Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

a. Definisi Remaja

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,

remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas

remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko

atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang

(Kemenkes RI, 2020)

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak-anak tidak

lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua melainkan berada

dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak,

banyak orang mengatakan, masa remaja adalah masa paling indah,

menyenangkan, penuh warna. Pokoknya, remaja adalah masa paling

menggembirakan dan sangat sayang apabila dilewatkan begitu saja

(Hilmi et al., 2021)

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa, hal ini di mulai saat anak secara seksual matang dan berakhir

saat ia mencapai usia matang secara hukum (Marsudi, 2021).


Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan remaja berada pada

rentang usia 10-19 tahun dan merupakan periode terjadinya

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik,

psikologis maupun intelektual, masa remaja adalah usia dimana

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak-

anak tidak lagi merasa di bawah dan masa remaja adalah masa paling

indah, menyenangkan, penuh warna.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Remaja

Menurut Kemenkes RI (2020) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja dapat berasal dari berbagai

sumber, yaitu:

a. Keluarga

Faktor dari keluarga yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik

remaja meliputi keturunan dan lingkungan. Keturunan

menyebabkan anak dapat lebih tinggi atau panjang daripada anak

lainnya, sedangkan faktor lingkungan akan dapat membantu

menentukan dapat tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan

yang dibawa anak tersebut.


b. Gizi

Anak-anak yang memperoleh gizi cukup selama masa

pertumbuhannya biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit

lebih cepat mencapai taraf atau masa remaja dibandingkan anak-

anak yang kekurangan gizi.

c. Gangguan

Emosional Dari beberapa penelitian menyimpulkan bahwa anak

yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan

menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan.

d. Jenis Kelamin

Dalam pertumbuhannya, anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan

lebih berat daripada anak perempuan, kecuali pada usia 12 dan 15

tahun anak perempuan biasanya menunjukkan pertumbuhan sedikit

lebih tinggi dan lebih berat daripada anak laki-laki.

e. Status Sosial Ekonomi

Meskipun tidak dapat dijelaskan secara langsung, tetapi kenyataan

menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan

status ekonomi rendah, secara umum cenderung lebih kecil

daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang status

ekonominya menengah apalagi mereka yang berada dalam status

sosial ekonomi yang tinggi.

f. Kesehatan
Status kesehatan anak juga berpengaruh terhadap pertumbuhan

remaja. Anakanak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan

memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit.

g. Bentuk Tubuh

Kecenderungan bentuk tubuh dapat diklasifikasikan menjadi

bentuk tubuh eksomorf, mesomorf atau endomorph Klasifikasi ini

akan mempengaruhi besar kecilnya bentuk tubuh remaja, misalnya

anak yang bentuk tubuhnya mesomorf lebih besar daripada anak

yang endomorph atau eksomorf karena memang lebih gemuk dan

berat.

B. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi

1. Kesiapsiagaan

a. Definisi Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan bencana merupakan aktivitas yang dilakukan

secara efektif untuk mengurangi korban bencana gempa bumi,

materi kesiapsiagaan bencana merupakan salah satu faktor utama

guna untuk mengurangi tingkat korban bencana alam (Prabowo et

al.,2021)

Kesiapsiagaan bencana merupakan serangkaian kegiatan

yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna. Persoalan penanganan bencana sering kali masih

dianggap oleh kebanyakan orang sebagai tanggung jawab para


petugas kesehatan. Hal ini dapat dimaklumi karena mungkin

informasi lengkap mengenai tanggap darurat bencana masih

kurang pada masyarakat (Mukti et.,2020)

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang sifatnya

perlindungan aktif yang dilakukan pada saat sebelum terjadi

bencana dan pada saat terjadi bencana sehingga dapat memberikan

solusi jangka pendek maupun pemulihan jangka panjang (Cahyani,

2020)

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

kesiapsiagaan bencana merupakan aktivitas yang dilakukan secara

efektif untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan

langkah yang tepat yang dilakukan pada saat sebelum terjadi

bencana dan pada saat terjadi bencana sehingga dapat memberikan

solusi jangka pendek maupun pemulihan jangka panjang

b. Tujuan Kesiapsiagaan

Adapun tujuan dari kesiapsiagaan adalah untuk

Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap

bencana untuk dapat meminimalkan efek samping dari bencana

yang mungkin terjadi melalui tindakan pencegahan yang efektif

dan tepat waktu (Mukti et al., 2020)

Menurut Cahyani (2020) tujuan kesiapsiagaan yaitu :

1) Mengurangi Ancaman
Untuk mencegah ancaman secara mutlak memang mustahil,

seperti gempa bumi dan meletus gunung berapi. Namun ada

banyak cara atau tindakan yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kemungkinan terjadinya ancaman atau mengurangi

akibat ancaman.

2) Mengurangi kerentanan masyarakat

Kerentanan masyarakat dapat dikurangi apabila masyarakat

sudah mempersiapkan diri, akan lebih mudah untuk melakukan

tindakan penyelamatan pada saat bencana terjadi. Persiapan

yang baik akan bisa membantu masyarakat untuk melakukan

tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. Masyarakat yang

pernah dilanda bencana dapat mempersiapkan diri dengan

melakukan kesiapsiagaan seperti membuat perencanaan

evakuasi, penyelamatan serta mendapatkan pelatihan

kesiapsiagaan bencana.

3) Mengurangi akibat

Untuk mengurangi akibat suatu ancaman, masyarakat perlu

mempunyai persiapan agar cepat bertindak apabila terjadi

bencana. Umumnya pada semua kasus bencana, masalah utama

adalah penyediaan air bersih. Akibatnya banyak masyarakat

yang terjangkit penyakit menular. Dengan melakukan persiapan

terlebih dahulu, kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber

air bersih dapat mengurangi kejadian penyakit menular.


4) Menjalin kerjasama

Tergantung dari cakupan bencana dan kemampuan masyarakat,

penanganan bencana dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri

atau apabila diperlukan dapat bekerjasama dengan pihak-pihak

yang terkait. Untuk menjamin kerjasama yang baik, pada tahap

sebelum bencana ini masyarakat perlu menjalin hubungan

dengan pihak-pihak seperti Puskesmas, polisi, aparat desa atau

kecamatan.

2. Bencana

a. Definisi Bencana

Bencana merupakan peristiwa yang diakibatkan karena

alam ataupun perbuatan manusia, semisal kondisi ini ialah akibat

kesalahan dalam penggunaan berbagai macam teknologi. Peristiwa

ini dapat menimbulkan respon dari segenap lapisan masyarakat

sebagai akibat dari bencana tersebut. bencana sebagai sebuah

konsekuensi atas berbagai aktivitas seperti gempa bumi, letusan

gunung berapi, tanah longsor, dan lain sebagainya (Diponegoro,

2021).

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa


manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis (Maharani et al., 2020).

Bencana adalah suatu gangguan yang berdampak serius

terhadap masyarakat sehingga mengakibatkan kerugian dan

dampak yang meluas terhadap manusia, ekonomi, materi serta

lingkungan (Apriyadi et al., 2021).

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bencana

merupakan peristiwa yang diakibatkan oleh alam ataupun

perbuatan manusia yang mengancam dan mengganggu kehidupan

masyarakat sehingga mengakibatkan kerugian dan dampak yang

meluas terhadap manusia, ekonomi, materi serta lingkungan.

b. Jenis – Jenis Bencana

Menurut Cahyani (2020) jenis – jenis bencana sebagai berikut :

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara

lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain

berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan

wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia


yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.

3. Gempa Bumi

a. Definisi Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sukar

diprediksikan kapan terjadinya gempa, apakah gempa yang terjadi

menimbulkan kerusakan harta benda dan menimbulkan korban

jiwa atau tidak. Hal ini dikarenakan kesulitan dalam memprediksi

gempa itu maka akan menimbulkan stress terhadap penduduk

yang terkena gempa tersebut, karena dalam waktu singkat dapat

berakibat kehilangan segala-galanya, seperti kehilangan keluarga

dan harta benda (Saintika, 2020).

Gempa bumi adalah denyutan atau goyangan yang

berlangsung di muka bumi dampak dari pembebasan energi dalam

secara mendadak dan menghasilkan gelombang seismik.

Umumnya Gempa bumi diakibatkan oleh pergeseran kerak atau

lempeng bumi. Seperti yang diketahui bahwa gempa bumi

berlangsung secara mendadak, berlainan dengan bencana alam

lainnya, misalnya banjir, ada hujan deras dulu baru bisa banjir

(Nadilla, 2020).

Gempa bumi adalah getaran yang berasal dari perut bumi,

gempa bumi merupakan getaran bergelombang yang terjadi pada


lapisan kulit bumi. Kekuatan gelombang gempa bumi ada yang

lemah dan ada yang sangat kencang. Gempa bumi adalah bencana

yang mengerikan, gempa bumi dapat mengakibatkan kerusakan

bangunan, runtuhnya gedung, kebakaran, longsor dan tsunami.

Korban gempa biasanya karena terkena runtuhan bangunan,

tertimbun longsor, kebakaran dan tsunami bukan karena getaran

gempa (Putri, 2020).

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gempa

bumi merupakan fenomena alam yang sukar diprediksikan kapan

terjadinya gempa yang mengakibatkan getaran bergelombang yang

terjadi pada lapisan kulit bumi. Kekuatan gelombang gempa bumi

ada yang lemah dan ada yang sangat kencang sehingga dapat

menimbulkan kerusakan harta benda dan menimbulkan korban

jiwa atau tidak yang disebabkan oleh pergeseran kerak bumi atau

lempeng bumi.

b. Jenis – Jenis Gempa Bumi

Menurut Nadilla (2020) jenis-jenis gempa bumi sebagai berikut:

a. Gempa tektonik

Gempa tektonik adalah gempa yang berlangsung disebabkan

oleh gesekan kerak bumi. Gempa tektonik kerap kali dikatakan

dengan gempa dislokasi, sebabkejadian tektonik menyebabkan

dislokasi pada suatu muka bumi. Dislokasi seniri bermakna

patahan, yang katanya berasal dari kata dis=


terpisah ;locus=tempat. Pergeseran kerak bumi diseluruh

bagian potongan menciptakan goyangan dan gesekan yang

selanjutnya menyebar ke semua penjuru melewati materi-

materi penyusun bumi

b. Gempa Vulkanik

Gempa vulskanis yaitu gempa bumi yang diakibatkan sebab

dari kejadian vulkanisme, baik itu ketika sebelum, ketika

sedang, atau ketika sesudah letusan gunung berapi. Magma

yang keluar dari pembuluh-pembuluh gunung berapi bergeser

bersama dengan batuan, dan denyutannya di alirkan ke materi-

materi penyusun kerak bumi.

c. Gempa Buatan

Gempa buatan yaitu goncangan bumi yang berlangsung sebab

terdapat kegiatan orang-orang di atas muka bumi. Gempa

buatan biasanya dikatakan gempa bumi runtuhan, berlangsung

disebabkan oleh roboh atau pecahnya tanah. Gempa ini

biasanya relatif kecil, wilayah yang dipengaruhi

d. Langkah-Langkah Antisipasi Gempa Bumi

Menurut Badan Pengembangan SDM (2018) antisipasi yang

harus dilakukan bagi masyarakat sebelum terjadi gempa bumi, saat

menghadapi bencana gempa bumi dan sesudah gempa bumi terjadi

adalah sebagai berikut:

1. Sebelum terjadi gempa


a. Mengetahui secara teliti jalur evakuasi keluar masuk dalam

keadaan darurat di mana pun kita berada. Ingat gempa

dapat terjadi sewaktu-waktu.

b. Meletakkan barang-barang yang berat di tempat yang stabil

dan tidak tergantung.

c. Matikan segera lampu, kompor minyak atau gas serta listrik

agar terhindar dari bahaya kebakaran.

2. Saat terjadi gempa

a. Jika berada di dalam ruangan : Diamlah sejenak, jangan

panik dan segeralah keluar dari bangunan. Secepatnya

mencari perlindungan di bawah meja atau di dekat pintu.

Jauhi tempat-tempat yang mungkin mengakibatkan luka

seperti kaca, pipa gas atau benda-benda tergantung yang

mungkin akan jatuh menimpa.

b. Jika berada di luar rumah: Tinggallah atau carilah tempat

yang bebas dari bangunan- bangunan, pohon atau dinding

atau mencari titik kumpul. Jangan memasuki bangunan

meskipun getaran gempa sudah berhenti karena tidak

mustahil runtuhan bangunan masih dapat terjadi dan terjadi

gempa susulan.

c. Jika berada di tengah keramaian: Janganlah ikut berdesak-

desakan mencari jalan keluar, meskipun orang-orang yang


panik mempunyai keinginan yang sama. Carilah tempat

yang tidak akan kejatuhan runtuhan.

d. Jika berada dalam bangunan tinggi: Secepatnya mencari

perlindungan di bawah meja dan jauhilah jendela atau

dinding luar bangunan. Tetaplah berada di lantai di mana

kamu berada ketika gempa terjadi, dan jangan gunakan

elevator atau lift yang ada.

e. Jika sedang mengendarai kendaraan: Hentikan kendaraan

kamu dan tetaplah berada di dalam mobil dan pinggirkanlah

mobil kamu. Jangan berhenti di atas jembatan, atau di

bawah jalan layang. Jika gempa sudah berhenti, janganlah

langsung melintasi jalan layang atau jembatan yang

membentang, sebelum dipastikan kondisinya aman.

3. Setelah terjadi gempa

a. Tetap menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan-

pecahan kaca atau bahan- bahan yang merusak kaki.

b. Periksalah apakah kamu mendapat luka yang memerlukan

perawatan segera.

c. Periksalah aliran/pipa gas yang ada apakah terjadi

kebocoran. Jika tercium bau gas usahakan segera menutup

sumbernya dan jangan sekali-kali menyalakan api dan

merokok.
d. Periksalah kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan

kamu.

e. Dengarkan informasi melalui televisi, radio, telepon yang

biasanya disiarkan oleh pemerintah, bila hal ini

memungkinkan.

f. Bersiaplah menghadapi kemungkinan terjadinya gempa-

gempa susulan. Dan berdoa agar terhindar dari bencana

yang lebih parah.

4. Siklus Manajemen Bencana

Menurut Kemenkes RI (2018) siklus manajemen bencana

sebagai berikut :

a. Pencegahan (Preventif)

Pencegahan (Preventif) adalah upaya untuk menghilangkan

atau mengurangi kemungkinan timbulnya suatu ancaman.

Misalnya : pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya

banjir, biopori, penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk

menghindari banjir dsb. Namun perlu disadari bahwa pencegahan

tidak bisa 100% efektif terhadap sebagian besar bencana.

b. Mitigasi Bencana (Mitigation)

Mitigasi (mitigation) yaitu upaya yang dilakukan untuk

mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman. Misalnya :

penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak

menimbulkan kerugian besar.


c. Kesiapsiagaan Bencana (Preparedness)

Kesiap-siagaan (preparedness) yaitu persiapan rencana

untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan akan terjadi)

bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-

kebutuhan dalam keadaan darurat danidentifikasi atas sumber daya

yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perencanaan ini

dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.

C. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia

atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra

yang dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap

objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan.

Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Pengetahuan seseorang sebagian besar diperoleh melalui indra

pendengaran dan indra penglihatan (Putri, 2019).

Pengetahuan adalah pemahaman teoritis dan praktis (know-how)

yang dimiliki oleh manusia. Pengetahuan yang dimiliki seseorang

sangat penting bagi intelegensia orang tersebut. Pengetahuan dapat

disimpan dalam buku, teknologi, praktik, dan tradisi. Pengetahuan

yang disimpan tersebut dapat mengalami transformasi jika digunakan


sebagaimana mestinya. Pengetahuan berperan penting terhadap

kehidupan dan perkembangan individu, masyarakat, atau organisasi

(Sanifa, 2018).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan

diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri

maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan

seseorang (Ngaisah, 2019).

Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek melalui

panca indra yang menjadi pemahaman teoritis dan praktis (know-how)

yang dimiliki oleh manusia dan menjadi domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour).

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Abdilah (2019) menyatakan ada beberapa cara yang digunakan

untuk memperoleh pengetahuan yang dikelompokan menjadi :

1. Cara kuno ilmiah (tanpa melalui penelitian)

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk dapat

memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan

logis.
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi :

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan

tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b. Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena

ketidaksengajaan oleh orang yang bersangkutan

c. Cara kekuasaan atau otoritas

Para pemegang otoritas pada prinsipnya mempunyai

mekanisme yang sama didalam penemuan pengetahuan.

Prinsip inilah yang menjadikan orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.


d. Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu

pengalaman dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan.

e. Melalui jalan pikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan pikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-

temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan-

kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran

yang mutlak.

2. Cara Modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi

penelitian.
3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Putri (2019) pengetahuan mempunyai enam tingkatan

yang tercakup dalam domain kognitif antara lain:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk juga mengingat sesuatu yang

spesifik dan seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima, oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi enam tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau


pengetahuan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur 7 organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu cerita yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Putri (2019) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku

seseorang atau kelompok yang merupakan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan

memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki

semakin tinggi.

b. Informasi/media massa

Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang, jika

sering mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka

akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan

seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan

menambah pengetahuan dan wawasannya.

c. Sosial dan budaya

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas

yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang

mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan

baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya

akan kurang baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat


pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi

dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk

memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun

tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu.

Lingkungan yang baik maka pengetahuan yang didapatkan akan

baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapatkan juga kurang baik.

e. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain

maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman

seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat orang

tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan

dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga

pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan

apabila mendapatkan masalah yang sama.

f. Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga


pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin membaik dan

bertambah. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

diatas, Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

5. Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Sanifah (2018) pengukuran pengetahuan dilakukan

dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subjek atau responden.

Sanifah (2018) menyatakan terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan

yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :

a. Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.

b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74% 3)

c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%


D. Kerangka Teori

Faktor – Faktor Yang


Mempengaruhi :
1. Faktor Internal
a. Pendidikan Pengetahuan Manajemen
Tingkat
b. Pengalaman
Pengetahuan Bencana
c. Usia
2. Faktor Eksternal
a. Sosial budaya
b. Lingkungan
c. Media massa

Kesiapsiagaan Bencana

Tanggap Darurat Bencana


Gempa Bumi

Gambar 2.2. Kerangka Teori Penelitian Pengaruh Tingkat Pengetahuan

Remaja Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Dalam Tanggap Darurat

Bencana Gempa Bumi Di SMK N 2 Bangli (Saintika, 2020)., (Hilmi,

2020)., (Cahyani, 2020).


DAFTAR PUSTAKA

Abdilah. (2019). Pengaruh Pemberian Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan Pada Siswa SMKN 1 Gerger

Madiun (p. 129).

Apriyadi, R. K., & Amelia, R. (2021). Tingkat Pengetahuan Kesiapsiagaan

Resiko Bencana Tsunami disaat Pandemi Covid-19. 5(1), 56–62.

Ataya Putri. (2020). Penerapan Actionscript 3 Dalam Pembuatan Aplikasi

Multiplatfrom Untuk Mengenal Persiapan Menghadapi Gempa Bumi. 95.

Badan Pengembangan SDM. (2018). Modul penanggulangan bencana pelatihan

operasi dan pemeliharaan irigasi tingkat juru. 65.

Diponegoro, U. (2021). Jurnal Mitra Pendidikan ( JMP Online ). 5(2), 99–111.

Firdaus, W., & Marsudi, M. S. (2021). Konseling Remaja yang Kecanduan

Gadget Melalui Terapi Kognitif Behavior. 6(1), 15–24.

Hilmi, F., Uin, D., Bandung, S. G. D., Agus, S. H., & Cikarang, S. (2021).

Meningkatkan Spiritual Remaja Melalui Pendidikan Keluarga. 1(1), 32–43.

Kemenkes RI. (2018). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan

Pengembangan Dan Pemberdayaan SDM. 313.

Kemenkes RI. (2020). PJOK - Modul 16. Perkembangan Tubuh Remaja i. 23.
Laili Jamilatus Sanifah. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap

Keluarga Tentang Perawatan Activities Daily Living (ADL) Pada Lansia (p.

114).

Maharani, N., & Andika, I. K. A. (2020). Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang

Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Di SMPN 3 Kuta Selatan Badung

Provinsi Bali. 4(3), 32–38.

Mukti, P., Winoto, P., & Zahroh, C. (2020). Pengaruh Sosialisasi Kesiapsiagaan

Bencana Melalui Metode Simulai Terhadap Peningkatan Ketrampilan

Dalam Menghadapi Bencana Pada Mahasiswa Siaga Bencana (Magana).

13, 157–164.

Nadilla. (2020). Pengembangan Modul Mitigasi Bencana Gempa Bumi Yang

Terintegrasi Dalam Mata Pelajaran Kimia Di SMA Negeri 1 Trienggadeng

Pidie Jaya. 136.

Nopiyanto, Y. E., Raibowo, S., & Prabowo, A. (2021). Peran Guru Penjas dalam

Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi di Sekolah Dasar Kecamatan

Taba Atas. 7(2), 295–303.

Putri, N. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapsiagaan Bencana

pada Anak SD di Sekolah Negeri 040478 Sigarang-garang SKRIPSI.

Saintika, S. S. (2020). Seminar nasional syedza saintika. 153–161.


Sefi Aqif Hilmi. (2020). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat

Masyarakat Terhadap Upaya Penanganan Bencana di Kecamatan

Tempuran. 55.

Siti Ngaisah. (2019). Hubungan pengetahuan dengan keterampilan bantuan hidup

dasar (bhd) tenaga pra rumah sakit yang merujuk ke rst dr. soedjono

magelang halaman judul (p. 51).

Yulia Fegy Cahyani. (2020). Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi

Bencana Kebakaran Di Kampung Pelangi. 231.

Anda mungkin juga menyukai