A. Kajian Teori
a. Pemahaman
1) Pengertian Pemahaman
Hudoyo dalam Susanto (2015: 27) pemahaman adalah bagian dari aktivitas
yang dipelajari guna membentuk gambaran utuh dalam otak sesuai dengan yang
pernah dipelajari.
diri dan lingkungan. Menurut Susanto (2016: 12-14), hasil belajar yang berupa
kemampuan pemahaman ditentukan oleh faktor siswa itu sendiri (internal) dan
oleh faktor kesehatan, kecerdasan, minat, motivasi, serta cara belajar (faktor
meliputi fasilitas, kualitas guru, serta metode mengajarnya dan faktor lingkungan
sumbernya dalam diri siswa seperti kecerdasan, minat, motivasi, dan kesehatan.
b. Mitigasi Bencana
untuk menghadapi bencana. Menurut Adiyoso (2018: 165), mitigasi diambil dari
bahasa latin yaitu mitigare yang terdiri atas kata mitis (lunak, lembut, atau jinak)
Di lain sisi, bencana identik dengan sesuatu yang buruk dan merugikan.
Menurut Anies (2017: 31-32), bencana berakar dari kata “disastro”, yang
memiliki arti sesuatu yang tidak enak atau merugikan. Hal tersebut sebagaimana
tertuang dalam UU No. 24 tahun 2007, bencana diartikan sebagai kejadian yang
kerugian berupa hilangnya harta benda, nyawa manusia, dan kerusakan pada
karena adanya pengaruh dari faktor alam dan nonalam. Adapun yang termasuk
Mitigasi jika dikaitkan dengan kata bencana, maka dalam hal ini
sesuatu yang berbahaya dan dengan upaya mitigasi diharapkan dapat dikurangi
Undang No. 24 Tahun 2007 juga dijelaskan bahwa mitigasi bencana dapat
dilakukan sebelum terjadi bencana, saat bencana, dan setelah terjadinya bencana.
dasarnya dilakukan untuk mengurangi jumlah korban dan kerugian yang harus
kegiatan manusia.
dilakukan untuk menyiapkan generasi yang sadar akan potensi dan kerentanan
sederhana siswa perlu mengetahui dan memahami kondisi serta potensi bencana
bencana lain seperti tsunami, longsor, dan juga kebakaran. Oleh karena itu,
kapasitas siswa dalam menghadapi bencana. Dengan demikian, siswa dapat lebih
karena itu, upaya mitigasi harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan, jenis
dan faktor penyebab terjadinya bencana. Salah satu bencana yang sering dialami
disebabkan oleh aktivitas lempeng dan magma gunung berapi dari dalam perut
bumi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2017: 20). Gempa bumi dapat
merusak bangunan, sarana fisik, lingkungan alam, menyebabkan luka fisik, dan
hendak menyelamatkan diri. Terkait hal tersebut, maka dibutuhkan suatu upaya
bencana gempa bumi sebenarnya melalui tiga tahapan yaitu tahap sebelum, saat,
dan setelah terjadinya. Pada ketiga tahap tersebut kita dapat melakukan berbagai
mengurangi kerugian bencana gempa bumi kita harus mengetahui tindakan yang
(2) Mengikuti sosialisasi dan upaya pelatihan, yang meliputi cara menghadapi
bangunan yang retak, mengatur perabot (lemari dan rak buKu) menempel
berlindung yang aman, lapang terdekat, arah jalur evakuasi, dan tangga.
lampu, pintu, dan lukisan yang diikuti jatuhnya perabot rumah. Selama
jangka waktu itu, upayakan keselamatan diri bukan barang. Segera keluar
menuju area lapang dan terbuka. Jika tidak sempat, sembunyi di bawah meja
untuk melindungi kepala dan tubuh dari benda yang mungkin jatuh. Jika tidak
ada meja lindungi kepala dengan apapun yang sedang kita pegang dan
Berada di area terbuka bukan berarti aman dari bahaya gempa. Jika
posisi sedang di luar, jauhilah pohon, bangunan, tiang listrik, atau apapun
yang dapat roboh menimpa kita. Jika sudah berada dilapangan, jongkok dan
15
tetap lindungi kepala dengan apa yang kita bawa. Perhatikan juga tempat
tempat yang jauh dari persimpangan, jembatan, dan bangunan tinggi. Keluar
dan menjauhlah dari kendaraan menuju tempat yang lapang dan aman.
adalah kemungkinan tsunami. Jika guncangan gempa terasa kuat dan terlihat
Jika gempa terjadi saat kita berada dalam gedung pusat keramaian,
tetaplah tenang, dan segera cari perlindungan. Ikuti arahan petugas gedung
dan segera keluar secara tertib menuju tempat terbuka. Hindari penggunaan
lift, jika berada dalam lift tekan semua tombol yang ada dan segeralah dengan
(2) Periksa keamanan, jauhi bangunan, papan iklan, tiang listrik, dan pohon.
16
(3) Pastikan diri aman, lalu bantulah orang lain untuk evakuasi (jika
(5) Lakukan kerja bakti untuk memperbaiki kerusakan (rumah, sarana, dan
prasarana umum).
bencana dapat dilakukan pada tahapan sebelum, saat, dan sesudah terjadinya
bencana. Tahapan mitigasi bencana yang akan digunakan dalam penelitian ini
meliputi tahap mitigasi sebelum, saat, dan sesudah terjadinya bencana gempa
untuk menolong diri jika terjadi bencana. Dengan demikian, siswa dapat
menyelamatkan diri. Dalam hal ini, siswa terkadang menganggap berlari sebagai
tindakan paling tepat untuk selamat dari bencana khususnya gempa. Padahal
justru dapat memperbesar risiko hilangnya nyawa saat bencana. Oleh karena itu,
penting untuk diajarkan sejak dini agar siswa dapat melakukan tindakan
penyelamatan yang tepat jika terjadi bencana baik di sekolah atau di rumah.
mengerti dan memaknai sesuatu yang telah diajarkan. Artinya, paham bukan
hanya sekedar mampu mengingat suatu informasi, tapi juga harus mampu
memberi penjelasan dan gambaran secara lebih luas dan baru sesuai konsep
tertentu. Dalam hal ini kemampuan pemahaman dapat mengarahkan siswa untuk
kondisi atau menyelesaikan permasalahan yang ada pada saat ini maupun masa
dan kegiatan manusia. Kerugian bencana dapat berupa kerugian materi dan
listrik, papan iklan, dan kerusakan fasilitas umum seperti sekolah, tempat
bencana penting dimiliki agar siswa dapat menangani atau melakukan tindakan
Setiap siswa tidak memiliki kompetensi yang sama. Oleh karena itu,
hasil belajar yang dicapai siswa juga dapat berbeda jauh satu sama lain.
pemahaman siswa dapat dilihat melalui 7 kata kerja operasional atau indikator.
pemikirannya sendiri.
2) Memberi contoh, dapat memberi contoh atau mengenali contoh secara lebih
pada penelitian ini karena menuntut siswa dapat untuk memaknai pengetahuan
yang telah diajarkan sebelumnya secara lebih luas dan mendalam. Sedangkan
sebagai tolak ukur pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan indikator tersebut
tersebut dirasa kurang cocok dengan ruang lingkup penelitian ini, sehingga
mitigasi bencana gempa. Terkait hal tersebut, maka indikator pemahaman yang
gempa. Indikator tersebut akan dijadikan sebagai acuan untuk membuat soal tes
sesuatu secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau
orang lain (Susanto, 2016: 220). Merujuk pada definisi tersebut, sikap dapat kita
keadaan ataupun objek yang ada di sekitar. Sikap siswa bisa saja berbeda ketika
menghadapi situasi yang sama. Menurut Azwar (2016: 23) hal ini karena adanya
komponen kognitif, afektif, dan konatif dalam diri. Secara rinci, komponen
kognitif dalam diri mengacu pada apa yang diketahui, dipercayai, dan diyakini.
Sedangkan komponen afektif mengacu pada perasaan dan kondisi emosi dalam
diri. Sementara itu komponen konatif dalam diri, mengacu pada kecenderungan
untuk bertindak sesuai dengan keyakinan dan kondisi emosi yang ada dalam diri.
diberikan untuk melindungi dan menyelamatkan diri dari situasi bahaya secara
cepat dan tepat. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam UU No. 24 Tahun
2007, bahwa tanggap darurat bencana adalah tindakan yang dilakukan segera
bencana. Sejalan dengan itu, Adiyoso (2018: 94) mengatakan bahwa tanggap
bencana merupakan respon yang segera diambil saat terjadi bencana yang
meliputi upaya perlindungan dan penyelamatan diri dan orang lain sesaat
pada keyakinan terhadap pengetahuan dan kondisi emosi dalam diri. Sikap
dirasakan melalui respon tindakan yang diambil secara cepat dan tepat guna
terhindar dari risiko cidera, luka-luka, dan kehilangan nyawa saat bencana.
Sikap dapat terbentuk dari rangsangan dan interaksi yang dialami oleh
siswa. Dalam interaksi, siswa bereaksi terhadap situasi dan kondisi yang
Terkait hal tersebut, menurut Azwar (2016: 30-37) sikap dapat terbentuk karena
1) Pengalaman
yang pernah kita alami atau yang sedang kita alami, dapat meninggalkan kesan
karena biasanya terjadi dengan melibatkan emosi. Emosi dapat mengarah pada
ingatan dan pemahaman yang lebih dalam dan lama terhadap suatu pengalaman.
Sehingga akan berpengaruh pada pola sikap yang akan dilakukan dimasa
mendatang.
22
2) Pendidikan
dasar dari penempatan moral dan memungkinkan siswa untuk memahami apa
yang baik dan buruk, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan terutama
pada saat terjadi bencana. Hal tersebut tentu akan menentukan keyakinan
3) Kondisi Emosi
untuk menunjukkan suasana hati dan pikiran. Misalnya, saat bencana biasanya
siswa cemas, takut, serta panik sehingga bingung akan berbuat apa dan justru
melakukan tindakan yang membahayakan dirinya. Sikap akibat emosi yang tidak
stabil ini bisa bersifat sebentar, tetapi bisa juga menyebabkan trauma.
4) Orang Lain
Orang lain seperti guru, orang tua, dan teman dekat merupakan faktor
bahaya. Saat panik, seringkali siswa mengikuti tindakan orang tua, guru, dan
orang lain di sekitarnya. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa orang lain
selalu dapat bertindak secara tepat dalam menghadapi segala situasi dan kondisi.
Sikap didasarkan pada apa yang diketahui, dirasakan, dan dialami di masa lalu.
23
Oleh karena itu, pengetahuan dan pengalaman penting dimiliki agar saat bencana
tidak mudah panik sehingga mampu memberi respon penyelamatan secara tepat.
terhadap kondisi lingkungan dan orang sekitar, seperti mau mempersiapkan diri
bencana. Sikap tanggap yang diukur meliputi tanggap sebelum, saat, dan
Kompetensi Dasar (KD) pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas V. Maka
kompetensi sikap sosial pelajaran IPS kelas V meliputi sikap jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, serta cinta tanah air.
penelitian ini akan diukur dengan mengacu pada kompetensi sikap sosial
24
pelajaran IPS kelas V yang meliputi percaya diri, peduli, dan tanggung jawab.
Sikap tersebut digunakan karena sesuai dengan fokus penelitian dan tuntutan
Yaitu siswa dituntut untuk memiliki keyakinan, kepekaan, dan kesiapan dalam
bencana. Sementara sikap jujur, santun, disiplin, dan cinta tanah air tidak
digunakan peneliti karena tidak sesuai dengan fokus penelitian serta tuntutan
gempa bumi. Terkait hal tersebut, maka aspek sikap percaya diri, tanggung
jawab, dan peduli dikembangkan peneliti menjadi beberapa indikator berikut ini.
1) Percaya Diri
terhadap kemampuan diri dalam melakukan tindakan. Sikap percaya diri ketika
2) Tanggung Jawab
bahaya bencana dalam penelitian ini diukur melalui indikator berikut ini.
3) Peduli
sikap peduli ketika menangani bencana bisa dilihat dari indikator berikut.
Sikap tanggap dalam penelitian ini akan diukur dengan mengacu pada
aspek sikap percaya diri, tanggung jawab dan peduli berdasarkan indikator yang
membuat angket sebagai tolak ukur mengetahui sikap tanggap siswa terhadap
B. Penelitian Relevan
1. Utama et al. (2017) dengan judul Analisis Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
semakin siap pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga maka semakin siap
ditetapkan.
26
2. Citra et al. (2019) dengan judul Tingkat Pemahaman Peserta Didik Pada
dilihat dari fokus dan sampel penelitiannya. Penelitian Citra et al, berusaha
perbedaannya terletak pada sampel dan teknik analisis datanya. Uji korelasi
sampel penelitian.
28
C. Kerangka Berpikir
cukup tinggi. Hasil kegiatan observasi awal, menunjukkan bahwa SDN 52 Kota
Bengkulu termasuk dalam sekolah yang rentan terhadap dampak gempa bumi.
Hal ini dikarenakan sekolah tersebut memiliki jarak ± 3 km dari pantai dan
sekolah untuk upaya penyelamatan jika terjadi gempa bumi. Terkait kondisi
tanggap bencana. Pada penelitian ini, sikap tanggap bencana diukur melalui
aspek sikap sosial pelajaran IPS kelas V yang meliputi sikap percaya diri,
tanggung jawab, dan peduli. Secara rinci, aspek percaya diri saat merespon
29
bencana dilihat dari indikator yakin terhadap kemampuan diri saat merespon
aspek tanggung jawab dilihat dari kesiapan menghadapi situasi bahaya bencana
sebelum bencana dan kepekaan terhadap kesulitan yang dialami orang lain.
antara pemahaman mitigasi bencana dengan sikap tanggap bencana siswa kelas
D. Definisi Operasional
menangani, atau menanggapi bencana supaya dapat terhindar dan juga selamat
dari bahaya yang ditimbulkan bencana. Sikap tanggap menuntut siswa untuk
selalu waspada dan merespon bencana dengan cepat dan tepat agar terhindar
dari risiko cidera ataupun kehilangan nyawa. Sikap tanggap bencana meliputi
tujuan untuk menguji hipotesis. Senada dengan hal tersebut Suharsaputra (2014:
sebagai penelitian yang menggunakan data dalam bentuk angka dan dianalisis
variabel. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penelitian ini berusaha untuk
pemberian tes dan angket setelah siswa mengikuti proses pembelajaran IPS yang