Anda di halaman 1dari 63

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN


PENGUNJUNG TENTANG PROTOKOL KESEHATAN PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS LABUHAN HAJI TAHUN 2021

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Mata Ajar Skripsi


Program Pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan Mataram dan Profesi Ners
Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh Kelompok 7:

1. Ahmad Rifai

2. Aqilla Fidia Haya

3. Ni Nyoman Mariani

4. Rizky Dwi Kurniawan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MATARAM DAN

PROFESI NERS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulisan Proposal Skripsi dapat kami selesaikan. Proposal Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar Riset Keperawatan. Selain

itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berkaitan dengan judul yang kami

sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama kepada

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran dalam

penyelesaian Proposal Skripsi ini.

Semoga Proposal Skripsi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas

kepada pembaca. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar.

Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran dan kritik

agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Mataram, 22 November 2021

Penuis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................3
D. Hipotesis Penelitian ...................................................................................4
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
A. Landasan Teoritis......................................................................................6
1. Konsep Pengetahuan............................................................................6
2. Konsep Kepatuhan ............................................................................14
3. Protokol Kesehatan............................................................................25
4. Konsep Covid-19...............................................................................37
B. Kerangka Konseptual...............................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................49
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................49
B. Rancangan Penelitian...............................................................................49
C. Populasi dan Sampel................................................................................50
1. Populasi..............................................................................................50
2. Sample ...............................................................................................50
D. Variabel Penelitian ..................................................................................52
E. Definisi Operasional ...............................................................................53
F. Data yang Dikumpulkan .........................................................................54
G. Cara Pengumpulan Data..........................................................................55
H. Cara Pengelolaan Data ............................................................................55
I. Analisis Data............................................................................................56
J. Etika Penelitian .......................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................59
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

(SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum

pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis

coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan

gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi

COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk

dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi

terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office

melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota

Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China

mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal

30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan

Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health

Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret

2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.

1
2

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke

berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020,

WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di

seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus

pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan

cepat di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020

Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19

dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%).

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat Khususnya kabupaten Lombok Timur

kasus covid-19 sampai tanggal 10 September 2021 tercatat pelaku perjalanan

sebanyak 19.496 orang, Kontak Erat 25.185 orang, suspek 6.706 orang dan

terkonfirmasi sebanyak 2.797 orang. Dari kasus yang terkonfirmasi sembuh

sebanyak 2642 orang atau sekitar 94,5%. Kasus meninggal sebanyak 48

orang atau 1,7%. Sedangkan yang masih isolasi sebanyak 107 orang atau

3,8%.

Kasus di kecamatan Labuhan Haji sampai tanggal 10 September 2021

pelaku perjalanan sebanyak 968 orang, kontak erat sebanyak 1169 orang,

kasus suspek 326 orang dan terkonfirmasi sebanyak 186 orang. Dari kasus

yang terkonfirmasi sembuh sebanyak 175 oarang atau 96,2%. Kasus

meninggal sebanyak 4 orang atau 2,1 %. Masih isolasi sebanyak 7 orang atau

3,8 %.

Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional

masih dalam risiko sangat tinggi. Pemberian vaksin masih terus dilakukan
3

kepada masyarakat. Dunia dihadapkan pada kenyataan untuk mempersiapkan

diri hidup berdampingan dengan COVID-19. Salah satu upaya yang

dilakukan untuk mengatasi pandemi covid-19 ini melalui vaksinasi dan

penerapan protokol kesehatan covid-19 Tiga M, yaitu Memakai Masker,

Mencuci Tangan menggunaan air mengalir dan menjaga jarak.

Namun dalam penerapannnya di masyarakat, kepatuhan masyarakat

untuk melaksanakan protkol kesehatan masih rendah. Masih banyak terlihat

di jalan, di tempat ibadah, di tempat umum seperti pasar, taman dll warga

tidak menggunakan masker dan menjaga jarak.

Melihat kenyataan ini, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan menjalankan

protokol kesehatan pada pengunjung rawat jalan di Puskesmas Labuhan Haji.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengunjung

tentang protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19 di Puskesmas

Labuhan Haji tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

pengunjung tentang protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19

di Puskesmas Labuhan Haji tahun 2021.

2. Tujuan khusus
4

a. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang protokol kesehatan

pada masa pandemi COVID-19.

b. Mengidentifikasi kepatuhan resonden tentang protocol kesehatan

pada masa pandemi COVID-19.

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

pengunjung tentang protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-

19.

D. Hipotesis Penelitian

H 1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengunjung

tentang

protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.

H 0 : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengunjung

tentang protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan responden dapat mengetahui tingkat

pengetahuan dengan kepatuhan pengunjung tentang protokol kesehatan

pada masa pandemi COVID-19.

2. Manfaat praktis

a. Bagi pasien dan keluarga

Dapat mengetahui dan dijadikan sebagai sumber pengetahuan

tentang protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19.

b. Bagi instansi pelayanan kesehatan


5

Dapat dijadikan salah satu pertimbangan untuk lebih

mengedukasi masyarakat tentang program kesehatan pada masa

pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.

c. Bagi peneliti lain

Sebagai bahan acuan dan informasi awal mengetahui tingkat

pengetahuan dengan kepatuhan pengunjung tentang protokol

kesehatan pada masa pandemi COVID-19.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi

setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu. Pengindraan obyek terjadi melalui pancaindra manusia

yakni, pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi manusia diperoleh melalui indra mata

dan telinga. (Notoadmodjo,2003 dalam Wawan dan Dewi 2010).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi

perlu ditekankan, buka berarti seseorang yang berpendidikan rendah

mutlaak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa

peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan

formal saja, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negative, Kedua aspek ini yang

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positip dan

6
7

objek yang diketahui. maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health

Organization) yang dikutip oleh (notoatmodjo, 2007 dalam Wawan

dan Dewi 2010).

b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over

Behavion) Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yaitu: (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan

Dewi 2010)

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnyya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang

spesifikdan seluruh bahan yang dipelajan atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata ukur untuk mengukur

orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya,

2) Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dimana dapat menginterpretasikannya secara benar Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,


8

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi ril

(sebenamya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hokum-hukum. rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adala suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau sebuah objek kedalam komponen-komponen tetapi masih

dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintetis yang dimaksud menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksankan atau menghubungkan bagian-

bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun fromulasi

baru dari formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan denngan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilai- penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang


9

ditentukan sendiri atau menggunakan kritera-kriteria yang telah

ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoatmodjo,

2003 dalam Wawan dan Dewi 2010) adalah sebagai berikut:

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trial and Eror)

Cara coba salah ini dilakukan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan

yang lain sampai masalh tersebut dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli

agama, pemegang pemerintah, dan sebgaia perinsip yang

lainyang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh

orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan

data empiris maupun penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali


10

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan ini disebut

metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metode

penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van

Deven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melkaukan penelitian

Yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

d. Proses Perilaku "TAHU"

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)

dalam Wawan dan Dewi 2010, perilaku adalah semua kegiatan atau

aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak

dapat diamati pihak luar. Sedangakn sebelum mengadopsi perilaku

baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulus.

3) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.


11

5) Adaption, dan sikap terhadap stimulus

Pada penelitian selanjutnya, Roger (1974) yang dikutip oleh

Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan dan Dewi 2010, menyimpulkan

bahwa pengadopsian perilaku yang mulai proses seperti diatas dan

didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika

perlu itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka

perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung

lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek

fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari

berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi,

sikap dan sebagainyayang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor

pengalaman, kayakinan, sarana fisik dan sosial budaya

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Wawan dan Dewi

(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju

kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai

keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperfukan untuk

mendapa informasi misainya hal- hal yang menunjang


12

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),

pendidikan yang mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup termasuk motivasi

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam,

2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah menerima informasi seseorang.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003)

dalam Wawan dan Dewi, 2010 pekerjaan adalah keburukan

yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. Sedang bekerja merupakan kegiatan yang

menyita waktu. Berkerja bagi ibu-ibu akan mempunyai

pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003)

dalam Wawan dan Dewi, 2010 usia adalah umur individu

yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.


13

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan

kematangan jiwa

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam

(2003) dalam Wawan dan Dewi, 2010. Lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Arikunto dalam Wawan dan Dewi, 2010) pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang

bersifat kualitatif, yaitu:

1) Pengetahuan Baik bila persentasenya 76%-100%

2) Pengetahuan Cukup bila persentasenya 56%-75%

3) Pengetahuan Kurang bila persentasenya < 56%


14

2. Konsep Kepatuhan

a. Pengertian

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (Kamus

Besar Bahasa Indonesia), patuh berarti suka menurut perintah, taat

kepada perintah, aturan, dan berdisiplin (Waskito, 2012). Kepatuhan

merupakan sikap atau ketaatan untuk memenuhi anjuran petugas

kesehatan tanpa dipaksa untuk melakukan tindakan (Fandinata &

Ernawati, 2020). Menurut Purwati & Amin (2016), kepatuhan adalah

memenuhi permintaan orang lain, didefinisikan sebagai suatu

tindakan atau perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan orang

lain atau melakukan apa apa yang diminta oleh orang lain.

b. Sikap dan tindakan

1) Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus

atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak

setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).

2) Tindakan

Tindakan atau praktek adalah terwujudnya sikap menjadi

suatu perbedaan yang nyata (Notoatmodjo, 2014).

c. Pengukuran Kepatuhan
15

Menurut Alimul Hidayat (2011), skala likert adalah skala

pengukuran yang dikembangkan oleh Likert pada tahun 1932. Skala

likert mempunyai empat atau lebih butir-butir pertanyaan yang

dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor/nilai yang

merepresentasikan sifat individu, misalkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang

masuk dalam kategori skala likert adalah sebagai berikut seperti

tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pengukuran Kepatuhan Menurut Skala Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai


Sangat patuh SP 5 Sangat patuh SP 1
Patuh P 4 Patuh P 2
Netral N 3 Netral N 3
Tidak Patuh TP 2 Tidak Patuh TP 4
Sangat tidak STP 1 Sangat tidak STP 5

patuh patuh
Sumber : Metode Penelitian Keperawatan , V. Wiratna Sujarweni,

2014

Cara interpretasi dapat berdasarkan persentase sebagaimana

berikut ini :

1) Angka : 0% - 20% : Sangat tidak patuh (sangat tidak baik)

2) Angka : 21% - 40% : Tidak patuh (tidak baik)

3) Angka : 41% - 60% : Netral

4) Angka : 61% - 80% : Patuh (baik)

5) Angka : 81% - 100% : Sangat patuh (sangat baik)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan


16

Perilaku manusia termasuk perilaku kepatuhan sangat

dipengaruhi dan ditentukan oleh faktor predisposisi (pedisposing

factors), faktor pendukung (enablinbg factors) dan faktor pendorong

(reinforcing factors)

1) Faktor predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi dasar

atau motivator untuk seseorang berperilaku atau dapat pula

dikatakan sebagai faktor preferensi pribadi yang bersifat bawaan

yang dapat mendukung ataupun menghambat seseorang untuk

berperilaku tertentu. Terwujud dalam bentuk pengetahuan, nilai-

nilai, kepercayaan, keyakinan, dan lain sebagainya.

a) Pengetahuan

Merupakan hasil penginderaan manusia terhadap

objekdi luarnya melalui indera-indera yang dimiliki. Pada

waktu penginderaan terjadi proses perhatian, persepsi,

penghayatan dan sebagainya terhadap stimulus atau objek

diluar subjek. Pengetahuan tersebut dapat diukur atau

diobservasi melalui apa yang diketahui tentang objek.

Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku, namun hubungan positif keduanya telah

diperlihatkan oleh banyak penelitian. Tingkat pengetahuan

dapat dinilai dari tingkat penguasaaan individu/seseorang


17

terhadap suatu objek, pengetahuan digolongkan menjadi 3

kategori yaitu :

 Baik :76% -100 % jawaban benar

 Cukup : 56% -75 % jawaban benar

 Kurang : < 56 % jawaban benar.

b) Sikap

Merupakan reaksi atau respon emosional seseorang

terhadap stimulus atau objek diluarnya. Respon emosional

ini lebih bersifat penilaian atau evaluasi pribadi terhadap

stimulus atau objek diluarnya, penilaian ini dapat

dilanjutkan dengan kecenderungan untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu. Oleh sebab itu sikap terhadap

sesuatu tidak selalu berakhir dengan perilaku yang sesuai

dengan sikap tersebut.

c) Tingkat Pendidikan

Pendidikan berpengaruh terhadap pola fikir individu.

Sedangkan pola fikir berpengaruh trhadap perilaku

seseorang dengan kata lain pola pikir seseorang yang

berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir

seseorang yang berpendidikan tinggi. Pendidikan

keperawatan memiliki pengaruh besar tehadap kualitas

pelayanan keperawatan (Asmadi, 2010). Pendidikan yang


18

tinggi seseorang perawat akan memberi pelayanan yang

optimal.

d) Umur

Umur berpengaruh terhadap pola fikir seseorang dan

pola fikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Umur

seseorang secara garis besar menjadi indikator dalam setiap

mengambil keputusan yang mengacupada setiap

pengalamannya, dengan demikian banyak umur maka

dalam menerima sebuah interupsi dan dalam melaksanakan

dalam suatu prosedur akan semakin bertanggung jawab dan

berpengalaman. Semakin cukup umur akan semakin matang

dalam berpikir dan bertindak (Evin, 2009).

e) Masa Kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan |

Kebudayaan (1991) masa kerja adalah (lama kerja)

pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan

dalam pekerjaan dan jabatan. Kreitner & Kinichi (2004)

menyatakan bahwa masa kerja yang lama akan cenderung

membuat seseorang betah dalam sebuah organisasi hal

disebabkan karena tgelah beraadaptasi dengan lingkungan

yang cukup lama sehingga akan merasa nyaman dalam

pekerjaannya.

2) Faktor pendukung
19

Faktor pendukung yaitu setiap karakteristik lingkungan

yang memudahkan perilaku kesehatan dan keterampilan atau

sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan perilaku.

Terwujud hal tersebut dapat dilihat dalam bentuk lingkungan

fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas. Dalam hal ini yang menjadi

faktor pendukung adalah kesedian sumber daya (fasilitas,

alat/bahan ) dan Standart Operasional Prosedur (SOP).

a) Sumber daya, para ahli berpendapat bahwa kegagalan

manager tingkat atas adalah kegagalan memberikan sumber

daya yang diperlukan. Jika sumber daya tidak disediakan,

maka persepsi di tingkat bawahan adalah bahwa kegiatan

tersebut bukan merupakan prioritas bila dibandingkan

dengan yang disediakan sumber daya (fasilitas). Sesuai

dengan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa suberdaya

merupakan faktor yang perlu ada untuk melaksanakannya

suatu perilaku. Fasilitas yang tersedia hendaknya dalam

jumlah dan jenis yang memadai dan selalu dalam keadaan

siap pakai. Tidak tersedianya fasilitas, peralatan ataupun

bahan untuk menerapkan suatu pekerjaan sesuai SOP dapat

mempersulit dan menimbulkan masalah dalam

pelaksanaannya.

b) Standar, merupakan nilai ideal yang harus dicapai dalam

suatu kegiatan atau produk. Karena nilai yang diinginkan


20

adalah nilai ideal maka ukuran yang digunakan biasanya

berupa nilai minimal dan nilai maksimal. Dengan demikian

dapat diartikan, bahwa setandar operasional prosedur

merupakan tingkat ideal suatu kegiatan yang diinginkan

dengan berpedoman pada prosedur yang telah ditetapkan.

Ketersediaan SOP akan membantu petugas dalam upaya

menjaga mutu pada tingkat ideal yang diinginkan dengan

menerapkan langkah-langkah yang telah ditetapkan

menggunakan fasilitas, peralatan bahan sesuai standar yang

telah ditentukan.

3) Faktor Pendorong/Penguat

Faktor pendorong adalah faktor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak..

Seseorang akan patuh bila masih dalam pengawasan atau

bimbingan dan bila pengawasan mengendur maka perilaku akan

ditinggalkan. Di dalam standar tenaga keperawatan di rumah

sakit, yang dikeluarkan oleh direktorat Pelayanan Keperawatan

Dirjen Yan Medik tahun 2001, disebutkan pula bahwa untuk

menjamin tercapainya pelayanan keperawatan yang efektif dan

efisien, diperlukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

program oleh Manager Keperawatan Tertinggi. Pengawasan

harus tepat dalam tipe dan jumlahnya, jika pengawasan tidak


21

adekuatm maka aktivitas perawat akan jauh dari standart yang

ditetapkan.

d. Jenis-jenis ketidakpatuhan

1) Ketidakpatuhan yang disengaja, meliputi:

a) Keterbatasan sarana dan prasarana

b) Sikap apatis pasien

c) Ketidakpercayaan pasien atas instruksi yang diberikan oleh

petugas kesehatan.

2) Ketidakpatuhan yang tidak disengaja, meliputi:

a) Pasien lupa akan instruksi yang diberikan oleh petugas

kesehatan.

b) Ketidakpatuhan pasien atas apa yang dianjurkan oleh

petugas kesehatan.

c) Kesalahpahaman pasien atas instruksi yang telah diberikan

(Arkhamiyah, 2011).

e. Akibat Ketidakpatuhan

1) Bertambah parahnya luka atau sakit

2) Terjadi komplikasi

3) Bertambah lamanya waktu penyembuhan

f. Cara mengurangi ketidakpatuhan


22

Menurut Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2000) ada berbagai

cara untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien antara lain:

1) Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari

pasien yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi

nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu ketidakpatuhan

dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta paksaan dari

tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita

sehingga awal mula pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah

menjadi tidak patuh.

2) Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan,

sehingga perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya

untuk mengubah perilaku, tetapi juga mempertahankan

perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan

terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri.

Modifikasi perilaku harus dilakukan antara pasien dengan

pemberi pelayanan kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.

3) Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan

sahabat merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan

pasien.

g. Cara meningkatkan kepatuhan

Menurut Smet (1994) ada berbagai cara untuk meningkatkan

kepatuhan, diantaranya:

a) Segi Penderita
23

Usaha yang dapat dilakukan penderita untuk meningkatkan

kepatuhan dalam menjalani pengobatan yaitu:

a) Meningkatkan kontrol diri.

Penderita harus meningkatkan kontrol dirinya untuk

meningkatkan ketaatannya dalam menjalani pengobatan,

karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita

akan semakin meningkatkan kepatuhannya dalam menjalani

pengobatan.

b) Meningkatkan efikasi diri

Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang

penting dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri

mereka sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang

kompleks akan lebih mudah melakukannya.

c) Mencari informasi tentang pengobatan

Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan

dengan kepatuhan serta kemauan dari penderita untuk

mencari informasi mengenai penyakitnya dan terapi

medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai

sumber seperti media cetak, elektronik atau melalui

program pendidikan di rumah sakit.

b) Segi Tenaga Medis


24

Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar

penderita untuk meningkatkan kepatuhan dalam menjalani

pengobatan antara lain:

a) Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter

Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan

adalah memperbaiki komunikasi antara dokter dengan

pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk menanamkan

kepatuhan dengan dasar komunikasi yang efektif dengan

pasien.

b) Memberikan informasi yang jelas kepada pasien

Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang

berstatus tinggi bagi kebanyakan pasien dan apa yang ia

katakan secara umum diterima sebagai sesuatu yang sah

atau benar.

c) Memberikan dukungan social

Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi

dukungan sosial. Selain itu keluarga juga dilibatkan dalam

memberikan dukungan kepada pasien, karena hal tersebut

juga akan meningkatkan kepatuhan, Smet (1994)

menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan

dengan bentuk perhatian dan memberikan nasehatnya yang

bermanfaat bagi kesehatannya.

d) Pendekatan perilaku
25

Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar

dapat mengelola dirinya dalam usaha meningkatkan

perilaku kepatuhan. Dokter dapat bekerja sama dengan

keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam

menjalani kepatuhan.

3. Protokol Kesehatan

a. Prinsip umum protokol kesehatan

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan Covid-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan

baru/cluster pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan

orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang.

Masyarakat harus dapat beraktivitas kembali dalam situasi pandemi

Covid-19 dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih sehat,

lebih bersih, dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh

komponen yang ada di masyarakat serta memberdayakan semua

sumber daya yang ada. Peran masyarakat untuk dapat memutus mata

rantai penularan Covid-19 (risiko tertular dan menularkan) harus

dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Protokol

kesehatan secara umum harus memuat (Kemenkes RI, 2020) :

1. Perlindungan Kesehatan Individu


26

Penularan Covid-19 terjadi melalui droplet yang dapat

menginfeksi manusia dengan masuknya droplet yang

mengandung virus SARSCoV-2 ke dalam tubuh melalui hidung,

mulut, dan mata. Prinsip pencegahan penularan Covid-19 pada

individu dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui

ketiga pintu masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti:

a) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang

menutupi hidung dan mulut hingga dagu, jika harus keluar

rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak

diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat

menularkan Covid-19). Apabila menggunakan masker kain,

sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis. .

b) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan

pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan cairan

antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu

menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan

tangan yang tidak bersih (yang mungkin terkontaminasi

droplet yang mengandung virus).

c) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk

menghindari terkena droplet dari orang yang bicara, batuk,

atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan

berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak

maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dapat


27

berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan

sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat

berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan

keluar, dan lain sebagainya.

d) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti

mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30

menit sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta

menghindari faktor risiko penyakit. Orang yang memiliki

komorbiditas/penyakit penyerta/kondisi rentan seperti

diabetes, hipertensi, gangguan paru, gangguan jantung,

gangguan ginjal, kondisi immunocompromised/penyakit

autoimun, kehamilan, lanjut usia, anak-anak, dan lain lain,

harus lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan

fasilitas umum.

e) Mengurangi Mobilisasi

Virus penyebab corona bisa berada dimana saja jadi,

semakin banyak menghabiskan waktu di luar rumah, maka

semakin tinggi pula terpapar virus jahat ini oleh karna itu,

bila tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di

rumah.

2. Perlindungan kesehatan masyarakat


28

Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang

harus dilakukan oleh semua komponen yang ada di masyarakat

guna mencegah dan mengendalikan penularan Covid-19. Potensi

penularan Covid-19 di tempat dan fasilitas umum disebabkan

adanya pergerakan, kerumunan, atau interaksi orang yang dapat

menimbulkan kontak fisik. Dalam perlindungan kesehatan

masyarakat peran pengelola, penyelenggara, atau penanggung

jawab tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk

menerapkan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2020):

a) Unsur pencegahan (prevent)

 Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan

melalui sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai

media informasi untuk memberikan pengertian dan

pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari

pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media

mainstream.

 Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan

melalui penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun

yang mudah diakses dan memenuhi standar atau

penyediaan handsanitizer, upaya penapisan kesehatan

orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum,

pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan,

ruangan, dan peralatan secara berkala, serta penegakkan


29

kedisplinan pada perilaku masyarakat yang berisiko

dalam penularan dan tertularnya Covid-19 seperti

berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di

tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.

b) Unsur penemuan kasus (detect)

 Fasilitasi dalam deteksi dini untuk mengantisipasi

penyebaran Covid-19, yang dapat dilakukan melalui

berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat atau

fasilitas pelayanan kesehatan.

 Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala

demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak

nafas) terhadap semua orang yang ada di tempat dan

fasilitas umum.

c) Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)

melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya

penyebaran yang lebih luas, antara lain berkoordinasi

dengan dinas kesehatan setempat atau fasilitas pelayanan

kesehatan untuk melakukan pelacakan kontak erat,

pemeriksaan rapid test atau Real Time Polymerase Chain

Reaction (RT-PCR), serta penanganan lain sesuai

kebutuhan. Terhadap penanganan bagi yang sakit atau

meninggal di tempat dan fasilitas umum merujuk pada

standar yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan


30

perundang-undangan. Substansi protokol kesehatan pada

masyarakat harus memperhatikan titik kritis dalam

penularan Covid-19 yang meliputi jenis dan karakteristik

kegiatan/aktivitas, besarnya kegiatan, lokasi kegiatan

(outdor/indoor), lamanya kegiatan, jumlah orang yang

terlibat, kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, anak-

anak, lansia, dan penderita komorbid, atau penyandang

disabilitas yang terlibat dan lain sebagainya. Dalam

penerapan protokol kesehatan harus melibatkan peran

pihak-pihak yang terkait termasuk aparat yang akan

melakukan penertiban dan pengawasan.

b. Tinjauan umum penggunaan masker

Masker merupakan salah satu alat yang berfungsi melindungi

pengguna dari partikel berbahaya serta kontaminan yang dapat

masuk melalui mulut dan hidung. Fakta bahwa Covid-19 menyebar

lewat droplet membuat masker menjadi salah satu alat pelindung diri

(APD) yang dapat diandalkan karena masker bisa digunakan untuk

menahan percikan tersebut menyebar. Dalam bidang kesehatan,

masker memiliki fungsi secara umum untuk mencegah kontaminasi

virus ataupun penyakit. Pada pemakaian sehari-hari, masker

digunakan untuk mengurangi paparan debu dan polusi udara saat

berada di luar ruangan (Theopilus, 2020). Salah satu cara melindungi

diri dari penularan Covid-19 adalah dengan menggunakan Alat


31

Pelindung Diri (APD). Beberapa jenis APD yang diwajibkan atau

disarankan untuk mencegah penularan Covid-19 adalah masker

(mask), pelindung wajah (face shield), dan sarung tangan (gloves).

APD tersebut bertujuan untuk mencegah paparan virus ke dalam

tubuh ataupun menularkan virus ke orang lain.

Meskipun seluruh APD tersebut bermanfaat dalam mencegah

penularan, APD dapat memiliki risiko yang mengancam keselamatan

pekerja selama penggunaan. Berdasarkan penelitian pendahuluan,

terdapat beberapa fenomena terkait risiko APD, seperti desain tidak

ergonomis, pemakaian berlebihan menimbulkan sakit di beberapa

bagian tubuh, penyimpanan dan pembuangan yang membahayakan,

dan lainnya. Minimnya kajian dan pemahaman mengenai APD yang

baik menimbulkan potensi pekerja tidak sadar akan risiko yang

muncul dalam pemakaian APD.

Secara umum, masker dapat dibedakan menjadi masker medis

(surgical mask) dan masker non medis atau banyak yang

menyebutkan sebagai cloth mask atau masker kain dan N95

respirator. Masker medis dan N95 lebih disarankan digunakan oleh

petugas kesehatan. Menurut asosiasi Food and Drug Administration

(FDA) di Amerika, masker medis atau surgical mask merupakan alat

pelindung yang longgar, mudah digunakan, dan untuk penggunaan

sekali pakai (FDA, 2020). Masker medis ini memiliki lapisan filter

yang berfungsi untuk melindungi pengguna dari partikel, percikan,


32

semprotan yang mungkin saja mengandung bakteri, virus yang dapat

ditularkan melalui batuk, bersin, ataupun prosedur medis lainnya.

Masker medis lainnya, yaitu N95 merupakan masker yang berfungsi

untuk melindungi pengguna dari partikel berbahaya seperti partikel

aerosol, droplet, dan juga 95% filtrasi dari partikel airborne yang ada

(CDC, 2019). Pada Gambar 2.1 terdapat jenis masker yang umum

digunakan.

Gambar 2.1 Jenis masker

(a) Masker Medis 3 Lapis; (b) Masker Medis N95; (c) Masker Kain

Katun; (d) Masker Kain Scuba (Sumber: www.halodoc.com;

www.lazada.co.id)

Adapun jenis-jenis masker menurut Khairuddin (2015), antara

lain sebagai berikut:

1) Masker penyaring debu

Masker penyaring debu adalah masker yang digunakan

untuk menyaring dan menangkal partikel debu pengamplasan

atau penggergajian dan pengamplasan kayu. Penggunaan maker

ini sangat mudah dan murah karena terbuat dari kain kasa ringan

dan dapat dipakai lagi setelah dicuci dengan sabun pembersih.

2) Masker berhidung

Masker ini dapat menyaring debu sampai 0,5 mikron,

apabila sudah sulit bernafas maka disarankan untuk melepasnya,

karena filter telah rusak atau kebanyakan debu. Masker


33

berhidung digunakan pada lingkungan yang menggunakan

bahan kimia berbahaya. Masker berhidung dapat disebut juga

dengan respirator. Respirator adalah alat yang bekerja dengan

menarik udara yang dihirup melalui suatu medium yang akan

membuang sebagian kontaminan (Harrianto, 2009 dalam

Khairuddin, 2015).

3) Masker bertabung

Masker ini lebih baik dari pada masker berhidung, karena

dilengkapi dengan tabung oksigen akan tetapi sangat dirasa

tidak nyaman saat memakainya karena terlalu besar dan tabung

yang dipakai biasanya mempengaruhi apa-apa yang terkandung

didalam tabung tersebut (Soedjono, 2005 dalam Khairuddin,

2015).

Saat terjadi kelangkaan masker medis untuk tenaga medis,

masker non medis atau masker kain menjadi alternatif yang mudah

didapatkan, ekonomis, dan sustainable karena bisa dipakai beberapa

kali dengan pembersihan yang tepat (Esposito et al., 2020).

Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran baru yang

mendukung penggunaan masker non medis berbahan dasar kain.

WHO pun turut menyarankan penggunaan masker non medis

berbahan dasar kain tiga lapis, yaitu bagian luar yang kedap air

(water resistant), bagian tengah yang berfungsi sebagai filter, dan

lapisan dalam yang bersifat menyerap air (WHO, 2020). Masker kain
34

diharapkan bisa mengurangi potensi perpindahan droplets dari

pengguna masker. Center for Disease Control and Prevention (CDC)

mengeluarkan petunjuk praktis dalam melindungi diri dan orang lain

dari Covid-19, yaitu menutup mulut dan hidung saat berinteraksi

dengan orang lain dan mewajibkan penggunaan masker kain jika

hendak bepergian. Masker kain tidak disarankan untuk anak berusia

di bawah 2 tahun dan pengguna yang memiliki gangguan pernafasan.

Selain untuk melindungi diri, penggunaan masker kain merupakan

cara untuk melindungi orang lain jika seseorang terinfeksi virus

(CDC, 2020).

WHO mengeluarkan panduan singkat mengenai cara

penggunaan masker kain yang efektif sebagai berikut (WHO, 2020):

a) Mencuci tangan sebelum menyentuh masker.

b) Inspeksi jika masker rusak ataupun kotor.

c) Menggunakan masker tanpa ada celah.

d) Memastikan masker menutup mulut, hidung, dan dagu.

e) Menghindari menyentuh masker dan jika tidak sengaja

tersentuh, pengguna mencuci tangan terlebih dahulu.

f) Mencuci tangan sebelum melepaskan masker.

g) Melepaskan masker dari tali pengait yang ada di belakang

telinga.

h) Menarik masker dari tali pengait untuk mengeluarkan masker.


35

i) Menyimpan masker pada plastik dan wadah yang bersih jika

masker masih bersih dan layak digunakan kembali.

j) Mencuci masker dengan sabun atau detergen, sebaiknya dengan

air panas minimal sekali sehari.

k) Mencuci tangan setelah melepaskan masker.

c. Penanganan Covid-19

1) Jika merasa sehat

a) Jika Anda merasa tidak sehat dengan kriteria (Kemenkes

RI, 2020b):

 Demam 38 derajat Celcius, dan

 Batuk/pilek

Istirahatlah yang cukup di rumah dan bila perlu

minum. Bila keluhan berlanjut, atau disertai dengan

kesulitan bernafas (sesak atau nafas cepat), segera

berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

Pada saat berobat ke fasyankes, Anda harus lakukan

tindakan berikut:

 Gunakan masker

 Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika

batuk/bersin yang benar dengan cara menutup

mulut dan hidung dengan tisu atau punggung

lengan

 Usahakan tidak menggunakan transportasi massal.


36

b) Tenaga kesehatan (nakes) di fasyankes akan melakukan

screening suspect Covid-19:

 Jika memenuhi kriteria suspect Covid-19, maka Anda

akan dirujuk ke salah satu rumah sakit (RS) rujukan

yang siap untuk penanganan Covid-19.

 Jika tidak memenuhi kriteria suspect Covid-19, maka

Anda akan dirawat inap atau rawat jalan tergantung

diagnosa dan keputusan dokter fasyankes.

c) Jika anda memenuhi kriteria suspect Covid-19 akan diantar

ke RS rujukan menggunakan ambulan fasyankes

didampingi oleh nakes yang menggunakan alat pelindung

diri (APD).

d) Di RS rujukan, akan dilakukan pengambilan spesimen

untuk pemeriksaan laboratorium dan dirawat di ruang

isolasi.

e) Spesimen akan dikirim ke Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) di Jakarta. Hasil

pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam setelah

spesimen diterima.

 Jika hasilnya positif

 Maka Anda akan dinyatakan sebagai penderita

Covid-19.

 Sampel akan diambil setiap hari


37

 Anda akan dikeluarkan dari ruang isolasi jika

pemeriksaan sampel 2 (dua) kali berturut-turut

hasilnya negative

 Jika hasilnya negatif, Anda akan dirawat sesuai dengan

penyebab penyakit.

2) Jika Sehat, namun (Kemenkes RI, 2020b):

a) Ada riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara

terjangkit Covid19, atau

b) Merasa pernah kontak dengan penderita Covid-19, hubungi

Hotline Center Corona untuk mendapat petunjuk lebih

lanjut di nomor berikut: 119 ext 9.

4. Konsep covid-19

a. Pengertian

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit

infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh severe acute

respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2), atau sering

disebut virus Corona. Virus ini merupakan patogen zoonotik yang

memiliki tingkat mutasi tinggi, dan dapat menetap pada manusia dan

binatang dengan presentasi klinis beragam, mulai dari asimptomatik,

gejala ringan sampai berat, sampai kematian.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien COVID-19 tidak

spesifik, tetapi sering ditemukan limfopenia, peningkatan laktat


38

dehidrogenase, dan peningkatan aminotransferase. Sedangkan

pemeriksaan pencitraan toraks dapat menunjukkan gambaran

pneumonia.

Karakteristik gambaran COVID-19 pada CT scan toraks

nonkontras adalah ground glass opacification (GGO) bilateral,

multilobar, dengan distribusi periferal atau posterior. Walaupun

kurang spesifik, ultrasonography (USG) dan rontgen toraks juga

dapat membantu menegakkan diagnosis COVID-19.Diagnosis baku

emas COVID-19 adalah mendeteksi virus RNA dengan pemeriksaan

nucleic acid amplification test (NAAT) dengan metode real time

polymerase chain reaction (RT-PCR).

Sampai saat ini, belum terdapat terapi spesifik dalam

penanganan COVID-19. Terdapat dua studi terbesar tentang terapi

COVID-19 yang hingga saat ini masih berjalan secara global. Studi

menunjukkan bahwa antivirus favipiravir, remdesivir, dan

tocilizumab mungkin memiliki beberapa manfaat untuk penanganan

COVID-19, dan sudah diperbolehkan penggunaannya di Indonesia.

Pasien COVID-19 tanpa gejala dan derajat ringan umumnya

hanya disarankan isolasi di rumah dan menggunakan obat

simptomatik. Pasien dengan gejala derajat sedang sampai berat

membutuhkan terapi oksigen, sehingga disarankan untuk dirawat

inap dan terkadang diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi


39

mekanik apabila terjadi gagal napas atau acute respiratory distress

syndrome.

b. Patofisiologi

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike

virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome

akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi

virus SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome virus corona

2) pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi,

akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak

di kemudian hari.

Peran Reseptor ACE2, SARS-CoV-2 menggunakan reseptor

angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada

traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai

reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor

ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi

sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan

subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan

sel inang.

Replikasi Virus di Dalam Sel, Setelah terjadi fusi membran,

RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. RNA virus

akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan membentuk

replication/transcription complex (RTC). Selanjutnya, RTC akan


40

mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan

pembentukan protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,

protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk

badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran

plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui

eksositosis.

Penyebaran Virus ke Seluruh Organ,Virus-virus yang

dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal,

dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian

menyebabkan gejala pada pasien. Gejala dan tanda COVID-19

terutama berupa infeksi saluran napas, tetapi dapat juga

menyebabkan di saluran pencernaan seperti diare, mual, dan muntah,

jantung seperti miokarditis, saraf seperti anosmia bahkan stroke,

serta mata dan kulit.

c. Etiologi

Etiologi COVID-19 adalah infeksi virus family coronaviridae,

dengan nama spesies SARS-CoV-2 (severe acute respiratory

syndrome virus corona 2). Transmisi virus antar manusia melalui

droplet yang disebarkan baik secara langsung maupun tidak

langsung dari permukaan benda yang terkontaminasi.

Virologi SARS-CoV-2, SARS-CoV-2 merupakan virus yang

mengandung genom single-stranded RNA yang positif. Morfologi


41

virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein

yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan

berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur

protein utama SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N),

protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)

selubung, dan protein aksesoris lainnya.

SARS-CoV-2 termasuk dalam betaCoV dan 96,2% sekuens

genom SARS-CoV-2 identikal dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab

itu, kelelawar dicurigai merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-

2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60-140 nm dan dapat secara

efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol,

desinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan

kloroform.

SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama

3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil

dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam, pada

tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.

Varian Virus SARS-CoV-2Pada bulan Juli 2021 telah

ditemukan banyak varian virus SARS-Cov-2. WHO memasukan

varian baru ke dalam variant of interest (VOI) dan variant of concern

(VOC). Kriteria VOI adalah varian yang telah teridentifikasi

menyebabkan transmisi dalam lingkup komunitas atau terdeteksi


42

pada beberapa negara, seperti varian Zeta (P.2), Eta (B.1.525),

Kappa (B.1.617.1), dan Lambda (C.37).

Sedangkan kriteria VOC adalah kriteria VOI ditambah terbukti

menyebabkan perubahan pada kemampuan transmisi, virulensi, dan

gejala. VOC juga terbukti mengubah efektifitas dari upaya

pengendalian penyakit, termasuk pemeriksaan diagnostik dan tata

laksana. Saat ini yang masuk dalam VOC adalah varian alfa

(B.1.1.7), beta (B.1.351), dan delta (B.1.617.2). Status VOI dan

VOC akan terus berubah sesuai hasil penelitian dan pengamatan

virus.

Transmisi Virus SARS-CoV-2 Kasus COVID-19 pertama kali

ditemukan di pasar basah di Kota Wuhan Cina yang menjual

binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu, transmisi binatang ke

manusia merupakan mekanisme yang paling memungkinkan.

Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2, kelelawar dipercayai

menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari virus ini

masih belum diketahui secara pasti.

Transmisi Droplet Transmisi antar manusia melalui droplet

dapat terjadi secara langsung, yaitu saat pasien batuk atau bersin

mengenai individu sehat pada jarak hampir 2 meter atau 6 kaki.

Droplet yang masuk mulut atau hidung dapat terinhalasi ke paru-

paru dan menyebabkan infeksi. Atau secara tidak langsung, yaitu

saat individu sehat menyentuh permukaan barang yang sudah


43

terkontaminasi droplet pasien COVID-19 kemudian menyentuh

wajah, mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih

dahulu. Penyebaran tidak langsung ini bukan transmisi utama virus.

Transmisi Vertikal Ibu Hamil Sampai saat ini, transmisi vertikal

COVID-19 dari ibu hamil ke janin belum dapat dibuktikan. Ada 2

studi yang melaporkan penemuan antibodi IgM SARS-CoV-2 pada

serum neonatus melalui pemeriksaan immunoassay. Namun, kedua

laporan tersebut belum dapat menyingkirkan kemungkinan adanya

reaksi silang yang menyebabkan hasil positif palsu. Pada studi lain,

bayi yang lahir dari 32 ibu hamil yang terinfeksi COVID-19

ditemukan dalam kondisi yang baik dan tidak ada transmisi neonatal.

d. Faktor Risiko

Faktor risiko utama yang telah diketahui dari penyakit COVID-

19 adalah: Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19

Kontak langsung dengan pasien probable atau terkonfirmasi

COVID-19.

Sedangkan beberapa faktor risiko yang dipercaya dapat

meningkatkan mortalitas pasien COVID-19, antara lain:

1) Usia >50 tahun

2) Obesitas (BMI ≥ 40)

3) Wanita hamil
44

4) Pasien imunodefisiensi, misalnya HIV atau penggunaan obat-

obatan yang dapat mengganggu sistem imun seperti

kortikosteroid

5) Hipertensi, diabetes mellitus

6) Penyakit keganasan, seperti kanker paru

7) Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung

8) Penyakit paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis

9) Penyakit hepar terutama dengan kondisi disfungsi koagulasi

10) Gangguan saraf, seperti penyakit Parkinson dan palsi serebral

11) Sedang menjalankan kemoterapi, radioterapi intens, atau terapi

target lainnya yang dapat yang mengganggu imunitas

12) Riwayat transplantasi organ, termasuk transplantasi sumsum

tulang atau sel punca

13) Disfungsi organ dengan skor sequential organ failure assessment

(SOFA) tinggi

14) Neutrofilia,

e. Epidemiologi

Epidemiologi COVID-19 telah ditetapkan sebagai pandemi

global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh WHO. Pertama kali

dilaporkan terjadi di Kota Wuhan Cina, kemudian dalam waktu

kurang dari setahun telah menyebar ke seluruh negara di dunia.

Global, Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan pada

Desember 2019 di Wuhan Cina. Setelah itu, virus SARS-Cov-2


45

menyebar ke seluruh bagian negara Cina dalam waktu beberapa

minggu, dan ke negara lain dalam waktu beberapa bulan. Sampai

tanggal Juli 2021, COVID-19 sudah ditemukan di 216 negara,

dengan total terkonfirmasi lebih dari 190.000.000 kasus.

f. Diagnosis covid

Diagnosis COVID-19 diawali dengan anamnesis risiko terpapar

virus SARS-CoV-2, misalnya bepergian ke atau tinggal di daerah

endemik, atau kontak dengan pasien terkonfirmasi. Gejala dan tanda

COVID-19 terdiri dari asimtomatik, ringan, sedang, dan berat.

Pemeriksaan baku emas COVID-19 adalah tes RT-PCR (real time

polymerase chain reaction) dari sampel swab nasofaring dan

orofaring.

Derajat Gejala dan Tanda COVID-19. Derajat gejala dan tanda

COVID-19 dapat diklasifikasikan ke dalam tanpa gejala/

asimtomatik, gejala ringan, gejala sedang, gejala berat, dan kritis.

g. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan COVID-19 tergantung derajat gejala, yaitu

tanpa gejala, ringan, sedang, berat, atau kritis. Pada pasien tanpa

gejala atau dengan gejala ringan sedang, isolasi mandiri dapat

dilakukan di rumah. Sedangkan pasien dengan gejala berat atau

risiko pemburukan sebaiknya dirawat inap.


46

Sampai sekarang belum terdapat terapi spesifik untuk

penatalaksanaan COVID-19. Namun, beberapa agen dipercaya

memiliki efikasi dan masih terus dilakukan uji coba. Terdapat dua

studi terbesar tentang terapi COVID-19 yang hingga saat ini masih

berjalan secara global.

h. Edukasi pasien

Edukasi dan promosi kesehatan memegang peran utama dalam

penanganan COVID-19. Prosedur kesehatan yang direkomendasikan

untuk menekan penyebaran penyakit mencakup 5M, yaitu

menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi

aktivitas di luar rumah, dan menjauhi kerumunan.

Edukasi Pasien, Pasien COVID-19 dan keluarga harus diberikan

penjelasan dan pengarahan mengenai Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/4641/2021.

Keputusan menteri tersebut tentang penanganan pasien COVID-19

sebagai upaya pengendalian penyakit secara nasional. Pasien

COVID-19 baik suspek maupun terkonfirmasi harus ditangani

berdasarkan pedoman 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment.


47

B. Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi
(Predisposing factors):
1. Sikap
2. Kepercayaaan dan
keyakinan
3. Pengetahuan

Faktor Pendukung
(Enabling factors):
4. Ketersediaan fasilitas Perilaku spesifik
dan sarana kesehatan individu:
5. Terjangkaunya sarana Kepatuhan
kesehatan
6. Motivasi
Sehat
Faktor Pendorong
(Enabling factors):
7. Keluarga
8. Petugas kesehatan Lingkungan
9. Masyarakat

Bagan 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian. Faktor yang mempengaruhi

perilaku kesehatan (Green dan Kreuter, 1991)

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti


48

Penjelasan Kerangka Konseptual

Perilaku spesifik individu (kepatuhan) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu

faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Dalam

penelitian ini faktor predisposi yang mempengaruhi kepatuhan meliputi

sikap, kepercayan, keyakinan dan pengetahuan. Faktor pendukung yang

dapat memberikan pengaruh pada kepatuhan adalah ketersediaan fasilitas dan

sarana kesehatan, terjangkaunya sarana kesehatan dan motivasi.

Sedangkan faktor pendukungnya meliputi keluarga, petugas kesehatan

dan masyarakat.

Pengaruh dari ketiga faktor tersebut akan memberikan dampak pada

perilaku spesifik individu (kepatuhan). Perilaku spesifik individu juga

memiliki hubungan dengan lingkungan yang saling mempengaruhi.

Perilaku spesifik individu dan lingkungan akan memberikan hasil pada suatu

indvidu berupa kesehehatan bagi individu itu sendiri. Dari ketiga faktor

tersebut pengetahuan adalah sub bagian dari faktor-faktor tersebut yang akan

diteliti hubungannya dengan kepatuhan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi tempat penelitian dan waktu

penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

pengunjung tentang protokol kesehatan pada masa pandemi COVID-19 di

Puskesmas Labuhan Haji tahun 2021

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Labuhan Haji.

2. Waktu Penelitian

a. Penyusunan proposal ini dimulai bulan September 2021 sampai

dengan November 2021

b. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari bulan Desember

sampai dengan Januari 2021.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen

dengan pendekatan two group pretest-posttest yaitu untuk mengetahui

perbedaan dan perubahan pada nilai sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi dalam mematuhi prokes pada masa pendemi covid-19. Menurut

Notoatmojo (2012) rancangan ini adalah rangkaian waktu, hanya

menggunakan kelompok pembanding, tetapi perubahan-perubahan yang

terjadi setelah adanya eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

49
50

efektifitas pengetahuan pengunjung dalam mematuhi prokes pada masa

pandemi covid-19. Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Baik Hasil persentase 76%-100%

2. Cukup: Hasil persentase 56%-75%

3. Kurang: hasil persentase >56%

C. Populasi Sampel dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2016), Sedangkan menurut sugiyono (2015)

populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Puskesmas

Labuhan Haji.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam 2015). Sampel

dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang rutin mengunjungi

Puskesmas Labuhan Haji.

a. Besar Sampel

Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin akan

lebih representative. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah

terwakili, kalau jumlahnya kurang memenuhi, maka kesimpulan


51

hasil penelitian kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran

tentang populasi yang sesungguhnya (Nursalam, 2017). Besar

sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang responden, sesuai

dengan rumus Nursalam 2017 dibawah ini :

N . z2 . p . q
n= 2
d ( N −1 ) . z . p . d

Keterangan :

n : perkiraan jumlah sampel

N : perkiraan besar populasi

z : nilai standar untuk a = 0,05 (1,96)

p : perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50 %

q : 1-p (100%-p)

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

1023. ( 1,96 )2 .0,5 .0,5 1023.3,84 .0,5 .0,5


n= 2
n=
( 0,05 ) . ( 1023−1 ) . ( 1,96 ) .0,5 .0,5 0,05.1022.3,84 .0,5 .0,5

n = 20,0195695

n = 20 responden

b. Kriteria Sampel

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung

Puskesmas Labuhan Haji. Kriteria sampel dalam penelitian ini

dibedakan menjadi:

1) Kriteria Inklusi:

a) Bersedia menjadi responden


52

b) Klien yang rutin ke Puskesmas Labuhan Haji.

2) Kriteria Eksklusi

a) Klien yang tidak bersedia menjadi responden

b) Klien yang tidak rutin memeriksakan diri ke Puskesmas

Labuhan Haji.

c. Sampling ( cara pengambilan sampel.)

Sampel adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel merupakan

cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini teknik

pengambilan sampel digunakan adalah “Purposive Sampling”.

Purposive sampling merupakan pengambilan sampel secara

purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo 2012).

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi

oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen. Dalam

ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau

intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien untuk


53

memengaruhi tingkah laku pasien (Nursalam, 2016). Yang menjadi

variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan.

2. Variabel Dependen.

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel ini akan muncul sebagai akibat

dari manipulasi variabel independen (Nursalam, 2016). Yang menjadi

variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan pengunjung

pada masa pandemi Covid-19.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Definisi

operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran

dalam peneliti (Nursalam, 2015).


54

Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan

Pengunjung Tentang Protokol Kesehatan Pada Masa Pandemi COVID-19 di

Puskesmas Labuhan Haji Tahun 2021

No Variabel Definisi Parameter Alat Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
1 Independen: Merupakan Kuesioner Kuesi interv Peningkat
Tingkat hasil dari oner al an
pengetahua pengukuran pengetahu
n tingkat an
pengertahuan.
2 Dependen: Suatu bentuk Pengertian Menit interv Terjadi
Kepatuhan pengetahuan Tujuan al peingkatan
pengunjung yang diberikan Prosedur pengetahu
tentang kepada Promkes an.
protokol pengunjung 5M
kesehatan mengenai
pada masa kepatuhan
pandemi tentang
Covid-19 protokol
kesehatan pada
masa pandemi
COVID-19
tahun 2021
F. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung diambil dari obyek

penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi sehingga diperoleh

jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner

oleh responden (Riwidikdo, 2012). Adapun data primer dalam penelitian

ini adalah:

a. Data tentang karakteristik responden meliputi: pengunjung rutin

Puskesmas Labuhan Haji.


55

b. Data tentang tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Labuhan

Haji sebelum diberikan intervensi promosi kesehatan.

c. Data tentang tingkat pengetahuan pengunjung Puskesmas Labuhan

Haji setelah diberikan intervensi promosi kesehatan.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui

pihak kedua atau pihak lain (Riwidikdo, 2012). Data sekunder dalam

penelitian ini berupa gambaran umum Puskesmas Labuhan Haji.

G. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data tentang karakteristik responden meliputi: usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, diperoleh dengan wawancara menggunakan

kuesioner kepada responden.

2. Data Sekunder

Data gambaran umum Puskesmas Labuhan Haji didapatkan melalui

profil Puskesmas Labuhan Haji serta hasil wawancara dengan perawat

dan kepala TU serta Kepala Puskesmas Labuhan Haji.

H. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh

data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah sehingga

menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Adapun cara

pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


56

1. Data Primer

Data karakteristik responden meliputi data kunjungan klien ke

Puskesmas Labuhan Haji.

2. Data Sekunder

Data gambaran umum Puskesmas Labuhan Haji.

I. Analisa Data

Adalah suatu proses atau upaya pengelolah data menjadi informasi

baru. Proses ini diperlukan agar karakteristik data menjadi lebih mudah

dimengerti dan berguna sebagai solusi bagi suatu permasalahan,

khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dengan kepatuhan

pengunjung tentang protokol Kesehatan pada masa pandemi Covid-19.

J. Etika Penelitian

Pada bagian ini dicantumkan etika yang mendasari penelitian, yang terdiri

dari:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika


57

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

tersebut antara lain; partisipasi responden, tujuan dilakukannya

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur

pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

Seseorang yang tidak memiliki identitas pribadi atau identitas

pribadinya di sembunyikan contonya seperti pada pasien dewasa

mengunakan Tn / Ny : tuan / nyonya

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset. Karna setiap orang berhak atas rahasia

kondisi Kesehatan pribadinya.


58

4. Azas Manfaat (Beneficience)

Beneficience adalah prinsip untuk memberi manfaat bagi orang

lain, bukan untuk membahayakan orang lain, melainkan bertanggung

jawab dalam memberikan perawatan serta berkewajiban untuk

melindungi. Dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama bagi

pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020, Apa Yang Harus Dilakukan


Masyarakat Untuk Cegah Penularan COVID-19?, Accesed 5 Mei 2020,
Available From
Http://Promkes.Kemkes.Go.Id/Download/Epgr/Files86548pedoman%20a pa
%20yang%20harus%20dilakukan-Cegah-COVID-19.Pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020, Informasi Tentang Virus


Corona (COVID-19), accesed 18 mei 2020, available from
http://promkes.kemkes.go.id/informasi-tentang-virus-corona-
novelcoronavirus

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020, Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian COVID-19, accesed 18 mei 2020, available from
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-
terkini/COVID19%20dokumen%20resmi/2%20Pedoman%20Pencegahan
%20dan%20Pe ngendalian%20Coronavirus%20Disease%20(COVID-19).pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020, Tentang Novel Corona Virus,


accesed 18 mei 2020, available from www.kemkes.go.id Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia 2020, Tips Cegah Penularan COVID-19 :
Hindari Kerumunan, accesed 18 mei 2020, available from
https://www.kemkes.go.id/article/view/20042500002/tips-cegahpenularan-
COVID-19-hindari-kerumunan.html.

Puskesmas Labuhan Haji. Profil Puskesmas Labuhan Haji 2020/2021

Diana Dan Herlina 2015. Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2015.

Wawan.A. Dan Dewi. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan,Sikap, Prilaku


Manusia. Cetakan Pertama. Jakarta: Nuha Medika

Alam, Andi Suci Lestari S. 2020. “Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Masyarakat Terhadap Penggunaan Maskerdalam Pencegahan Covid-19 Di
Kecamatan Biringkanayakota Makassartahun 2020.” Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat Administrasi Kebijakan Kesehatan
Makassar, Januari 2021 1(Kepatuhan):69.

Astuti, Sinta Indi, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati. 2015. “済無 No
Title No Title No Title.” Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi
Rawat Jalan Di RSUD Kota Semarang 3(2011):103–11.

Fadhilatul, Nur Laili. 2019. “Kepatuhan Pasien Pada Instruksi Paska Operasi.” 6–
17.

59
60

Palacio, Ruben Dario, Pablo Jose Negret, Jorge Velásquez-Tibatá, and Andrew P.
Jacobson. 1967. “ 済 無 No Title No Title No Title.” Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952. 7–28.

Tahun, permenkes ri no 27. 2020. “Pearson Edexcel A-Level Psychology Student


Guide 1 : Foundations in Psychology.” 6–27.

Anda mungkin juga menyukai