada berbagai kelenjar di dalam tubuh,mengembalikan

pengeluaran hormone yang secukupnya sehingga member

keseimbangan emosi dan ketenangan pikiran (Purwanto, 2007).

2. Tujuan Relaksasi Otot Progresif

Menurut Setyoadi (2011) adalah sebagai berikut :

a. Menerunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher, dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju

metabolik.

b. Mengurangi disritmia jantung.

c. Mengurangi kebutuhan oksigen.


37

d. Meningkatkan gelombang aifa otak yang terjadi ketika

pasien sadar dan tidak memfokuskan perhatian secara

rileks.

e. Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi.

f. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

g. Mengatasi insomia, Membangun emosi positif dan negatif.

3. Jenis-Jenis Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi otot progresif di bagi menjadi tiga yaitu

a. Relaxation via tension-relaxation.

Metode ini di gunakan agar individu dapat merasakan

perbedaan antara saat-saat otot tubuhnya tegang dan saat

otot bisep, bahu, wajah, perut dan kaki.

b. Relaxation via letting go.

Metode ini biasanya merupakan tahap berikutnya dari

relaxation via tension-relaxation yaitu latihan untuk

memperdalam dan menyadari relaksasi.

c. Differeantial relakxation.

adalah salah satu penerapan keterampilan relaksasi otot

progresif dimana tidak hanya menyadari kelompok otot

yang diperlukan untuk melakukan aktifitas tertentu saja

tetapi juga mengindentifikasi dan lebih menyadari lagi otot-

otot yang tidak perlu untuk melakukan aktifitas.

4. Hal-Hal Yang Perlu Di Perhatikan


38

hal-hal yang perlu disarankan dan diperhatikan dalam latihan relaksasi

otot progresif.

a. Melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal.

b. Hindari makan, minum, yang terbaik melakukan latihan

sebelum makan.

c. Tidak boleh latihan setelah minum-minuman keras.

d. Latihan dilakukan dengan posisi duduk tetapi dapat juga

dengan posisi tidur.

e. Jangan terlalu mengangkan otot berlebihan karena dapat

melukai diri sendiri.

5. Persiapan Latihan

a. Selalu latihan di tempat yang tenang.

b. Memakai pakaian yang tidak tebal, sepatu atau sendal dilepas.

c. Hindari makanan, merokok dan minum selama latihan, yang

terbaik melakukan latihan sebelum makan, tidak boleh latihan

setelah minum minuman keras.

d. Latihan dilakukan dengan posisi duduk atau tidur.

e. Jangan terlalu mengangkat otot berlebihan karena dapat

melukai diri sendiri.

f. Selama latihan mata dipejamkan pelan-pelan dan selalu

konsentrasi pada ketegangan selama 10 detik dan rileks selama

5 detik terhadap otot yang dilatih.

g. Setiap gerakan dilakukan 3 kali latihan.

h. Latihan membutuhkan waktu 15-20 menit.


39

6. Langkah melakukan relaksasi otot progresif

a. Gerakan 1 : Untuk melatih otottangan

1. Tangan kirimengepal

2. Kuatkan kepalan sambil merasakan sensasi ketegangan

yangterjadi

3. Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien untuk merasakan

rileks selama 10detik

4. Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali sehingga

bisa membedakan antara otot tegang dan ototrelaks

Gambar 2.1 Gerakan 1 menggenggam tangan sambil membuat

kepalan

5. Lakukan prosedur serupa pada tangankanan.

b. Gerakan 2 : Untuk melatih otot bagian belakangtangan

1. Kedua lengan ditekuk ke belakang pada pergelangan tangan

sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah

menegang

2. Jari-jari menghadap ke langit-langit


40

Gambar 2.2 Gerakan 2 melatih otot tangan bagian

belakang

c. Gerakan 3 : Untuk melatih ototbisep

1. Membuat kepalan pada keduatangan

2. Kemudian angkat kedua kepalan ke arah pundak sehingga

otot bisep akantegang

Gambar 2.3 Gerakan 3 untuk melatih otot bisep

d. Gerakan 4 : Untuk melatih otot bahu supayamengendur

1. Angkat setinggi-tingginya kedua bahu seperti menyentuh

kedua telingan

2. Fokuskan atas, danleher


41

Gambar 2.4 Gerakan 4 untuk melatih otot bahu

e. Gerakan 5 dan 6 : untuk melemaskan otot-otot dahi, mata,

mulut, danrahang

1. Mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya

keriput

2. Tutup rapat-rapat mata sehingga dirasakan otot disekitar

mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakanmata.

Gambar 2.5 Gerakan 5 untuk melemaskan otot wajah

Gambar 2.6 Gerakan 6 untuk melatih otot mata


42

f. Gerakan 7 : untuk melemaskan ketegangan yang dirasakan otot

rahang, katupkan rahang, selanjutnya dengan menggigit gigi

sehingga terjadi ketegangan disekitar ototrahang.

Gambar 2.7 Gerakan 7 melatih otot rahang

g. Gerakan 8 : untuk mengendurkan otot-otot sekitar

mulut.

1. Moncongkan bibir sekuat-kuatnya dan akan dirasakan

ketegangan di sekitar mulut.

Gambar 2.8 Gerakan 8 untuk mengendurkan otot-otot

mulut

h. Gerakan 9 : untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun

belakang

1. Diawali dengan gerakan otot leher bagian belakang

dilanjutkan otot leher bagiandepan

2. Letakkan kepala sehingga bisaberistirahat

3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian


43

rupa sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian

belakang leher dan punggungatas.

Gambar 2.9 Gerakan 9 merilekskan otot leher bagian

belakang

i. Gerakan 10 : untuk melatih otot leher bagiandepan

1. Gerakan membungkukkankepala

2. Dagu dibenamkan ke dada, sehingga dirasakan ketegangan di

daerah leher bagian depan.

Gambar 2.10 Gerakan 10 untuk melatih otot leher bagian

depan

j. Gerakan 11 : untuk melatih ototpunggung

1. Angkat tubuh dari sandarankursi

2. Punggung dilengkungkan

3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,


44

kemudianrelaks.

4. Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil


45

membiarkan otot menjadi lemas

Gambar 2.11 Gerakan 11 untuk melatih otot punggung

k. Gerakan 12 : untuk melemaskan ototdada

1. Tarik napas dalam untuk mengisi paru-paru denganudara

2. Tahan beberapa saat, sambil rasakan ketegangan di bagian

dada sampai turun ke perut, kemudian dihembuskan

3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal denganlega

4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara

kondisi tegang danrelaks.

Gambar 2.12 Gerakan 12 untuk melemaskan otot dada

l. Gerakan 13 : untuk melatih ototperut


46

1. Menarik perut dengan kuatkedalam

2. Tahan sampai terasa kencang dan keras selama 10 detik,

setelah itu lepaskanbebas

3. Mengulangi kembali gerakan awal perutini.

Gambar 2.13 Gerakan 13 untuk melatih otot perut

m. Gerakan 14-15 : melatih otot-otot pada kaki (seperti paha dan

betis)

1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasategang

2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga

ketegangan pindah ke ototbetis

3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, laludilepaskan

4. Ulangi setiap gerakan masing-masing duakali

Gambar 2. 14 Gerakan untuk melatih otot kaki

7. Pengaruh pemberian relaksasi otot progresif


47

Sesuai dengan teori yang dikemukakan Herodes, 2010 dalam Setyo

adi dan Kushariyadi (2011) bahwa teknik relaksasi otot progresif mem

usatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi ot

ot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan r

elaksasi untuk perasaan rileks. Teknik relaksasi otot progresif merupka

n salah satu cara teknik relaksasi yang mengkombinasi latihan nafas da

lam dan serangkaian relaksasi otot tertentu. Hal ini sejalan dengan pen

elitian Oktavianis (2010) yang menjelaskan bahwa otot progresif efekti

f untuk menurunkan nyeri dan stress pada responden.

Mekanisme relaksasi otot progresif juga dijelaskan oleh Supetran

(2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Pengunaan

Tehnik Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri

Pasien Gastritis”. Hasil penelitian menunjukan setelah diberikan

relaksasi otot progresif sebagian besar pasien merasakan

nyerinyaberkurang, karenagerakan-gerakan yang telah diberikan secara

perlahan membantu merilekskan sinap-sinap saraf, baik saraf simpatis

maupun saraf parasimpatis. Saraf yang rileks menurunkan rasa nyeri

secara perlahan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah meneliti pengaruh tehnik relaksasi

otot progresif terhadap penurunan nyeri pada pasien gastritis di wilayah kerja

puskesmas labuapi yang meliputi:

1. Tempat Penelitian

Adapun yang akan digunakan peneliti sebagai tempat penelitian adalah di

wilayah kerja puskesmas labuapi, kecamatan labuapi dengan

mempertimbangkan sebagai berikut

a) Berdasarkan data yang didapatkan peneliti bahwa jumlah pasien

gastritis di wilayah kerja puskesmas labuapi tahun 2020 berjumlah

80 pasien

b) Sebagian besar pasien gastritis membiarkan rasa nyerinya hilang

sendiri dan sebagian melakukan pengobatan ke puskesmas

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal ini dilakukan pada bulan September-Desember

2021.

b. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8-13 Maret 2022.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun

peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015).


49

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre-Experimental

dengan pendekatan One Group Pre-post test yaitu mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

intervensi (Nursalam, 2013). Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding

(kontrol), tetapi dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen.

Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut :

Pre-test Perlakuan
Post-test
01 X 02
Gambar 11. Bentuk rancangan One Group Pretest- Posttest pada Desain
Penelitian Pra Eksperimen (Notoatmodjo, 2012).

Keterangan:

01 : Nilai keterampilan sebelum diberikan metode simulasi

X : Perlakuan/ Intervensi metode simulasi

02 : Nilai keterampilan setelah diberikan metode simulasi .

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi target

yaitu seluruh unit populasi dan populasi survey, yaitu sub unit dari

populasi target (Setiadi, 2007).


50

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gsatritis yang

berkunjung sebanyak 80 orang di wilayah kerja puskesmas labuapi tahun

2021.

2. Sampel

Menurut Nursalam (2015) sampel adalah sebagian dari subyek

dalam populasi yang mampu mewakili populasi tersebut. Sampel

merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian besar

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien gastritis yang

datang berkunjung ke Puskesmas Labuapi saat pengambilan data peneliti.

D. Sampling (Cara Pengambilan Sampel)

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Sampling merupakan cara – cara yang ditempuh dalam

cara pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini

sampling yabg digunakan adalah purposive sampling . Porpusive sampling

adalah suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah

dalam penelitian) (Nursalam, 2017)

E. Variabel Penelitian

Variable adalah prilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap suatu (benda, manusia, dan lain- lain) (Nursalam, 2016).


51

1. Variable Independen (bebas)

Variable independen atau variable bebas adalah Variabel yang

memengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu kegiatan

stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada

variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel

lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

metode simulasi.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel ini akan muncul sebagai akibat

dari manipulasi variabel indevenden (Nursalam, 2017).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri pada

pasien gastritis.

F. Jenis Data

1. Data primer

Menurut Riwidikdo (2012), data primer adalah data yang secara

langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan maupun

organisasi sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang diambil

sebelum dan sesudah perlakuan. Adapun data primer dalam penelitian ini

adalah :
52

a. Data tentang karakteristik respondem meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan , dan pekerjaan.

b. Data tentang identitas nyeri pada pasien gastritis sebelum

diberikan intervensi relaksasi otot progresif.

c. Data tentang intensitas nyeri pada pasien gastritis setelah

diberikan intervensi relaksasi otot progresif.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti melalui

pihak kedua atau pihak lain (Riwidikdo, 2012).Data sekunder dalam

penelitian ini berupa gambaran umum Puskesmas Labuapi.

G. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

a. Data tentang karakteristik responden meliputi : usia, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan diperoleh dengan wawancara

menggunakan kuesioner kepada responden.

b. Data tentang intensitas nyeri pada penderita gastritis sebelum

diberikan intervensi tehnik relaksaso otot progresif akan di

peroleh melalui hasil pengukuran skala nyeri menggunakan

Numeric Rating Scale.

c. Data intensitas nyeri pada penderita gastritis setelah diberikan

intervensi relaksasi otot progresif akan diperoleh melalui hasil

Numeric Rating Scale.

2. Data sekunder
53

Data gambara umum Puskesmas Labuapi didapatkan melalui studi

dokumentasi serta hasil wawancara dengan perawat puskesmas labuapi.

H. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkas berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan (Setiadi, 2007). Adapun cara pengolahan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Data primer

a. Data karakteristik responden

Data karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, dan pekerjaan. Usia akan yang dikategorikan sesuai

dengan tingkat perkembangan menurut Depkes (2009) yaitu, masa

lansia awal 46-55 tahun, lansia akhir 56-65 tahun, dan masa manula

>65 tahun.

Pendidikan akan dikategorikan berdasarkan UU RI No. 20

tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdiri dari: 1)

Pendidikan dasar, yaitu jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau

Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), 2) Pendidikan menengah, yaitu

Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 3) Pendidikan tinggi,


54

mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor,

dan spesialis.

Pekerjaan akan dikategorikan menjadi bekerja dan tidak

bekerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2016), bekerja adalah

kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau

keuntungan, sedangkan tidak bekerja adalah penduduk usia kerja (15

tahun dan lebih) yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga.

Berdasarkan hal tersebut, bekerja terdiri dari jenis pekerjaan: PNS,

pedagang, petani/peternak/nelayan, pekerja kasar, TNI/POLRI,

pegawai swasta, dan lain-lain.

b. Data tentang intensitas nyeri pada penderita gastritis sebelum

diberikan intervensi teknik relaksasi otot progresif akan diperoleh

melalui hasil pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric

Rating Scale.

c. Data tentang intensitas nyeri pada penderita gastritis setelah

diberikan intervensi teknik relaksasi otot progresif akan diperoleh

melalui hasil pengukuran skala nyeri menggunakan Numeric

Rating Scale.

2. Data sekunder

Data gambaran umum Puskesmas Labuapi disajikan dalam bentuk

deskriptif.

I. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian ini adalah :


55

1. Alat dan bahan

a. Ceklist keterampilan

b. Alat tulis

Gambar 12. Alat tulis

2. Prosedur pelaksanaan

a. Meminta izin kepada Direktur Politeknik Kesehatan Mataram

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

b. Meminta izin kepada kepala Puskesmas Labuapi.

c. Meminta persetujuan dan menjalin kesepakatan pada responden

bahwa ia mau menjadi responden penelitian dengan ketentuan yang

sudah ditetapkan.

d. Prosedur Pelaksanaan

1) Memilih responden dengan metode Purposive Sampling sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

2) Jelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan dan prosedur

penelitian yang akan dilakukan pada pasien, yaitu tentang

pelaksanaan teknik relaksasi otot progresif dan tujuan teknik

relaksasi otot progresif. Pasien akan diberikan teknik relaksasi

otot progresif selama 15- 20 menit.


56

3) Berikan lembar persetujuan menjadi responden (informed

concent).

4) Kontrak waktu dengan pasien.

5) Lakukan pre-test mengukur intensitas nyeri pasien dengan

menggunakan Numeric Rating Scale

6) Lengkapi semua kebutuhan keperawatan sebelum intervensi

(kuisoner, checklist teknik relaksasi otot progresif, laptop, alat

tulis).

7) Kumpulkan peralatan dan pastikan semua dalam keadaan baik.

8) Bantu pasien untuk mengatur posisi yang nyaman sesuai

kebutuhan.

9) Latihan dilakukan dalam posisi duduk atau tidur.

10) Jangan terlalu mengangkat otot berlebihan karena dapat melukai

diri sendiri.

11) Selama latihan mata di pejamkan pelan – pelan dan selalu

konserterasi pada ketegangan selama 10 detik dan rilek selama 5

detik terhadap otot yang dilatih.

12) Setiap gerakan dilakukan 3 kali latihan

13) Lakukan teknik relaksasi otot progresif dengan menggunakan

checklist 1 kali sehari selama 3 hari saat mengalami nyeri dengan

durasi waktu 15 – 20 menit.

14) Setelah melakukan teknik relaksasi otot progresif selama 3 hari,

ukur kembali intensitas nyeri setelah perlakuan pada hari ketiga

menggunakan Numeric Rating Scale.


57

J. Analisa data

Analisa data dalam penelitan ini menggunakan SPSS (Statistical

Product and Service Solution) for windows release 16,0 dan taraf

signifikan 95% (α =0,05 ¿dengan Uji Non Parametic yaitu Uji Wilcoxon

Sifned Rank Test untuk mengetahui perbedaan intensitas nyeri pada pasien

sebelum dan sesudah diberikan intervensi Teknik Relaksasi Otot Progresif.

K. Kerangka kerja

Populasi

Teknik pengambilan sampel


Sampel
(simple random sampling)

Penilaian keterampilan
(prestest)

Intervensi pemberian metode


simulasi

Penilaian keterampilan
(Posttest)

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa Data
58

Kesimpulan dan Saran

L. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Nursalam, 20015).

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian Tenik Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Penurunan Nyeri Pada Pasien Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Labuapi
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Hasil ukur
Operasional ukur data
1 2 3 4 5 6
Independe - - - -
n:
Teknik
Relaksasi
Otot
Progresif
Dependen Hasil pengukuran Tindakan Checklist Ordinal 1. Tidak ada
: terhadap skala nyeri keluhan nyeri
(skala 0).
Intensitas yang dialami
2. Nyeri
Nyeri seseorang setelah hamper tak
dilakukan intervensi terasa (sangat
ringan),
keperawatan.
seperti
gigitan
nyamuk
(skala 1).
Hasil Ukur

3. Nyeri
ringan,
seperti
59

cubitan
ringan pada
kulit (skala
2).
4. Nyeri
sangat terasa
namun bisa
ditoleransi
(skala 3).
5. Nyeri
kuat, nyeri
yang dalam
seperti
sengatan
lebah (skala
4).
6. Nyeri
kuat, nyeri
yang
menusuk
seperti
pergelangan
kaki terkilir
(skala 5).
7. Nyeri
kuat, nyeri
yang dalam
dan menusuk
begitu kuat
sehingga
mempengaru
hi sebagian
indra,
menyebabkan
tidak focus,
komunikasi
terganggu
(skala 6).
8. Sama
seperti skala
6, kecuali
bahwa rasa
60

sakit benar-
benar
mendominasi
indra,
menyebabkan
tidak dapat
berkomunika
si dengan
baik (skala 7)
9. Nyeri
yang kuat
sehingga
tidak dapat

berpikir
jernih,
dan sering
mengalami
perubahan
kepribadian
saat sakitnya
kambuh dan
berlangsung
lama (skala
8)

Anda mungkin juga menyukai