Disusun Oleh :
Alfie Rizky Ananda
11-2010-033
Mengetahui
Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing (PT. GMF AeroAsia)
Praktek kerja lapangan / kerja praktek adalah salah satu syarat untuk lulus
jenjang pendidikan strata 1 (S1) yang sedang penulis lakukan selama 3 tahun
terakhir di Institut Teknologi Nasional yang terletak di Bandung. Tujuan utama
dari praktek kerja lapangan / kerja praktek adalah untuk menerapakan ilmu – ilmu
yang didapat pada perkuliahan dan menerapkanya di dunia kerja. PT GMF
AeroAsia dipilih menjadi lokasi kerja praktek dikarenakan PT. GMF AeroAsia
adalah salah satu perusahaan terbaik yang bergerak pada bidang perawatan
pesawat terbang, hal ini dibuktikan dengan penghargaan – penghargan yang
diterima oleh PT. GMF AeroAsia.
From this intership the writer concludes that there is still much to learn in
collage to fully understand avionics component that being used in an ariplane.
Therefore this report was made, hoping that the readers can understand one of the
system that used in an airplane in this case a ground proximity warning computer.
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas
iziinyalah penulis diberi kesehatan, akal serta umur untuk dapat menulis laporan
kerja praktek di PT. GMF AeroAsia sebagai syarat kelulusan strata satu (S1)
program studi teknik elektro yang sedang ditempuh di Institut Teknologi Nasional.
Salawat dan salam penulis sampaikan kepada nabi besar kami yakni Muhammad
SAW.
Laporan kerja praktek ini akan menjadi sulit atau mungkin akan terhambat
jika tidak ada dukungan serta saran dari bapak, ibu, serta kawan – kawan yang
ikut membantu. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
ABSTRAK .......................................................................................... i
Hangar ................................................................................. 7
Workshop 1 ..................................................................... 9
Office ................................................................................... 12
Enviroment .......................................................................... 12
Direksi ................................................................................. 12
Maintenance ......................................................................... 17
System ..................................................................................... 50
Altimeter .............................................................................. 51
Localizer ..................................................................... 55
Glidslopes ................................................................... 55
Cruise ................................................................................... 60
Aproach ............................................................................... 61
Mode 2A ......................................................................... 75
Mode 2B .......................................................................... 78
Mode 4A ......................................................................... 84
Mode 4B .......................................................................... 87
Mode 4C .......................................................................... 89
Gambar 3.5 Letak Komponen Pada Ground Proximity Warning System ... 49
Laporan ini disusun selain sebagai sarat kelulusan strata satu (S1)
program studi teknik elektro yang sedang di-ikuti oleh penulis, juga
bertujuan untuk hubungan antara ilmu yang didapat selamat 3 tahun kuliah
di Institut Teknologi Nasional jurusan teknik elektro dengan duni kerja yang
sebenarnya. Atas dasar pemikiran – pemikiran diatas maka disusunlah
laporan kerja praktek ini.
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah,
metodologi penelitian dan waktu serta lokasi kerja praktek.
BAB V Penutup
Berisi mengenai kesimpulan dan saran.
2. Engine Shop
Pengoperasian pertama kali pada tahun 1994, diperuntukan untuk
Overhoul engine SPEY, JT8D, JT9D-7Q, APU dan CFm 56-3B1.
b) Workshop 2
Terdiri dari bengkel Avionic,hydraulic, electric, pneumatic,
dan emergency equipment. Selain itu ada gedung untuk menguji
mesin (test cell) yang memiliki kemampuan 100.000 pound yang
biasa digunakan untuk semua jenis mesin, dan mesin dengan after
burner dan juga pengujian APU.Apron GMF seluas 379.620m2
6. Apron Area
Bangunan ini mempunyai luas area 318.000 m2 dan mampu
menampung kurang lebih 50 pesawat semua type.
7. Utility Building
Fasilitas ini merupakan pusat kelistrikan yang memuat peralatan utama
yang diperlukan sebagai electrical power source seperti generator dan
transformator. Bangunan ini mempunyai luas area 1.215 m2.
8. Material Departement
Bangunan ini mempunyai luas area 972 m2. Bangunan ini merupakan
pusat pemeriksaan dan penelitian dari material pesawat.
9. Surrounding Property
Surrounding property ini mempunyai luas area sebesar 140 m2.
14. Office
Merupakan pusat kegiatan administrasi PT. GMF AeroAsia.
15. Environment
Merupakan lahan penunjang bagi gedung-gedung maupun
fasilitas lain yang terdapat di PT. GMF AeroAsia.
2. Unsur Pendukung
Unsur pendukung dalam organisasi Induk PT GMF AeroAsia, terdiri
dari :
a. Unit Internal Audit & Control, berfungsi untuk memastikan
efektifitas sistem Audit Internal, pengendalian internal, dan
pengelolaan resiko perusahaan, bertanggung jawab pada direktur
utama.
c. GM Electro Mechanical
• Melakukan analisa, mengelola, dan menggendalikan proses perawatan
serta mengadakan material yang dibutuhkan dalam perawatan dan
perbaikan Component Electro Mechanical agar supaya target kualitas,
biaya, dan TAT tercapai.
• Memastikan seluruh kegiatan perawatan tersebut, termasuk perbaikan
setiap kerusakan selama kegiatan perawatan sesuai dengan design dan
standar kualitas yang di tetapkan oleh pabrik atau manufacture dan aturan
yang di tetapkan oleh otoritas penerbangan.
• Memastikan tindakan koreksi terhadap setiap temuan audit di area yang
menjadi tanggung jawabnya dapat terlaksana secara efektif.
• Bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya manusia, material,
tool dan equipment dan metode kerjanya untuk terlaksananya perawatan
component electro mechanical sesuai kelaikan udara.
• Mengarahkan dan mengendalikan jalannya seluruh kegiatan Bidang
Electro Mechanical, melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian, serta peninjauan kinerja seluruh manager yang ada di
bidang Component Electro Mechanical dengan fungsi dan akuntabilitas
masing-masing manager sebagai berikut :
Manager Electrical,
Bertugas mengelola kegiatan operasional (proses produksi) secra
efektif dan efisien, dalam usaha mencapai sasaran bisnis Bidang
Electro Mechanical sesuai dengan persyaratan atau peraturan yang
berlaku & kebutuhan pelanggan, meliputi:
- Merencanakan dan mengendalikan pengunaan resources sesuai
dengan schedule dan standard yang telah ditentukan.
Manager Fuel,
Bertugas mengelola kegiatan operasional (proses produksi) secra
efektif dan efisien, dalam usaha mencapai sasaran bisnis Bidang
Electro Mechanical sesuai dengan persyaratan atau peraturan yang
berlaku & kebutuhan pelanggan, meliputi:
- Merencanakan dan mengendalikan pengunaan resources sesuai
dengan schedule dan standard yang telah ditentukan.
- Mempersiapkan tool dan equipment serta menjaga kalibrasi dan
serviceabilitynya.
Manager Emergency,
Bertugas mengelola kegiatan operasional (proses produksi) secra
efektif dan efisien, dalam usaha mencapai sasaran bisnis Bidang
Electro Mechanical sesuai dengan persyaratan atau peraturan yang
berlaku & kebutuhan pelanggan, meliputi:
- Merencanakan dan mengendalikan pengunaan resources sesuai
dengan schedule dan standard yang telah ditentukan.
- Mempersiapkan tool dan equipment serta menjaga kalibrasi dan
serviceabilitynya.
Manager Calibration,
Bertugas mengelola kegiatan operasional (proses produksi) secra
efektif dan efisien, dalam usaha mencapai sasaran bisnis Bidang
Electro Mechanical sesuai dengan persyaratan atau peraturan yang
berlaku & kebutuhan pelanggan, meliputi:
- Merencanakan dan mengendalikan pengunaan resources sesuai
dengan schedule dan standard yang telah ditentukan.
- Mempersiapkan tool dan equipment serta menjaga kalibrasi dan
serviceabilitynya.
- Menjaga kompetensi personil dan mengendalikan ketersediaan
personil sesuai dengan jadwal pekerjaan yang telah ditentukan.
- Menjaga penigisian kertas kerja sesuai dengan qualitymanual
yang berlaku.
- Menjaga agar pengisian data didalam sistem informasi selalu
dalam kondisi benar, lengkap dan current.
- Menjaga agar material yang digunakan adalah material yang
approved dan jelas asal usulnya.
- Menjaga lingkungan kerja dalam kondisi ringkas, rapi, resik,
rawat dan rajin (5R).
Manager NDT,
Bertugas mengelola kegiatan operasional secara efektif dan efisien,
dalam usaha mencapai sasaran bisnis bidang NDT sesuai dengan
persyaratan atau peraturan yang berlaku & kebutuhan pelanggan,
meliputi :
- Merencanakan dan mengendaliakn penggunaaan resources sesuai
dengan schedule dan standart yang telah di tentukan.
- Mempersiapkan tool dan equipment serta menjaga kalibrasi dan
serviceabilitynya.
- Menjaga kompetensi personil dan mengendalikan ketersediaan
personil sesuai dengan jadwal pekerjaan yang telah ditentukan.
- Menjaga agar pengisisan data di dalam sistem informasi selalu
dalam kondisi benar, lengkap dan current
- Menjaga agar material yang digunakan adalah material yang
approved dan jelas asal usulnya.
- Menjaga lingkungan kerja dalam kondisi ringkas,rapi, resik, rawat,
dan rajin (5R)
Studi kasus yang dilakukan oleh Boeing pada tahun 1970an mengenai
kecelakan yang berhubungan dengan Controlled Flight Into Terrain (CFIT).
Sebagai contoh kasus pada South African Airways Flight 228 yang jatuh
pada 16 April 1968. Penerbangan South African Airways Flight 228 (Boing
707-300C) dengan tujuan London jatuh 50 detik setelah lepas landas dan
menewaskan 123 orang. Hasil investigasi yang dilakukan menunjukan
bahwa pesawat tersebut layak terbang dan baru 6 bulan keluar dari pabrik.
Kesalahan menurut hasil investigasi dikarenakan kesalahan dari awak
pesawat khususnya captain dan first officer karena gagal untuk
mempertahankan kecepatan dan ketinggian yang aman dikarenakan tidak
memperhatikan instrument saat lepas landas”. Federal Aviation
Gambar 3.1
Blok Diagram Ground Proximity Warning System
Gambar 3.2
Visual warning PULL UP pada PFD
Gambar 3.4
Sirip pesawat / Flap
Gambar 3.5
Letak komponen pada Ground Proximity Warning System
Gambar 3.6
Letak Ground Proximity Warning Module
Gambar 3.7
Ground Proximity Warning Module
• Altimeter
Altimeter atau disebut dengan altitude meter adalah suatu instrumen
yang digunakan untuk mengukur ketingian pesawat terhadap suatu titik
referensi, yakni terhadap permukaan laut dikenal dengan istilah above
mean sea level (AMSL) atau terhadap permukaan darat dimana
pesawat itu berada secara vertikal (Diatas permukaan darat) dikenal
dengan istilah above ground level (AGL). Kedua pengukuran ini
mengunakan 2 instrumen yang berbeda yaitu :
o Barometric Altimeter
Barometric altimeter adalah suatu instrumen yang berfungsi
untuk mengukur ketingian terbang pesawat dengan
mengunakan prinsip perbedaan tekanan udara. Semakin tinggi
pesawat terbang maka semakin kecil tekanan udara sebaliknya
semakin rendah pesawat terbang maka akan semakin besar
tekanan udara. Perbedaan tekanan pada tiap – tiap ketingian
akan digunakan sebagai input ke barometric altimeter melalui
static port yang terdapat di luar pesawat. Sedangkan didalam
anneroid wafers terisi udara dengan tekanan sama dengan
permukaan laut. Perbedaan tekanan udara di ruang altimeter
yang semakin kecil dengan perbedaan tekanan udara pada
anneroid wafers akan membuat anneroid wafers menjadi
Gbr 3.8
Konstruksi Barometric Altimeter
o Radio Altimeter
Radio Altimeter berbeda dengan barometric altimeter yang
mengukur ketinggian pesawat terhadap permukaan laut, radio
altimeter mengukur ketingian pesawat relatif terhadap
permukaan darat secara vertikal dengan jarak efektif 0 – 2500
feet (760 Meter). Radio Altimeter bekerja dengan menghitung
Gambar 3.9
Radio Altimeter
Gambar 3.10
Instument Landing System
• Glidslope
Glidslope adalah antena yang terletak pada ujung landasan
pacu yang berfungsi untuk memandu pesawat secara vertikal
pada landasan. Pesawat akan mengikuti glidepath untuk
mendart dengan sempurna pada landasan pacu. Pada antena
glidslope dipancarkan 2 buah gelombang radio termodulasi
pada frekuensi yang berbeda (90 Hz dan 150 Hz), pola radiasi
kedua gelombang radio ini diatur sedemikian rupa sehingga
glidepath tertindih oleh 2 gelombang radio tersebut. Pesawat
mengukur intensitas dari gelombang tersebut untuk menetukan
posisi vertikal pesawat relatif terhadap landasan pacu.
• ARINC 429
ARINC 429 adalah standar komunikasi data digital yang digunakan
untuk komunikasi antar komponen elektronika di dalam pesawat.
Tujuan adanya standarisasi ARINC 429 agar komponen elektronik
yang dibuat oleh vendor – vendor lain dapat compatible (cocok) antara
Gambar 3.11
Blok diagram ARINC 429
Standar komunikasi ARINC 429 terdiri dari 32 bit data yang terdiri
dari :
Gambar 3.12
Sign satus matrix
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 20 19 18 16 17
P SSM DATA
16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar 3.13
Fomat Data ARINC 429
Gambar 3.14
Three State Logic
Suatu level logika satu (1) adalah dimana level tegangan dimulai
dengan High lalu dilanjutkan dengan Null, sedangkan logika nol (0)
Gambar 3.15
Data Bit Encoding Logic
Gamabr 3.16
Urutan pengriman ARINC 429
• Cruise
Cruise atau jelajah adalah istilah yang digunakan setelah pesawat
lepas landas (take-off) dan menajak (climbing) hingga ketingian yang
sudah ditentukan (cruising altitude).
• Approach
Approach adalah fase saat pesawat akan melakukan persiapan untuk
mendarat. Persiapan ini bertujuan untuk melakukan konfigurasi
pesawat untuk melakukan pendaratan seperti konfigurasi sirip pesawat
(flap), frekuensi radio yang digunakan untuk komunikasi pesawat,
frekuensi radio yang digunakan untuk navigasi (ILS) dan lain – lain
yang merupakan bagian dari prosedur pendaratan.
Gambar 4.1
Ground Proximity Warning Computer
Karakteristik Fisik
Panjang : 37,41 cm
Lebar : 6,17 cm
Tinggi : 20,02 cm
Berat : 3,175 Kg
Warna : Hitam
Pendingin : Konservatif
Karakteristik Elektrik
Powe requierment : 115VAC, 400Hz 1-phasa
Disipasi Daya : 22 Watt maximum
Komponen ini terletak pada electronic rack, yang ada di bawah cockpit
seperti pada gambar 3.5 bersama dengan komponen – komponen lain seperti
flight computer management, auto-throtle computer dan lain – lain.
Gambar 4.2
Komponen Dalam Ground Proximity Warning Computer
Gambar 4.3
Blok diagram Groung Proximity Warning Computer
Sinyal input data analog atau digital (ARINC 429) pertama – tama akan
dikondisikan (Signal Conditioning) lalu akan dikonversi menjadi sinyal
digital yang disimpan di RAM. Informasi yang tersimpan di RAM
kemudian akan dibaca oleh microprocessor dan akan diperoses untuk
memberikan peringatan yang sesuai dengan kondisi pesawat. Audio
generator akan memberikan peringatan berupa audio yang telah tersimpam
- Discrete Inputs
Teradapat 2 jenis discrete input yaitu ground seeking (Active low) dan
28-VDC seeking (Active High). Salah satu discrete input didapat dari
ground proximity warning module seperti gear inhibit (gear overide) dan
flap inhibit (flap overide).
- RS-232 Input
Input RS-232 digunakan pada saat pengujian dan reparasi ground
proximity warning compouter di testbench yang dilalkukan di luar
pesawat.
4 buah input pada ground proximity warning computer akan didapat setelah
data diperos melalui mikroprosessor Z800, ouput – output tersebut antara
lain :
- Discrete Output
Discrete ouput berupa lampu – lampu peringatan yang muncul di cockpit
apabila pesawat ada dalam kondisa bahaya.
Gambar 4.4
Discrete Output
- RS-232 Output
Output RS-232 didapat untuk pengujian di luar pesawat untuk
menetukan kerusakan pada ground proximity warning computer yang
digunakan pada test bench.
Data yang berupa infromasi yang tersimpan di non volatile memory akan
dipangil untuk diproses di warning mode processing untuk melihat
peringtan manakah yang sesuai dengan kondisi pesawat terbang (Mode
operasi). Output warning logic kemudian akan menerima informasi yang
didapat oleh warning mode processor dan menyalurkanya kepada jenis –
jenis output yakni audio, visual, dan ARINC 429. BITE Monitor Processing
digunakan untuk melakukan pengujian diatas pesawat ataupun di luar
pesawat. Output dari BITE Monitor Processing akan diterjemahkan oleh
status output logic yang kemudian akan disalurkan kepada jenis output yang
disediakan (RS232 dan ARINC 429).
Terdapat 4 buah fitur – fitur pada ground proximity warning computer yang
terintegrasi di dalam sistem operasi yang disimpan didalam EPROM, fitur –
fitur tersebut antara lain :
4. Flight History
Flight History menyimpan kesalahan – kesalahan dari 10
penerbangan terakhir yang terjadi pada system input monitoring dan
BITE dan kemudian akan disimpan pada non-volatile memory.
Gambar 4.6
Mode 1 Warning
Gambar 4.7
SINKRATE Warning Envelope Modulation
Gambar 4.8
PULL UP Warning Envelope Modulation
Gambar 4.9
Blok diagram mode ke-1
Gambar 4.10
Mode 1 – Envelope Modulation
Gambar 4.11
Mode 2 warning
• Mode 2A
Mode 2A apabila konfigurasi sirip (flap) tidak terkonfigurasi
untuk mendarat (posisi flap dibawah 300) serta pesawat tidak
berada pada glideslope. Untuk mode 2A terdiri dari 2 buah
persamaan garis yang digunakan sebagai batas zona peringatan,
persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar 4.12
Mode 2A Envelope Modulation
Batas bawah dari mode 2A pada sumbu vertikal ada pada 30 feet
pada radio altimeter. Pada kondisi normal batas atas pada
sumbu vertikal ada pada 1650 feet pada 220 knots kecepatan
pesawat (Airspeed). Seiring dengan bertambahnya kecepatan
pesawat dari 220 Knots hingga 310 knots maka batas atas
sumbu vertikal akan bertambah secara linier hingga mecapai
kecepatan vertikal sebesar 9800 FPM. Hal tersebut
memungkinkan untuk melebarkan batas atas sumbu vertikal
Gambar 4.13
Mode 2A Warning
Gambar 4.14
Mode 2B Warning
Batas daerah :
Hwarn(Ft) = -1579Ft + 0.7895 x (Closure Rate (FPM) -
Barometric Vertical Acceleration)
Gambar 4.15
Mode 2B Envelope Modulation tanpa sirip (flap) tidak
terkonfigurasi untuk medarat
Pada mode 2 ada beberapa input seperti, Radio altitude (ketingian yang
didapat dari radio altimeter), posisi roda pesawat (landing gear), sirip
pesawat yang terkonfigurasi untuk mendarat (landing flaps) dan
kecepatan pesawat (Airspeed).
Gambar 4.17
Blok digaram mode 2
Gambar 4.18
Mode 3 warning
Mode 3 hanya akan aktif apabila pesawat baru saja lepas landas dengan
roda pesawat diturunkan (gear down) dan sirip pesawat (flap) dalam
posisi terbuka serta pesawat masih berada pada ketingian dibawah 700
feet (untuk kondisi normal). pada saat seperti ground proximity warning
computer mendeteksi dari radio altimeter bahwa kecepatan vertikal
pesawat menjadi negatif (ketingian turun) maka ground proximity
warning computer akan memberikan peringatan audio yaitu “DONT
SINK”. Untuk mematikan peringatan dari ground proximity warning
Batas daerah :
Altitude Loss (Ft) = 5.4Ft + (0.092 x Radio Alt.(Ft)) + Bias
Gambar 4.19
Mode 3 – Envelope Modulation
Gambar 4.20
Mode 3 block diagram
Pada mode 4 ada beberapa kesalahan yang sering terjadi, salah satunya
apabila pesawat baru saja lepas landas dan melawati sungai atau kanal
sehinga membuat ketingian pesawat berdasarkan radio altimeter
menjadi melonjak diatas 700 feet (minimum terrain clearance) sehinga
mode 3 akan menjadi nonaktif dan setelah pesawat terbang melewati
sungai atau kanal tersebut ketingian pesawat akan kembali menjadi
seperti semula dan akan mengaktiftkan peringatan mode 2 atau mode 4.
Hal seperti itu sering memberi peringatan yang salah (false warning)
dan bersifat mengangu (nuisance warning).
• Mode 4A
Mode 4A aktif pada saat pesawat pada kondisi jelajah (cruise) atau
approach apabila pesawat tidak menurunkan roda pendaratan
(landing gear) ketika pesawat berada dekat dangan permukaan
tanah. Mode 4A memiliki 2 zona peringatan dan 2 peringatan audio
yaitu “TOO LOW TERRAIN” untuk peringatan pada penetrasi
zona yang pertama dan peringatan “TOO LOW GEAR” untuk
penetrasi pada zona yang kedua pada operasi normal.
Gambar 4.21
Mode 4A Warning
Gambr 4.22
Mode 4A Envelope Modulation
Sedangkan untuk batas bawah kedua zona ini ada pada ketingian 30
feet mengunakan radio altimeter.
Gambar 4.23
Mode 4B Warning
• Mode 4C
Mode 4C memberikan peringatan berdasarkan radio altimeter yang
bekerja berdampingan dengan mode 3 saat pesawat lepas landas.
Pada mode peringatan 4C memberikan 1 jenis peringatan audio
yaitu ”TOO LOW TERRAIN“.
Gamabr 4.24
Mode 4C Envelope Modulation
Persamaan garis :
MIN. TERRAIN CLEARANCE (FT) = 0.75 x RADIO
ALTITUDE (FT)
Gambar 4.25
Mode 4C Warning
Gambar 4.26
Ground Proximity Warning Module
• SOFT GLIDSOPES
Peringatan pertama yaitu SOFT GLIDSLOPES akan aktif ketika
pesawat berada pada ketingian dibawah 1000 feet menurut radio
altimeter dengan deviasi sebanyak 1,3 dots (titik) dibawah sinyal
glideslope. Dikatakan SOFT GLIDSLOPES karena level suara yang
terdengar setengah kali lebih kecil dibandingkan level suara pada
HARD GLIDSLOPE. Akan terdengar kata – kata “GLIDSLOPE”
dari pengeras suara di cokcpit dan headphone yang dikenakan pilot.
Batas bawah turun secara linier dari ketingian 150 feet pada 1,3 dots
(titik) deviasi sinyal ILS hingga 2,98 dots (titik) pada ketingian 30
feet.
• HARD GLIDSLOPE
Peringatan kedua terjadi pada ketinginggian 300 feet berdasarkan
radio altimeter.dengan deviasi sinyal ILS terhadap pesawat sejauh 2
dots (titik). Penetrasi pada zona ini akan mengaktifkan peringatan
HARD GLIDSLOPE. Peringatan audio sama seperti pada SOFT
Gambar 4.30
Mode 5 Hard Warning Envelope Modulation
Gambar 4.31
Mode 5 Block Diagram
Gambar 4.33
Mode 6 Descent Callouts
General Callout
Descrption
Option
PROVIDES 'BANK ANGLE' CALLOUT FOR EXCESSIVE
BANK ANGLE
BANK ANGLES
500
PROVIDES 'FIVE HUNDRED' CALLOUT BELOW 500 FEET
Tabel 4.1
Mode 6 Callouts
Gambar 4.34
Mode 6 Bank Angle Warning
Gambar 4.35
Mode 6 Bank Angle Envelope Modulation
Mode 6 akan aktif seketika pesawat sedang lepas landas atau pada
ketinggian 5 feet berdasarkan radio altimeter. Pada ketinggian 30 feet
hingga 150 feet sudut kemiringan pesawat (bank angle) maksimum pada
sudut 450.
Gambar 4.36
Mode 7 Warning
Pada kasus seperti pada gambar 4.36 , ketika ground proximity warning
computer mendeteksi ada perubahan aliran udara maka peringatan visual
akan diberikan. Barulah pada saat perubahan aliran udara
mengakibatkan dampak langsung pada pesawat barulah peringatan
audio diberikan. Kasus ini adalah kasus adanya aliran udara ke arah
darat dan menekan pesawat secara vertikal sehingga ketingian pesawat
dapat berkurang secara drastis. Aliran perubahan udara ini dikenal
dengan isitalah microburst yaitu semburan udara pada suatu daerah yang
kecil dikarenan perbedaan tekanan udara.
5.1 Kesimpulan
Dari penulisan laporan dan kerja praktek yang dilakukan di PT. GMF
AeroAsia selama 1 bulan ada beberpa kesimpulan yang dapat penulis ambil,
antara lain :
McGraw-Hill.
https://en.wikipedia.org/wiki/Instrument_landing_system
Manual.