Anda di halaman 1dari 139

i

ANALISIS PENCEMARAN KROMIUM BERDASARKAN KADAR COD

(CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA HULU SUNGAI CITARUM DI

KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

TAHUN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :
RIFQI ZAKIYA RAHMANI
NIM:

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

H/
ii
iii

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, September
Rifqi Zakiya Rahmani, NIM :
“Analisis Pencemaran Kromium Berdasarkan Kadar COD (Chemical Oxygen
Demand) pada Hulu Sungai Citarum Di Kecamatan Majalaya Kabupaten
Bandung Jawa Barat”
(xv+ Halaman, Tabel, Gambar, Bagan, Grafik, Lampiran)

ABSTRAK
Pencemaran sungai semakin meningkat di Indonesia. Salah satu
pencemaran tertinggi di Indonesia ialah Sungai Citarum. Tingginya
perkembangan industri seperti industri tekstil di Majalaya membuat semakin
tinggi jumlah limbah yang dihasilkan. Banyak industri tidak menaati peraturan
terkait baku mutu limbah cair dan dibuang langsung ke badan air Sungai Citarum
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Limbah industri tekstil menghasilkan limbah
logam berat kromium (VI) untuk digunakan dalam proses produksi. Kromium
(VI) yang masuk ke dalam badan air dapat menjadi permasalahan kesehatan baik
jangka pendek dan jangka panjang.
Instrumen penelitian ini yaitu observasi dan uji sampel di laboratorium.
Sampel diambil sebanyak hari berturut-turut pada stasiun di masing-masing
lokasi. Metode pengambilan yang digunakan yaitu grab sampling dengan teknik
pengambilan purposive sampling. Waktu pengambilan sampel air dilakukan pada
malam hari. Sampel air diawetkan dengan cara pengasaman (HNO dan H SO )
serta pendinginan sesuai SNI .
Menurut hasil uji sampel air di laboratorium, konsentrasi kromium (VI)
pada stasiun A sebesar mg/l, stasiun A sebesar mg/l, pada stasiun
A sebesar mg/l dan pada stasiun A sebesar mg/l. Selain itu, pada
stasiun B , B , dan B konsentrasinya berada di bawah mg/l (batas
minimum alat). Menurut PP No. tahun baku mutu kromium (VI) pada
badan air kelas II sebesar mg/l.
Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya telah tercemar kromium (VI).
Selain itu tingkat pencemaran Sungai Citarum di Majalaya tergolong dalam cemar
ringan dan cemar sedang yang diukur pada parameter tersebut. Diharapkan
semua pihak terkait perlu bersinergitas dalam melakukan pelestarian lingkungan
di Sungai Citarum dengan menjalankan peraturan yang berlaku tanpa
mengenyampingkan sektor kesehatan dan ekonomi di Kecamatan Majalaya.

Kata Kunci : Kromium, Sungai Citarum, Limbah Industri, Majalaya


Daftar Bacaan : ( - )
iv

FACULTY OF HEALTH SCIENCES


DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
ENVIRONMENTAL HEALTH CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, January
Rifqi Zakiya Rahmani,
“Chromium Pollution Analysis Based on COD Levels (Chemical Oxygen
Demand) on the Upper Citarum River in Majalaya District, Bandung Regency,
West Java”
(xv + Pages, Tables, Images, Charts, Charts, Attachments)

ABSTRACT
River pollution is increasing in Indonesia. One of the highest pollution in
Indonesia is the Citarum river. The high development of industries such as the
textile industry in Majalaya makes the higher amount of waste produced. Many
industries do not comply with regulations related to the quality standard of liquid
waste and are disposed of directly into the Citarum river water body without prior
processing. Textile industry waste produces chromium (VI) heavy metal waste for
use in the production process. Chromium (VI) that enters the water body can be a
health problem both short and long term.
This research instrument is observation and sample testing in the
laboratory. Samples were taken as many as consecutive days at stations in
each location. The retrieval method used is grab sampling with purposive
sampling technique. Water samples are taken at night. Water samples were
preserved by acidification (HNO and H SO ) and cooling according to SNI
: .
According to the results of the test of water samples in the laboratory, the
concentration of chromium (VI) at A station was mg / l, A station was
mg / l, at station A it was mg / l and at station A mg / l.
There are also stations B , B , and B , the concentration is still below mg /
l (minimum tool limit). According to PP No. of the quality standard for
chromium (VI) in class II water bodies is mg / l.
Citarum river water in Majalaya Subdistrict has been contaminated with
chromium (VI). In addition, the level of pollution of the Citarum river in Majalaya
is classified as mild pollutants and moderate pollutants which are measured on
these parameters. It is suggested that all related parties need to be synergistic in
carrying out environmental conservation in the Citarum River by implementing
applicable regulations without excluding the health and economic sectors in
Majalaya District.

Keywords: Chromium, Citarum River, Industrial Waste, Majalaya


Reading List: ( - )
v
vi
vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 Data Pribadi

Nama Lengkap : Rifqi Zakiya Rahmani

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, Juli

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ancol Selatan No. RT.

..Kel.Sunter Agung - Kec.Tanjung Priok

... Jakarta Utara,

Email : rifqi.rahman@gmail.com

No. Hp :

 Riwayat Pendidikan

. TK Islam YAMPI, lulus pada tahun

. SD Negeri Sunter Agung - Jakarta, lulus pada tahun

. SMP Negeri Jakarta, lulus pada tahun

. SMA Negeri Jakarta, lulus pada tahun

. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, tahun – sekarang

 Pengalaman Bekerja

. Praktik Belajar Lapangan di Puskesmas Pondok Jagung pada

Oktober - Februari .

. Magang di PT Karini Utama Bangka pada Januari - Februari .


viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Pencemaran Kromium Berdasarkan Kadar COD (Chemical Oxygen

Demand) pada Hulu Sungai Citarum Di Kecamatan Majalaya Tahun ”

dalam rangka memenuhi Mata Kuliah Skripsi Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini tidak terlepas dari kontribusi dan dukungan dari berbagai pihak baik

berupa ilmu, moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

. Orang tua tercinta Bapak Taufiq Rahman Azhar dan Ibu Omah Rohmah

serta Aa, Teteh, dan adik tercinta yang selalu mendukung baik secara moril

maupun materil;

. Bapak Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing

yang telah membimbing dan memberi arahan substansi dan spesifik terkait

ilmu kesehatan lingkungan dari awal hingga akhir penelitian;

. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta;

. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


ix

. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Bandung yang

telah memberikan izin dan mendukung penelitian ini.

. Sdri. Indah Dwi Amanda yang telah membantu melaksanakan studi

pendahuluan serta mendukung moril dan materil pada saat melakukan

penyusunan penelitian ini.

. Sdri. Annisa Fitriana dan Saffana Nuriyah (Tim Bimbingan Prof. Arif

Sumantri) yang telah memberikan dukungan moril selama melaksanakan

penelitian ini.

. Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan angkatan : Maul,

Jule, Ridho, Nindy, Nisa Kebek, Fathiya, Filah, Nana, Wulan, Anya, Ita,

Dwi, Nurul Siwa, Caca, Anin, Ririn, Siska, Nisa Dwi dan Zaujah.

. Teman-teman Pengurus HMPS Kesehatan Masyarakat periode - ;

. Teman-teman Gentlemen : Upil, Jule, Ridho, Maul, Nyoman, Iman,

Irpan, FM, dan Abang.

. Pada penulisan ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang harus

diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Jakarta, November

Penulis
x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN ............................................................ ii


ABSTRAK ............................................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xvi
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xvii
BAB PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Latar Belakang ..........................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................
D. Tujuan .......................................................................................................
. Tujuan Umum ...........................................................................................
. Tujuan Khusus ..........................................................................................
E. Manfaat .....................................................................................................
. Manfaat untuk Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan ...............
. Manfaat untuk Pelaku Industri ..................................................................
. Manfaat untuk Masyarakat Kecamatan Majalaya dan Sekitarnya ............
. Manfaat untuk Fakultas Ilmu Kesehatan ..................................................
F. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
A. Air ...........................................................................................................
. Sumber Air ..............................................................................................
. Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukannya ...........................................
. Kemampuan Air untuk Melakukan Self Purification .............................
. Kualitas Air .............................................................................................
xi

. Parameter Kualitas Air ............................................................................


B. Sumber Pencemaran Air .........................................................................
. Limbah Industri .......................................................................................
. Limbah Pertanian ....................................................................................
. Limbah Domestik....................................................................................
C. Dampak Pencemaran Air Sungai Citarum ..............................................
. Potensi Ekonomi Sungai Citarum ...........................................................
. Dampak Sosial dan Ekonomi Pencemaran Sungai Citarum ...................
. Dampak Ekologi Pencemaran Sungai Citarum.......................................
. Kondisi Iklim Hulu Sungai Citarum .......................................................
D. Industri Tekstil ........................................................................................
. Kandungan Limbah Industri Tekstil .......................................................
. Dinamika Limbah Industri Tekstil ..........................................................
E. Logam Berat............................................................................................
. Karakteristik Logam Berat Kromium (Cr) .............................................
. Logam Berat Kromium (Cr) di Air .........................................................
F. Toksisitas Logam Berat ..........................................................................
G. Gangguan Kesehatan Paparan Kromium (VI) ........................................
H. Kerangka Teori .......................................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS ...........................................................................................................
A. KERANGKA KONSEP..........................................................................
B. DEFINISI OPERASIONAL ...................................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................
A. Desain Penelitian ....................................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................
C. Sampel Penelitian....................................................................................
. Alur Pengambilan Sampel ......................................................................
. Sampel Air Sungai ..................................................................................
D. Pengumpulan Data ..................................................................................
. Data Primer .............................................................................................
. Data Sekunder .........................................................................................
xii

E. Teknik Pengambilan dan Pengukuran Sampel .............................................


F. Analisis Data .................................................................................................
BAB V HASIL ......................................................................................................
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ....................................................
. Hulu Sungai Citarum ..............................................................................
. Kecamatan Majalaya ...............................................................................
B. Kromium (Cr) pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya
Tahun .......................................................................................................
C. Gambaran Parameter Kimia Lain pada Sungai Citarum di Majalaya.....
. Chemical Oxygen Demand (COD) .........................................................
. Dissolve Oxygen (DO) ...........................................................................
. Derajat Keasaman atau pH......................................................................
D. ..... Tingkat Pencemaran Kualitas Air Hulu Sungai Citarum di Majalaya
dengan Metode STORET Tahun ...................................................
F. Gambaran Gangguan Kesehatan Masyarakat di Majalaya Tahun
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................
A. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................
. Kromium (Cr) pada Hulu Sungai Citarum Majalaya Tahun .........
. Gambaran Parameter Kimia Lain pada Hulu Air Sungai Citarum di
Kecamatan Majalaya Tahun ..........................................................
. Tingkat Pencemaran Kualitas Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan
Majalaya Tahun .............................................................................
. Gambaran Gangguan Kesehatan Terbanyak di Puskesmas Majalaya
Tahun ............................................................................................
C. Pencemaran Kromium di Sungai Citarum dalam Perspektif Islam ........
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Hal

Parameter Fisika Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas............

Parameter Kimia Baku Mutu Air Sungai...................................

Baku Mutu Kromium di perairan ..............................................

Definisi Operasional...................................................................

Parameter dan Metode Pengujiannya..........................................

Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Status Kualitas Air.......................................................................

Koordinat Titik Sampel per Stasiun............................................

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun A

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B

Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum Stasiun B


xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Siklus Hidrologi...............................................................

Pembuangan Limbah Industri Tekstil ke Sungai

Citarum............................................................................

LC- pada Ikan Nila......................................................

Port of Entry Kromium pada Tubuh................................

. Peta Titik Sampling Hulu Sungai Citarum.......................

Contoh Alat Pengambilan Air Permukaan.......................

Contoh Teknik Pengambilan Air Permukaan...................

Lokasi Sampel Sungai berdasarkan Tingkat Pencemaran


xv

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

Kerangka Teori.................................................................

Kerangka Konsep.............................................................

Alur Pengambilan Sampel................................................


xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

Konsentrasi Kromium (VI) pada Hulu Air Sungai Citarum di

Majalaya.............................................

Kadar COD pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya

Kadar DO pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya...

Kadar pH pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya....

Tingkat Pencemaran Hulu Sungai per Stasiun.................

Gambaran Gangguan Kesehatan Masyarakat di

Majalaya..........................................................................
xvii

DAFTAR ISTILAH

BBWS : Balai Besar Wilayah Sungai


BOD : Biochemical Oxygen Demand
BPLHD : Balai Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah
BPS : Badan Pusat Statistik
COD : Chemical Oxygen Demand
Cr : Kromium
DAS : Daerah Aliran Sungai
DHHS : Department of Health and Human Services
Dinkes : Dinas Kesehatan
DLH : Dinas Lingkungan Hidup
DNA : Deoxyribonucleid Acid
DO : Dissolve Oxygen
IPAL : Instalasi Pengoolahan Air Limbah
Kel : Kelurahan
Kab : Kabupaten
Kepmen : Keputusan Menteri
LC : Lethal Consentration
LH : Lingkungan Hidup
Mdpl : Meter diatas Permukaan Laut
mg/L : Miligram per liter
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
Permen : Peraturan Menteri
pH : Potensial Hidrogen
PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air
PP : Peraturan Pemerintah
ppm : Part per Million
SNI : Standar Nasional Indonesia
TDS : Total Dissolve Solid
TSS : Total Suspended Solid
USDA : United States Department of Agriculture
WHO : World Health Organization
BAB

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang melimpah di alam. Jumlahnya

menutupi hampir permukaan bumi, tetapi kesediaan air memenuhi syarat

bagi keperluan makhluk hidup terutama manusia relatif sedikit. Air

merupakan sumber kehidupan yang utama, seluruh aktivitas kehidupan baik

untuk manusia, hewan, dan tumbuhan selalu melibatkan air di dalamnya.

Akan tetapi, kualitas air terus menurun selama bertahun-tahun dikarenakan

banyaknya pencemaran air terjadi di berbagai wilayah (Hikmawan, ).

Pencemaran air masih menjadi persoalan di berbagai negara, khususnya di

negara berkembang termasuk Indonesia. Pada dasarnya sumber pencemaran

air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman), dan pertanian (Sumantri,

). Keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia disertai sistem

monitoring dan penegakan hukum yang lemah juga menyebabkan tingkat

pencemaran sungai semakin tinggi (Marganingrum, ). Menurut

Blacksmith Institute ( ), tingkat pencemaran sungai tertinggi di Indonesia

dan satu dari sepuluh sungai yang tercemar berat di dunia terdapat di Jawa

Barat, yaitu Sungai Citarum. Padahal, Sungai Citarum menjadi sumber air

utama yang dibutuhkan sehari-hari oleh masyarakat. Sungai ini merupakan

sungai utama terbesar dan paling panjang di wilayah Provinsi Jawa Barat

(Titiyoga, ).
Sungai Citarum memiliki potensi ekonomi, ekologi, dan sosial yang sangat

penting di Jawa Barat. Luas daerah perairan Sungai Citarum sekitar km

bersumber dari Gunung Wayang, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung

mengalir sepanjang km ke Laut Jawa dengan melintasi kecamatan

pada kabupaten dan kota di Jawa Barat yaitu: Kabupaten Bandung, Kota

Bandung, Sumedang, Cianjur, Purwakarta, Bogor, Karawang, dan Bekasi

(Imansyah, ).

Menurut Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat ( ), Sungai

Citarum sejak lama telah dimanfaatkan untuk berbagai aspek kehidupan

seperti irigasi pertanian, rumah tangga, budidaya perikanan, kegiatan industri,

pengembangan pariwisata, dan bahan baku air bersih, serta Pembangkit Listrik

Tenaga Air (PLTA). Sungai Citarum digunakan sebagai sumber energi primer

PLTA (Saguling, Cirata dan Jatiluhur menghasilkan hingga MW

listrik yang merupakan penyangga stabilitas pasokan listrik interkoneksi Jawa,

Madura, dan Bali.

Citarum juga merupakan sumber air baku air minum % PDAM Jaya

( ), irigasi ( ), sumber air perkotaan ( ), dan pemasok air

kegiatan rumah tangga dan industri ( ). Menurut BPS ( ), pada DAS

(Daerah Aliran Sungai) ini bermukim juta penduduk dan terdapat

sekitar lebih dari industri sedang dan besar di sepanjang DAS Citarum

yang menopang total produksi industri Indonesia dan produksi

tekstil nasional. Terdapat sekitar industri dengan potensi jumlah limbah

yang dibuang mencapai ton per hari yang sekaligus sebagai sumber

pencemaran paling dominan (Gunawan, ).


Sementara itu, hasil uji kualitas air anak-anak Sungai Citarum yang

kemudian dihitung menggunakan metode Storet menurut Kepmen LH

No. , titik pada tahun , titik pada tahun , dan titik

pada tahun (DLH, ). Hasil tersebut menggambarkan bahwa semua

titik yang diuji berstatus “cemar berat” dan hanya - yang berstatus

“cemar sedang” yaitu hanya pada pengujian tahun dan tahun .

Parameter yang dominan melebihi baku mutu, yaitu DO (Dissolve Oxygen),

BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demand).

Adapun anak sungai dengan kualitas terburuk pada tahun adalah

Sungai Cipadaulun, Sungai Cibaligo Hilir, Saluran Sasak Benjol, dan Sungai

Cikakembang Hilir. Anak-anak sungai tersebut umumnya menerima air

limbah dari kegiatan industri. Daya tampung anak-anak Sungai Citarum juga

telah terlampaui sehingga secara keseluruhan memerlukan penurunan beban

pencemaran dengan parameter BOD sebesar masing-masing dari sumber

penduduk, dari peternakan, dari pertanian, dan yang terbanyak

berasal dari dari industri (DLH Kab.Bandung, ).

Majunya perindustrian membuat banyak industri juga menghasilkan

limbah cair yang di dalam kandungannya memanfaatkan unsur logam berat

dalam produknya, seperti industri tekstil yang jumlahnya cukup banyak di

Kecamatan Majalaya. Limbah cair yang dihasilkan dari industri tekstil

kebanyakan terdiri dari zat warna, ion logam, padatan tersuspensi, dan kadar

COD (Sundar, ). Kandungan limbah berbahaya yang sering digunakan

dalam industri tekstil adalah kromium yang termasuk salah satu unsur logam

berat. Apabila limbah industri tekstil yang mengandung kromium dibuang


langsung ke dalam lingkungan tanpa melalui pengolahan lebih dahulu,

berakibat menambah jumlah ion logam pada air. Air yang mengandung

jumlah logam berat berlebih umumnya tidak dapat dikonsumsi sebagai air

minum (Khairani dkk, ).

Salah satu wilayah industri yang banyak berkembang terdapat di sektor

hulu Sungai Citarum terdapat di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.

Kecamatan Majalaya sebagai kawasan zona industri namun akibat ekspansi

industrialisasi besar-besaran di wilayah Kecamatan Majalaya, ternyata dapat

menimbulkan berbagai permasalahan, khususnya masalah lingkungan dari

mulai masalah tata ruang, eksploitasi sumber daya alam sampai pada

penurunan kualitas ekosistem (Riswandani, ). Data monografi Kecamatan

Majalaya semester I (satu) tahun menunjukkan bahwa jumlah industri

yang terdapat di Kecamatan Majalaya sebanyak industri. Data BPS ( )

industri di Majalaya meningkat menjadi industri. Industri tersebut terbagi

ke dalam kategori industri besar sedang sebanyak buah dan industri kecil

sebanyak buah..

Dalam penelitian Miryanti, dkk ( ), logam berat dalam limbah cair

tekstil berasal dari zat warna pada proses pewarnaan (dyeing) dan pencetakan

(printing). Logam berat yang umumnya terkandung dalam limbah cair industri

tekstil adalah kromium (Cr (III) & Cr (VI)), seng (Zn (II)), timbal (Pb (II)),

kadmium (Cd (II)), kobalt (Co (II)), tembaga (Cu (II)), dan nikel (Ni (II)).

Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan logam kromium yang relatif

cukup tinggi dibandingkan ion logam lainnya.


Logam tersebut memberi dampak yang sangat buruk bagi lingkungan

karena sifatnya yang sangat toksik terutama bagi kesehatan manusia

(Lakherwal, ). Kandungan kromium (VI) dalam air dapat menimbulkan

efek kesehatan bagi manusia. Selain itu, para pekerja yang menggunakan

kromium pasti juga berisiko tinggi terkontaminasi oleh kromium. Kulit yang

bersentuhan kromium maupun hidung yang menghirup kromium secara

berlebihan akan mengganggu juga untuk metabolisme tubuh maupun napas

(Khairani dkk, ).

Berdasarkan data besar penyakit, di Puskesmas Majalaya diketahui

bahwa masyarakat mengeluhkan penyakit kulit, saluran pernapasan dan

pencernaan (Iqbal, ). Masyarakat yang bermukim di Desa Ciwalengke,

Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya mengeluhkan gatal-gatal di tubuhnya.

Penyakit gatal-gatal itu dirasakan merata oleh hampir keluarga di

Kampung Ciwalengke. Selama puluhan tahun, warga menggunakan air dari

Sungai Sasak Benjol, anak Sungai Citarum yang melewati Majalaya.

Kampung di desa tersebut sangat padat. Rumah warga yang rata-rata

berukuran m berimpitan dalam gang yang memiliki lebar sekitar meter.

Di sekitar kampung adalah perusahaan tekstil yang setiap hari menghasilkan

limbah beracun. Limbah tersebut yang masuk ke dalam badan air dikonsumsi

oleh warga (Pusparini, ).

Menurut Palar ( ), paparan kromium (VI) dapat membahayakan

kesehatan manusia dikarenakan dapat menyebabkan gangguan saluran

pernapasan, gangguan kulit, gangguan pembuluh darah, gangguan ginjal,

kerusakan DNA hingga kanker. Paparan kontaminasi logam berat yang


ditemukan, meskipun dalam konsentrasi rendah di lingkungan dapat menjadi

berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah industri merupakan toksikan yang

sangat berbahaya, terutama yang melibatkan logam berat dalam proses

produksinya (Priadi, ). Logam berat banyak digunakan pada industri,

seperti industri kimia, semen, peleburan logam, pertambangan, baterai, cat,

dan industri lainya. Kontaminasi oleh logam berat menjadi perhatian serius

karena dapat mencemari tanah maupun air tanah serta dapat menyebar ke

daerah sekitarnya melalui air, angin, dan terakumulasi oleh tumbuhan

(Rismawati, ).

Logam kromium (VI) yang terlarut di dalam air sangat berbahaya bagi

kehidupan organisme di dalamnya. Hal ini karena logam berat bersifat

bioakumulatif yaitu logam berat berkumpul dan meningkat kadarnya dalam

jaringan tubuh organisme hidup, walaupun kadar logam berat pada perairan

rendah tetapi dapat diabsorbsi oleh tubuh organisme. Ikan yang telah tercemar

logam berat bila dikonsumsi akan berpotensi menimbulkan berbagai penyakit

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Prasetyo, ).

Oleh karena itu, terdapat peraturan terkait baku mutu kualitas air kromium

(VI), COD, serta parameter lainnya di perairan sungai. Mengacu pada Baku

Mutu Lingkungan (BML), berdasarkan yang ditetapkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. Tahun tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air, dengan batas kadar logam untuk kromium (VI)

tidak boleh melebihi mg/L untuk badan air kelas II. Kadar COD tidak

boleh melebihi mg/L untuk badan air kelas II. Dalam laporan pengukuran

yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum pada tahun
kadar kromium (VI) pada badan air Sungai Citarum di Majalaya sebesar

mg/L dan mg/L. Selain kromium (VI), dalam penelitian

Marganingrum ( ), pengukuran kadar COD di Majalaya melebihi baku

mutu kelas II menurut peraturan badan air, yaitu sebesar mg/L. Dari

data sekunder tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui pencemaran

kromium berdasarkan kadar COD pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan

Majalaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya,

pencemaran air di Sungai Citarum sudah masuk ke fase tingkat yang cukup

mengkhawatirkan kondisinya. Tingginya perkembangan industri dan

penduduk di hulu Sungai Citarum membuat tinggi pula limbah yang

dihasilkan. Banyaknya limbah yang dibuang langsung dari hulu Sungai

Citarum seperti limbah industri, limbah domestik rumah tangga, limbah dari

pertanian maupun peternakan menyebabkan kualitas air menjadi sangat

rendah. Pertumbuhan industri terutama di Kecamatan Majalaya seperti

industri tekstil meningkat setiap tahunnya. Indutsri tekstil menghasilkan

limbah logam berat seperti kromium (VI) karena digunakan di dalam proses

produksinya. Dalam laporan pengukuran Balai Besar Wilayah Sungai

(BBWS) Citarum pada tahun konsenterasi kromium pada badan air

Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya sebesar mg/L dan mg/L.

Jika konsenterasinya melebihi baku mutu yang ditetapkan di perairan,

pemanfaatan air Sungai Citarum akan berpotensi menyebabkan permasalahan


kesehatan masyarakat terutama di Kecamatan Majalaya dan umumnya di Jawa

Barat.

C. Pertanyaan Penelitian

. Bagaimana gambaran pencemaran kromium (Cr) pada hulu Sungai

Citarum di Kecamatan Majalaya?

. Bagaimana gambaran kadar COD (Chemical Oxygen Demand) , DO,

dan pH pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya ?

. Bagaimana tingkat pencemaran kualitas air pada hulu Sungai Citarum

di Kecamatan Majalaya?

. Bagaimana gambaran gangguan kesehatan masyarakat di Kecamatan

Majalaya?

D. Tujuan

. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran pencemaran kromium (Cr) berdasarkan

kadar COD hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya.

. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pencemaran kromium (Cr) pada hulu Sungai Citarum

di Kecamatan Majalaya.

b. Mengetahui kadar COD, DO, dan pH pada hulu Sungai Citarum di

Kecamatan Majalaya.

c. Mengetahui tingkat pencemaran kualitas air pada hulu Sungai

Citarum di Kecamatan Majalaya.


d. Mengetahui gambaran gangguan kesehatan masyarakat di

Kecamatan Majalaya.

E. Manfaat

. Manfaat untuk Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan

Dapat berkontribusi dalam memberikan pertimbangan kepada

pengambilan kebijakan terkait upaya meminimalisir pencemaran

kandungan kromium pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya.

. Manfaat untuk Pelaku Industri

Dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai kualitas hulu air

Sungai Citarum dan menjadi bahan evaluasi bagi para pelaku industri

untuk lebih peduli dengan lingkungan. Diharapkan adanya perubahan

sistem pengelolaan pembuangan limbah industri agar dapat mengurangi

tingkat pencemaran limbah di hulu Sungai Citarum.

. Manfaat untuk Masyarakat Kecamatan Majalaya dan Sekitarnya

Dapat menjadi bahan masukan kepada masyarakat terkait

pengonsumsian air Sungai Citarum untuk digunakan dalam kebutuhan

sehari-hari di Kecamatan Majalaya.

. Manfaat untuk Fakultas Ilmu Kesehatan

Dapat menjadi referensi tambahan kepada mahasiswa Fakultas Ilmu

Kesehatan ataupun bagi peneliti selanjutnya mengenai analisis kromium

(Cr) dan COD pada hulu Sungai Citarum.


F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjudul “Analisis Pencemaran kromium (Cr) berdasarkan

kadar COD pada hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. Penelitian ini

dilakukan pada bulan April sampai dengan Oktober tahun ” Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pencemaran kromium dikarenakan

semakin bertambahnya jumlah industri tekstil. Lokasi penelitian ini dilakukan

di hulu Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya. Pengambilan air dilakukan

dengan menggunakan metode purposive sampling dengan teknik grab

sampling. Pengujian konsenterasi kromium (VI), COD, serta parameter kimia

lainnya dilakukan di laboratorium terakreditasi. Pengambilan sampel

dilakukan pada malam hari. Sampel diambil sebanyak kali berturut-turut

pada stasiun di masing-masing lokasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor tahun , air adalah semua air

yang terdapat pada di atas atau di bawah permukaan tanah, termasuk dalam

pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di

darat. Air menutupi sekitar permukaan bumi dengan jumlah sekitar

juta km dalam bentuk uap air, es, cairan, dan salju. Agar air yang masuk ke

tubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan

penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi

atau distribusi mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara

kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Hikmawan,

).

. Sumber Air

Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam,

melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus

yang disebut siklus hidrologis. Siklus ini penting, karena jalan yang

mensuplai daratan dengan air (Soemirat, ). Selanjutnya yang

dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak termasuk salju dan es. Di

Indonesia, jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air

permukaan dan air atmosfer, yang ketersediannya sangat ditentukan oleh

atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Sumantri, ).


Siklus hidrologi memiliki beberapa tahapan yang dilaluinya, mulai dari

proses penguapan air (evaporasi), pembentuakan awan (kondensasi),

peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (presipitasi), penyebaran air di

permukaan bumi, penyerapan air ke dalam tanah, sampai berlangsungnya

proses daur ulang (Kodoatie dkk, ).

Gambar . Siklus Hidrologi

Sumber : Sumantri,

Sinar matahari sebagai sumber energi akan mengeluarkan panas

matahari sehingga air dapat menguap. Penguapan ini terjadi pada air

permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian atas (evaporasi),

air yang ada di dalam tumbuhan (transpirasi), hewan, dan manusia

(transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfer. Di dalam atmosfer

uap ini akan menjadi awan dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat

mendingin serta berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh

kembali ke permukaan sebagai air hujan. Air hujan ini akan mengalir

langsung masuk ke dalam air permukaan (run off), ada yang meresap ke
dalam tanah (perkolasi) dan menjadi air tanah, baik yang dangkal maupun

yang dalam, ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul

ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan

bersama-sama dengan air tanah dangkal dan air yang berada di dalam

tubuh akan menguap kembali menjadi awan. Maka siklus hidrologi ini

kembali berulang (Soemirat, ).

Dari siklus hidrologi ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air

tawar. Berdasarkan siklus hidrologi, sumber air dapat diklasifikasikan

berdasarkan sumbernya, air dibedakan menjadi tiga, yaitu air hujan, air

permukaan, dan air tanah (Arsyad dkk, ).

a. Air Hujan

Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Air hujan pada

saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, namun cenderung

mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Air hujan akan

melarutkan partikel debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya

gas CO , gas N O , dan gas S O . Sumber pencemaran air hujan ialah

partikel debu, mikroorganisme, dan gas seperti karbondioksida,

nitrogen, dan amonia. Air hujan biasanya bersifat asam dengan pH

sekitar .

b. Air Permukaan

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku

air bersih. Air permukaan meliputi sungai, danau, waduk, rawa, sumur

permukaan yang sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke

permukaan bumi. Dibandingkan dengan sumber air lannya, air


permukaan lebih tercemar akibat kegiatan manusia membuang limbah

industri, rumah tangga, dan sampah.

c. Air Tanah

Air tanah permukaan merupakan air yang bersumber dari air tanah

yaitu air yang tersimpan atau terperangkap di dalam lapisan batuan

yang mengalami pengisian atau penambahan secara terus menerus oleh

alam. (Kodoatie dkk, ).

. Klasifikasi Air Berdasarkan Peruntukannya

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. Tahun tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, klasifikasi

mutu air dibagi ke dalam empat kelas yaitu:

a) Kelas I (satu): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air

baku air minum dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan

mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b) Kelas II (dua): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukkan

lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut;

c) Kelas III (tiga): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air

yang sama dengan kegunaan tersebut;


d) Kelas IV (empat): air yang peruntukannya dapat digunakan untuk

mengairi, pertanaman dan/atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

. Kemampuan Air untuk Melakukan Self Purification

Kemampuan badan air untuk memurnikan diri (self purification)

merupakan kemampuan untuk menghilangkan bahan organik, nutrisi

tanaman, atau pencemar lainnya dari suatu danau atau sungai oleh

aktivitas biologis dari komunitas yang hidup di dalamnya. Pemurnian diri

sering berhubungan dengan oksidasi bahan organik oleh organisme

aerobik. Proses oksidasi menimbulkan deoksigenasi dari air sungai dan

tingkat deoksigenasi tergantung pada kekuatan air limbah, tingkat

pengenceran yang diberikan oleh campuran dengan air sungai, dan

kecepatan sungai (Arbie dkk, ).

Kehadiran oksigen terlarut atau DO (Dissolved Oxygen) di dalam

badan air sungai, merupakan indikator kesehatan (sanitasi) badan air

sungai. Semakin tingggi kandungan DO semakin sehat sungai tersebut.

Oksigen terlarut di dalam air sungai adalah produk dari proses neraca

asupan oksigen dan pemakaian oksigen terlarut di dalam air sungai.

Asupan oksigen, berasal dari masukan aliran air dan re-aerasi di dalam

sungai. Sedangkan penggunaan oksigen adalah untuk oksidasi material

terdegradasi dari COD dan BOD yang berasal dari masukan aliran air

anak-anak sungai yang mengandung air limbah atau dari pipa dan saluran

keluaran air limbah (Harsono, ).


Menurut Harsono ( ) kemampuan self purification suatu badan air

dipengaruhi faktor-faktor berikut :

a. Kadar DO di badan air

b. Beban pencemar zat organik yang masuk ke dalam badan air

c. Debit aliran air

d. Luas Penampang badan air

. Kualitas Air

Menurut KepMen LH Nomor Tahun , mutu air adalah

kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-

parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air

yang menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada suatu sumber air

dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang

ditetapkan untuk menentukan status mutu perairan digunakan metode

Storet. Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan

status mutu air yang umum digunakan.

Dengan metode Storet ini dapat diketahui tingkatan klasifikasi mutu

parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.

Penentuan status mutu air dengan sistem Storet ini dimaksudkan sebagai

acuan dalam melakukan pemantauan kualitas air tanah dengan tujuan

untuk mengetahui mutu (kualitas) suatu perairan berdasarkan parameter

baku mutu air pada Peraturan Pemerintah Nomor tahun tentang

Pengelolaan Kualitas Air Sungai.


. Parameter Kualitas Air

a. Parameter Fisika

) Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

air. Pada dasarnya suhu sangat berpengaruh terhadap

kehidupan biota air. Tinggi rendahnya suhu suatu perairan

sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ketinggian

suatu daerah, curah hujan yang tinggi, dan intensitas cahaya

matahari yang menembus suatu perairan. Air yang dangkal dan

memiliki daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat

meningkatkan suhu perairan. Adanya variasi suhu yang cukup

besar dapat memberikan dampak atau pengaruh yang cukup

besar pula terhadap berbagai aktivitas metabolisme dari

organisme yang mendiami suatu perairan (Maniagasi dkk,

). Dalam peraturan baku mutu air sungai, suhu disyaratkan

deviasi . Deviasi yang dimaksud ialah suhu kurang atau

lebih derajat dari suhu udara atau suhu normal air pada saat

melakukan sampling setempat (Desriyan, ).

) Kekeruhan atau Total Dissolved Solid (TDS)

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan

berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan

oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan

disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus),


maupun bahan organik dan anorganik yang berupa plankton

dan mikroorganisme lain. Nilai kekeruhan di perairan alami

merupakan salah satu faktor terpenting untuk mengontrol

produktivitasnya. Kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi

penetrasi cahaya matahari oleh karenanya dapat membatasi

proses fotosintesis. Kekeruhan di suatu sungai tidak sama

sepanjang tahun. Air akan sangat keruh pada musim penghujan

karena aliran air maksimum dan adanya erosi dari daratan

(Wijaya, ).

) Residu Tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi total

adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut

dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-

partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen.

Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,

sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur. TSS berbanding lurus

dengan kekeruhan. Jadi, apabila nilai TSS tinggi maka nilai

kekeruhan pun akan tinggi. Penyebab lain tingginya nilai TSS

juga bisa dari kecepatan aliran.. TSS mempengaruhi proses

adsorpsi logam berat terlarut. Logam berat yang diadsorpsi

oleh partikel tersuspensi akan menuju dasar perairan yang

menyebabkan kandungan logam berat di air menjadi lebih

rendah dan kandungan logam berat di sedimen semakin tinggi

(Arifin, ).
Tabel . Parameter Fisika Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

KELAS
PARAMETER KETERANGAN
I II III IV

Suhu (oC) Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi

Temperatur dari

keadaan

alamiahnya

TDS (mg/L)

TSS (mg/L) Bagi pengolahan

air minum secara

konvensional,

TSS ≤ mg/L

Sumber : PP Nomor tahun


b. Parameter Kimia

) Chemical Oxygen Demand (COD)

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen

yang diperlukan untuk mengoksidasi bahan organik secara

kimiawi, baik yang dapat didekomposisi secara biologis

(biodegradable) maupun yang sukar untuk didekomposisi

secara biologis (unbiodegradable) (Sumantri, ). Hal ini

karena bahan an-organik yang ada sengaja diurai secara kimia

dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromiumat pada

kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat. Jika

konsentrasi logam berat tinggi dalam air, ada kecenderungan

konsentrasi logam berat tersebut tinggi dalam sedimen, dan

akumulasi logam berat dalam tubuh hewan demersal semakin

tinggi. Bila tingkat pencemaran air/ COD (chemical oxygen

demand) perairan relatif tinggi, ada kecenderungan kandungan

logam berat dalam air dan sedimen akan tinggi karena COD

menunjukkan kadar bahan organik yang bersifat non

biodegradable yang umumnya bersumber dari limbah industri

(Atima, ).
) Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu

karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang

diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk

mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi

aerobik (Atima, ).

) Derajat Keasaman (pH)

pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen untuk

menggambarkan tingkat keasaman dan kebasaan suatu larutan

(Atima, ). pH sangat penting sebagai parameter kualitas

air karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi

beberapa bahan dalam air. Selain itu, ikan dan makhluk hidup

lainnya hidup pada rentang pH tertentu. Fungsi pH yaitu

menjadi faktor pembatas karena masing-masing organisme

memiliki toleransi kadar maksimal dan minimal nilai pH. Nilai

pH yang rendah akan mempengaruhi kelarutan logam

kromium (Cr) semakin tinggi sehingga menyebabkan toksisitas

logam berat semakin besar (Oginawati, ).

) Dissolved Oxygen (DO)

Menurut Desriyan ( ), oksigen terlarut (Dissolved Oxygen)

atau sering disebut juga dengan kebutuhan oksigen (Oxygen

Demand) merupakan salah satu parameter penting dalam

analisis kualitas air. Nilai DO yang biasa diukur dalam bentuk

konsentrasi ini menunjukkan jumlah oksigen (O ) yang


tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada

air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang baik.

Sebaliknya, jika nilai DO rendah dapat diketahui bahwa air

tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat

sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti

ikan dan mikroorganisme. Selain itu, kemampuan air untuk

membersihkan pencemaran atau self purification juga

ditentukan oleh banyaknya oksigen di dalam air.

Tabel . Parameter Kimia Baku Mutu Air Sungai

KELAS
PARAMETER KETERANGAN
I II III IV

COD (mg/L)

pH - - - - Apabila secara

alamiah di luar

rentan tersebut,

maka ditentukan

berdasarkan kondisi

alamiah

DO (mg/L) Angka batas

minimum

Sumber : PP Nomor tahun


c. Parameter Biologi

) Total Coliform

Bakteri total coliform merupakan famili dari

Enterobacteraceae. Total coliform terdiri dari dua yaitu yang

berasal dari fecal seperti Escherichia coli dan non fekal seperti

Enterobacter, Klebsiella, Citrobacter, Serratia, Lecrercia,

Yersinia, dan lain-lain. Habitat bakteri total coliform antara lain

saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, tanah,

tanaman dan air Keberadaan total coliform pada air sungai

menandakan adanya kontaminasi feses (Edzwald, ).

) Fecal Coliform

Escherichia coli (E. coli) merupakan fecal coliform yang hidup

di saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas.

Beberapa strain E.coli memproduksi toksin yang bisa

menimbulkan diare atau bahkan kematian pada manusia,

terutama pada lansia dan anak-anak. E.coli lebih reliabel

digunakan sebagai indikator pencemaran feses dan keberadaan

patogen pada air (Nollet, ).


B. Sumber Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun

, pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat,

energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga

melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. Sumber pencemar

yang paling utama berasal dari limbah industri, pertanian, dan domestik

(rumah tangga).

. Limbah Industri

Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal

dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses

produksinya. Selain itu, limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku

yang mengandung air sehingga didalam proses pengolahannya, air harus

dibuang. Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran air dan

tanah berasal dari pabrik, manufaktur, industri kecil, dan industri

perumahan yang merupakan limbah padatan, lumpur, bubur yang berasal

dari pengolahan, misalnya sisa pengolahan pabrik tekstil, gula, pulp,

kertas, rayon, plywood, sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam, dan

industri kimia lainnya (Rama dkk, ).

Pembuangan limbah industri ke sungai menyebabkan air sungai

tercemar. Pencemaran air sungai oleh logam-logam berat sangat berbahaya

bagi manusia. Bahan pencemar yang berasal dari limbah industri dapat

meresap ke dalam air tanah yang menjadi sumber air untuk minum,

mencuci, dan mandi. Air tanah yang tercemar umumnya sulit

dikembalikan menjadi air bersih (Achmadi, ).


. Limbah Pertanian

Limbah pertanian berasal dari daerah atau kegiatan pertanian maupun

perkebunan. Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dapat

mengakibatkan pencemaran air. Kelebihan pupuk yang memasuki wilayah

perairan akan menyuburkan tumbuhan air, seperti ganggang dan eceng

gondok sehingga dapat menutupi permukaan air. Akibatnya sinar matahari

sulit masuk ke dalam air sehingga mematikan fitoplankton dalam air.

Akibat lebih lanjut, sampah organik dari ganggang dan eceng gondok akan

menghabiskan oksigen terlarut sehingga ikan-ikan tidak dapat hidup.

Sedangkan, sisa pestisida yang masuk wilayah perairan dapat mematikan

ikan-ikan atau diserap oleh mikroorganisme kemudian masuk dalam rantai

makanan. Sisa pestisida di perairan dapat meresap ke dalam tanah

sehingga mencemari air tanah (Zulkifli ).

. Limbah Domestik

Air limbah domestik (rumah tangga) adalah bekas yang tidak dapat

dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung kotoran

manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci. Air

limbah domesik mengandung lebih dari cairan. Zat-zat yang terdapat

dalam air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi

maupun terlarut seperti protein, karbohidrat, dan lemak dan juga unsur-

unsur anorganik seperti butiran, garam, dan metal serta mikroorganisme.

Unsur-unsur tersebut memberikan corak kualitas air buangan dalam sifat

fisik, kimia, maupun biologi. Volume air limbah bergantung pada volume

pemakaian air penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-


hari kurang dari liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal

dari sumur pompa atau sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat

mencapai liter per orang (Kodoatie, ).

C. Dampak Pencemaran Air Sungai Citarum

Menurut Desriyan ( ), perkembangan industri di DAS Citarum sangat

padat sekali sejak tahun terakhir dengan pusat pengembangannya meliputi

daerah Majalaya, Banjaran, Dayeuhkolot/Bandung Selatan, Padalarang,

Batujajar, Rancaekek, dan Purwakarta; yang pada umumnya didominasi oleh

industri tekstil. Kondisi baku mutu air Sungai Citarum sudah memburuk

diakibatkan oleh banyaknya limbah industri yang dibuang ke Sungai Citarum

yaitu sekitar L/detik/hari atau setara ton/hari (DLH Kab Bandung

dalam Priyanto ). Limbah industri yang masuk ke Sungai Citarum banyak

mengandung logam berat (Budiman dkk, ). Logam berat di Sungai

Citarum diduga berasal dari industri tekstil yang berada di sepanjang aliran

Sungai Citarum (Priyanto ).

. Potensi Ekonomi Sungai Citarum

Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum terbagi ke dalam tiga zona

pengelolaan yaitu: zona hulu, zona tengah dan zona hilir. Zona hulu

Citarum merupakan daerah tangkapan air yang menjadi sumber air bagi

tiga waduk besar yang ada di zona tengah, yaitu Waduk Saguling, Waduk

Cirata, dan Waduk Ir. H. Djuanda. Zona tengah DAS Citarum merupakan

zona pemanfaatan, dimana ketiga waduk tersebut mempunyai fungsi

utama sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang menghasilkan


energi listrik bagi kebutuhan listrik sistem interkoneksi Jawa-Bali

(Kartamihardja dkk, ).

Selain itu waduk tersebut juga mempunyai fungsi pendukung lainnya

seperti kegiatan pariwisata, perikanan, transportasi, sumber air irigasi dan

sumber air baku air minum. Sungai Citarum juga memasok air

minum untuk Jakarta. Jakarta memerlukan sekitar liter air per

detik, namun yang tersedia hanya liter air per detik. Diperkirakan

pada , defisit air di Jakarta sebesar liter per detik (Iqbal,

). Sungai Citarum ditetapkan sebagai sungai stategis di Indonesia

melalui Keputusan Presiden Nomor Tahun tentang Penetapan

Wilayah Sungai. Wilayah Sungai Citarum merupakan Wilayah Sungai

Lintas Provinsi yang pengelolaannya harus tetap memperhatikan

kebutuhan air baku DKI Jakarta. Total potensi air di wilayah Sungai

Citarum adalah sebesar milyar m /tahun. Potensi air yang sudah

dimanfaatkan sebanyak milyar m /tahun ( ) dan yang belum

dimanfaatkan milyar m /tahun ( ) (BBWS, ).

Berbeda dengan zona hulu dan zona tengah, zona hilir DAS Citarum

merupakan area yang sebagian besar tidak digunakan sebagai konservasi

air dan tanah, melainkan merupakan kawasan budidaya seperti kawasan

pertanian (padi) ataupun kawasan industri. Bagian hilir DAS Citarum

merupakan kawasan dengan aliran anak-anak sungai kecil dan sebagian

besar merupakan sungai besar yang mengalir ke laut. Lahan di bagian hilir

DAS merupakan kawasan dengan kemiringan landai sampai datar,


kemiringannya kurang dari dan sebagian besar kurang dari

(Kartamihardja dkk, ).

. Dampak Sosial dan Ekonomi Pencemaran Sungai Citarum

Penurunan kualitas air Sungai Citarum akibat limbah dan sedimentasi

juga mengakibatkan adanya banjir dan kekeringan. Sedimentasi

menyebabkan pendangkalan sehingga sungai tidak dapat menampung

secara optimal. Kekeringan juga disebabkan karena aktivitas industri yang

menggunakan air tanah berlebihan sehingga sumber air tanah berkurang

terlebih pencemaran yang terjadi menyebabkan air menjadi kurang baik.

Selain itu dampak pencemaran Sungai Citarum menyebabkan peningkatan

biaya perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Total biaya

perawatan perangkat waduk, mencapai Rp miliar per tahun. Hal tersebut

dikarenakan limbah yang tersaring berupa pasir dan material lain mencapai

juta m dan kondisi air Citarum yang sangat tercemar menyebabkan

berdampak pada korosi bagian turbin waduk di Saguling (Indrawan,

). Selain itu, berdasarkan penelitian Indriatmoko dkk ( ), kualitas

air tanah yang diambil dari berbagai lokasi mulai dari bagian bawah,

tengah dan atas dari DAS Citarum Hulu telah diketahui bahwa kualitasnya

buruk. Berdasarkan pengamatan terhadap parameter kualitas air dapat

disimpulkan bahwa terdapat kaitan antara penurunan kualitas air

permukaan dengan air tanah di hulu Sungai Citarum.


. Dampak Ekologi Pencemaran Sungai Citarum

Dalam kaitannya dengan ekologi, sungai mempunyai fungsi vital.

Sungai dan bantarannya biasanya merupakan habitat yang sangat kaya

akan flora dan fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah

tersebut. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi sebagai aerasi

alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen air

sungai (Sittadewi, ).

Komponen ekologi sungai adalah vegetasi daerah badan, tebing dan

bantaran sungai. Karakteristik vegetasi dalam suatu ekosestem sungai

secara langsung akan mempengaruhi jumlah dan keanekaragaman spesies

hewan yang ada di sekitarnya. Sedangkan banyaknya vegetasi akan

berpengaruh pada karakteristik saluran/sungai. Sistem perakaran di tebing

sungai dapat mengikat sedimen dan memperlambat proses erosi (USDA,

).

Aktivitas manusia yang mendorong terjadinya erosi antara lain

menghilangkan tutupan vegetasi (penebangan pohon), alih fungsi lahan

dari lahan tertutup vegetasi menjadi bentuk lainnya, teknik pertanian yang

tidak ramah lingkungan (tanpa terasering), dan penambangan. Dampak

erosi yang terjadi di dalam DAS adalah pelumpuran dan pendangkalan;

menghilangkan mata air; menurunnya kualitas air; rusaknya ekosistem

sungai; meningkatnya bencana banjir dan kekeringan. Sedimentasi terjadi

karena penumpukan material padatan yang terbawa arus sungai. Material

bisa berupa lumpur, pasir, sampah dan lainnya. Tebalnya sedimen

menunjukkan tingginya tingat erosi di hulu sungai. Dampak sedimentasi


adalah pendangkalan sungai dan banjir. Pendangkalan sungai mengurangi

luasan sungai dalam menampung air sehingga pada waktu pasang akan

terjadi banjir. Dasar sungai yang tertutup lumpur akan mengganggu

aktivitas biota di dasar perairan terutama gangguan metabolismenya

(Alfiah, ).

Koridor sungai merupakan habitat bagi satwa liar yang paling banyak

dibandingkan habitat lain dan merupakan sumber air utama bagi populasi

satwa liar tersebut. Koridor sungai merupakan sumber makanan, air, dan

tempat berteduh. Oleh karena itu, banyak jenis satwa yang menjadikan

koridor sungai sebagai habitatnya, misalnya jenis hewan melata (reptil),

ampibi, burung, dan mamalia (Sittadewi, ).

Kondisi permasalahan atau pencemaran yang terdapat di sungai ini

akan menyebabkan terganggunya kelangsungan hidup biota yang ada di

sekitarnya, seperti sumber daya perikanan dan ekosistem sungai dan pada

akhirnya akan berdampak luas terhadap penurunan pendapatan masyarakat

yang yang menggantungkan hidupnya pada produktivitas hayati di wilayah

daerah aliran sungai. Pencemaran yang disebabkan oleh logam dapat

mengubah struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku,

efek fisiologi, genetik dan resistensi. Logam dapat terakumulasi dalam

tubuh sehingga mengancam kehidupan manusia dapat juga mengakibatkan

kematian bahkan kematian bila logam tersebut masuk dalam rantai

makanan (Damaianto dkk, )


. Kondisi Iklim Hulu Sungai Citarum

Perubahan penutupan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS)

memberikan pengaruh cukup dominan terhadap debit banjir. Fenomena-

fenomena ini sering terjadi pada setiap DAS khususnya di bagian hulu

serta daerah hilir akibat tekanan jumlah penduduk. Yang paling

berpengaruh terhadap debit banjir adalah lahan sawah, pemukiman, dan

tegalan yang dapat menimbulkan banjir, tanah longsor, dan kekeringan.

Berdasarkan tingkat curah hujan, tataguna lahan, dan topografi dapat

diketahui apakah kondisi wilayah tersebut mudah kering atau mudah

mengalami penggenangan. Perubahan dari penggunaan lahan

mempengaruhi kondisi hidrologi dan iklim mikro suatu wilayah akan

merubah kondisi neraca airnya. Pada umumnya pola curah hujan di DAS

Citarum secara temporal memiliki pola curah hujan monsun yang curah

hujannya tinggi pada bulan November, Desember, Januari, Februari, dan

Maret, namun mulai pada bulan April akhir hingga September memiliki

curah hujan rendah ketika massa udara bergerak dari selatan atau monsun

Australia mengarah ke utara (Sipayung dkk, ).


D. Industri Tekstil

. Kandungan Limbah Industri Tekstil

Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

pesat baik dalam teknologi yang digunakannya sampai jumlah

produksinya. Sumbangan produk tekstil Indonesia bagi peningkatan devisa

juga cukup signifikan karena nilai ekspornya yang semakin tinggi seperti

ke negara negara Amerika Serikat, Thailand, Jepang, dan Kanada. Di

Kecamatan Majalaya terdapat sekitar industri yang mayoritas adalah

industri tekstil, sekitar industri menghasilkan limbah berbahaya) dan

diduga masih membuang limbah hasil produksinya langsung ke sungai

yang bermuara di Citarum (Wikiandy dkk, ).

Pembuangan limbah secara langsung ke sungai tentu menimbulkan

pencemaan yang dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar

Dengan perkembangan produksi dalam industri tekstil ini, limbah cair

yang dihasilkannyapun semakin banyak. Sebab seperti diketahui dalam

industri tekstil, hampir dalam setiap prosesnya menggunakan air seperti

pada proses desizing – proses penghilangan kanji, scouring – pelepasan

wax, bleaching – pemutihan bahan, mercerizing – proses menghasilkan

warna yang berkilau, dyeing – proses pemberian warna pada kain dengan

tinta pigmen, printing – proses pemberian warna pada kain, finishing –

proses melembutkan kain menggunakan formaldehida (Wang, ).

Limbah cair yang dihasilkan dari industri tekstil kebanyakan terdiri

dari zat warna, ion logam, padatan tersuspensi dan kandungan COD dan

BOD yang relatif rendah (Sundar, ). Logam berat dalam limbah cair
tekstil berasal dari zat warna pada proses pewarnaan (dyeing) dan

pencetakan (printing). Logam berat yang umumnya terkandung dalam

limbah cair industri tekstil adalah tembaga (Cu (II)), kromium (Cr (III) &

Cr (VI)), seng (Zn (II)), timbal (Pb (II)), kadmium (Cd (II)), kobalt (Co

(II)) dan nikel (Ni (II)). Limbah cair industri tekstil memiliki kandungan

logam kromium yang relatif cukup tinggi dibandingkan ion logam lainnya.

Logam tersebut memberi dampak yang sangat buruk bagi lingkungan

karena sifatnya yang sangat toksik terutama bagi kesehatan manusia

(Miryanti dkk, ).

. Dinamika Limbah Industri Tekstil

Kawasan industri pertama di hulu Citarum, persoalan limbah sudah

mengakar di Kecamatan Majalaya. Hampir sebagian besar industry, tidak

menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dalam proses

produksinya “Pada prinsipnya, pabrik bukan tidak memiliki IPAL, pasti

ada. Sebab berkaitan dengan persyaratan izin. Cuma, IPAL dijalankan

atau tidak itu yang jadi masalahnya ” (Wandi dalam Iqbal ). Pabrik-

pabrik tekstil di Majalaya hingga kini masih membuang limbah cair ke

Sungai Citarum, sedangkan industri tekstil tersebut rata-rata sudah

memiliki Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) sendiri atau komunal. IPAL

tersebut tidak digunakan dengan alasan biaya operasioalnya mahal (Deni,

).
Limbah seharusnya diolah terlebih dahulu dalam IPAL agar

mengalami proses perubahan fisik, kimia, dan biologi sebelum dibuang ke

lingkungan atau badan sungai. Masalah utama mengatasi persoalan limbah

adalah tidak adanya ketegasan dan tumpang tindih aturan pemerintah.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ( ),

Majalaya memang diperuntukkan sebagai wilayah pengembangan sentra

industri tekstil. Di wilayah tersebut terdapat pabrik yang didominasi

industri teksil. Lantaran, kawasan tersebut memiliki Daya Tampung Beban

Pencemaran Air (DTBPA) rendah. Kenyataannya ialah limbah buangan

sering dikeluhkan masyarakat dikarenakan dampak negatif yang

ditimbulkannya seperti bau, warna, dan gangguan kesehatan (Iqbal, )

Gambar . Pembuangan Limbah Industri Tekstil ke Sungai Citarum

Sumber: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia ( )


E. Logam Berat

Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar

dari g/cm , mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur belerang (S) dan

biasanya bernomor atom sampai dari perioda sampai . Adanya logam

berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan

organisme, maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan

manusia. Bila logam-logam esensial yang masuk ke dalam tubuh dalam

jumlah yang berlebihan, maka berubah fungsi menjadi racun (Fardiaz, ).

Menurut Putra ( ) terdapat jenis dari unsur kimia di muka bumi

ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Kromium (Cr) adalah

logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan. Di alam,

logam sangat jarang ditemukan dalam elemen tunggal, biasanya dalam bentuk

persenyawaan dengan unsur lain pula koefisien bioakumulasi adalah rasio

antara kadar polutan dalam tubuh biota akuatik dan kadar polutan yang

bersangkutan dalam kolom air.

Menurut Palar ( ) logam berat dalam perairan memiliki sifat sebagai

berikut:

a) Memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar listrik ;

b) Memiliki kemampuan yang baik dalam penghantar panas;

c) Memiliki rapatan yang tinggi;

d) Dapat membentuk alloy dengan baik;

e) Logam padat dapat ditempa dan dibentuk


Logam berat memiliki tingkat atau daya racun yang berbeda

bergantung pada jenis, sifat kimia dan fisik logam berat. Kementerian

Lingkungan Hidup membagi kelompok logam berat berdasarkan sifat

toksisitas dalam kelompok, yaitu bersifat toksik tinggi yang terdiri atas

unsur-unsur Cr, Hg, Cd, Cu dan Zn; bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-

unsur Cr, Ni, dan Co (Sanusi, ).

Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat (Sanusi, ) yaitu:

a) sulit didegradasi sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan

perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai

(dihilangkan);

b) dapat terakumulasi dalam organisme termasuk ikan, serta akan

membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi

organisme tersebut;

c) mudah terakumulasi di sedimen sehingga konsentrasinya selalu

lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu,

sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air yang

akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air.

Logam berat dapat mempengaruhi ekologi tanah, kualitas produksi

pertanian, dan kualitas air tanah. Hal tersebut akan merugikan kehidupan

organisme dengan rantai makanan. Penentuan konsentrasi ion logam bebas

dalam larutan tanah sangat penting. Konsentrasi ion logam tidak hanya

tergantung pada total logam dalam tanah, tetapi juga pada spesies logam yang

ada di tanah. Selain itu, beberapa kondisi lingkungan (misalnya, pH,

konsentrasi larutan dalam tanah, dan koloid tanah) (Nazir dkk, ).


Sifat toksik dan sifat terurainya suatu logam berat dalam perairan

ditentukan oleh karakteristik fisik dan kimia suatu jenis logam berat dan

ditentukan juga oleh faktor lingkungan. Lingkungan atau ekosistem yang

mengalami gangguan kesetimbangan akibat polutan, dapat bersifat tetap

(irreversible) atau sementara (reversible) bergantung pada faktor-faktor

berikut (Sanusi, ):

a) kemantapan ekosistem (constancy); terkait dengan kecilnya

pengaruh perubahan.

b) persistensi ekosistem (persistent); terkait dengan lamanya

waktu untuk kelangsungan proses normal ekosistem.

c) kelembaman ekosistem (inertia); terkait dengan kemampuan

bertahan terhadap gangguan eksternal.

d) elastisitas ekosistem (elasticity); terkait dengan kekenyalan

ekosistem untuk kembali ke keadaan semula setelah

mengalami gangguan.

e) amplitudo ekosistem (amplitude); terkait dengan besarnya

skala gangguan yang masih memungkinkan adanya daya pulih

(recovery).
. Karakteristik Logam Berat Kromium (Cr)

Logam berat kromium merupakan logam berat dengan berat atom

g/mol; berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun


o
pada suhu tinggi, mengkilat, keras, memiliki titik cair C dan titik
o
didih C, bersifat paramagnetik (sedikit tertarik oleh magnet),

membentuk senyawa-senyawa berwarna, memiliki beberapa bilangan

oksidasi, yaitu + , + , dan + , dan stabil pada bilangan oksidasi + .

Kromium bisa membentuk berbagai macam ion kompleks yang

berfungsi sebagai katalisator (Widowati dkk, ).

Senyawa kromium (VI), seperti kalsium kromiumat, kromiumat

seng, dan strontium kromiumat sangat beracun dan karsinogenik di

alam. Di sisi lain, kromium (III) adalah suplemen gizi yang penting

bagi hewan dan manusia yang memiliki peran penting dalam

metabolisme glukosa. Penyerapan senyawa kromium (VI) melalui

saluran udara dan saluran pencernaan lebih cepat dari pada senyawa

kromium (III) (Martin dkk, ).

Pencemaran kromium berasal dari buangan industri-industri

pelapisan kromium, pabrik tekstil, pabrik cat, penyamakan kulit,

pabrik tinta, dan pengilangan minyak. Hal tersebut berasal dari natrium

kromiumat dan natrium dikromiumat yang merupakan spesies

kromium (VI) bersifat toksik sebagai bahan pokok untuk memproduksi

bahan kimia kromium, seperti bahan pewarna kromium, garam-garam

kromium yang dipergunakan penyamakan kulit, pengawetan kayu,

bahan anti korosif pada peralatan otomotif, ketel, dan pengeboran


minyak. Keterangan ini menunjukkan perlu adanya upaya mengurangi

sifat toksisitas kromium (VI) tersebut dengan cara mengadsorpsi atau

mendegradasinya (Adhani dkk, )

Kromium merupakan logam berat yang dapat dibedakan menjadi

kromium (III) dan kromium (VI) di alam. Kromium (III) dibutuhkan

untuk perkembangan manusia dan hewan. Kromium (III) berperan

sebagai stimulan metabolisme glukosa, protein, dan lemak. Menurut

WHO (World Health Organization), kromium (VI) adalah ion logam

bersifat racun yang dapat menyebabkan gangguan sintesis DNA dan

meningkatkan perubahan mutagen yang dapat menyebabkan tumor.

Batasan maksimum air minum mengandung kromium (VI) sebesar

mg/l. Pada air tanah, rata-rata kandungan kromium (VI) sebesar

- mg/l. Pada umumnya, orang dewasa mengonsumsi kromium

sebesar - mg/hari. Kromium (VI) terakumulasi di ginjal dan hati

(Lakherwal, ).

. Logam Berat Kromium (Cr) di Air

Logam berat seperti kromium yang terlarut dalam badan perairan

pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun

bagi bagi sistem kehidupan di perairan. Walaupun daya racun yang

ditimbulkan oleh suatu logam berat terhadap biota perairan tidak sama,

namun dapat menjadikan terputusnya satu kelompok rantai makanan.

Pada tingkatan selanjutnya dapat menghancurkan tatanan suatu

ekosistem perairan. Kadar logam berat meningkat apabila limbah


perkotaan, pertambangan, pertanian, dan perindustrian yang banyak

mengandung logam berat masuk ke dalam perairan (Palar, ).

Menurut Adhani dkk ( ), secara alamiah masuknya logam berat

ke dalam sungai dapat melalui aliran dari daerah hulu sungai akibat

erosi yang disebabkan oleh gerakan gelombang air, sedangkan pasokan

logam berat yang berasal dari aktivitas manusia ke dalam lingkungan

antara lain:

. Hasil buangan kegiatan rumah tangga;

. Limbah industri yang tidak terkontrol akan mengalir ke sungai

dan akhirnya mengendap jadi sedimen;

. Aliran langsung lumpur minyak yang terkandung di dalam

logam berat dengan konsentrasi cukup tinggi yang terbuang

dan mengendap jadi sedimen;

. Hasil dari pembakaran hidrokarbon dan batu bara. Terlepasnya

senyawa logam berat ke udara saat proses pembakaran dan

bercampur dengan air hujan, mengalirkan logam berat melalui

sungai.

Berdasarkan peraturan pemerintah kandungan logam berat

kromium yang boleh masuk ke perairan mempunyai batasan tertentu.

Baku mutu kromium (VI) di perairan berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomer Tahun tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendelian Pencemaran Air yang dikriteriakan berdasarkan

dapat dilihat pada Tabel .


Tabel . Baku Mutu Kromium di Perairan Menurut PP No.

KELAS
PARAMETER KETERANGAN
I II III IV

Kromium (VI) (mg/L) -

Sumber : PP Nomor tahun

F. Toksisitas Logam Berat

Menurut Adhani ( ), mekanisme toksisitas logam berat di dalam

tubuh organisme dapat dikelompokkan menjadi (tiga) kategori yaitu:

. Logam berat dapat menghalangi kerja gugus biomolekul esensial untuk

proses-proses metabolisme;

. Logam berat dapat menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat

dalam molekul terkait;

. Logam berat dapat mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk dari

gugus aktif yang dimiliki biomolekul.

Klasifikasi toksisitas dapat digolongkan menjadi (Adhani, ):

. Berdasar durasi waktu timbulnya efek toksisitas dikelompokkan

menjadi : toksisitas akut sifatnya mendadak, waktu singkat, efeknya

reversibel, serta kronis, durasi lama, konstan serta terus menerus,

efeknya permanen atau irreversibel.

. Berdasar tempat bahan kimia (toksikan) tersebut berefek: yaitu

toksikan lokal (efek terjadi pada tempat aplikasi atau exposure, di

antara toksikan dan sistem biologis) dan toksisitas sistemik (toksikan


diabsorpsi ke dalam tubuh dan didistribusi melalui aliran darah dan

mencapai organ di mana akan terjadi efek).

. Berdasar respons yang terjadi dan organ di mana bahan kimia tersebut

mempunyai efek toksisitas dibedakan : hepatotoksin, nefrotoksin,

neurotoksin, imunotoksin, teratogenik karsinogenik serta allergen

sensitizers atau bahan kimia/fisika yang bisa merangsang timbulnya

reaksi alergi, karsinogenik.

Logam berat dalam perairan merupakan jenis polutan utama yang

mengancam kehidupan invertebrata, ikan, dan manusia serta menimbulkan

efek buruk yang mengganggu keseimbangan ekologi lingkungan dan

keragaman organisme akuatik (Atici dkk., dalam Adhani, ). Adanya

tingkatan rantai makanan menjadikan logam berat dapat berpindah dari

lingkungan ke organisme dan pada akhirnya dari organisme satu ke

organisme yang lain (Yalcin dkk., ).

Dengan adanya hierarki rantai makanan, biota air yang mengandung

oleh logam berat tersebut dikonsumsi oleh makhluk hidup yang akan

meracuni tubuh makhluk hidup tersebut (Palar, ). Toksisitas logam berat

dalam lingkungan perairan telah menjadi perhatian utama karena mempunyai

potensi risiko yang tinggi bagi sejumlah flora dan fauna, termasuk manusia,

melalui rantai makanan (Boran dkk, ). Logam berat masuk ke dalam

jaringan tubuh biota perairan melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernapasan

(insang), saluran pencernaan (usus, hati, dan ginjal) maupun penetrasi melalui

kulit (Ma’ruf ).
Pada penelitian Tyas, dkk ( ), uji toksisitas Lethal Concentration-

atau LC- dilakukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Hasilnya

dinyatakan sebagai konsentrasi yang menyebabkan kematian hewan uji

(LC- ) dalam waktu yang relatif pendek satu sampai empat hari (Edwin dkk,

). Dalam penelitian tersebut menunjukkan rata-rata persentase kematian

ikan nila pada setiap perlakuan mengalami peningkatan mulai dari perlakuan

kontrol (nol) sampai konsentrasi tertinggi, yaitu ppm. Pada perlakuan

kontrol, tidak mengalami kematian karena hewan uji tidak terpapar kromium

(VI). Peningkatan konsentrasi kromium (VI) berbanding lurus dengan

persentase mortalitas ikan nila dalam waktu pemaparan jam. Nilai LC -

jam pada kromium (VI) terhadap ikan nila sebesar ppm.

Gambar . LC- pada Ikan Nila

Sumber : Edwin ( )
G. Gangguan Kesehatan Paparan Kromium (VI)

Logam atau persenyawaan Kromium (Cr) yang masuk ke dalam tubuh

akan ikut dalam proses fisiologis atau metabolisme tubuh. Logam atau

persenyawaan kromium akan berinteraksi dengan bermacam-macam unsur

biologis yang terdapat dalam tubuh. Interaksi yang terjadi antara kromium

dengan unsur-unsur biologis tubuh dapat menyebabkan terganggunya fungsi-

fungsi tertentu yang bekerja dalam proses metabolisme tubuh. Senyawa-

senyawa yang mempunyai berat molekul rendah, seperti yang terdapat dalam

sel darah merah dapat melarutkan kromium dan akan ikut terbawa ke seluruh

tubuh bersama peredaran darah dan mengubah senyawa kromium menjadi

bentuk yang mudah terdifusi sehingga dapat masuk ke dalam jaringan (Palar,

).

Pencemaran kromium yang terdapat di lingkungan akan berdampak pada

manusia yang masuk ke dalam tubuh melalui jalan, yaitu:

a. jalan napas;

b. jalan pencernaan;

c. jalan kulit baik kontak dan masuk melalui pori-pori kulit.

Setelah masuk ke dalam tubuh, komponen lingkungan tersebut atau hasil

metabolisme akan berada dalam jaringan darah, lemak, otak, dan/atau

berinteraksi dengan sistem pertahanan biologis. Proses ini sering tampak dari

luar sebagai suatu gejala timbulnya keracunan. Bila jumlah komponen

lingkungan tersebut sedikit, tentu tidak menimbulkan gejala yang jelas. Akan

tetapi orang ini masuk ke dalam kategori “Chronic poisoning” atau bahkan

sering menimbulkan “long term effect” kelak kemudian hari (Achmadi ).


Gambar Port of Entry Kromium pada Tubuh
Sumber : Anna dkk ( )

World Health Organization (WHO), The Department of Health and

Human Services (DHHS), dan The Environmental Protection Agency (EPA)

dalam Widowati, dkk ( ) telah menetapkan bahwa paparan senyawa

kromium (VI) bersifat karsinogenik pada manusia. Dengan terjadinya

pencemaran lingkungan, kadar unsur kromium yang masuk ke dalam tubuh

manusia dapat meningkat melebihi kadar normal baik melalui makanan

maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium

tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung,

muntah, dan pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan

hepar, bahkan dapat menyebabkan kematian.


Pada umumnya paparan kromium berasal dari industri yang memproduksi

kromium dan pigmen kromium (VI) dapat mengakibatkan kanker pada alat

pernapasan dan mengakibatkan kanker paru-paru bagi manusia yang terpapar

debu kromium (VI). Ditemukan kasus kanker dalam industri yang

memproduksi kromiumat dan ditemukan kasus kanker dalam industri yang

memproduksi pigmen kromium (Widowati dkk, ).

Berdasarkan gambaran histologis, terdapat kasus kanker pada pekerja

industri kromium, kasus kanker kulit, kasus tumor anaplasia, serta

kasus adenokarsinoma. Dimana sebagian besar kasus kanker disebabkan oleh

paparan kromium (VI) yang larut asam dan tidak larut air yang terjadi pada

proses roasting atau refining (Widowati dkk, ). Selain itu, paparan

senyawa kromium dapat menyebabkan pembentukan ulkus yang akan

bertahan selama beberapa bulan dengan penyembuhan sangat lambat dan

menyebabkan luka pada septum nasal (Jaishankar dkk, ).

Dampak negatif kromium (VI) adalah toksisitasnya bagi tubuh manusia.

Logam ini dalam kadar yang berlebih dapat mengganggu saluran pernapasan,

kulit, pembuluh darah, dan ginjal. Air yang tercemar kromium (VI) yang

terkena kulit dapat berdampak pada kulit, berupa ulkus kronis pada

permukaan kulit. Pada pembuluh darah diduga meningkatkan risiko penebalan

oleh plak pada pembuluh aorta, sedangkan pada ginjal dapat berakibat

kelainan berupa nekrosis tubulus ginjal (Adhani dkk, ).


Mengonsumsi air yang tercemar kromium (VI) dapat mengganggu fungsi

organ di dalam tubuh. Paparan dengan jumlah yang tinggi dari senyawa

kromium pada manusia juga dapat menyebabkan penghambatan eritrosit

glutathione reduktase. Penghambatan tersebut dapat menurunkan kapasitas

untuk mengurangi methemoglobin dengan hemoglobin. Hasil yang diperoleh

dari berbagai in vitro dan in vivo percobaan telah menunjukkan bahwa

senyawa kromium dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam berbagai cara

dan dapat menyebabkan pembentukan adduct DNA, penyimpangan

kromosom, pertukaran kromatit, perubahan dalam replikasi dan transkripsi

dari DNA (Adhani dkk, ).

Ion-ion kromium (VI) dalam proses metabolisme tubuh akan

menghalangi atau menghambat kerja dari enzim benzopiren hidroksilase.

Penghambatan kerja enzim tersebut dapat mengakibatkan perubahan

kemampuan pertumbuhan sel-sel sehingga menjadi tumbuh secara tidak

terkontrol yang dikenal sebagai sel-sel kanker. Dengan demikian, kromium

dapat bersifat karsinogenik. Enzim benzopiren hidroksilase ini berfungsi

untuk menghambat pertumbuhan kanker yang disebabkan oleh absestos.

Kemampuan yang dimiliki oleh ion kromium (VI) untuk menghalangi atau

menghambat kerja enzim tersebut akan memberikan efek yang sangat

membahayakan. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa kromium (VI)

dapat mengendapkan RNA dan DNA pada pH . Kromium (III) dan kromium

(VI) dapat menyebabkan denaturasi pada albumin (Palar, ).


Di dalam tubuh manusia, logam berat yang masuk akan diakumulasi

dalam jaringan tubuh dan tidak bisa diekskresikan lagi ke luar tubuh. Menurut

Palar ( ), pada kadar yang sudah tinggi dalam tubuh manusia akan

menyebabkan dampak negatif yang serius, yaitu :

. Menghambat aktivitas enzim sehingga proses metabolisme terganggu;

. Menyebabkan abnormalitas kromiumosom atau gen;

. Menghambat perkembangan janin;

. Menurunkan fertilitas wanita;

. Menghambat spermatogenesis;

. Mengurangi konduksi saraf tepi;

. Menghambat pembentukan hemoglobin;

. Menyebabkan kerusakan ginjal;

. Menyebabkan kekurangan darah atau anemia;

. Pembengkakan kepala atau encepalopati;

. Menyebabkan gangguan emosional dan tingkah laku;


H. Kerangka Teori

Konsenterasi kromium (VI) yang terdapat pada air Sungai Citarum

berasal dari beberapa limbah yang berada di DAS Citarum terbagi menjadi

tiga yaitu limbah industri, pertanian, dan domestik (Hikmawan, ).

Perilaku masyarakat dan industri yang langsung membuang limbahnya ke

sungai menjadi permasalahan sehingga kadar pencemaran semakin tinggi.

Menurut PP Nomor tahun , untuk dapat dimanfaatkan sesuai

peruntukannya, air Sungai Citarum memiliki parameter fisika, kimia, dan

biologi, yang terdiri dari parameter fisika yaitu suhu, TDS, dan TSS,

parameter kimia yaitu pH, DO, BOD dan parameter biologi yaitu total

coliform dan fecal coliform. Parameter tersebut dapat menjadi indikator

kualitas air sungai dan keberadaan pencemaran kromium dan kadar COD di

hulu Sungai Citarum. Pencemaran kromium dapat menyebabkan gangguan

kesehatan masyarakat yang diakibatkan pemanfaatan Sungai Citarum

Pencemaran kromium dapat menyebabkan kualitas air Sungai Citarum

menurun sehingga pemanfaatan air sungai seperti irigasi pertanian, tambak,

dan bahan baku air minum tidak dapat optimal dan mengakibatkan

permasalahan kesehatan.
Bagan Kerangka Teori

Sumber Komponen Lingkungan Penduduk Gangguan Kesehatan


Limbah Industri Kualitas Air Hulu  Perilaku Masyarakat/  Gangguan kulit
Limbah Pertanian Sungai Citarum Industri Membuang (Alergi/ruam pada kulit)
Limbah Domestik  Kimia : kromium (VI), Limbah langsung ke  Gangguan pencernaan
COD, DO, pH Sungai (Luka pada lambung,
 Fisika : Suhu, TDS,  Mengonsumsi Air muntah, dan
TSS atau Organisme Air pendarahan)
 Biologi : Total yang Berasal Dari  Gangguan pernapasan
Coliform, Fecal Sungai Citarum (Batuk, sesak nafas)
Coliform

Variabel Lain yang Berpengaruh


Modifikasi :

Achmadi ( ), PP No. tahun , Hikmawan ( ),

Sumantri ( ), Adhani ( ), dan Iqbal ( )


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. KERANGKA KONSEP

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

selanjutnya didapatkan kerangka konsep untuk menjelaskan variabel-variabel

yang akan diteliti. penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran

Kromium (Cr) berdasarkan kadar COD Hulu Sungai Citarum di Kecamatan

Majalaya. Pemerintah Indonesia telah membuat peraturan terkait variabel

penelitian ini diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. tahun

tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air yang pada

lampirannya memuat parameter baku mutu secara fisik, kimia, dan biologi.

Namun tidak semua variabel dijadikan peneliti sebagai variabel

independen. Berikut variabel yang tidak diteliti, yaitu:

. Sumber Limbah

Peneliti tidak menggunakan variabel asal sumber limbah untuk diteliti

dikarenakan pencemaran hulu Sungai Citarum mendapatkan beban

pencemaran tidak hanya dari satu sumber melainkan banyak sumber.

Membutuhkan waktu yang lama untuk peneliti mengidentifikasi satu per

satu asal sumber limbah yang dihasilkan baik dari domestik, pertanian,

maupun industri. Oleh karena itu, peneliti hanya menguji kualitas air yang

sudah masuk ke dalam badan air hulu Sungai Citarum.


. Parameter Biologi

Berdasarkan aspek parameter biologis, pada kualitas badan air sungai

terdapat parameter total coliform. Namun, pada penelitian ini parameter

biologis tidak diteliti karena variabel yang ingin diteliti adalah kromium

dan COD pada parameter kimia. Dalam beberapa penelitian lain, dalam

menguji parameter logam kromium tidak disertakan variabel parameter

biologis. Keterbasan peneliti untuk melakukan pemeriksaan secara

biologis juga menjadi alasan tidak ditelitinya variabel parameter biologi.

. Penduduk

Peneliti tidak meneliti variabel penduduk dikarenakan ada keterbatasan

yang dihadapi peneliti jika meneliti variabel tersebut. Pada saat studi

pendahuluan di lapangan, industri di wilayah Kecamatan Majalaya

memiliki prosedur yang ketat dan tertutup untuk penelitian terutama

permasalahan limbah sehingga peneliti tidak melakukan observasi perilaku

pembuangan limbah di industri. Serta peneliti tidak akan meneliti terkait

pemanfaatan dari Sungai Citarum dalam pengonsumsian air atau

organisme air yang berasal dari Sungai Citarum.

. Variabel Lain yang Berpengaruh

Variabel lain yang berpengaruh dipengaruhi oleh sumber faktor alamiah

seperti faktor erosi, sedimentasi, dan hujan yang berada pada komponen

lingkungan kualitas air Sungai Citarum. Perilaku yang berpengaruh

termasuk intensitas konsumsi zat yang berasal dari Sungai Citarum. Serta

budaya lainnya yang menyebabkan perilaku tersebut menjadi kegiatan

sehari-hari dilakukan. Variabel yang memiliki dampak kesehatan juga


dipengaruhi pelayanan kesehatan serta kondisi iklim dan topografi di

wilayah tersebut.

Berdasarkan alasan yang telah dikemukan, maka kerangka konsep

dari variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen yang meliputi

kromium (VI), COD, pH, dan DO sebagai berikut :

Bagan Kerangka Konsep

Kualitas Air Hulu


Sungai Citarum

 Kimia : Kromium (VI), Gangguan Kesehatan


COD, DO, pH
B. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala Ukur
Gangguan Adanya gangguan yang dialami Rekam Medis Telaah . Sakit Ordinal
Kesehatan dikarenakan adanya Dokumen . Tidak Sakit
ketidaknormalan kondisi tubuh
pada masyarakat berobat di
Puskesmas Majalaya

Kualitas Air Kondisi air yang diukur dan/atau Perhitungan Metode Storet .Baik : Ordinal
Sungai diuji berdasarkan parameter- . Cemar Ringan :
parameter tertentu dan metode - s/d -
tertentu berdasarkan peraturan . Cemar Sedang :
yang berlaku. - s/d -
(Kepmen LH N ) . Cemar Berat : >
(Kepmen LH No. )
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala Ukur
Kromium Konsentrasi kromium bervalensi (VI) yang Pengukuran Kolorimeter . Memenuhi syarat : Ordinal
(VI) terdapat di perairan Sungai Citarum. < mg/L
(Hach)
. Tidak memenuhi syarat : >
(Martin, )
mg/L
(PP No. , Kelas II)
COD Jumlah oksigen yang diperlukan untuk Pengukuran Kolorimeter . Memenuhi syarat : Ordinal
mengoksidasi bahan organik secara ≤ mg/L
(Hach)
. Tidak memenuhi syarat :
kimiawi.
> mg/L
(Sumantri, )
(PP No. , Kelas II)
DO Jumlah oksigen yang terlarut di suatu Pengukuran DO meter . Memenuhi syarat : Ordinal
perairan. ≥ mg/L
(Merck)
. Tidak memenuhi syarat :
(Sumantri, )
< mg/L
(PP No. , Kelas II)
pH Ukuran konsentrasi ion hidrogen untuk Pengukuran pH meter . Memenuhi syarat : rentang - Ordinal
menggambarkan tingkat keasaman dan . Tidak memenuhi syarat :
(Laqua)
kebasaan suatu larutan. < dan >
(Atima, ) (PP No. , Kelas II)
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik yang pengambilan

sampelnya tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan

berdasarkan adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan peneliti

(Arikunto & Suhardjono, ). Variabel yang akan diteliti adalah kromium

(VI), COD, pH, dan DO pada badan air hulu Sungai Citarum.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Oktober tahun di hulu

Sungai Citarum Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa

Barat.

C. Sampel Penelitian

. Alur Pengambilan Sampel

Penentuan titik sampel ditentukan atas dasar kriteria yang sudah

ditetapkan oleh peneliti. Maka dari itu, teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan titik sampel

dilakukan dengan menggunakan metode grab sampel. Grab sampel adalah

contoh air yang diambil sesaat pada satu lokasi tertentu (SNI, ).
Bagan . Alur Pengambilan Sampel

Penentuan Pengambilan Pengujian di Kesimpulan


Titik Sampel Sampel Laboratorium Penelitian

. Sampel Air Sungai

Menurut Standar Nasional Indonesia SNI tentang

metoda pengambilan contoh air permukaan, ada tiga dasar yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pengambilan contoh.

a. Kualitas air sebelum adanya pengaruh kegiatan manusia yaitu

pada lokasi hulu sungai yang dimaksudkan untuk mengetahui

kualitas air secara alamiah sebagai base line station.

b. Pengaruh kegiatan manusia terhadap kualitas air dan

pengaruhnya untuk pemanfaatan tertentu. Lokasi ini

dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kegiatan manusia

yang disebut “impact station”.

c. Sumber-sumber pencemaran yang dapat memasukkan zat-zat

yang berbahaya ke dalam sumber air. Lokasi ini dimaksudkan

untuk mengetahui sumber penyebaran bahan-bahan yang

berbahaya sehingga dapat ditanggulangi. Letak lokasi dapat di

hulu atau di hilir sungai, bergantung pada sumber dan jenis zat

berbahaya tersebut apakah alamiah ataupun buatan.


Peneliti menentukan sampel dengan cara melihat potensi

pencemaran yang berasal dari limbah industri, terutama industri tekstil.

Pengambilan sampel dilakukan di anak sungai dan Sungai Citarum.

Sampel air akan diambil pada titik stasiun selama hari berturut-turut.

Sampel air diambil pada titik di mana terdapat kepadatan industri tekstil

di wilayah Majalaya pada beberapa titik. Masing-masing sampel akan

diambil pada hari weekday atau hari aktif kegiatan produksi industri.

Waktu pengambilan ialah pada malam hari pukul -

WIB. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari dikarenakan dalam

beberapa penemuan sidak yang dilakukan oleh petugas Dinas Lingkungan

Hidup (DLH) Kabupaten Bandung ditemukan industri tekstil membuang

limbah cairnya langsung ke saluran pembuangan yang menuju sungai

tanpa ada pengolahan yang sesuai pada peraturan (Aditya, ). Dalam

laporan kasus limbah lain, warga Majalaya yang bermukim di sekitar

industri tekstil sering mencium bau limbah pada malam hari.

(Riswandani, ). Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel air di

semua stasiun di Kecamatan Majalaya pada malam hari.

Pada DAS Citarum di stasiun A diambil sampel air sebanyak titik

lokasi dan pada stasiun B diambil sampel air sebanyak titik lokasi. Pada

stasiun A diambil titik dikarenakan di DAS tersebut bermukim lebih

banyak industri tekstil dibandingkan di DAS Citarum stasiun B. Selain itu,

peneliti mengobservasi pada saat meninjau kualitas air secara fisik, di

stasiun A warna airnya berwarna lebih keruh dan baunya lebih menyengat
dibandingkan stasiun B sehingga peneliti lebih banyak mengambil sampel

air di stasiun A dibandingkan B.

Lokasi pengambilan stasiun titik sampel sebagai berikut :

Peta Majalaya Kab.Bandung


Skala

Keterangan :

Daerah Aliran Sungai Citarum

Wilayah Provinsi Jawa Barat

Wilayah Kab.Bandung

Wilayah Kec.Majalaya

Industri

Titik Sampel
Peta Jawa Barat

Gambar Peta Titik Sampling Hulu Sungai Citarum


D. Pengumpulan Data

. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung diberikan

kepada pengumpul data. Pengumpulan data biasanya melalui angket,

wawancara, jejak pendapat, dan lain-lain (Sugiyono, ). Data

primer dalam penelitian ini adalah data hasil dari sampel air yang

diambil di lapangan dan diuji di laboratorium Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup (BPLHD) Kab.Bandung terkait pencemaran

kromium, kadar COD serta parameter lain pada kandungan air hulu

Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya.

. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber sekunder merupakan sumber data

yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami

melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta

dokumen perusahaan (Sugiyono, ). Data sekunder dalam

penelitian ini diperoleh dari instansi Dinas Lingkungan Hidup

Kab.Bandung, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat, Balai

Besar Wilayah Sungai Citarum, buku-buku, buletin, berita serta jurnal-

jurnal penelitian terkait dengan penelitian ini.


E. Teknik Pengambilan dan Pengukuran Sampel

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel air permukaan mengacu

pada SNI . Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh

(misalnya untuk keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil

contoh tidak terbuat dari logam) ;

. Mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya ;

. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampungan tanpa

ada sisa bahan tersuspensi di dalammya ;

. Mudah dan aman dibawa.

Beberapa jenis alat pengambil contoh yang dapat digunakan meliputi alat

pengambil contoh sederhana berupa :

. botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada permukaan air

secara langsung ;

Gambar . Contoh Alat Pengambilan Air Permukaan

Sumber : (Badan Standarisasi Nasional, )


. botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman

tertentu ;

Gambar . Contoh Teknik Pengambilan Air Permukaan

Sumber : (Badan Standarisasi Nasional, )

Menurut data DLH ( ), rata-rata debit air Sungai Citarum di

Majalaya m . Oleh karena itu, seluruh sampel yang diambil peneliti

diambil pada titik tengah sungai di x kedalaman dari permukaan air.

Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai, dengan penjelasan

sebagai berikut :

. sungai dengan debit kurang dari m / detik, contoh diambil

pada satu titik di tengah sungai pada x kedalaman dari

permukaan air ;

. sungai dengan debit antara - m /detik, contoh diambil

pada dua titik masing-masing pada jarak dan lebar

sungai pada x kedalaman dari permukaan air ;

. sungai dengan debit lebih dari m /detik contoh diambil

minimum pada enam titik masing-masing pada jarak ,

dan lebar sungai pada x dan x kedalaman

dari permukaan air.


Pengawetan sampel atau contoh air dapat dilakukan beberapa cara

diantaranya pengawetan secara fisika dan kimia. Pengawetan secara fisika

dilakukan dengan cara pendinginan contoh pada suhu C atau

pembekuan. Apabila pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada

jenis parameter yang diawetkan. Beberapa cara pengawetan adalah sebagai

berikut :

. pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam

klorida pekat atau asam sulfat pekat ke dalam contoh

sampai pH < ;

. penambahan biosida ke dalam contoh, jenis, dan dosisnya;

. penambahan larutan basa (larutan natrium hidroksida,

NaOH) ke dalam contoh sampai pH - .

Sampel air yang diambil oleh peneliti dimasukkan ke dalam botol

berukuran ml yang terdiri dari botol plastik berjenis Polyethylene

Terephthalate (PET) dan botol kaca. Tiga botol plastik tersebut terdiri

dari botol yang diisi oleh sampel air untuk pengujian parameter kromium,

COD, dan pH. Sampel air untuk parameter kromium dan COD diawetkan

dengan melakukan pengasaman masing-masing dengan menggunakan

HNO dan H SO dengan menambahkan masing-masing tetes,

sedangkan sampel air untuk pH dilakukan dengan menggunakan

pendinginan. Sampel air pada botol kaca digunakan untuk paramater DO

dengan menambahkan larutan Mn dan KI Azide masing-masing tetes.


Pengukuran sampel dilakukan di laboratorium BPLHD Kab.

Bandung dengan menggunakan metode :

Tabel Parameter dan Metode Pengujiannya

PARAMETER SATUAN METODE PENGUJIAN ALAT UKUR

Kolorimeter
Kromium (VI) mg/L SNI
(Hach)

Kolorimeter
COD mg/L IK- (Kolorimetri)
(Hach)

DO meter
DO mg/L SNI- - -
(Merck)

pH meter
pH - SNI- - -
(Laqua)

F. Analisis Data

Analisis yang dilakukan untuk mendeskripsikan dan menghitung distribusi

frekuensi masing-masing variabel. Variabel yang disajikan adalah hasil

pengukuran kromium, COD, DO, dan pH. Kemudian data disajikan dalam bentuk

tabel dan grafik dengan membandingkan baku mutu yang terdapat di dalam

Peraturan Pemerintah Nomor tahun pada badan air kelas II.

Kualitas air dinilai berdasarkan ketentuan metode Storet yang dikeluarkan

EPA (Environmental Protection Agency) yang mengklasifikasikan mutu air ke

dalam empat kelas. Status mutu perairan Sungai Citarum dianalisis per lokasi

sampel yang ada di Kecamatan Majalaya.

Klasifikasi indeks pencemaran dengan metode Storet digunakan dalam

Kepmen LH No. . Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air
(hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor . Jika hasil pengukuran tidak

memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka diberi skor :

untuk analisa kualitas air adalah sebagai berikut :

Tabel Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air

Jumlah Parameter
Nilai
Parameter Fisika Kimia Biologi

Maksimum - - -

< Minimum - - -

Rata-rata - - -

Maksimum - - -

> Minimum - - -

Rata-rata - - -

Sumber : Kepmen LH No.

Dari hasil skor tersebut kemudian diakumulasikan dan diklasifikasikan

sesuai dengan status kualitas air yang terdapat pada tabel :

Tabel . Status Kualitas Air

Nilai Skor Mutu Perairan

Baik

- s/d - Cemar Ringan

- s/d - Cemar Sedang

≥ Cemar Berat

Sumber: Kepmen LH No.


BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

. Hulu Sungai Citarum

Sungai Citarum merupakan sungai yang memiliki Daerah Aliran

Sungai (DAS) terbesar di Provinsi Jawa Barat. Wilayah Sungai Citarum

seluas kurang lebih km mencakup wilayah administrasi

kabupaten/kota di lingkungan Provinsi Jawa Barat, yaitu: Kabupaten

Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi, Kabupaten

Cianjur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten

Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung,

Kota Bekasi, dan Kota Cimahi. Curah hujan tahunan di wilayah Sungai

Citarum rata-rata sebesar mm (BBWS Citarum, ). Mata air

Sungai Citarum berasal dari Gunung Wayang dan bermuara di Laut Jawa

sebelah utara Kabupaten Karawang. Panjang Sungai Citarum ± km

dengan luas daerah sungai ± km . Kegiatan yang ada di DAS

Citarum meliputi pemukiman dengan jumlah populasi juta jiwa

(BPS, ).

Bentuk Penggunaan lahan di DAS Citarum hulu terdiri dari hutan,

perkebunan,pertanian lahan kering, sawah, pemukiman, dan industri.

Hutan lindung yang terdapat di DAS Citarum umumnya merupakan hutan

alam yang ditumbuhi vegetasi asli seperti Rasamala (Altingia excelsa),

Saninter (Castonipsis javanica), Pasang (Quersus sundaica), jamuju

(Podocarpus nerlifolius), Puspa (Schima walicii), Paku-pakuan dan rotan.


Pada hutan produksi terbatas didominasi Pinus (Pinus merkusii).

Perkebunan di DAS Citarum hulu oleh teh. Pada pertanian lahan kering

terdapat kebun campuran yang selain dengan tanaman pangan, juga

ditanami pohon-pohonan seperti kelapa, albizia, cengkeh, kopi, dan lain-

lain.

. Kecamatan Majalaya

Secara administrasi, Kecamatan Majalaya masuk dalam wilayah

administrasi Kabupaten Bandung. Untuk klasifikasi topografi wilayah

terdapat di ketinggian mdpl dan untuk luasnya Kecamatan Majalaya

yaitu m , dan terdapat desa/kelurahan, dusun, RW

dan RT. Sebelah utara : Kecamatan Solokan Jeruk, sebelah selatan :

Kecamatan Ibun, sebelah barat: Kecamatan Ciparay, sebelah timur:

Kecamatan Paseh. Luas area di Kecamatan Majalaya dari desa yang

terluas terdapat pada Desa Biru dengan luas area m dan yang

terkecil luas areanya terdapat pada Desa Bojong m.

Kecamatan Majalaya memiliki desa yaitu :

 Desa Bojong  Desa Padamulya

 Desa Majakerta  Desa Padaulun

 Desa Majasetra  Desa Sukamukti

 Desa Majalaya  Desa Wangisagara

 Desa Sukamaju  Desa Neglasari

 Desa Biru
Kecamatan Majalaya sebagai kawasan zona industri tekstil namun

akibat ekspansi industrialisasi yang besar-besaran di wilayah Kecamatan

Majalaya, ternyata dapat menimbulkan berbagai permasalahan, khususnya

masalah lingkungan dari mulai masalah tata ruang, eksploitasi sumber

daya alam sampai pada penurunan kualitas ekosistem (Riswandani, )

Stasiun sampel penelitian dibagi menjadi dua aliran Sungai Citarum

yaitu stasiun A dan B. Stasiun A dibagi menjadi titik dan stasiun B

dibagi menjadi titik yaitu :

Tabel . Koordinat Titik Sampel per Stasiun

Kode
Alamat Koordinat
Stasiun
A Jl. Rancajigang Kel. Padamulya - ;
A Jl. Raya Laswi Kel. Padamulya - ;
A Jl. Randukurung Kel. Padaulun - ;
A Jl. Galinya Kel. Padaulun - ;
B Jl. Raya Laswi Kel.Sukamaju - ;
B Jl. Bojong Reungas Kel. Sukamaju - ;
B Jl. Leuwi Dulang Kel. Majasetra - ; ,

Sampel pengambilan air yang dilakukan oleh peneliti yaitu di

perairan sungai di dekat stasiun berkumpulnya banyak industri. Waktu

pengambilannya diambil pada malam hari. Menurut Riswandani ( ),

banyak industri tekstil membuang limbahnya pada malam hari ketika

warna limbah yang masuk ke dalam air tidak terlalu terlihat. Pada stasiun

sampel A , A , A , dan A , debit sungai tidak sebesar debit yang terdapat

di stasiun B , B , dan B . Lebar sungai pada stasiun sampel A sekitar -

meter. Namun pada stasiun B lebar sungai bisa mencapai meter.


B. Kromium (Cr) pada Hulu Air Sungai Citarum di Kecamatan

Majalaya Tahun

Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada titik stasiun selama hari di

Kecamatan Majalaya, terdapat hasil konsentrasi kromium (VI) pada grafik

berikut :

Grafik . Konsentrasi Kromium (VI) pada Hulu Air Sungai Citarum di

Kecamatan Majalaya Tahun

(mg/L)
0.1
0.09
0.08 A1
0.07 A2
0.06 A3
0.05
A4
0.04
B1
0.03
B2
0.02
0.01 B3
0
12-07-2018' 16-07-18 17-07-18

(Hari Pertama) (Hari Kedua) (Hari Ketiga)

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa terdapat dua stasiun pada air hulu

Sungai Citarum, memiliki konsentrasi kromium (VI) tertinggi terdapat pada

stasiun A sebesar mg/l pada hari kedua. Sedangkan kromium (VI)

terendah ialah sebesar < mg/l (batas minimum alat) pada hari ketiga.
C. Gambaran Parameter Kimia Lain pada Hulu Sungai Citarum di
Majalaya

. Chemical Oxygen Demand (COD)

Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada titik stasiun selama hari

di Kecamatan Majalaya, terdapat hasil kadar COD pada grafik berikut :

Grafik . Kadar COD pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya


Tahun

(mg/L)
700

600
A1
500 A2
400 A3

300 A4
B1
200
B2
100
B3
0
12-07-2018' 16-07-18 19-07-18

(Hari Pertama) (Hari Kedua) (Hari Ketiga)

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa kadar COD tertinggi ada di

stasiun A yaitu sebesar mg/l pada pengambilan hari ketiga. Kadar

COD terendah terdapat di stasiun B yaitu sebesar mg/l pada

pengambilan hari ketiga. Rata-rata COD dari seluruh stasiun adalah

mg/l.
. Dissolve Oxygen (DO)

Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada titik stasiun selama hari

di Kecamatan Majalaya, terdapat hasil kadar Dissolve Oxygen (DO) pada

grafik berikut :

Grafik . Kadar DO pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya

Tahun

(mg/L)

14

12
A1
10
A2
8 A3

6 A4
B1
4
B2
2 B3
0
12-07-2018' 16-07-18 17-07-18
(Hari Pertama) (Hari Kedua) (Hari Ketiga)

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa kadar DO tertinggi ada di

stasiun A yaitu sebesar mg/l pada pengambilan hari ketiga. Kadar

DO terendah terdapat di stasiun A yaitu sebesar < mg/l (batas minimum

alat) pada pengambilan hari kedua. Rata-rata DO dari semua stasiun

adalah mg/l.
. Derajat Keasaman atau pH

Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada titik stasiun selama hari

di Kecamatan Majalaya, terdapat hasil kadar pH atau derajat keasamaan

pada grafik berikut :

Grafik . Kadar pH pada Hulu Air Sungai Citarum di Majalaya

Tahun

(mg/L)

8.2

8 A1
A2
7.8
A3
7.6
A4
7.4 B1
B2
7.2
B3
7
16-07-18 17-07-18

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa kadar pH tertinggi ada di

stasiun A yaitu sebesar pada pengambilan hari ketiga. Kadar pH

terendah terdapat di stasiun A yaitu sebesar pada pengambilan hari

kedua. Rata-rata pH dari semua stasiun adalah .


D. Tingkat Pencemaran Kualitas Air Hulu Sungai Citarum di Majalaya

dengan Metode STORET Tahun

Dari hasil uji sampel yang dilakukan pada titik stasiun selama hari di

Kecamatan Majalaya, terdapat parameter yaitu kromium (VI), COD, DO,

dan pH yang dilakukan scoring dengan menggunakan metode STORET

menurut Kepmen LH No. .

Tabel Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum

Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Skor
Sampel Mutu Rata-
Maks Min
rata

Krom (VI) mg/l < <

COD mg/l -

A DO mg/l >

pH - -

Jumlah Skor -
Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

A yaitu - . Artinya tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

ringan.
Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum

Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Skor
Sampel Mutu Rata-
Maks Min
rata

Krom (VI) mg/l < <

COD mg/l -

A DO mg/l > -

pH - -

Jumlah Skor -
Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

A yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

sedang.

Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum

Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Skor
Sampel Mutu Rata-
Maks Min
rata

Krom (VI) mg/l < < -

COD mg/l -

A DO mg/l > -

pH - -

Jumlah Skor -
Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

A yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

sedang.
Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum
Stasiun A di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Skor
Sampel Mutu Rata-
Maks Min
rata

Krom (VI) mg/l < < -

COD mg/l -

A DO mg/l > < -

pH - -

Jumlah Skor -

Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

A yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

sedang.

Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum


Stasiun B di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Rata Skor
Sampel Mutu
Maks Min -
rata

<
Krom (VI) mg/l < <

COD mg/l -

B DO mg/l >

pH - -

Jumlah Skor -
Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

B yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun A dikategorikan cemar

ringan.
Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum
Stasiun B di Kecamatan Majalaya Tahun

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Skor
Sampel Mutu Rata-
Maks Min
rata

Krom (VI) mg/l < < <

COD mg/l -

B DO mg/l >

pH - -

Jumlah Skor -
Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

B yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun B dikategorikan cemar

ringan.

Tabel . Skoring Tingkat Kualitas Air Hulu Sungai Citarum


Stasiun B

Hasil Pengukuran
Stasiun Baku
Parameter Satuan Skor
Sampel Mutu Rata-
Maks Min
rata

Krom (VI) mg/l < < <

COD mg/l -

B DO mg/l > -

pH - -

Jumlah Skor -

Berdasarkan tabel diketahui bahwa jumlah skor pada stasiun

B yaitu - . Artinya, tingkat pencemaran stasiun B dikategorikan cemar

sedang.
Grafik . Tingkat Pencemaran Air Sungai Citarum per Stasiun di

Kecamatan Majalaya Tahun

25
22

20
18

15 14
12
10 10
10

5
2

0
Tingkat Pencemaran Sungai Citarum per Lokasi

A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3

Berdasarkan grafik . , skor tingkat pencemaran tertinggi berada di

stasiun A dengan skor - yaitu termasuk pada tingkat “cemar sedang”

Skor tingkat pencemaran terendah berada di stasiun B dengan skor -

yaitu termasuk pada tingkat “cemar ringan”


U

Peta Majalaya Kab.Bandung


Skala :

Keterangan

Daerah Aliran Sungai Citarum

Wilayah Provinsi Jawa Barat

Wilayah Kab.Bandung

Wilayah Kec.Majalaya

Industri

Titik Sampel Cemar Sedang


Peta Jawa Barat
Titik Sampel Cemar Ringan

Gambar Lokasi Sampel Sungai Berdasarkan Tingkat Pencemaran


di Kecamatan Majalaya Tahun
F. Gambaran Gangguan Kesehatan Masyarakat di Majalaya Tahun

Pada penelitian ini gambaran jenis penyakit terbanyak pada tahun

didapatkan dari data sekunder yaitu laporan tahunan Puskesmas Majalaya

dapat dilihat pada grafik .

Grafik . Gambaran Jenis Penyakit Terbanyak di Puskesmas

Majalaya Tahun

(orang)

9000
8000
7000 7652
6000
5000
4000 4895 4794 4644
3000 3907

2000
2112
1000 1427
942
0
267 118

Berdasarkan grafik . diketahui bahwa besar penyakit dari kunjungan

ke Puskemas Majalaya tahun yang terbanyak adalah penyakit ISPA

sebesar orang. Sedangkan penyakit terendah dalam besar tersebut

adalah penyakit skabies sebesar orang.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang berpengaruh terhadap hasil

penelitian. Adapun keterbatasan penelitian ini sebagai berikut:

. Waktu pengambilan sampel air pada malam hari dan pengujian di

laboratorium baru pada keesokan harinya. Jadi ada jeda waktu

kurang/lebih jam dari waktu pengambilan dan pengujian sampel.

. Alat uji di laboratorium BPLHD memiliki angka minimal pada hasil uji

sampel. Contohnya ialah uji kromium (VI) (< mg/l) dan DO (<

mg/l) sehingga peneliti tidak bisa mengetahui angka sebenarnya pada

sampel hasil uji.

. Pada pengukuran Dissolve Oxygen (DO) dan pH sebaiknya dilakukan on-

site di lapangan. Namun peneliti melakukan pengawetan pada pengujian

DO dengan menggunakan Mn dan KI azide, serta pH diawetkan dengan

cara pendinginan.

. Peneliti tidak membuat kuesioner untuk menanyakan keluhan kesehatan

kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Majalaya sehingga tidak

menemukan data spesifik terkait keluhan kesehatan masyarakat. Data yang

didapat melainkan berasal dari data sekunder Puskesmas Kecamatan

Majalaya, artikel, dan jurnal terkait.


B. Pembahasan Hasil Penelitian

. Kromium (Cr) pada Hulu Sungai Citarum Kecamatan Majalaya

Tahun

Adanya kromium yang terdapat pada konsentrasi air hulu Sungai Citarum

tidak terlepas dari adanya faktor limbah industri, limbah domestik dan faktor

alamiah (Hikmawan, ). Faktor limbah industri paling dominan yang

menyebabkan adanya kromium di air hulu Sungai Citarum di Kecamatan

Majalaya. Menurut data BPS ( ), industri di Majalaya meningkat menjadi

industri. Industri tersebut terbagi ke dalam kategori industri besar sedang

sebanyak buah dan industri kecil sebanyak buah. Industri tersebut

menghasilkan limbah berbahaya dan diduga masih membuang limbah hasil

produksinya langsung ke sungai yang bermuara di Citarum (Wikiandy dkk,

).

Pencemaran kromium berasal dari buangan industri-industri pelapisan

kromium, pabrik tekstil, pabrik cat, penyamakan kulit, pabrik tinta, dan

pengilangan minyak. Hal tersebut berasal dari natrium kromiumat dan natrium

dikromiumat yang merupakan spesies kromium (VI) bersifat toksik sebagai

bahan pokok untuk memproduksi bahan kimia kromium, seperti bahan

pewarna kromium, garam-garam kromium yang dipergunakan penyamakan

kulit, pengawetan kayu, bahan anti korosif pada peralatan otomotif, ketel, dan

pengeboran minyak. Keterangan ini menunjukkan perlu adanya upaya

mengurangi sifat tokisisitas kromium (VI) tersebut dengan cara mengadsorpsi

atau mendegradasinya (Adhani dkk, ).


Industri tekstil menghasilkan banyak konsentrasi limbah berbahaya seperti

logam berat, yaitu kromium. Kromium membentuk senyawa-senyawa

berwarna, memiliki beberapa bilangan oksidasi, yaitu + , + , dan + , dan

stabil pada bilangan oksidasi + . Kromium bisa membentuk berbagai macam

ion kompleks yang berfungsi sebagai katalisator (Widowati dkk, ).

Senyawa kromium (VI), seperti kalsium kromiumat, kromiumat seng, dan

strontium kromiumat sangat beracun dan karsinogenik di alam.

Berdasarkan hasil keberadaan konsentrasi kromium yang terdapat di air

hulu Sungai Citarum, terdapat dua stasiun dimana konsentrasi krom (VI)

melebihi baku mutu menurut PP No. tahun . Baku mutu perairan

sungai yang ditetapkan pada kelas II adalah mg/l. Hasil yang didapatkan

di dua stasiun tersebut ialah mg/l pada stasiun A dan mg/l pada

stasiun A . Di sekitar stasiun A dan A merupakan bagian hilir dari stasiun

Sungai Citarum sebelum melewati batas administratif dari Kecamatan

Majalaya. A dan A adalah stasiun yang terletak di dataran lebih rendah

dibandingkan A dan A sehingga ada kemungkinan akumulasi yang terjadi

yang berasal dari pencemaran kromium di hulu yang menyebabkan angka

konsentrasi di hilir yaitu stasiun A dan A menjadi cukup besar. Selain itu, di

sekitar stasiun A dan A banyak industri tekstil yang tersebar bahkan

menjadi lokasi padat industri.

Pada stasiun A dan A , konsentrasi kromium (VI) masih di bawah baku

mutu yaitu, mg/l dan mg/l. Meskipun masih berada di bawah baku

mutu, akan tetapi jumlahnya mendekati baku mutu. Artinya ialah lokasi

tersebut menyumbang pencemaran kromium pada hulu Sungai Citarum yang


nantinya akan terakumulasi menjadi bertambah tinggi di lokasi lainnya yang

menuju hilir sungai. Pada stasiun A , terdapat tiga industri yang terdapat di

wilayah tersebut dan pada stasiun A jumlah kepadatan industri meningkat.

Karakteristik wilayah sekitar stasiun A ialah sungai yang memiliki lebar

sungai sebesar - meter dan sangat dekat lokasinya dengan kegiatan industri.

Terdapat tiga industri tekstil yang cukup besar yang berada di dekat stasiun

A . Lokasi tersebut berada di jalan Rancajigang, Desa Padamulya. Desa ini

adalah desa paling hulu yang berada di selatan Majalaya. Dari desa ini

terdapat beberapa industri bermukim meskipun jumlahnya tidak sebanyak di

desa lainnya. Air sungai yang mengalir di stasiun A adalah aliran paling awal

percabangan Sungai Citarum yang masuk ke Kecamatan Majalaya. Selain

industri, bermukim perumahan penduduk yang bersebelahan dengan kawasan

industri tersebut.

Karakteristik di stasiun A ialah sungai yang memiliki lebar juga -

meter dan berada dekat dengan industri. Lokasi stasiun A masih termasuk

satu desa dengan pengambilan sebelumnya yaitu A . Di wilayah sekitar

stasiun A adalah wilayah yang banyak dipadati industri tekstil besar, pasar

swalayan, dan perumahan padat penduduk. Aliran air sungai ini adalah air

yang berasal dari stasiun A dan industri setelah lokasi stasiun A . Jarak

pengambilan dari stasiun A ke A kurang lebih sekitar - km.

Karakteristik di stasiun A ialah berada di kawasan paling padat industri

tekstil dibandingkan di lokasi stasiun lainnya. Stasiun A termasuk ke dalam

wilayah administratif Desa Padaulun. Pada saat peneliti melakukan observasi

di wilayah stasiun A , bau dari proses produksi tekstil cukup menyengat saat
melewati jalan di sekitar lokasi tersebut. Industri tersebut banyak bermukim

di bantaran Sungai Citarum sehingga outlet limbah yang dihasilkan langsung

masuk ke dalam badan air sungai melalui pipa.

Karakteristik di stasiun A ialah tidak jauh berbeda dengan lokasi A .

Akan tetapi, industri tekstil yang bermukim di wilayah tersebut tidak sepadat

yang berada di lokasi A . Di stasiun A juga termasuk dalam administratif

Desa Padaulun. Limpahan air sungai di stasiun A ini juga berasal dari anak

sungai yang di wilayah sekitarnya yang bermukim industri tekstil. Tingkat

pencemaran di stasiun A adalah yang tertinggi jika dibandingkan stasiun-

stasiun lainnya. Hal ini bisa disebabkan di wilayah sekitar stasiun tersebut

bermukim padat industri dan juga cemaran air yang berasal dari staisun

sebelumnya.

Karakteristik Stasiun B , B , dan B adalah Sungai Citarum di lokasi ini

adalah sungai yang memiliki lebar - meter. Debit sungai di stasiun B

lebih besar dibandingkan stasiun A. Terdapat industri tekstil di sekitar stasiun

B, namun di wilayah tersebut tidak sepadat di stasiun A. Pada stasiun B ,

tingkat pencemaran air masih tergolong cemar ringan. Begitu juga di lokasi

stasiun B . Akan tetapi pada lokasi stasiun A , tingkat pencemaran meningkat

dan menjadi cemar sedang. Hal tersebut bisa disebabkan karena adanya

akumulasi zat pencemar yang dihasilkan dari hulu menuju hilir yang semakin

meningkat.
Menurut data BPS ( ), di Kabupaten Bandung terdapat industri

tekstil yang bermukim diantaranya termasuk industri yang terdapat di

Kecamatan Majalaya. Nilai produksi yang dihasilkan dari industri tersebut

bisa mencapai miliar rupiah dalam satu tahun. Pada industri tekstil besar,

produksi dilakukan sebanyak shift kerja sehingga operasional porduksi

terjadi jam dalam sehari. Setiap perusahaan memiliki target pencapaian

produksi setiap bulannya. Besarnya tingkat produksi yang dihasilkan tidak

sebanding dengan pengelolaan limbah industri yang dilakukan.

Banyaknya industri yang masih kerap membuang limbahnya langsung ke

sungai diduga menjadi penyebab terbesar tercemarnya ke air hulu Sungai

Citarum. Dibuktikan pada hasil penelitian bahwa kromium pada sampel hari

senin atau hari kedua pengambilan sampel terdapat kromium yang melebihi

baku mutu pencemaran sungai.. Menurut Riswandani ( ), industri yang

terdapat di Majalaya masih banyak yang tidak memiliki Instalasi Pengolahan

Air Limbah (IPAL). Jadi, limbah industri yang dibuang langsung ke sungai

tanpa dilakukan diolah sesuai dengan baku mutu peraturan yang ditetapkan.

Selain faktor tidak memiliki IPAL, banyak industri di Majalaya sudah

memiliki IPAL. Akan tetapi, IPAL tersebut tidak difungsikan. Menurut

Sudrajat ( ) sebagai Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, IPAL tidak

difungsikan karena dapat menekan biaya produksi - juta rupiah dalam

sebulan. Akibat dari banyaknya industri yang melakukan kecurangan tersebut,

limbah yang terdapat kromium mencemari Sungai Citarum. Limbah cair

industri tekstil memiliki kandungan logam kromium yang relatif cukup tinggi

dibandingkan ion logam lainnya (Miryanti dkk, ).


.

. Gambaran Parameter Kimia Lain pada Hulu Air Sungai Citarum di

Kecamatan Majalaya Tahun

a) Chemical Oxygen Demand (COD)

Berdasarkan hasil uji, kadar COD wilayah Sungai Citarum di Majalaya

rata-rata berada melebihi baku mutu PP No. tahun kelas II (

mg/l). Hanya ada satu stasiun yang di bawah baku mutu yaitu B . Tingkat

pencemaran COD tertinggi didominasi di stasiun A , A , A , dan A .

Sama seperti kromium, COD tersebut sangat tinggi dan jauh melebihi dari

baku mutu. Di stasiun A, nilai COD terendah dan tertinggi berada di

stasiun A sebesar mg/l dan tertingginya sebesar mg/l. Selain di

stasiun A , di stasiun A , A , A juga memiliki kadar COD yang sangat

tinggi. Jika dibandingkan dengan stasiun A, stasiun B juga rata-rata

melebihi baku mutu. Di stasiun B, nilai tertinggi sebesar mg/l di stasiun

B . Pengambilan di stasiun B juga disesuaikan dengan stasiun industri

tekstil. Namun industri tekstil di stasiun B tidak sepadat di stasiun A.

Pencemaran di stasiun A dan B juga dipengaruhi dengan debit sungai, luas

penampang sungai, dan kecepatan aliran sungai (Alfiah, ).

Menurut Atima ( ), bila tingkat pencemaran air/ COD (chemical

oxygen demand) perairan relatif tinggi, ada kecenderungan kandungan

logam berat dalam air dan sedimen akan tinggi karena COD menunjukkan

kadar bahan organik yang bersifat non biodegradable. Nilai COD tersebut

menunjukan bahwa kromium yang mencemari sungai terakumulasikan

dengan zat kimia pencemar lainnya yang menyumbang akumulasi


pencemaran lainnya. Tingginya nilai COD yang berpengaruh tentang

keberadaan kromium. Penyataan tersebut berbanding lurus dengan hasil

yang menyatakan bahwa tingkat COD di stasiun A juga tinggi seperti

konsentrasi kromium di stasiun A.

b) Dissolve Oxygen (DO)

Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut

memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, jika nilai DO rendah dapat

diketahui bahwa air tersebut telah tercemar (Desriyan, ). Menurut

hasil sampel air yang diuji, kadar DO di titik stasiun A yang memiliki

konsentrasi kromium mg/l adalah < mg/l. Kadar DO tersebut

adalah nilai yang terkecil diantara kadar DO di stasiun lainnya. Nilai <

adalah nilai batas minimum alat yang digunakan. Artinya, alat tidak bisa

mendeteksi apabila nilai DO < mg/l. Menurut PP No. Tahun ,

baku mutu DO pada perairan sungai kelas II ialah mg/l.

Apabila nilai kadar DO dalam suatu perairan ialah rendah maka dapat

diartikan bahwa kemampuan air untuk melakukan self purification di

stasiun tersebut sangat rendah. Menurut Harsono ( ), pencemaran air

yang terjadi di suatu badan air, dengan otomatis air dapat melakukan self

purification. Akan tetapi, ada beberapa faktor kemampuan tersebut dapat

dilakukan oleh air diantaranya ialah kadar DO dalam suatu perairan,

tergantung pada jumlah beban pencemar yang masuk ke badan air, debit

air, dan luas penampang badan air. Jika dilihat dari hasil observasi di

lapangan, stasiun A memiliki beban pencemar yang cukup tinggi. Di DAS

Sungai Citarum stasiun A banyak pemukiman penduduk dan industri di


bantaran sungai. Selain itu, debit dan luas penampang sungai juga

tergolong lebih kecil jika dibandingkan stasiun B sehingga ada

kecenderungan air sulit untuk melakukan self purification di aliran sungai

tersebut.

c) Derajat Keasaman atau pH

Berdasarkan hasil uji, pH di hulu Sungai Citarum - . pH di

lokasi A memiliki pH tertinggi pada dua kali pengujian kualitas air yaitu

sebesar dan . Menurut PP No. ( ), pH perairan memiliki

baku mutu yaitu berkisar - . Artinya, di semua titik stasiun sampel tidak

ada yang melebihi syarat baku mutu pH.

Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air

karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di

dalam air. Selain itu, organisme akuatik dapat bertahan hidup pada kisaran

pH tertentu. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH

dan biasanya bertahan hidup normal nilai pH sekitar - (Effendi,

). Fluktuasi pH sangat ditentukan oleh alkalinitas air tersebut. pH

sangat penting sebagai parameter kualitas air karena dapat mengontrol tipe

dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Kadar pH yang

rendah akan mempengaruhi kelarutan logam kromium semakin tinggi

sehingga menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar (Oginawati,

).
. Tingkat Pencemaran Kualitas Hulu Air Sungai Citarum di

Kecamatan Majalaya Tahun

Berdasarkan hasil uji sampel yang dilakukan dengan melihat perhitungan

empat parameter (kromium (VI), COD, DO, dan pH), tingkat pencemaran

yang dihitung dengan metode Storet menurut Kepmen LH No.

dibagi menjadi dua klasifikasi tingkat pencemaran. Empat stasiun memiliki

tingkat “cemar sedang” yaitu pada titik A , A , A dan B dan tiga stasiun

memiliki tingkat “cemar ringan” yaitu pada titik A , B , dan B . Stasiun A

lebih dominan mengalami pencemaran sedang.

Sungai Citarum memiliki anak sungai (stasiun A) yang dimanfaatkan

sebagai pembuangan limbah cair oleh penduduk dan industri di wilayah

Kecamatan Majalaya selain terdapat Sungai Citarum besar (stasiun B). Di

sekitar daerah aliran sungai stasiun A mulai dari hulu hingga hilir sungai di

wilayah Majalaya dipadati dengan industri tekstil. Jumlahnya lebih banyak

dibandingkan pada daerah aliran Sungai Citarum besar (stasiun B). Hal

tersebut dapat menjadi alasan bahwa beban pencemaran kromium ditemukan

di stasiun A dan A . Sungai Citarum di stasiun A memiliki debit air dan luas

penampang sungai yang relatif lebih rendah dibandingkan stasiun B.

Menurut sumber dari BPLHD, penertiban IPAL di kawasan industri

Majalaya Kabupaten Bandung pada tahun terdapat industri, untuk

yang taat IPAL sebanyak industri dan yang tidak taat IPAL sebanyak

industri. Dari data tersebut menunjukkan bahwa penertiban instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) belum berjalan optimal (Pusparini, ).

Pencemaran yang terjadi di Sungai Citarum baik di aliran Sungai Citarum


stasiun A maupun B dapat berdampak pada kesehatan masyarakat dan

kelestarian lingkungan yang berujung pada terancamnya permasalahan

kesejahteraan.

a) Dampak Sosial Pencemaran Sungai Citarum

Pada saat peneliti melakukan pengambilan sampel air, penduduk sekitar

mengeluhkan besarnya pencemaran limbah yang dihasilkan dari kegiatan

industri tekstil. Limbah industri tekstil yang cukup melimpah melintasi

Sungai Citarum dengan warna yang pekat serta baunya yang cukup

menyengat. Masyarakat mengetahui keberadaan limbah tersebut berasal

dari banyaknya industri yang menjalankan produksinya di Majalaya.

Berdasarkan respon masyarakat terkait keberadaan limbah tersebut ialah

masyarakat merasa terganggu, akan tetapi masyarakat tidak dapat

melakukan pengendalian limbah yang dapat merubah kondisi pencemaran

Sungai Citarum menjadi menurun. Terdapat konflik kepentingan antara

masyarakat dan industri yang menyebabkan permasalahan pencemaran

yang terjadi sulit dikendalikan. Adanya industri dimanfaatkan masyarakat

sebagai peluang mendapatkan pekerjaan sehingga ada perubahan

kesejahteraan masyarakat (Novitri, dkk, ).

b) Dampak Ekonomi Pencemaran Sungai Citarum

Aktivitas industri di Kecamatan Majalaya mempengaruhi mata

pencaharian masyarakat. Menurut data BPS ( ), mayoritas penduduk

Kecamatan Majalaya memiliki mata pencaharian sebagai pekerja

pabrik/industri yaitu sebesar orang. Masyarakat bekerja sebagai

buruh atau pegawai yang berada di industri tekstil di wilayah Majalaya.


Hal tersebutlah yang menyebabkan adanya konflik kepentingan yang

mengakibatkan selama ini masyarakat di posisi dilematis terkait

pencemaran limbah tekstil yang terjadi di wilayah tersebut. Di satu sisi

dari pihak industri ada indikasi tidak menjalankan aturan yang sudah

ditetapkan terkait batas baku mutu limbah industri tekstil yang termuat

dalam Permen LH No. tahun dan peraturan lainnya yang dilanggar.

Di sisi lain yaitu masyarakat yang bekerja di industri tekstil di Majalaya

tidak bisa berbuat banyak. Kendali perusahaan yang berada di top

management yang tidak mengoperasikan IPAL yang rata-rata dikarenakan

efisiensi anggaran yang dimiliki oleh industri tersebut.

Menurut Sudrajat ( ) sebagai Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia,

IPAL tidak difungsikan karena dapat menekan biaya produksi -

juta rupiah dalam sebulan. Oleh karena itu, masyarakat tidak bisa berbuat

banyak ketika melihat kondisi tersebut. Padahal jika diprediksi dampak

jangka panjang, justru pencemaran kromium yang terjadi dapat

mengakibatkan permasalahan kesehatan baik waktu dekat maupun waktu

yang akan datang baik di wilayah Majalaya hingga wilayah bagian hilir

yang dilalui Sungai Citarum.

c) Dampak Ekologi Pencemaran Sungai Citarum

Pencemaran logam kromium berdampak negatif pada ekosistem yang

terjadi di sungai. Ada beberapa sebab dan akibat dari pencemaran

kromium yang terdapat di Sungai Citarum. Menurut Alfiah ( ), faktor

adanya pencemaran dan kerusakan ekologi diawali dengan pengalihan

pemanfaatan lahan di sempadan sungai dikarenakan dapat mengganggu


bahkan menghilangkan fungsi ekologi sungai. Fungsi sempadan sungai

adalah untuk pelestarian fungsi dan manfaat sungai dari perkembangan

aktivitas di sekitarnya. Dibangun dan berkembangnya industri yang berada

di sempadan sungai, mempermudah industri tekstil di Majalaya untuk

membuang pencemaran limbahnya ke badan air sungai.

Selain itu, sedimentasi terjadi karena penumpukan material padatan

yang terbawa arus sungai. Tebalnya sedimen menunjukkan tingginya

tingkat erosi di hulu sungai. Pencemaran yang terjadi di Majalaya

mengandung logam berat kromium. Ada kemungkinan konsentrasi

kromium di dalam air sudah berkurang karena adanya sedimentasi yang

terjadi di hulu Sungai Citarum. (Wakida dkk, ). Dampak sedimentasi

adalah pendangkalan sungai dan banjir. Pendangkalan sungai mengurangi

luasan sungai dalam menampung air sehingga pada waktu jumlah curah

hujan cukup tinggi akan terjadi banjir. Air yang meluap naik ke daratan

akan menyebabkan terganggunya aktivitas manusia dan terancamnya

kesehatan masyarakat seperti penyakit kulit, diare, dan sebagainya. Dasar

sungai yang tertutup lumpur akan mengganggu aktivitas biota di dasar

perairan terutama gangguan metabolismenya (DLH Kota Yogyakarta,

).

Dari semua dampak tersebut yang dapat terganggu pula yaitu siklus

jaring makanan yang terdapat pada ekosistem sungai. Di dalam ekosistem

sungai terdapat peran organisme autotrofik tidak hanya diambil alih oleh

tanaman hijau tingkat tinggi. Berbagai jenis gangga dan fitoplankton juga

berperan sebagai organisme autotrofik yang tentunya bisa menghasilkan


makanan sendiri. Namun adanya pencemaran kromium yang dapat

mengakibatkan pencemaran air dan sedimentasi di Sungai Citarum dapat

membuat jaring makanan tersebut terputus dan adanya ketidakseimbangan

rantai makanan dari organisme trofik awal hingga trofik tingkat terakhir.

Contoh organisme trofik yang terganggu akibat kromium yang terjadi

pada penelitian Tyas, dkk ( ), uji toksisitas Lethal Concentration-

atau LC- dilakukan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai ikan

yang habitatnya banyak terdapat di Sungai Citarum. Hasilnya dinyatakan

sebagai konsentrasi yang menyebabkan kematian hewan uji (LC )

dalam waktu yang relatif pendek satu sampai empat hari (Edwin, dkk).

Nilai LC - jam pada kromium (VI) terhadap ikan nila sebesar

ppm. Artinya adanya gangguan jaring makanan yang dialami organisme

yang menyebabkan permasalahan jangka panjang yang tidak hanya

berdampak pada organisme air sungai namun juga di daratan.

. Gambaran Gangguan Kesehatan Terbanyak di Puskesmas Majalaya

Tahun

Kromium yang masuk ke dalam perairan Sungai Citarum dapat

menyebabkan permasalahan kesehatan baik dalam jangka waktu dekat

maupun lama. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Bandung

menunjukkan, selama tercatat sebanyak kunjungan pasien yang

berobat ke puskesmas karena penyakit kulit. Diduga warga menderita gatal-

gatal akibat limbah pabrik yang menggenangi areal persawahan, aliran sungai,

ataupun jalanan. Meski jumlahnya relatif kecil, tetapi Dinkes Kab. Bandung

membentuk tim untuk menyelidiki penyebab wabah penyakit kulit dan


pencernaan, termasuk kemungkinan dampak dari limbah pabrik. Menurut

Achmad ( ), jumlah kunjungan relatif kecil karena hanya

persen dari jumlah kunjungan seluruh pasien. Bisa juga seorang pasien

mendatangi puskesmas sampai dua kali, bahkan lebih. Kalau terdapat

kunjungan pasien, bisa jadi yang datang hanya atau pasien, karena

seorang pasien bisa dua kali berobat ke puskesmas.

Menurut data Puskesmas Majalaya ( ) penyakit terbesar adalah

yang tertinggi penyakit saluran pernapasan yaitu ISPA. Akan tetapi, terdapat

penyakit pada pencernaan dan kulit yang masuk ke dalam penyakit

terbesar di Majalaya. Terdapat penyakit tukak lambung sebanyak kasus

dan skabies kasus. Menurut Widowati dkk ( ), konsentrasi kromium

yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal

baik melalui makanan maupun air minum, mencerna makanan yang

mengandung kadar kromium tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan,

berupa sakit lambung, muntah, dan pendarahan, luka pada lambung.

Warga Majalaya masih ada menggunakan air limbah untuk kebutuhan

sehari-hari. Penduduk Desa Ciwalengke misalnya, memasang pipa di sungai

untuk mengalirkan air Sungai Citarum yang penuh dengan limbah pabrik dan

domestik ke tempat pemandian umum. Tempat pemandian umum ini

digunakan warga untuk mandi, buang air, mencuci baju, piring, sayuran, dan

segala macam kegiatan bersih-bersih yang membutuhkan air. Jadi, sudah

barang tentu air yang digunakan untuk membasuh piring dan baju warga

setempat, bukan air bersih, tapi air yang juga sama yang digunakan untuk

kakus (Rahayu dkk, ).


Ratusan pabrik tekstil termasuk industri pencelupan kain berada di

wilayah Kab. Bandung. Di Majalaya, limbah pabrik-pabrik tersebut sebagian

dibuang ke saluran irigasi, sehingga mencemari areal persawahan. Sementara

pada saat turun hujan, genangan air hujan bercampur dengan limbah pabrik

meluap hingga ke jalan-jalan sehingga membuat banyak warga gatal-gatal.

Selain gatal-gatal, pencemaran kromium yang memasuki perairan sungai juga

akan berdampak fatal juga air tersebut sampai dikonsumsi.

Menurut World Health Organization (WHO), The Department of Health

and Human Services (DHHS), dan The Environmental Protection Agency

(EPA) dalam Widowati dkk ( ) telah menetapkan bahwa paparan senyawa

kromium (VI) bersifat karsinogenik pada manusia. Dengan terjadinya

pencemaran, kadar unsur kromium (VI) yang masuk ke dalam tubuh manusia

dapat meningkat melebihi kadar normal baik melalui makanan maupun air

minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa

menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah,

pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan

dapat menyebabkan kematian.


C. Pencemaran Kromium di Sungai Citarum dalam Perspektif Islam

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena

itu, manusia dalam menjalani kehidupan menduduki posisi sentral dalam

melakukan pengelolaan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidupnya,

demi mencapai kemaslahatan (Sumantri, ). Alam semesta termasuk di

dalamnya yaitu lingkungan hidup adalah karunia yang diberikan oleh Allah SWT

kepada manusia, di mana beserta segala isinya diciptakan oleh Sang Khaliq untuk

kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Allah SWT memberikan langit,

bumi, air, tumbuh-tumbuhan, laut, sungai dan segala keperluan hidup manusia

dengan tujuan agar manusia dapat hidup dan menikmati segala fasilitas yang

Allah SWT berikan. Seperti Firman Allah pada Surat Ibrahim ( ) ayat - :

ِ ‫ظ ًَا ِء َيا ًء فَأ َ أخ َز َج بِ ِّ ِيٍَ انثه ًَ َزا‬


‫ت‬ ‫ض َٔأَ أَشَ َل ِيٍَ ان ه‬
َ ‫ت َٔ أاْلَ أر‬
ِ ‫أا‬
َ ًَ ‫ظ‬ َ َ‫َّللاُ انه ِذي َخه‬
‫ق ان ه‬ ‫ه‬

َ َٓ َ‫ط هخ َز نَ ُك ُى أاْلَ أ‬
۞‫ار‬ َ َٔ ۖ ِِ ‫ي فِي ا أنبَ أح ِز بِأ َ أي ِز‬ َ َٔ ۖ ‫ِر أسقًا نَ ُك أى‬
َ ‫ط هخ َز نَ ُك ُى ا أنفُ أهكَ نِح أَج ِز‬

۞‫ار‬ َ َٔ ۖ ٍِ ‫ض َٔا أنقَ ًَ َز دَائِبَ أي‬


َ َٓ ‫ط هخ َز نَ ُك ُى انهه أي َم َٔانُه‬ ‫ط هخ َز نَ ُك ُى ان ه‬
َ ً‫ش أ‬ َ َٔ

ۗ ‫صَْٕا‬ ‫طأ َ أنحُ ًُُِٕ ۚ َٔإٌِأ جَ ُعذُّٔا َِ أع ًَثَ ه‬


ُ ‫َّللاِ ََل ج أُح‬ َ ‫َٔآجَا ُك أى ِيٍأ ُكم َيا‬

َ َ‫ظاٌَ ن‬
۞‫ظهُٕ ٌو َكفها ٌر‬ َ َ‫اْل أ‬
ِ ‫إٌِه أ‬

Artinya: ‘‘Allah-lah yang Telah menciptakan langit dan bumi dan

menurunkan air hujan dari langit, Kemudian dia mengeluarkan dengan

air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan dia Telah

menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan

dengan kehendak-Nya, dan dia Telah menundukkan (pula) bagimu sungai-

sungai. Dan dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan

yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan


bagimu malam dan siang. Dan dia telah memberikan kepadamu

(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika

kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.

Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat

Allah).’’

Di dalam kitab Tafsir Al-Maraghy ( ), surat Ibrahim ayat

menerangkan bahwa Allah menundukkan sungai-sungai bagi kalian yang

membelah bumi dari satu belahan bumi yang lain, agar manusia dapat

memanfaatkannya untuk minum dan membuat saluran-saluran, guna menyirami

tanaman, taman dan lain sebagainya. Itu semua Allah beri untuk memenuhi

seluruh kebutuhan makhluk hidup.

Namun manusia sering mengingkarinya. Kesalahan dan kelalaian dalam

melakukan pengelolaan lingkungan contohnya ialah terkait pemanfaatan sungai

yang terjadi dapat berdampak buruk yang mengancam kelestarian lingkungan dan

makhluk yang mendiaminya. Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap

lingkungan dalam surat Ar-rum ayat . Allah memperingatkan bahwa terjadinya

kerusakan di muka bumi ialah akibat ulah dari manusia :

ٌَُٕ‫ط انه ِذي َع ًِهُٕا نَ َعهه ُٓ أى يَ أز ِجع‬ ِ ‫ظبَثأ أَ أي ِذي انُها‬


َ ‫ص نِيُ ِذيقَ ُٓ أى بَ أع‬ َ َ‫ظَ َٓ َز ا أنف‬
َ ‫ظا ُد فِي ا أن َبز َٔا أنبَ أح ِز بِ ًَا َك‬

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan

karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada

mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali

(ke jalan yang benar).


Di dalam kitab Tafsir Al-Maraghy ( ), surat Ar-rum ayat dijelaskan

bahwa telah muncul berbagai kerusakan (sungai) di dunia ini, tiada lain karena

akibat dari apa yang telah dilakukan oleh umat manusia berupa kezhaliman,

banyaknya, lenyapnya perasaan dari pengawasan Sang Maha Pencipta. Dan

mereka melupakan sama sekali akan hari perhitungan. Hawa nafsu terlepas bebas

untuk mendapat keuntungan ekonomi setinggi-tingginya dengan membuang

limbah tanpa melakukan proses pengolahan terlebih dahulu sehingga

menimbulkan berbagai macam kerusakan seperti pada hulu Sungai Citarum. Dari

tafsir tersebut menekankan bahwa agar manusia harus berlaku ramah terhadap

lingkungan (environmental friendly) dan tidak berbuat kerusakan (pencemaran

sungai) di bumi (Sumantri, ).

Sebagai manusia yang beragama Islam, selalu berkeyakinan untuk tidak

terperosok pada kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Pencemaran Sungai

Citarum yang sudah terjadi sejak bertahun-tahun lalu menjadi pelajaran berharga

bagi pengambil kebijakan, pengusaha, dan masyarakat di wilayah tersebut untuk

bergerak melakukan pembenahan dan pelestarian Sungai Citarum.

Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya pada surat Al Hasyr ayat :

َ ‫ فَا أعحَبِ ُزٔا يَا أُٔنِي أاْلَ أب‬........


۞‫صا ِر‬

Artinya “Maka ambilah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai

orang-orang yang mempunyai wawasan.


Di dalam kitab Tafsir Al-Maraghy ( ), surat Al Hasyr ayat di kalimat

terakhir yaitu jadikanlah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai

penglihatan terbuka dan akal yang kuat, peristiwa-peristiwa besar yang terjadi atas

mereka karena akal mereka bingung untuk memahami. Dari hasil penelitian yang

dilakukan bahwa hulu Sungai Citarum telah tercemar logam berat kromium.

Masih banyaknya limbah industri yang langsung dibuang tanpa ada pengolahan

terlebih dahulu membuat perairan sungai menjadi tercemar. Padahal Rasulullah

saw sudah mengingatkan sejak dahulu, jangankan limbah yang berbahaya

pencemaran air yang skala kecil saja sudah diperingatkan oleh Rasulullah.

Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti

kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber

air. Di dalam kitab Al Fusshirat Hadits (Chaniago, ), Rasululullah saw

bersabda :

ِ ‫… اجهقُٕا ا أن ًَ ََل ِعٍَ انثه ََلثَةَ ا أنبَ َزاسَ فِي ا أن ًَ َٕا ِر ِد َٔقَا ِر َع ِة انطه ِز‬
‫يق َٔانظم‬

Artinya :

Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di

sumber air, di tengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh (HR. Abu

Daud).

Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing,

buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman

pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari semua itu, yakni

pencemaran limbah industri yang menghasilkan zat kimia dan zat beracun yang

berbahaya seperti logam berat kromium.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

. Air Sungai Citarum di Kecamatan Majalaya telah tercemar

kromium (VI). Dari hasil, kromium (VI) sudah melebihi baku

mutu perairan sungai menurut PP No. tahun pada badan

air kelas II ( mg/l). Konsentrasi kromium (VI) yang melebihi

baku mutu yaitu mg/l di stasiun A dan mg/l di

stasiun A .

. Parameter kimia lainnya yang terdapat di hulu Sungai Citarum :

a. Kadar COD di seluruh titik stasiun A telah melebihi baku mutu

perairan sungai menurut PP No. tahun pada badan air

kelas II ( mg/l). Rata-rata` COD dari seluruh stasiun adalah

mg/l.

b. Kadar DO di titik stasiun A ,A , A dan B telah melebihi

baku mutu perairan sungai menurut PP No. tahun

pada badan air kelas II (< mg/l). Rata-rata DO dari seluruh

stasiun adalah mg/l.

c. pH di seluruh stasiun yang diteliti memenuhi baku mutu

perairan sungai menurut PP No. tahun pada badan air

kelas II ( - ). Rata-rata pH dari seluruh stasiun adalah .

. Tingkat pencemaran kualitas air hulu Sungai Citarum di

Kecamatan Majalaya terdapat dua kategori yaitu “cemar ringan”

dan “cemar sedang”. Sungai yang termasuk tingkat “cemar


ringan” terdapat pada stasiun A , B , dan B . Sedangkan sungai

yang termasuk tingkat “cemar sedang” terdapat pada stasiun A ,

A , A , dan B .

. Pada sepuluh gangguan kesehatan masyarakat yang terdapat di

kecamatan Majalaya, terdapat gangguan pencernaan dan kulit.

Meskipun tidak spesifik disebabkan dikarenakan faktor tertentu,

tetapi ada indikasi salah satunya faktor mengonsumsi air yang

tidak bersih.

B. Saran

. Penduduk Kecamatan Majalaya dan Sekitarnya

Dalam upaya pencegahan penyakit, masyarakat diharapkan tidak

mengonsumsi air yang berasal dari Sungai Citarum di Majalaya

seperti dikonsumsi untuk bahan baku air minum serta untuk

mandi, cuci, kakus (MCK) dikarenakan air sungai tersebut sudah

tercemar kromium yang diduga berasal dari limbah industri

setempat.

. Dinas Lingkungan Hidup Kab.Bandung dan Provinsi Jawa Barat

 Melakukan inspeksi dan pengawasan secara ketat pada

industri di Majalaya secara berkala dan berkelanjutan. Hal

tersebut guna menegakkan aturan dan penertiban industri

yang masih melanggar dalam proses pengolahan limbah

industri.
 Menegakkan aturan hukum yang termuat dalam peraturan

terkait limbah industri bagi industri yang melanggar seperti

memberikan sanksi administratif dan sanksi pidana.

. Pengusaha Industri Tekstil di Majalaya

 Agar mematuhi peraturan yang berlaku seperti Permen LH

Nomor tahun tentang Baku Mutu Limbah Cair

Industri dan tidak berbuat kerusakan lingkungan seperti

yang tercantum pada UU Nomor Tahun tentang

Perindustrian yaitu wajib melaksanakan upaya

keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam dan

penanggulangan pencemaran lingkungan hidup akibat

kegiatan yang dilakukannya.

 Menerapkan teknologi dan produk bersih guna

menghasilkan produk-produk yang bersih dan ramah

terhadap lingkungan dalam aktivitas industri tekstil. Hal

tersebut guna mengurangi dampak lingkungan di seluruh

daur suatu produk mulai dari ekstraksi bahan mentah

hingga ke pembuangan limbah produk tersebut.

 Guna mengurangi konsentrasi kromium (VI) pada limbah

cair industri tekstil, dapat merubahnya menjadi kromium

(III) yang kondisinya lebih stabil dan tidak berbahaya bagi

makhluk hidup yang terkena paparannya dengan


melakukan penambahan asam dan lumpur aktif pada

proses pengolahan limbah tersebut.

. Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya dapat meneliti lebih lanjut

secara spesifik dampak pencemaran pada air Sungai Citarum pada

air sumur tertutup maupun terbuka dan dampak kesehatan dari

pencemaran kromium yang dialami oleh masyarakat Kecamatan

Majalaya dan sekitarnya.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. . Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional Vol. , No. .

Achmadi, U.F. . Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan, Jakarta:

Rajawali Press.

Adhani, Rosihan,. & Husaini. . Logam Berat Sekitar Manusia. Cetakan II.

Lambung Mangkurat University Press.

Aditya, Dicky. . Terciduk Buang Limbah Cair, Pabrik Tekstil di Majalaya

Disegel. Galamedianews. Dikutip dari http://wap.mi.baca.co.id/

pada tanggal September pukul WIB.

Al Qur’anul Karim

Alfiah, Cahyani. . Ekosistem Sungai – Eksistensinya sebagai Penyangga

Kehidupan. Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Istimewa Yogyakarta.

Al-Maraghy, Ahmad Mustofa. . Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz .

Semarang : Tohaputra.

Al-Maraghy, Ahmad Mustofa. . Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz .

Semarang : Tohaputra.

Al-Maraghy, Ahmad Mustofa. . Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz .

Semarang : Tohaputra.

Anna M. Fan, George Alexeeff, Elaine Khan. . Toxicology and Risk

Assessment. Broken Sound Parkway : CRC Press.


Arbie, Rahmat Randy,. Nugraha, Winardi Dwi,. Dan Sudarno. . Studi

Kemampuan Self Purification Pada Sungai Progo Ditinjau Dari Parameter

Organik DO dan BOD. Jurnal Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

Arifin, Zainal. . Konsentrasi Logam Berat di Air, Sedimen, dan Biota di

Teluk Kelabat, Pulau Bangka.

Arikunto & Suhardjono. . Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Bumi Aksara

Arsyad, Sitanala dan Rustiadi, Eman. . Penyelamatan Tanah, Air, dan

Lingkungan. Issues of environmental and natural resources management.

Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Atima, Wa. . BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku

Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science & Education Vol. No. ISSN

- x. Prodi Pendidikan Biologi IAIN Ambon.

Badan Pust Statistik (BPS). . Jawa Barat dalam Angka. ISSN : -

Badan Standardisasi Nasional. . Metoda Pengambilan Contoh Air

Permukaan. Standar Nasional Indonesia SNI .

Balai Besar Wilayah Sungai Citarum. . Profil Sungai Citarum. Diakses dari

http://bbwsCitarum.com/ /profil/ pada tanggal Maret

Pukul WIB

Boran, M., & Altinox, I. . A Review of Heavy Metals in Water, Sediment and

Living Organisems in The Black Sea. Turkish Journal of Fisheries and

Aquatic Sciences, , - .

Budiman, Bambang., Dhahiyat, Yayat., Hamdani, Herman. . Bioakumulasi

Logam Berat Cr (Timbal) Dan Cd (Kadmium) Pada Daging Ikan Yang


Tertangkap Di Sungai Citarum Hulu. Vol. , No. , Fakultas Perikanan

Dan Ilmu Kelautan Unpad.

Chaniago, Alfis. . Indeks Hadits dan Syarah (AlfusSirah Hadits). ISBN : -

- - - . Jakarta : Alonso Pratama

Damaianto, B Dan Masduqi, A. . Indeks Pencemaran Air Laut Pantai Utara

Kabupaten Tuban Dengan Parameter Logam. Jurnal Teknik Pomits Vol. ,

No. , ( ) ISSN: - . Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Darma, Asep. . Dampak Industrialisasi Terhadap Layanan Sumber Daya Air

Tanah Dangkal Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Universitas

Padjajaran

Deni. . Industri tekstil Majalaya Leluasa Buang Limbah ke Citarum. Dikutip

dari http://jabarprov.go.id/index.php/news/Industri_Tekstil_Majalaya_

Leluasa_Buang_Limbah_Ke_Citarum pada tanggal Mei .

Desriyan.R, dkk. . Identifikasi Pencemaran Logam Berat Kromium (Cr)pada

Perairan Sungai Citarum Hulu Segmen Dayeuhkolot sampai Nanjung.

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.

Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. . Rencana Strategi -

DLH Kab.Bandung.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat. . Hasil Analisa Kualitas Air

Citarum Di Wangisagara, Majalaya.

Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat. . Citarum Semakin

Menantang. Diakses dari http://dlh.jabarprov.go.id/index.php/layanan/k -


categories- /item/ -Citarum-semakin-menantang pada tanggal Mei

Edwin, Tivany, dkk. . Uji Toksisitas Akut Logam Timbal (Pb), Krom (Cr)

Dan Kobalt (Co) Terhadap Daphnia magna. Jurusan Teknik Lingkungan

Universitas Andalas. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND ( ): -

Edzwald, James K. . Water Quality and Treatment Sixth Edition. USA: Mc

Graw Hills.

Fardiaz, Srikandi. . Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Gunawan. . Citarum Semakin Rusak. Kompas : Edisi Januari .

Diakses dari https://www.pressreader.com/indonesia/kompas/ /

pada tanggal Mei .

Harsono, Eko. . Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air

Sungai Citarum Hulu. Puslit Limnologi-LIPI

Hikmawan, Teguh. . Proses Pengolahan Air yang Mengandung Tembaga,

Timbal dan Amonia Dengan Proses Ozonasi Gelembung Mikro dan

Filtrasi Membran. Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Imansyah, MF. . Studi Umum Permasalahan Dan Solusi Das Citarum Serta

Analisis Kebijakan Pemerintah. Jurnal Sosioteknologi Edisi . Fakultas

Teknik Sipil Dan Lingkungan ITB

Indrawan, Angga dan Mardian, Dewi. . Pencemaran Limbah Industri di

Citarum Makin Parah. Berita edisi : Juni . Dikutip dari

http://www.republika.co.id/berita/nasional/lingkungan/ /m d y -

pencemaran-limbah-industri-di-Citarum-makin-parah pada tanggal Mei


Indriatmoko, Dkk. . Evaluasi Lingkungan Air Tanah di Das Citarum Hulu.

Jurnal Teknik Lingkungan P TL-BPPT. .( ): -

Iqbal, Donny. “Citarum Sebagai Sumber Air Potensial, Bisakah

Diandalkan?” Dikutip dari https://www.mongabay.co.id/ /

Citarum-sebagai-sumber-air-potensial-bisakah-diandalkan/ pada tanggal

Mei .

Iqbal, Donny. . Limbah yang Tak Pernah Henti Meracuni Sungai Citarum

(Bagian ). Berita edisi : February . Dikutip dari

http://www.mongabay.co.id/ /limbah-yang-tak-pernah-henti-

meracuni-sungai-Citarum-bagian- / Pada tanggal Mei

Jaishankar, Monisha, dkk. . “Toxicity Mechanism and Health Effects of

Some Heavy Metals” Interdiciplinary Toxicology No. ( ): - .

Kartamihardja, dkk. . Ekologi dan Pengelolaan Perikanan Waduk Kaskade

Sungai Citarum, Jawa Barat. Balitbang Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun Tentang

Pedoman Penentuan Status Mutu Air

Khairani N, dkk. . Penentuan Kandungan Unsur Kromium Dalam Limbah

Tekstil Dengan Metode Analisis Pengaktifan Neutron. FMIPA,

Universitas Diponegoro dan Badan Tenaga Nuklir Nasional Yogyakarta.

Vol . , No. , Januari , hal - .

Kodoatie, R.J., . Tata Ruang Air I., Yogyakarta: ANDI.

Kodoatie, RJ dan Sjarief, Roestam. . Tata Ruang Air On Integrated Water

Resource Management In Indonesia. Jakarta : Penerbit Andi


Lakherwal, D. . Adsorption of Heavy Metals: A Review. International

Journal of Environmental Research and Development ( ): - .

Ma’ruf M . Analisis Konsentrasi Logam Berat pada Ikan Baronang

(Siganus Sp) dan Lingkungan Perairan Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir

Bontang. (Tesis). Universitas Mulawarman.

Maniagasi, R., dkk. . Analisis Kualitas Fisika Kimia Air di Areal Budidaya

Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Budidaya Perairan

Vol. No. : - .

Marganingrum, Dyah Dan Estiaty, Lenny Marilyn. . Evaluasi Kebijakan

Baku Mutu Air Limbah (Studi Kasus: Limbah Cair Industri Tekstil Di

Bandung. Jurnal Lingkungan Dan Bencana Geologi. ISSN : -

Marganingrum, Dyah., Roosmin, Dwina,. Pradono,. dan. Sabar, Arwin. .

Diferesiasi Sumber Pencemar Sungai Menggunakan Pendekatan Metode

Indeks Pencemar (IP) (Studi Kasus : Hulu DAS Citarum). Pusat Penelitian

Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Martin S, Griswold W. . Human Health Ef Ects Of Heavy Metals.

Environmental Science and Technology Briefs for Citizens; : - .

Miryanti dan Witono. . Pengembangan Adsorben Activated Fly Ash untuk


+ +
Reduksi Ion Cu dan Cr dalam Limbah Cair Industri Tekstil.

Universitas Katolik Parahyangan

Nazir, Ruqia,. Khan, Muslim., Masab, Muhammad. “Accumulation of

Heavy Metals (Ni, Cu, Cd, Cr, Pb, Zn, Fe) in the Soil, Water and Plants

and Analysis of Physico-chemical Parameters of Soil and Water Collected


from Tanda Dam Kohat” Journal of Pharmaceutical Sciences and

Research No. : - .

Nollet, Leo M L. . Handbook of Water Analysis Second Edition. USA: CRC

Press.

Novitri, E, dkk. . Lingkungan Sekitar Kawasan Industri Di Kecamatan

Solokan Jeruk Kabupaten Bandung. Departemen Pendidikan Geografi,

FPIPS UPI.

Oginawati, Katharina. . Analisis Kandungan Logam Berat dalam

Pemanfaatan Sedimen Sungai Citarum untuk Media Tanam Tanaman

Pangan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Palar, Heryando. . Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:

Rineka Cipta.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun tentang Tata

Laksana Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah RI No. Tahun Tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air.

Prastyo, Deni,. dkk. . Bioakumulasi Logam Kromium (Cr) Pada Insang,

Hati, dan Daging Ikan Yang Tertangkap di Hulu Sungai Cimanuk

Kabupaten Garut. Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No. . Universitas

Padjadjaran

Priadi, Cindy Rianti., Anita., Sari Putri N., Moersidik, Setyo S. “Adsorpsi

Logam Seng dan Timbal pada Limbah Cair Industri Keramik oleh Limbah

Tanah Liat” Reaktor -


Priyanto, N. Dwiyanto, Ariyani, F. . Kandungan Logam Berat (Hg, Cr, Cd,

dan Cu) pada ikan, Air, dan Sedimen Di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal

Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.

Pusparini, Nia. . Pengendalian Dalam Penertiban Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) Pabrik Di Kawasan Industri Kecamatan Majalaya

Kabupaten Bandung (Studi Pada Bplhd Kabupaten Bandung). Jurusan

Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Langlangbuana Bandung

Putra SE, Putra JA. . Kategori Kimia. Logam: Bioremoval, Metode

Alternatif untuk Menanggulangi Pencemaran Logam Berat..

Rahayu, Ulfah dan Kusumadewi, Anggi. . Sejuta Perkara Citarum. Diakses

dari https://kumparan.com/@kumparannews/sejuta-perkara-Citarum pada

tanggal Agustus .

Rama, Bahaking, dkk. . Pengetahuan Lingkungan. Makassar: Alauddin Press.

Rismawati, S. Ike. “Fitoremediasi Tanah Tercemar Zn Menggunakan

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas)” ITS Jurnal - .

Riswandani, D. . Majalaya Di Ambang Batas. Bandung: Suara Korban

Kerusakan Lingkungan Di Cekungan Bandung.

Sanusi, H. S. . Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan

Lingkungan. Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sipayung, Sinta Berliana, dkk . Dampak Perubahan Iklim Terhadap Daerah

Aliran Sungai Citarum Berbasis Satelit Climate Change Impact On

Citarum River Basin Based On Satellite Data Analysis. Pusat Pemanfaatan


Sains Atmosfer dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

(LAPAN).

Sittadewi, E. Hanggari. Pengaruh Kondisi Ekosistem Darat Koridor Sungai

Terhadap Danau Rawa Pening. Peneliti Madya Pada Pusat Teknologi

Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana. Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi.

Soemirat, J.S., . Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Sugiyono. . Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:

Sumantri, Arif., . Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam st ed.,

Jakarta: Kencana.

Sumantri, Arif., . Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.

Sundar, P. S., Karthikeyan, N., Prabhu, K.H. . Wastewater and Its Treatment

in Textile Industry, Mumbai. Matunga, India, Department of Fibres and

Textile Processing Technology, Institute of Chemical Technology,

University of Mumbai.

Titiyoga, Gabriel. . Citarum, Sungai Paling Tercemar di Bumi. Berita

Diakses pada tanggal Februari dari

https://nasional.tempo.co/read/ /Citarumsungai-paling-tercemar-di-

bumi.

USDA – Natural Resources Conservation Services. . Stream Corridor

Restoration. Principal Processes and Practices.

Wakida FT, dkk. . Heavy metals in sediments of the Tecate River, Mexico.

Environ. Geol., : - .
Wang, S., Cao, Z., Lan, D., Zheng, Z., Li, G. . Concentration distribution

and assessment of several heavy metals in sediments ofwest-four Pearl

River Estuary. Environmental Geology, , - .

Widowati, Wahyu., Sastiono, Astiana., Jusur, R. Raymond. . Efek Toksik

Logam: Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta:

Penerbit Andi Offset.

Wijaya, Habib. . Komunitas Perifiton Dan Fitoplankton Serta Parameter

Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu

Sungai Cisadane, Jawa Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Wikiandy, N., Rosidah,. Herawati, T. . Dampak Pencemaran Limbah Industri

Tekstil Terhadap Kerusakan Struktur Organ Ikan yang Hidup di Daerah

Aliran Sungai (Das) Citarum Bagian Hulu. Jurnal Perikanan Dan Kelautan

Vol. . No. : - ISSN : - .

Yalcin, G., Narin, I., & Soylak, M. . Multivariate analysis of heavy metal

contents of sediments from Gumusler Creek, Nigde, Turkey.

Environmental Geology, , - .

Zulkifli, A., . Pengelolaan Limbah Berkelanjutan, Yogyakarta: Graha Ilmu.


LAMPIRAN
DOKUMENTASI PENELITIAN

Stasiun A Stasiun A

Stasiun A Stasiun A
Dokumentasi Penelitian

Stasiun B Stasiun B

Stasiun B
Dokumentasi Penelitian

Proses Pengawetan dan Pengemasan Sampel Air dalam Botol

Penyeserahan Botol Sampel ke Lab BPLHD Kab.Bandung

Anda mungkin juga menyukai