SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
iii
Abstrak
iv
Abstract
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat-Nya
di Instalasi Gizi RSUD Salak Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2019” sebagai
dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. dr. Fauzi, S.K.M., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu
ini.
vi
5. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, S.K.M., M.P.H., selaku Dosen Penguji
6. Prof. Dr. Ir. Evawani Yunita Aritonang, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membing dan mengarahkan penulis dalam segala hal
yang berkaitan dengan akademik mulai dari awal perkuliahan sampai selesai.
8. Direktur RSUD Salak serta seluruh pegawai di Instalasi Gizi RSUD Salak
sayang, dukungan, doa serta motivasi kepada penulis. Terima kasih buat
cinta kasih serta kesabaran yang tak pernah habisnya untuk penulis.
Marlena Lasroma Sinamo serta Dalanta PT. Sinamo atas doa, kasih sayang
serta dukungan selama ini baik moril maupun materil dalam menyelesaikan
skripsi ini.
vii
viii
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 7
Rumah Sakit 7
Manajemen 8
Fungsi manajemen 8
Manajemen penyelenggaraan makanan 9
Pelayanan Gizi Rumah Sakit 11
Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit 12
Bentuk Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit 12
Kegiatan Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit 14
Perencanaan menu 14
Perencanaan kebutuhan bahan makanan 16
Perencanaan anggaran bahan makanan 17
Pengadaan bahan makanan 18
Penerimaan bahan makanan 21
Penyimpanan bahan makanan 22
Pengolahan bahan makanan 25
Distribusi makanan 26
Ketenagaan Gizi di Rumah Sakit 27
Sarana dan Prasarana dalam Penyelenggaraan Makanan Rumah
Sakit 28
Standar Pelayanan Gizi Rumah Sakit 30
ix
Landasan Teori 32
Kerangka Berpikir 32
Metode Penelitian 34
Jenis Penelitian 34
Lokasi dan Waktu Penelitian 34
Lokasi penelitian 34
Waktu penelitian 34
Subjek Penelitian 34
Definisi Konsep 35
Metode Pengumpulan Data 36
Metode Analisis Data 37
Daftar Pustaka 78
Lampiran 80
x
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
16 Prasyarat Pendistribusian Makanan di Instalasi Gizi RSUD
Salak 71
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Landasan teori 32
2 Kerangka berpikir 32
xiii
Daftar Lampiran
1 Pedoman Wawancara 80
5 Dokumentasi 86
xiv
Daftar Istilah
xv
xvi
Pendahuluan
Latar Belakang
manusia memerlukan energi dimana energi tersebut berasal dari makanan yang
ketahanan tubuh dan mampu membantu memperbaiki sel-sel tubuh yang telah
rusak. Seperti halnya seseorang yang dirawat di rumah sakit, dalam fase
makanan yang sehat dan bergizi. Apabila kebutuhan gizinya tidak terpenuhi maka
dikeluarkan.
Oleh karena itu, agar kebutuhan gizi pasien dapat terpenuhi rumah sakit
memiliki instalasi gizi sebagai unit yang mengelola kegiatan pelayanan gizi.
Instalasi gizi adalah unit yang mengelola pelayanan gizi untuk pasien rawat inap.
Kegiatan yang dilakukan antara lain pengadaan bahan makanan, pelayanan gizi
rawat inap, penyuluhan, dan konsultasi. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan
salah satu komponen penunjang yang diselenggarakan oleh instalasi gizi yang
1
2
pelayanan gizi merupakan salah satu fasilitas dan pelayanan yang harus ada
dirumah sakit. Keberhasilan pelayanan gizi dirumah sakit yang berperan dalam
pengelolaan makanan mulai dari bahan makanan mentah sampai makanan matang
yang siap untuk dikonsumsi pasien. Proses ini akan terlaksana dengan baik apabila
didukung oleh manajemen penyelenggaraan bahan makanan yang baik. Selain itu,
(Hartono, 2000).
Kesehatan. PGRS digunakan sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat
baik sehingga pada akhirnya konsumen dapat memperoleh status gizi yang optimal
kelemahan yang meliputi perencanaan yang kurang baik, tenaga pelaksana yang
petugas penyelenggara. Hal tersebut menyebabkan mutu dan cita rasa makanan
Penelitian yang dilakukan oleh Jufri, dkk. (2012) di Rumah Sakit Umum
makanan belum sesuai dengan PGRS. Dimana hasil dari penelitiannya yaitu tidak
tidak sesuai dengan menu, penerimaan bahan makanan yang tidak sistematis,
penyimpanan bahan makanan yang tidak baik karena sarana dan prasarana yang
kurang memadai serta adanya pasien tidak mendapat makanan karena tidak
makanan basah berdasarkan jenisnya belum disesuaikan oleh pihak instalansi gizi
dan gudang penyimpanan juga belum memenuhi syarat keamanan, mutu dan gizi
mempertahankan kualitas gizi, mutu dan sanitasi makanan belum baik karena
pada pasien rawat inap oleh instalasi gizi. Kegiatan penyelenggaraan makanan
4
yang baik, biaya yang efisien, aman dikomsumsi serta dapat diterima oleh pasien
gizi RSUD Salak dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah pasien rawat inap disana
berkisar 15-20 orang setiap hari. Kegiatan perencanaan menu di RSUD Salak yaitu
kurang baik dalam perencanaan menu dimana menu yang disediakan sudah
digunakan selama 3 tahun dan selalu menggunakan menu yang sama. Selain itu
untuk pemesanan dan pembelian bahan makanan kering dan basah dilakukan dua
kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis sehingga menyebabkan
instalasi gizi rentan kekurangan bahan makanan ketika terjadi peningkatan jumlah
pasien rawat inap. Masalah lain juga ditemukan dalam penyimpanan bahan
makanan dimana suhu untuk ruangan bahan makanan kering dan bahan makanan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pakpak Bharat.
Tujuan khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
pedoman PGRS.
gizi RSUD Salak apakah telah dilakukan sesuai dengan pedoman PGRS.
persiapan dan pemasakan bahan makanan di instalasi gizi RSUD Salak apakah
Manfaat Penelitian
2. Sebagai bahan masukan bagi Instalasi gizi RSUD Salak agar fungsi manjemen
3. Sebagai bahan informasi tambahan bagi peneliti lain agar dapat menambah
penelitian ini.
Tinjauan Pustaka
Rumah Sakit
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit mempunyai tugas
perorangan secara paripurna. Oleh karena itu, untuk menjalankan tugas tersebut
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
7
8
Manajemen
manajemen yaitu :
1. Perencanaan
Tanpa ada fungsi perencanaan, tidak mungkin perencanan lainnya berjalan dengan
baik.
2. Pengorganisasian
pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (manusia dan
yang bukan manusia) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk
program untuk mencapai tujuan program. Oleh karena itu fungsi manajemen ini
sumber daya (manusia dan bukan manusia) untuk mencapai tujuan yang
disepakati.
9
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi
bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat diefisienkan, dan tugas-tugas staf
dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf.
prinsip manajemen dalam penyelenggaraan makanan intitusi dan jasa boga, yaitu
1. Perencanaaan
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Dengan perencanaan akan dapat
dan jasa boga pada tahap awal melalui perencanaan akan dapat ditentukan
10
kebutuhan akan sarana fisik, peralatan pengolahan dan penyajian makanan, tenaga
2. Pengorganisasian
serta tugas dan fungsi masing-masing unit kerja yang ada dalam organisasi itu
kegiatan itu mempunyai lingkup dan tanggung jawab yang berbeda, tetapi
merupakan satu rangkaian kerja yang saling berkaitan dalam pencapaian tujuan
oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
aspek berikut :
sebagai berikut :
dapat ditekan serendah mungkin dengan tidak mengurangi mutu dan porsi
makanan.
klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat
penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasein. Pelayanan gizi dirumah
sakit memiliki visi untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu dan
paripurna. Visi tersebut dijabarkan dalam misi pelayanan gizi rumah sakit sebagai
berikut :
dan teknologi.
3. Penyelenggaraan makanan
menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan
dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal. Sasaran
penyelenggaraan makanan dirumah sakit terutama pasien yang rawat inap, sesuai
dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi
1. Sistem swakelola
penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini, seluruh sumber daya yang
diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan prasarana) disediakan oleh RS. Pada
yang dianut dan mengacu pada pedoman pelayanan gizi rumah sakit yang berlaku
memanfaatkan perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan makanan RS.
makanan menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga milik RS. Pada sistem
diborongkan penuh, makanan disediakan oleh pengusaha jasa boga yang ditunjuk
3. Sistem kombinasi
upaya memaksimalkan sumber daya yang ada. Pihak rumah sakit dapat
menggunakan jasa boga atau catering hanya untuk kelas VIP atau makanan
disajikan dalam suatu acara makan, baik makan siang maupun makan malam.
Namun, menu dapat juga disusun untuk untuk lebih dari satu kali makan, misalnya
untuk satu hari yang terdiri dari menu makan pagi, makan siang, dan makan
institusi, menu dapat disusun untuk jangka waktu yang cukup lama, misalnya
untuk selama tujuh hari atau sepuluh hari. Menu yang disusun seperti itu disebut
menu standar (master menu). Menu induk (master menu) digunakan sebagai
manajemen pelayanan gizi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia Daerah Istimewa
enam bulan sekali dan menu akan dirubah jika dalam kurun waktu tersebut
ditemukan pasien yang tidak menyukai menunya atau jika ada masukan untuk
yang serasi dan dapat memenuhi selera dan kebutuhan gizi pasien.
1. Bentuk Tim Kerja Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari
sakit, maka perlu ditetapkan macam menu, yaitu menu standar, menu pilihan,
3. Menetapkan Lama Siklus Menu dan Kurun Waktu Penggunaan Menu Perlu
yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari
atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat diputar selama 6 bulan-1
tahun.
4. Menetapkan Pola Menu Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola
dan frekuensi macam hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan
selama satu putaran menu. Dengan penetapan pola menu dapat dikendalikan
penggunaan bahan makanan sumber zat gizi dengan mengacu gizi seimbang.
6. Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang, dan malam pada satu
7. Merancang Format Menu adalah susunan hidangan sesuai dengan pola menu
marketing. Bila ada ketidaksetujuan oleh salah satu pihak manajer, maka perlu
9. Melakukan Test Awal Menu Bila menu telah disepakati, maka perlu dilakukan
uji coba menu. Hasil uji coba, langsung diterapkan untuk perbaikan menu.
untuk pengadaan bahan makanan agar tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan
bahan makanan untuk pasien dalam satu tahun anggaran (Jufri et.al.2012).
kebutuhan bahan makanan agar tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan
makanan dengan spesifikasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu yang ditetapkan
untuk pasien rumah sakit. Ada beberapa langkah perhitungan kebutuhan bahan
makanan kering.
2. Hitung kebutuhan semua bahan makanan satu per satu dengan cara :
menggunakan kalender.
bahan makanan adalah suatu kegiatan penyusunan biaya yang diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan yang dilayani sehingga
kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan standar yang
sebelumnya.
4. Buat pedoman berat bersih bahan makanan yang digunakan dan dikonversikan
ke dalam berat kotor. (365 hari/10) x ∑ konsumen rata-rata x total macam dan
∑ makanan 10 hari.
5. Hitung indeks harga makanan per orang per hari dengan cara mengalikan berat
berlaku.
2013).
menu dan rata-rata jumlah konsumen atau pasien yang dilayani sesuai periode
makanan bertujuan agar tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai menu,
waktu, pemesanan, standar porsi bahan makanan dan spesifikasi yang ditetapkan.
makanan.
4. Adanya menu dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan selama periode
meliputi :
porsi dengan jumlah konsumen atau pasien kali kurun waktu pemesanan.
jumlah, spesifikasi atau kualitas bahan makanan sesuai ketentuan atau kebijakan
berkaitan dengan macam dan jumlah produk yang tepat, waktu yang tepat, serta
harga yang sesuai. Tujuan pembelian bahan makanan adalah untuk mendapatkan
bahan makanan dengan mutu yang baik. Adapun persyaratan dalam pembelian
makanan yaitu :
20
4. Dana tersedia.
memperoleh bahan makanan, biasanya terkait dengan produk yang benar, jumlah
yang tepat, waktu yang tepat dan harga yang benar. Sistem pembelian yang sering
transaksi berlangsung.
ditetapkan sebelumnya.
bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah
ditetapkan dalam perjanjian jual beli. Prinsip penerimaan bahan makanan yaitu :
2. Mutu yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang disepakati dalam
perjanjian.
3. Harga bahan makanan yang tercantum dalam faktur pembelian harus sama
dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam perjanjian jual beli.
1. Bahan makanan diperiksa sesuai dengan daftar pesanan (yang memuat satuan
3. Bahan makanan yang tidak langsung digunakan saat itu di simpan di ruang
makanan agar bahan makanan yang diterima sesuai dengan daftar pesanan, waktu
pesan dan spesifikasi yang ditetapkan. Persyaratan yang dibutuhkan dalam proses
ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin setelah bahan makanan yang
makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas,
dan keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan makanan kering
dan dingin atau beku dengan tujuan agar tersedianya bahan makanan yang siap
digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
a. adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan segar.
c. tersedianya kartu stok bahan makanan atau buku catatan keluar masuknya
bahan makanan.
tanggal penerimaan.
d. Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan, harus
f. Semua bahan makanan ada dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan
tidak berlobang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan
g. Pintu harus selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan, serta dibuka pada
k. Semua lubang yang ada digudang harus berkasa, serta bila terjadi
d. Semua bahan makanan yang akan dimasukkan lemari atau ruang pendingin
pendingin.
25
Tabel 1
kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan bumbu-
menyiangi, meracik dan sebagainya) sesuai dengan menu, standar resep, standar
porsi, standar bumbu dan jumlah pasien yang dilayani. Prasyarat dalam persiapan
mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk
pedoman menu, siklus menu, bahan makanan yang akan dimasak, peralatan
penampilan makanan.
mempengaruhi makanan yang disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga,
rumah sakit, yaitu sistem yang dipusatkan (sentralisasi), sistem yang tidak
sakit diperlukan adanya standar kebutuhan tenaga gizi secara lebih rinci. Menurut
Kemenkes (2013), tenaga gizi dalam pelayanan gizi rumah sakit adalah profesi
gizi yang terdiri dari Registered Dietisien (RD) dan Technical Registered Dietisien
membantu RD dalam melakukan asuhan gizi dan pelayanan makanan serta dietetik
Tabel 2
dengan baik dan benar. Dalam merencanakan sarana fisik atau bangunan untuk
unit pelayanan gizi rumah sakit, maka diperlukam kesatuan pemikiran antara
perencanaan dan pihak manajemen yang terkait. Adapun tempat yang diperlukan
mengecek kualitas serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini sebaiknya
mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan bahan
makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah bahan makanan yang akan
diterima.
bahan makanan segar (ruang pendingin) dan penyimpanan bahan makanan kering.
Luas tempat pendingin ataupun gudang bahan makanan tergantung pada jumlah
29
bahan makanan yang akan disimpan, cara pembelian bahan makanan, dan
Ruang ini hendaknya dekat dengan ruang penyimpanan serta pemasakan. Ruang
harus cukup luas untuk menampung bahan, alat, pegawai, dan alat transportasi.
kelompok makanan yang dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan khusus.
Kemudian makanan biasa dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran, lauk pauk
dengan sarana air panas. Alat-alat dapur besar dan kecil dibersihkan dan disimpan
d. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi
(1,2kg/cm3).
b. Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi
(1,2kg/cm3).
c. Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, detergen, sikat.
sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah terkumpul.
pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan ini dapat
terpisah dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan tempat kerja
8. Ruang pengawas
ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan di
dapur.
yang diberikan dapat mencapai hasil yang diharapkan dan dilakukann sesuai
dengan standard dan prosedur yang berlaku. Indikator mutu pelayanan gizi
Perubahan sign dan symptoms dari problem gizi pada kunjungan awal
Persentase ketetapan diet yang disajikan sesuai dengan diet order dan
Persentase makanan yang dapat dihabiskan pasien dari satu atau lebih
waktu makan harus 80%. Dengan kata lain, sisa makanan pasien harus <
adalah :
Landasan Teori
Persiapan dan
Distribusi
Pengolahan
Makanan
Bahan Makanan
Gambar 1. Landasan teori
Kerangka Berpikir
di instalasi gizi RSUD Salak kabupaten Pakpak Bharat yang dimulai dari
penegakan diagnosa dan menetapkan status gizi pasien yang dilakukan oleh
dokter, kemudian perawat memberi order makanan dari ruang rawat inap kepada
staf gizi. Setelah itu staf gizi dapat melakukan perencanaan kebutuhan bahan
makanan. setelah itu akan dilakukan pengadaan bahan makanan yang meliputi
bahan makanan yang sudah dibeli, setelah diterima lalu disimpan ditempat
penyimpanan bahan makanan kering ataupun bahan makanan basah. Setelah itu
keruangan pasien.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Bharat.
Subjek Penelitian
sampling, yaitu teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang mengetahui
benar, dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang baik serta bersedia dan
34
35
Tabel 3
Definisi Konsep
makanan yang akan di olah, menetapkan lama siklus menu yang akan
konsumen/pasien.
kebutuhan bahan makanan yang meliputi macam, jumlah dan mutu sesuai
kering dan bahan makanan basah untuk diolah yang meliputi pemesanan
bumbu dan mengolah bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap
dikonsumsi.
tepat.
Bharat. Alat bantu yang digunakan dalam proses wawancara adalah kamera, alat
Selain itu metode yang digunakan adalah observasi untuk melihat dan
ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
tertentu. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan
dalam catatan lapangan, dokumen resmi, dokumentasi foto, rekaman suara dan
Tahap selanjutnya adalah penyajian data yang dianalisis dalam bentuk naratif dan
atau perbedaan pada tiap hasil yang diperoleh di lapangan dengan pedoman yang
diresmikan pada tanggal 22 Maret Tahun 2010. Secara geografis RSUD Salak
berada di pusat kecamatan Salak, yaitu di Jalan Raja David Kecamatan Salak,
Pendirian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak merupakan komitmen bagi
pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dan seluruh pihak Legislatif dalam rangka
Tahun 2004 tentang Peningkatan Fungsi Rawat Inap Puskesmas Salak menjadi
RSUD Salak.
RSUD Salak memiliki visi dan misi. Adapun Visi dari RSUD Salak adalah “
visi tersebut, maka perlu merumuskan misi untuk mencapai tujuan rumah sakit
tersebut. Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salak Kabupaten Pakpak
Bharat adalah :
2. Menciptakan lingkungan rumah sakit yang nyaman, aman, indah dan bersih.
38
39
4. Melengkapi sarana dan prasarana kesehatan sesuai dengan tipe rumah sakit.
Selain memiliki visi, misi dan tujuan, RSUD Salak juga memiliki motto.
K = Kemudahan
A = Akurat
S = Sopan
I = Intim
H = Hormat
Tugas pokok dan fungsi RSUD Salak. Tugas pokok dan fungsi RSUD
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas
badan dan jiwa yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya
menyelenggarakan fungsi :
a. Pelayanan medik
c. Pelayanan perawatan
d. Pelayanan rehabilitasi
2. Sebagai tempat pendidikan dan atau latihan tenaga medik dan para medik
kesehatan.
menyembuhkan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang
pelayanan di RSUD Salak terdiri dari beberapa jenis pelayanan antara lain
pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan medik dasar dan atau
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di RSUD Salak. Hal ini tampak dari
jumlah kunjungan pasien yang datang berobat semakin bertambah setiap tahunnya.
Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan di RSUD Salak
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu alat kesehatan yang sudah memadai dan
dokter spesialis yang sudah lengkap yang mampu menangani perawatan pasien
rawat inap sehingga pasien tidak harus dirujuk ke rumah sakit lain diluar
Tabel 4
Gambaran umum instalasi gizi RSUD Salak. Instalasi gizi RSUD Salak
sebagai salah satu pelayanan penunjang medis di rumah sakit. Instalasi gizi
dipimpin oleh seorang Kepala instalasi gizi lulusan DIII-Gizi. Tenaga yang ada di
instalasi gizi sebanyak 11 orang dimana 1 orang sebagai Kepala instalasi gizi, 4
orang sebagai ahli gizi, dan 6 orang sebagai juru masak. Latar belakang
pendidikan tenaga yang ada di instalasi gizi hanya 5 orang yang lulusan
42
pendidikan gizi (D3 dan S1), sedangkan 1 orang juru masak lulusan sarjana
Adapun yang menjadi uraian tugas tenaga gizi di Instalasi Gizi RSUD
Salak yaitu :
d. Melaksanakan pemantauan.
2. Ahli gizi
3. Juru masak
inap.
Administrasi
Herianti Sembiring
Kepala Instalasi Gizi
Semiana Nainggolan
mi anan Nain
penyusunan menu untuk menetapkan jenis atau macam menu, siklus menu dan
kurun waktu penggunaan menu yang akan diterapkan (Permenkes RI, 2013).
sesuai dengan PGRS (Kemenkes, 2013) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 5
Instalasi Gizi RSUD Salak ada yang sudah dilakukan sesuai dengan langkah-
langkah perencanaan menu menurut PGRS dan ada yang belum dilaksanakan
sesuai pedoman yaitu penggunaan waktu siklus menu dan melakukan penilaian
menu dan merevisi menu. Selain itu, menurut (Depkes, 2003) ada beberapa
prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu seperti pada tabel berikut:
45
Tabel 6
Makanan Rumah Sakit (PPMRS) dan standar porsi. Sementara prasyarat yang
“Klo untuk merencanakan menu saya dan tim. Jadi kita adakan
rapat tim instalasi gizi. jadi untuk siklus menu kita menggunakan
siklus menu 10 hari untuk waktu penggunaannya sudah tiga tahun ini
tidak kita perubahi”. (Informan 1)
“yang merencanakan menu itu kami staf gizi dan kepala instalasi
gizi. udah tiga tahun juga menunya tidak kita ubah. Tapi sekarang
udah tambah 3 orang staf gizi disini. Jadi kemaren staf gizi yang
baru disuruh untuk membuat menu baru. Setelah itu kami staf gizi
dan kepala instalasi melakukan rapat untuk membahas menu baru
tersebut. Jadi nanti siap tim instalasi merencanakan, baru dibawa ke
rapat rumah sakit menu yang kita susun itu untuk perkiraan
anggaran”. (informan 2)
Jadi kalau perencanaan itu kan kita lakukan tim. Tim instalasi gizi
yang biasa merencakan itu ya semua tenaga gizi kita lah. Kita disini
ada 5 orang yang tenaga gizi. Jadi nanti siap tim instalasi
merencanakan, baru dibawa ke rapat rumah sakit menu yang kita
susun itu untuk perkiraan anggaran.” (informan 7)
dilakukan secara rapat tim. Siklus menu yang digunakan yaitu menu 10 hari yang
46
kurun waktu penggunaanya sudah 3 tahun. Menu yang baru masih dalam dalam
pembaharuan.
Hasil wawancara mendalam mengenai standart menu dan menu diet khusus
“Kalau macam menu disini kita hanya ada menu standar, dan ngak
ada menu pilihan. Walaupun dia pasien VIP kita tetap menggunakan
menu standart itu”. (Informan 1)
“Klo disini kita hanya menggunakan menu standart. Klo untuk menu
diet khusus juga kita menggunakan menu standart tapi masaknya aja
kita bedakan. misalnya diet lambung kita berikan diet lambung,
kalau misalnya di orderan diet mereka itu tertulis diet ini diet itu, ya
kita berikan itu. Tapi seandainya dia diet lambung, tapi tidak ada
orderan diet mereka, ya kami tidak layani. Itu harus diorder, kalau
tidak diorder ya kami tidak layani. Itu koordinasinya sama perawat
ruangan”. (Informan 2)
khusus itu bahan makanannya sama tapi cara memasaknya yang berbeda ataupun
disesuaikan dengan keadaan penyakit pasien (diet pasien). Pasien yang memiliki
penyakit yang membutuhkan diet khusus akan dilayani jika ada orderan diet yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Azwar, 2010). Salah satu kegiatan
Perencanaan menu di Instalasi Gizi RSUD Salak dilakukan untuk menyusun jenis
atau macam hidangan di setiap pemberian makanan kepada pasien rawat inap
47
dalam kurun waktu tertentu. Hasil dari perencanaan menu tersebut adalah standar
menu dilakukan secara tim, terdiri dari kepala instalasi gizi dan staff gizi. Pada
prakteknya, penyusunan menu terlebih dahulu dilakukan oleh staff gizi lalu
didiskusikan bersama kepala instalasi gizi melalui rapat internal instalasi gizi. jika
ada yang tidak sesuai dari menu yang disusun maka akan dikoreksi dan diubah
bersama dengan dengan kepala instalasi gizi pada rapat tersebut. setelah itu nanti
akan dibawakan ke rapat rumah sakit menu yang disusun untuk perkiraan
anggaran.
Rumah Sakit Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto tahun 2012 bahwa
perencanaan menu dirumah sakit tersebut direncanakan dengan tim dan siklus
dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu menu untuk pasien kelas perawatan
VIP, kelas I, II, dan III. Jenis hidangan baik makan pagi, siang ataupun malam
untuk setiap kelas perawatan tidak memiliki perbedaan yang signifikan, bahkan di
hari-hari tertentu menu yang dihidangkan untuk semua kelas perawatan sama. Hal
yang membedakan adalah jenis lauk hewani dan buah yang disajikan. Sementara
itu, untuk menu makanan pasien yang memerlukan diet khusus akan disesuaikan
Untuk standart resep dan standar bumbu, pihak instalasi gizi belum
dan standar bumbu yakni karena menu yang disusun selama ini tidak
membutuhkan resep khusus atau dengan kata lain resep dan takaran bumbunya
perencanaan menu perlu dilakukan oleh pihak instalasi gizi mengingat proses
perencanaan menu merupakan tahap awal dan memegang peran penting untuk
makanan berikutnya.
bahan makanan yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu (Kemenkes, 2013).
Tujuan dari perencanaan kebutuhan bahan makanan yaitu agar tersedianya taksiran
macam dan jumlah bahan makanan dengan spesifikasi yang ditetapkan, dalam
kurun waktu yang ditetpkan untuk pasien rumah sakit (PermenkesRI, 2013).
berikut :
Setelah itu kita sesuaikan juga dengan menu dan jumlah pasien
berdasarkan kelasnya. Baru kita kalikanlah bahan makanan yang
kita butuhkan itu dengan jumlah atau frekuensi pemberiannya
dikalikan standar porsinya lalu dikalikan dengan jumlah
pasiennya.”(informan 8)
makanan basah dan kering untuk kebutuhan 3 hari dengan menghitung rata-rata
jumlah pasien.
makanan basah untuk jangka waktu dua kali dalam seminggu yaitu pada hari senin
dan kamis. Perencanaan bahan makanan baik basah dan kering dilakukan dengan
berpedoman pada siklus menu yang telah disusun, frekuensi pemberian makanan,
standar porsi yang digunakan, spesifikasi bahan makanan yang telah ditentukan
Salak sudah sesuai dengan pedoman PGRS yaitu kebutuhan bahan makanan dibuat
bahan makanan.
ditempuh sesuai dengan PGRS (Kemenkes, 2013) yang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
50
Tabel 7
anggaran belanja bahan makanan di instalasi gizi RSUD Salak maka diperoleh
“Dana yang disediakan udah ada untuk sebulan, jadi kami hanya
menggunakannya itu untuk pesan bahan makanan, nanti kita lihat
dari siklus menu yang ada nanti itu lah yang akan kita pesan.”
(Informan 8)
“Jadi untuk menyusun anggaran itu seperti ini. Kita ambil rata-rata
pasien tahun lalu, katakanlah 20 pasien per hari dikalikan dengan
365 hari lalu setelah kita kirakira untuk satu pasien berapa, misalnya
Rp 30.000, ya dikalikan Rp 30.000. Dan anggaran itu tidak diberikan
sekaligus tetapi nanti kita menerima setiap bulannya. Setiap hari kita
catat kira-kira berpa biaya pembelian bahan makanan setelah itu
nanti kita laporkan ke bendahara setiap bulannya.” (Informan 9)
oleh kepala instalasi gizi dan petugas administrasi. Setelah rencana anggaran
selesai disusun, maka akan didiskusikan kembali bersama tenaga gizi lainnya lalu
disepakati bersama melalui rapat internal instalasi gizi, maka kepala instalasi gizi
akan membawa rencana anggaran beserta menu dan kebutuhan bahan makanan
yang telah disusun dalam rapat pengajuan anggaran di RSUD Salak. Ketika
anggaran diajukan maka tidak langsung disetujui, akan tetapi diproses terlebih
instalasi gizi dan petugas administrasi terlebih dahulu mengumpulkan data jumlah
pasien rawat inap tahun lalu untuk mengetahui rata-rata jumlah pasien rawat inap
yang dilayani. Selain data jumlah pasien rawat inap tahun lalu, pihak instalasi gizi
juga bisa berpatokan pada jumlah layanan makanan yang telah dilakukan instalasi
gizi tahun lalu. Pada tahap sebelumnya, pihak instalasi gizi sudah melakukan
bahan makanan yang ada dan siklus menu yang sudah disusun. Maka rencana
indeks harga makanan pasien per hari. Selanjutnya, indeks harga makanan per
pasien dalam satu hari akan dikalikan dengan rata-rata jumlah pasien rawat inap
lalu dikalikan 365 hari untuk mendapatkan total anggaran belanja bahan makanan
Pencairan anggaran belanja bahan makanan untuk satu tahun tersebut tidak
dilakukan sekaligus, akan tetapi dikucurkan setiap bulan oleh pihak keuangan.
Sementara itu, pihak instalasi gizi hanya membuat rekapitulasi bahan makanan
yang telah dibeli dan total biaya pembelian setiap bulannya, lalu pihak keuangan
perencanaan anggaran sudah dilaksanakan oleh pihak Instalasi Gizi RSUD Salak
(Kemenkes, 2013).
dipenuhi terlebih dahulu dan kegiatan pemesanan bahan makanan harus dilakukan
Tabel 8
Tabel 9
Dari tabel 8 dan tabel 9 diketahui bahwa semua prasyarat pemesanan bahan
makanan sudah dipenuhi dan kegiatan pemesanan bahan makanan sudah dilakukan
PGRS.
pembelian bahan makanan di instalasi gizi RSUD Salak maka diperoleh informasi
sebagai berikut :
“hanya ada satu pemasok untuk semua bahan makanan baik untuk
bahan makanan kering ataupun bahan makanan basah di instalasi
gizi ini. Kontrak sama pemasok selama ini diperbaharui sekali
setahun. Biasanya itu juga nya pemasok tahun-tahun sebelumnya
sampai sekarang.” (Informan 8)
“Jumlah bahan makanan yang akan kita pesan akan disesuaikan
dengan jumlah pasien yang ada pada saat kita ingin melakukan
pemesanan. Nanti kita akan menambah stok bahan makanan untuk 2
orang disetiap pemesanan.”(informan 9)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemesanan
bahan makanan basah maupun bahan makanan kering di instalasi gizi RSUD Salak
sudah ada tender yang ditunjuk oleh rumah sakit dan hanya ada satu pemasok
untuk semua bahan makanan. Instalasi gizi hanya melakukan pemesananan bahan
makanan kepada leveransi dan pihak leveransi nantinya yang akan membeli bahan
makanan tersebut.
Salak itu leveransi yang dipilih melalui pelelangan umum. Sejalan dengan
pendapat Moehyi (1992), pelelangan umum yaitu pelelangan yang terbuka untuk
berbagai media massa sehingga semua pemasok yang berminat dapat mengikuti
Akan tetapi, apabila kerja sama dengan pihak leveransi berjalan dengan baik bisa
RSUD Salak menjadi dua yakni pemesanan bahan makanan kering dan bahan
makanan basah. Pemesanan bahan makanan kering dan bahan makanan basah
dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis. Sebelum
dan jumlah pasien rawat inap yang dilayani. Biasanya pemesanan bahan makanan
dilakukan pada pagi hari dan pada sore hari bahan makanan sudah diantar oleh
pihak instalasi gizi RSUD Salak sudah sesuai dengan PGRS, akan tetapi terdapat
kelemahan dari periode pemesanan bahan makanan kering dan bahan makanan
basah karena dilakukan dua kali dalam semiggu yang menyebabkan seringnya
Oleh karena itu, seharusnya periode pemesanan bahan makanan kering dan bahan
makanan basah harus diperhatikan dan diperhitungkan lagi dengan baik oleh pihak
instalasi gizi agar tidak tejadi lagi kekurang stok bahan makanan.
56
melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan
Tujuan dari penerimaan bahan makanan adalah agar diterimanya bahan makanan
sesuai dengan daftar pesanan, waktu pesan dan spesifikasi yang ditetapkan
yang harus dipenuhi terlebih dahulu dan langkah-langkah yang sudah diatur dalam
Tabel 10
Tabel 11
dalam PGRS.
melakukan cross check pada list bahan makanan yang dipesan, apakah sesuai
dengan pesanan baik macam/jenis dan jumlah bahan makanan serta spesifikasinya.
menggunakan kartu stok bahan makanan untuk pemesanan bahan makanan dan
buku catatan untuk bahan makanan yang dikeluarkan dari ruang penyimpanan
Pihak Instalasi Gizi RSUD Salak menerima bahan makanan kering maupun
bahan makanan basah pada sore hari sekitar pukul 15.00 wib sesuai periode
RSUD Salak berpedoman pada daftar pesanan yang telah disusun oleh pihak
instalasi gizi dan spesifikasi bahan makanan yang sudah ditetapkan. Berdasarkan
hasil observasi langsung, ketika bahan makanan sudah diantarkan oleh pihak
apakah bahan makanan yang diserahkan oleh pihak leveransi sesuai dengan
spesifikasi, lalu mencocokkan jumlah dan jenis bahan makanan yang diterima
apakah sudah sesuai dengan pesanan yang tercantum dalam daftar pesanan bahan
makanan. Tujuannya bahan makanan yang diterima sesuai dengan daftar pesanan,
standar PGRS dan sudah memenuhi persyaratan peneriman bahan makanan yang
ditentukan dalam pedoman PGRS.
Penyimpanan bahan makanan. Penyimpanan bahan makanan adalah
suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan
bahan makanan kering dan segar di gudang bahan makanan kering dan
dingin/beku (Kemenkes, 2013). Tujuan penyimpanan bahan makanan adalah agar
tersedianya bahan makanan yang sip digunakan dalam jumlah dan kualitas yang
tepat sesuai dengan kebutuhan (PermenkesRI, 2013). Dalam kegiatan
penyimpanan bahan makanan, ada prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu
dan kegiatan penyimpanan bahan makanan harus dilakukan dengan langkah-
langkah yang sudah diatur dalam PGRS. Pemenuhan prasyarat dan pelaksanaan
langkah-langkah dalam kegiatan penyimpanan bahan makanan di Instalasi Gizi
RSUD Salak dapat digambarkan melalui tabel berikut :
Tabel 12
Tabel 13
penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan segar dan belum
sendiri kita belum membagi per jenis bahan makanan. jadi untuk
daging, ikan, udang dan olahnya memang udah dalam lemari ini
tetapi suhunya belum sesuai. Untuk telur buah sendiri masih ada
diluar lemari pendingin makanya sering mengalami pembusukan.
dan untuk sayur, sayur kita kan banyak jadi ruang penyimpanan
masih kecil jadi behimpit-himpit sehingga itu kendalanya dan itu
adalah proses cepat menyebabkan pembusukan sayur. Itulah kan
sehingga bahan makanan kita masih sering ada diluar karena lemari
pendingin kita masih kurang untuk sayur jadi baiknya memang
ditambah lagi penyimpanan untuk lemari pendingin.” (Informan 4)
Hasil wawancara diatas adalah untuk penyimpanan bahan makanan basah
dan bahan makanan kering dipisahkan yaitu bahan makanan basah disimpan
didalam lemari pendingin yang disertai dengan freezer dan bahan makanan kering
kering dan suhu penyimpanan bahan makanan basah berdasarkan jenisnya belum
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Jufri, dkk. Yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jeneponto Tahun 2012
bahwa proses penyimpanan bahan makanan tetap dipisahkan antar bahan makanan
basah dan bahan makanan kering dalam penyimpanan bahan makanan sangat
memenuhi syarat dan yang bertugas untuk menyimpan bahan makanan tersebut
bahan makanan kering dan penyimpanan bahan makanan basah. Di instalasi gizi
RSUD Salak penyimpanan bahan makanan basah dan bahan makanan kering
masih berada dalam satu ruangan tetapi untuk penyimpanan bahan makanan basah
62
disimpan di dalam satu lemari pendingin yang dilengkapi dengan freezer dan
gula, roti atau snack, tepung, gula, kecap, pisau, plastik, dll. Untuk bagian atas
makanan kering belum sesuai dengan PGRS. Dimana di PGRS disebutkan bahwa
suhu untuk penyimpanan bahan makanan kering baiknya berkisar antara 19-21°C
sementara suhu ruangan di instalasi gizi 26°C hal itu dikarenakan masih seringnya
pintu ruangan terbuka-buka. Jika suhu ruangan lebih panas maka akan
mempengaruhi bahan makanan yang ada dimana bahan makanan tersebut akan
lebih cepat membusuk sehingga bahan makanan tersebut tidak layak untuk
digunakan lagi.
mempunyai satu buah lemari pendingin yang dilengkapi dengan freezer. Didalam
hari kedepan. Stok/jumlah bahan makanan yang akan dimasukkan ke dalam lemari
sangatlah banyak dimana jumlah bahan makanan yang akan disimpan tidak
sekali berpadat-padatan di dalam lemari pendingin dan hal itu bisa menyebabkan
Suhu untuk lemari pendingin belum sesuai dengan PGRS. Dimana suhu
untuk jenis bahan makanan daging, ikan, udang, dan hasil olahannya yang baik
sesuai dengan PGRS untuk penyimpanan selama >3 hari adalah -5 ─ 0°c
sementara suhu yang digunakan instalasi gizi yaitu -13°C. tidak sesuainya suhu
Instalasi gizi RSUD Salak, masih belum melakukan pengaturan suhu berdasarkan
basah dilakukan dua kali dalam seminggu, sehingga jumlah bahan makanan yang
untuk tempat penyimpanan bahan makanan basah masih kurang sehingga masih
adanya bahan makanan seperti telur, buah-buahan belum disimpan di dalam lemari
pendingin dikarenakan lemari pendingin sudah penuh dengan bahan makanan yang
sesuai dengan standart dalam PGRS, akan tetapi belum semua persyaratan
penyimpanan bahan makanan dipenuhi oleh pihk instalasi gizi RSUD Salak.
meliputi dua tahap yaitu tahap persiapan bahan makanan dan tahap pemasakan
menyiangi, meracik dan sebagainya) sesuai dengan menu, standar resep, standar
porsi, standar bumbu dan jumlah pasien yang dilayani. Sedangkan pemasakan
mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk
pemasakan bahan makanan, ada prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu
yang sudah diatur dalam PGRS. Pemenuhan prasyarat dalam kegiatan persiapan
dan pemasakan bahan makanan di Instalasi Gizi RSUD Salak dapat digambarkan
Tabel 14
yang sudah dipenuhi dan ada juga prasyarat yang belum dipenuhi, yakni tidak
Tabel 15
yang sudah dipenuhi dan ada juga prasyarat yang belum dipenuhi, yakni tidak
Hasil dari wawancara diatas adalah yang mengambil bahan makanan dari
ruang penyimpanan adalah staff gizi. Sebelum bahan makanan diserahkan kepada
juru masak, terlebih dahulu staf gizi memeriksa kualitas bahan makanan tersebut
“Kalau tenaga pengolah makanan kan dek cuma 6 orang disini, tapi
kita bilangnya juru masak sih karna bukan hanya mengolah makanan
tapi semua rangkap pekerjaan, mulai dari mengolah makanan,
mengantar makanan ke pasien, ambil piring pasien, sampai cuci
piring juga semua yang kerjain juru masak. Disini ada 2 shift gitulah
jadinya untuk petugas yang masak. Kalau yang masak untuk makan
pagi dan siang sama orangnya dan petugas untuk yang masak makan
malam shift sore.” (Informan 5)
“Kami juru masak ada 6 orang, tapi setiap harinya kan beda-beda
shiftnya. Ada shift pagi dan shift sore. Misalkan shift pagi siang ada
2 orang, shift sore 2 orang juga jadi satu hari itu ada 4 orang yang
masak di dapur.” (Informan 6)
66
oleh juru masak. Jumlah juru masak yaitu sebanyak 6 orang dibagi berdasarkan
shiftnya. Setiap shift berjumlah 2 orang. Biasanya untuk shift pagi dan siang ada 2
kegiatan pesiapan bahan makanan di instalasi gizi RSUD Salak sebagai berikut :
melakukan persiapan. Proses persiapan bahan makanan dilakukan mulai dari staf
gizi mengambil bahan makanan keruang penyimpanan, setelah itu juru masak akan
mencuci bahan makanan terebut, dan mencuci peralatan masak. Dalam kegiatan
persiapan bahan makanan ahli gizi tidak hanya melakukan pengawasan namun
juga ikut membantu dalam proses persiapan dimana hal tersebut tidak sesuai tugas
pokok ahli gizi di instalasi gizi RSUD Salak dimana ahli gizi dalam kegiatan
67
“Ya tentu ada misalkan hari ini misalkan menu tiga, misalnya menu
itu masak ikan arsik plus tahu sama sayur lodeh. Jadi setiap harinya
kami mengikuti jalurnya menu klo menunya hari ini ya masak yang
ini kami harus mengikuti prosedur seperti itu. Kalau bumbunya saya
racik sendirilah, dikira-kira, resepnya kan kita udah taulah, kalau
mau masak tumis kekmana, mengarsik, menggulai.” (Informan 5)
Hasil dari wawancara diatas adalah juru masak memasak bahan makanan
“Untuk APD Selalu kami gunakan, karena setiap masak itu kami
harus memakai seperti topi. Masker, celemek sama sarung tangan,
biar kami memasaknya juga harus steril. Karna ini dimasak kan
untuk pasien biar pasiennya cepat sembuh”. (Informan 5)
“Klo APD disini udah lengkap kog, dan selalu kita gunakan”.
(Informan 6)
Hasil wawancara diatas adalah juru masak yang ada di instalasi gizi RSUD
Saak pada saat mengolah bahan makanan selalu menggunakan alat pelindung diri.
makanan dilakukan persiapan seperti staff gizi mengambil bahan makanan dari
ruang penyimpanan dan menimbang bahan makanan yang akan digunakan serta
baik untuk digunakan atau tidak. Setelah itu juru masak juga segera mencuci bahan
68
makanan tersebut, meracik, serta mencuci peralatan masak yang akan digunakan.
Kegiatan persiapan perlu dilakukan sebelum memasak bahan makanan agar sesuai
dengan menu yang sudah ditetapkan dan jumlah pasien yang akan dilayani. Saat
proses persiapan bahan makanan dan pemasakan bahan makanan selalu diawasi
Penelitian ini didukung oleh penelitian Jufri, dkk. (2012) yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Jenopoto adalah Dalam
proses pemasakan bahan makanan dikerjakan oleh juru masak yang setiap hari
masing juru masak mengambil bagian agar proses pengolahan dapat diselesaikan
dengan cepat. Pengawasan dilakukan untuk mengontrol jumlah kandungan zat gizi
pada makanan.
ikan atau daging, juru masak sudah melakukannya sesuai dengan standar porsi
rumah sakit. Selain itu pihak instalasi gizi juga melakukan peracikan bumbu,
dimana bumbu ditakar dan diperkirakan sendiri oleh juru masak sebab pihak
instalasi gizi belum mempunyai standar bumbu yang harus diikuti sesuai dengan
jenis masakan yang dimasak. Hal ini beresiko menyebabkan makanan yang diolah
bisa saja terlalu pedas, terlalu asin atau terlalu berbumbu dan lainnya sehingga
dapat merangsang saluran pencernaan. Oleh karena itu, pihak instalasi gizi perlu
memperhatikan hal tersebut terutama jika ada pasien yang dilayani memiliki
masalah dengan saluran pencernaannya. Tidak adanya standar bumbu dan standar
69
ketepatan dalam cita rasa tidak dapat dijamin sama untuk setiap pengolahan.
masak yaitu sebanyak 6 orang dibagi berdasarkan shiftnya. Setiap shift berjumlah
standar yang telah disusun dan formulir orderan makanan pasien ruangan yang
diterima pihak instalasi gizi dari perawat ruangan. Dari formulir tersebut, pihak
instalasi gizi mengetahui pasien yang memerlukan diet khusus dan pasien yang
yang tidak memerlukan diet khusus dilakukan oleh tenaga yang sama. Untuk
pengolahan makanan pasien rawat inap yang memerlukan diet khusus akan diolah
terlebih dahulu oleh juru masak, lalu dilakukan pengolahan makanan biasa sesuai
dengan menu yang ditetapkan. Jika pasien hanya membutuhkan diet Makanan
Lunak (ML) sesuai dengan jenis penyakitnya, pihak instalasi gizi tetap
menggunakan menu yang sama dengan pasien rawat inap yang tidak mempunyai
topi, Masker, celemek dan sarung tangan, agar kualitas bahan makanan tersebut
Higene Sanitasi Makanan Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (2000) dinyatakan
bahwa agar tehindar dari pencemaran, semua kegiatan pengolahan makanan harus
70
dilakukan dengan cara terlindungi dari kontak langsung dari tubuh, salah satunya
dengan penggunaan APD seperti celemek (apron), penutup rambut (hair cover),
sarung tangan plastik yang sekali pakai (disposable), penutup hidung dan mulut
pedoman PGRS. Selain itu, sikap dan perilaku penjamah makanan juga sudah
proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah
mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku (Kemenkes, 2013).
Tuuan dari pendistribusian makanan adalah agar pasien mendapat makanan sesuai
dipenuhi terlebih dahulu yang sudah diatur dalam PGRS. Pemenuhan prasyarat
Tabel 16
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jadwal makan bagi pasien
rawat inap ada lima jadwal, tiga kali makanan utama yang terdiri dari makan pagi,
makan siang dan makan malam dan dua kali makanan selingan.
cara sentralisasi yaitu makanan dibagi serta disajikan dalam alat makan diruangan
instalasi gizi sebelum disalurkan ke ruang rawat inap pasien. Di instalasi gizi
berbagi tugas yaitu satu orang yang mengantarkan makanan ke ruangan pasien dan
satu orang lagi harus tinggal di instalasi gizi untuk melayani apabila ada keluarga
pasien yang ingin meminta air panas. Akan tetapi jika jumlah pasien tidak banyak
makan di instalasi gizi RSUD Salak yaitu pada pagi hari pukul 06.30, makan siang
73
pukul 12.00, makan pukul 18.00 serta untuk pendistribusian untuk makanan
selingan/snack pukul 10.00 dan pukul 16.00. Hal ini sejalan dengan penelitian
Gobel dkk (2011) yang menyatakan bahwa instalasi gizi RSUD Sulawesi
service, karena tidak ada petugas khusus (pramusaji). Pengadaan makanan sering
pemorsian makanan siap, kemudian makanan tersebut akan disusun kedalam troli,
menggunakan APD yaitu masker yang disediakan oleh pihak rumah sakit.
74
sudah memenuhi prasyarat sesuai pedoman, akan tetapi kendala pada tenaga yang
Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
dengan pedoman PGRS. Akan tetapi untuk perencanaan menu belum secara
pengunaan waktu siklus menu yang ada saat ini telah digunakan selama tiga
tahun seharusnya dilakukan enam bulan atau setahun sesuai dengan PGRS.
makanan kering dan bahan makanan basah dilakukan dua kali dalam seminggu
dilakukan sesuai dengan pedoman PGRS, dimana setelah bahan makanan tiba
75
76
dilakukan oleh pihak instalasi gizi serta masih kurangnya tempat penyimpanan
bahan makanan basah sehingga masih adanya bahan makanan basah yang
standar resep yang harus diikuti sesuai dengan jenis masakan sehingga ketika
mengolah bahan makanan peracikan bumbu ditakar dan diperkiran sendiri oleh
juru masak.
Saran
1. Diharapkan kepada Pihak Instalasi Gizi untuk menggunakan menu baru yang
2. Diharapkan kepada tim pengadaan RSUD Salak, agar menambah jumlah stok
bahan makanan agar tidak terjadi lagi kekurangan bahan makanan apabila
3. Diharapkan kepada pihak RSUD Salak agar menambah lemari pendingin agar
4. Diharapkan kepaada Pihak instalasi gizi agar mempunyai standar bumbu dan
standar resep agar mempunyai acuan yang harus diikuti sesuai dengan jenis
Gobel, S, Y., Prawiningdyah, Y., & Budiningsari, R. D. (2011). Menu pillihan diet
nasi yang disajikan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pasien VIP di
Rumah Sakit Umum Daerah Sulawesi Tenggara. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 7(3), 136-145.
Jufri, J., Hamzah, A., & Bahar, B. (2012). Manajemen pengelolaan makanan di
Rumah Sakit Umum Lanto Dg. Pasewang Kabupaten Janeponto. Jurnal
Ilmiah Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin, 8(6), 49-60.
Diakses dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/
24ac9c23a7982075502dbecb6c3ea538. pdf
Moehyi, S. (1992). Penyelenggaraan makanan institusi dan jasa boga (Edisi ke-
1). Jakarta: Bhratara.
78
79
RSUD Salak Pakpak Barat. (2018). Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Salak Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2018. Diakses dari
https://rsud.pakpakbharatkab.go.id/
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (Edisi ke-25).
Bandung: Alfabeta.
Pedoman Wawancara
Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Jabatan :
(kepala instalasi gizi saja, seluruh staf instalasi gizi, atau pihak
(rapat tim kah atau mengacu pada menu makanan di instalasi gizi
diet khusus?
? (siklus menu untuk 5 hari, 7 hari, 10 hari atau 15 hari dan kurun
81
pemesanan langganan ?)
Staf Gizi)
82
b. Adakah daftar/ kartu stok bahan makan/ buku catatan masuk dan
orang?
basah dipisahkan ?
makanan?
pengolahannya ?
yang melakukannya?
Lampiran 4. Dokumentasi