Anda di halaman 1dari 128

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT APRESIASI

SENI PERAN TEATER DENGAN


KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PEMAIN SENI
PERAN TEATER

Skripsi

ISLAM

Disusun Oleh :

Didik Nofianto
96 231 099

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JOGJAKARTA
2002
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT APRESIASI
SENI PERAN TEATER DENGAN
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA PEMAIN SENI
PERAN TEATER

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Psikolcg
University Islam Indonesia untuk memrnuhi
Sebctg ji Syarat-Syarat Guna Mernperoleh
UerajatSarjanaS-1 Psikologi

Disusun Qt&h :

Didik Nofianto
96 231 099

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JOGJAKARTA
2002
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Dan Diterima untuk memenuhi Sebagian
Syarat-Syarat Guna memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Pada Tanggal

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas islam Indonesia

Dekan

( DR.Sukarti)

Dewan Penguji fanda Tangan

-o

1. H. Fuad Nashori, S.Psi, Msi 'I

2. DR. Sukarti ^m^J


<, i

3. Rft Retno Kumolohadi, S.Psi., Psi .',.' j


PERSEMBAHAN

%upersem6aH^an (Buah pifyran ini ^epada

Mtah dan ^psut^u Muhammad

(Bapa^dan l6u%uK Imam Musthofa Jfj. Sitifiminah,


serta %a^a^dan Jidi^adi^u tercinta.

Mmamater^u (Pondo^cpesantren l^E^Vl^E^g, serta


para guru-guru dan para %yai£u.

in
MOTTO

Iv-han ?! simpuh sujuddirifa dihadapanMu


TuSuh Jiwafa tefanjang didadapanMu
Tuhan ?! afa fani hidup menyatu dafam hidupyang satu
JiChamduCUfiafi puji syufarpadaMu
<Engfau... saat ini masifi menjadifan dirifa se6agaimafa[ufaiptaanMuyang
mafia sempurna
'Engfau hadapfan dirifa dengan 6er6agai macam ujiarfMuyang memang
pantas untufau
TeCafi Kngfau sempurnafan dirifa dafam fasesuaian 6atas fasempurnaan
mantisia

<Pifaran dan Jtfaf menyatu daCam XepaCafa


Jfati, Jiwa, dan <Perasaan menyatu dafam <Dadafa
Nafsu dan Jfasrat fainginan menyatu dafam (Perutfa
TuSuh (Raga, Sersetimutfan <Rjifi menyatu dafam Jfidupfa
Tufian.... hanya ftngfauyang mafia tahu afan segafa (Penyatuan Jfidupfa
Terfadang... fasempurnaan daCam dirifa 6erjafan sendiri-sendiri, tanpa
penyatuan yang satu dafam fadidupanfa
Jifa tafi %uasa mengahadapai ini semua ??
Afa- merasa befum cufappantas untufanenjaCanfan fasempurnaan ini dafam
fa6ersamaan
Tub™ !!!? fasempurnaan, Hanya (Engfau yang memififa Jua
Tufian AfaC&ifaran, Jfati, Jiwa, (perasaan, Nafsu Jfasrat
Keinginanfa, "lubuh <Rpga, <Rii/ifa Menyatu dafam
KesempurnaanfMu SefimutifaH la dafam (Defapan Hangat Cinta-'Mu.

IV
UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur kepadamu Tuhan, kerendahan dihadapanMu


hamba yang penuh dengan segala macam kekurangan ini akhir telah mampu
menyelesaikan sebuah karya yang sederhana ini.

Pertama-tama sudah sepatutnya sebagai penulis mengucapkan banyak


terima kasih tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, H. Imam Musthofa
yang telah banyak memberikan pandangan hidup sebagai sebagai seorang laki-
laki, dan juga Ibundha tercinta Hj. Siti Aminah yang selalu menjadi figur
kesabaran dalam kehidupanku.

Terima kasih penulis kami haturkan kepada Ibu Dekan Fakultas Psikologi
Ull Dr. Sukarti. Terima kasih untuk Bapak H. Fuad Nashori selaku pembimbing
utama, terima kasih kami haturkan untuk Bapak atas segala macam motivasi dan
tuntunannya dalam penyelesai skripsi ini, Ibu Retno Kumolohadi, selaku
pembimbing kedua dan sebagai Dosen pembimbing Akademik, terimakasih atas
kemudahan dan kesabarannya dalam membimbing penulis, serta dorongan
untuk tetap semangat dalam menyelesaikan kuliah. Terimakasi buat seluruh
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi, semoga llmu Psikologi yang telah
bapak/ibu ajarkan pada penulis menjadi keberkahan dalam kehidupan penulis.
Terima kasih Buat kakakku tercinta, Minarni Aba Dinik, SE, serta adik-
adikku tercinta Ima Andina, SE, dan Siti Aisyah. Untuk kakakku, terimakasih atas
segala kesabarannya membimbing saudara laki-lakimu sendiri ini. Terimakasih
juga buat Wanitaku yang terus hidup dalam khayalan imajinasiku, semoga Tuhan
lekas menghadirkan dirimu dalam dunia nyataku.
Terima kasih banyak penulis ucapkan buat teater "Parkir", atas segala

pelajaran hidup dalam dunia seni teater selama ini. Buat teater, Eska IAIN, teater

Loby Dua APMD, tetaer Ada ABA YO, teater Koin FE Ull, tetaer Neraca STIE

YO, teater Unstrat UNY, Terima kasih banyak atas kesediannya membantu
dalam pengisian angket penelitian skripsi ini.

Kepada saudara tuaku Mas Kukuh Prasetio, terima kasih banyak buat

Mas KUKUH, telah banyak menemani dalam suka dan duka mulai dari awal aku

menginjakkan di fakultas psikologi ini hingga saat ini, buat saudara dan

sahabatku tercinta Hasib Asad thanks selalu telah banyak memberikan masukan

untuk bisa berpikir logis dan ilmiah dalam penyelesaian skripsi ini.

Buat sahabat-sahabatku tercinta Shohibul Hidayah, Thobagus Moh Nu

man, Yayanku tercinta, Gus Musa, Dian Aryogo, kalian semua telah memberikan

doa dan semangat betapa berartinya kehadiran seorang wanita.

Seluruh saudara-saudari serta sahabatku terkasih angkatan 1996, and

1995 semoga kelak di kemudian hari kita semua bisa kembali bersama dalam

keakraban. Buat adik-adik kelasku mulai dari angkatan 1997 sampai angkatan

2002 makasih atas inspirasinya untuk menjadikanku sebagai seseorang yang


dewasa.

Terima kasih banyak buat teman-teman teater Parkir Heri Efendi, telah

banyak membantu dalam skripsi ini, serta para anggota teater Parkir, buat Panji
Kusuma yang telah banyak memberikan peran akting pada saya.

Buat bapak dan Ibu kosku Bapak Nurjidin serta teman-teman pondokan

mahasiswa Al-kautsar, terimakasi buat Bapak Ibu kos telah memberikan

kerelaannya menjadi orang tua asuh dan banyak membimbing selama kuliah di

Jogjakarta.

VI
Terakhirkalinya buat diri ku sendiri yang telah mampu melewati berbagai
macam cobaan dan rintangan pada masa kuliahku ini, serta buat Motor CB-KU
yang menemaniku keliling di akhir-akhir keberadaanku di Jogjakarta.

Jogjakarta, 25-Agustus-2002

Penulis

Vll
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL I

HALAMAN PENGESAHAN ||

HALAMAN PERSEMBAHAN Ill

HALAMAN MOTTO VI

UCAPAN TERIMA KASIH VII

DAFTAR ISI VIII

DAFTAR TABEL XI

DAFTAR LAMPIRAN XII

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Tujuan Penelitian 9

C. Manfaat Penelitian 9

BAB II LANDASAN TEORI 10

A. Kebermaknaan Hidup 10

1. Pengertian Kebermaknaan Hidup 10

2. Karakteristik Individu yang Memiliki

Kebermaknaan Hidup 12

3. Aspek-Aspek Dalam Kebermaknaan Hidup 15

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebermaknaan Hidup 16

B. Apresiasi Seni Peran Teater 19

1. Pengertian Apresiasi Seni Peran Teater 19

Vlll
2. Apresiasi Seni Bagi Para Pekerja Teater 25

3. Aspek-Aspek Dalam Apresiasi Seni

Peran Teater 28

C. Hubungan Antara Tingkat Apresiasi Seni

Peran Teater Dengan Kebermaknaan Hidup... 30

D. Hipotesis 33

BAB III METODE PENELITIAN 34

A. Identifikasi Variabel Penelitian 34

B. Devinisi Operasional Variabel 34

1. Kebermaknaan Hidup 34

2. Tingkat Apresiasi Seni Peran Teater 34

C. Subyek dan Sampel Penelitian 35

D. Prosedur Pengumpulan Data 35

E. Metode Analisis 39

BAB IV PERSIAPAN, PELAKSANAAN, dan HASIL

PENELITIAN 40

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 40

1. Orientasi Kancah Penelitian 40

2. Persiapan Penelitian 41

B. Pelaksanaan Penelitian 42

C. Hasil Analisis Data 43

D. Hasil Penelitian 47

E. Pembahasan 48

BAB V PENUTUP 53

A. Kesimpulan 53

IX
B. Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN 59
DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Distribusi Aitem-Aitem Angket Kebermakna Hidup 36

2. Distribusi Aitem-Aitem Tingkat Apresiasi Seni Peran Teater 37

3. Deskripsi Hasil Penelitian 42

4. Distribusi Aitem Angket Tingkat Apresiasi Seni Peran Teater

Yang Valid 43

5. Distribusi Aitem Angket Kebermaknaan Hidup Yang Valid 44

XI
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Surat ijin Penelitian Fakultas Psikologi Ull 57

B. Surat Keterangan Penelitian 58

C. Angket Alat Ukur 63

D. Uji Reliabilitas 72

E. Hasil Analisis Data 94

xn
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat modern, menurut Berger (dalam Nasir, 1997), tidak begitu


menghiraukan lagi persoalan-persoalan metafisis tentang eksistensi diri manusia,
asal mula kehidupan, makna dan tujuan hidup dijagatraya ini. Kecenderungan mi

terjadi karena proses rasionalisasi yang menyertai modernitas telah menciptakan


sekularisasi kesadaran yang memperlemah fungsi kanopi suci agama dan

domain para pemeluknya dan menciptakan suasana chaos, atau ketidakberartian

hidup pada diri manusia modern.

Situasi sosial dan pembangunan yang semakin berorientasi pada

perkembangan fisik ekonomi, nada-nadanya dapat menjadi tanda makin

pragmatisnya perilaku masyarakat Indonesia dan terabaikannya hal-hal yang

bersifat metafisis. Masalah ini kiranya periu menjadi bahan renungan dan

wacana dalam memperbincangkan kehidupan masyarakat Indonesia terutama

dalam perkembangan kebudayaan dan masa depan peradaban manusia.

Ketika mencermati kecenderungan pragmatis dan maraknya kasus-kasus

kekejaman dan kekerasan dalam kehidupan masyarakat akhir-akhir ini, kiranya

periu dipertanyakan ulang tentang penghayatan dan pemaknaan jati diri


manusia. Seharusnya masalah jati diri mulai dipikirkan dalam konteks keterkaitan

dunia mikro dan dunia makro dalam domain dan struktur kehidupan manusia,
terutama dalam diri manusia Indonesia saat ini. Periu dicari kejelasan teoritik
maupun empirik tentang sosok makhluk yang berjalan tegak yang bernama

manusia itu.

Sesungguhnya manusia yang hidup dalam lingkungan sosial dengan

segala macam kegiatan yang dilakukannya, merupakan makhluk hidup yang

normal, yang tidak lepas dari rasa keindahan. Seseorang biasanya akan memilih

cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan setiap urusannya, namun demikian

juga membutuhkan rasa keindahan dan keharmonisan. Rasa keindahan dan

keharmonisan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas seni dan berkesenian. Salah

satunya adalah seni peran teater.

Seni peran teater merupakan karya cipta seni yang prosesnya dikerjakan

secara kolektif, bukan merupakan karya individu. Seni peran teater melibatkan

banyak orang yang mendapatkan tugas masing-masing dalam berkreasi menurut

bidang kemampuannya. Proses karya yang dipersatukan tersebut memerlukan

waktu, kompromi, saling mengisi, saling pengertian yang didasari oleh alasan

kuat untuk menghasilkan sebuah karya. Sampai pada tahap ini masing-masing
individu harus benar-benar memahami karya tersebut secara kolektif. Artinya,
semua orang yang terlibat harus mampu menyesuaikan dengan tujuan kolektif

untuk memperoleh hasil akhir berupa pementasan sebuah karya seni yang
memuaskan.

Dalam proses kesenian, khususnya teater, seniman biasanya memiliki


kebebasan dalam mengeksplorasi dan mengembangkan kreativitasnya.
Selanjutnya seniman akan berusaha mengekspresikan hasil eksplorasinya dalam
bentuk karya-karya pementasan sesuai dengan kemampuannya. Boas (dalam
Bastaman, 1996), berpendapat bahwa, kesenian sebagai suatu kegiatan akan
membangkitkan sensasi yang menyenangkan (pleasurable sensation). Suatu
kegiatan akan membangkitkan rasa keindahan {sense of art) apabila ia

diwujudkan melalui proses yang memenuhi persyaratan teknis dan estetis

tertentu sehingga mencapai standard of excellent atau nilai puncak (tertinggi).

Seorang seniman dengan seluruh kelembutan dan sensitivitas emosinya akan

berusaha mencapai nilai puncak tersebut dengan totalitasnya dalam proses

berkesenian (teater). Totalitas ini dapat memberikan pemenuhan kebutuhan self

esteem (harga diri), pengembangan diri dan aktulisasi diri (Bastaman, 1996).

Bagi seorang seniman simtom kecemasan, self esteem, sebagian besar

berhubungan dengan kepuasan kerja (Cozen, 1992).

Adapun Scheff (dalam May, 1997) menjelaskan bahwa teori katarsis bisa

dijadikan sebagai tawaran bagi media kesehatan yang bermanfaat bagi

kesehatan emosi. Katarsis dapat mengakhiri episode emosional sebelum

semakin memburuk. Katarsis tidak hanya sebagai media pembenaran secara

sederhana keadaan emosi individu, tetapi juga melibatkan secara bersamaan

persepsi dari kontrol dan penguasaan perasaan negatif.

Katarsis juga menekankan pada persepsi dari dalam ketahanan dan

pengaturan emosi yang timbul sebagai bagian dari terapi perubahan (May,

1997). Jika benar katarsis bisa dijadikan salah satu mediasi untuk mengelola

kesehatan emosi maka sebetulnya bisa ditemukan titik singgung antara katarsis

dengan peran seni teater.

Berkaitan dengan hal itu, di masa depan periu dikembangkan pentingnya

kegiatan berkesenian (khusunya teater) yang mampu menyentuh dunia

pendidikan. Setiap insan didik merupakan sumber daya yang tinggi nilainya,

karena mereka adalah individu yang mempunyai potensi dan kekuatan

aktualisasi diri, apabila diperhatikari dan dihargai secara tepat bakat dan
kemampuannya. Pada akhirnya jika mereka mampu mengembangkan

kemampuan-kemampuan potensialnya, pada saatnya nanti, pastilah mereka

dapat memberikan sumbangan yang besar dalam kemajuan negara yang

dinamis (Waluyo, 2002).

John Naisbitt dan Patricia Aburdene (2000) dalam bestseller "Megatrend

2000" tentang dasawarsa renaissan benar, maka tak bisa dihindari lagi seni akan

semakin memasyarakat. Semakin populernya seni dalam kehidupan masyarakat

diharapkan dapat membuka wawasan baru tentang kegunaan seni. Selama ini

seni hanya dipandang sebagai sarana untuk mendapatkan hiburan (bagi

penikmat atau konsumen seni) atau wadah untuk mengekspresikan pikiran (bagi

pencipta karya seni). Lebih dari itu sebenarnya seni dapat dipakai sebagai salah

satu model terapi bagi penderita gangguan kejiwaan (Bastaman, 1996). Di sinilah

sebetulnya benang merah penggunaan seni dalam psikoterapi atau tepatnya

terdapat titik temu psikologi dengan seni.

Pemanfaatan seni dalam kajian psikologi, khususnya psikoterapi,

dilatarbelakangi oleh semakin kompleksnya permasalahan manusia modern.

Kehidupan modern yang ditandai oleh kompetisi yang terkadang mereduksi nilai-

nilai kemanusiaan adalah kenyataan yang sering terjadi dalam kehidupan

kekinian. Dalam dunia seni peran teater yang terkadang juga tidak pernah lepas

sikap dan perilaku yang hura-hura serta lepas kontrol dari berbagai macam

norma dan aturan yang ada, dalam hal ini terkadang seorang seniman

mempunyai anggapan bahwasannya seni itu adalah sesuatu hal yang bebas

akan nilai-nilai ataupun norma-norma. Berawal dari hal inilah tidak menutup

kemungkinan, dalam lingkungan kehidupan seorang seniman atau teaterawan

sering terjadi kekacauan dalam kehidupannya. Kerasnya spirit kompetisi pada


kehidupan modern memunculan berbagai bentuk gangguan mental baik dalam

skala ringan maupun berat seperti stres, depresi, alienasi (keterasingan),

kehilangan makna hidup, dan sebagainya. Adanya problem manusia itu di satu

sisi dan adanya kemungkinan memanfaatkan karya-karya seni dalam

penyembuhan gangguan kejiwaan manusia modern di sisi lain mendorong

lahirnya apa yang disebut "terapi seni".

Sebagai ilustrasi tentang banyaknya jenis-jenis produk seni yang dapat

digunakan sebagai metode terapi, salah satunya adalah naskah-naskah teater

atau novel-novel drama. Jalan cerita yang menggambarkan berbagai macam

pemikiran, perasaan keinginan, perilaku, ataupun pengalaman-pengalaman yang


unik memberi pengayaan inspirasi dalam mengurai ketegangan psikis. Salah
satu kekhususan atau keunggulan para penulis naskah drama dan novel adalah

karena kemampuan mereka mengungkapkan dan memvisualisasikan situasi dan

tingkah laku unik para pelaku cerita yang terlibat dalam cerita itu secara nyata.
Sampai pada titik ini, sebenarnya peran seni tidak jauh berbeda dari psikologi
yang antara lain mencoba menggambarkan perilaku dan pengalaman manusia

dalam situasi tertentu. Hanya saja psikologi dalam mendiskripsikan perilaku


individu dibekali perangkat metodologis yang ilmiah sifatnya, dan konteks
psikologi terbatas pada pembahasan tingkat kejiwaan individu tertentu.

Bastaman (1996) mengungkapkan berbagai kesamaan antara psikologi


dengan seni dalam mengungkapkan karakter, pengalaman dan perilaku
manusia, namun demikian terdapat pula perbedaan di antara keduanya yang
meliputi:

1. Seni pada umumnya menggambarkan karakter manusia melalui penjabaran


yang nyata dari perilaku, pemikiran, penghayatan, dan dialog dan pengalaman
unik sebagai ekspresi karakter yang dimaksud, sedangkan psikologi
menjabarkan penggunaan berbagai konsep dan terminologi teoritis yang baku.
2. Toleransi seni sangatlah besar dalam penggunaan berbagai metafora dan

misi pribadi dalam menggambarkan karakter manusia, sedangkan psikologi

berusaha mengurangi sebanyak mungkin ungkapan metaforis dan bias-bias

pribadi dalam penggambaran karakter.

3. Nilai utama yang mendasari seni adalah estetika, sedang Psikologi dilandasi

oleh nilai ilmu (reasonable). Nilai imajinasi dan perasaan sangatlah dominan

dalam kreasi dan pertunjukan seni, sedangkan fakta dan rasio mendapat porsi

yang tinggi dalam analisis psikologi.

4. Menyenangkan dan menghibur penonton, banyaknya penggemar, menerima

pujian, merupakan baoian tak terpisahkan atau mungkin dianggap salah suatu

tolok ukur keberhasilan dari ungkapan pertunjukan seni, sedangkan keberhasilan

psikologi diukur dari sejauh mana target kesehatan mental terpenuhi dengan

tidak periu mengaitkan dengan tujuan penghiburan.

5. Seni lebih tertarik untuk menggambarkan keunikan karakter pribadi dalam

siatuasi tertentu, sedangkan psikologi berusaha untuk mendapatkan asas-asas

tingkah laku dan pengalaman manusia dalam berbagai situasi pada umumnya.

6. Rekayasa artistik dan sentuhan estetis dilakukan untuk menggambarkan

manusia dan situasinya, sedangkan psikologi menggambarkan secara obyektif

seperti apa adanya. Dengan demikian tak mengherankan bila manusia dan

dunianya digambarkan sangat nyata dan lebih hidup dalam karya seni

dibandingkan dengan kasus-kasus psikologi.

Psikologi, khususnya aliran psikologi humanistik, mempelajari manusia

dan kualitas-kualitas yang khas menusiawi yang tidak dimiliki oleh makhluk-
makhluk lainnya terutama hewan. Kualitas manusiawi itu antara lain rasa

tanggung jawab, kebebasan pribadi, nilai dan penilaian, cinta kasih, makna
hidup, etika, estetika, kreatifitas dan pemahaman diri, dan banyak lagi lainnya.

Berkaca dari psikologi humanistik tersebut maka seni dengan segala macam

produknya, semisal, novel, drama dan pertunjukan yang mengangkat nilai-nilai


dan rasa estetis sudah sewajarnya menjadi telaah psikologi, karena hal itu

merupakan indikator kreativitas insani.

Salah satu fungsi seni adalah sumbangannya yang sangat penting bagi

pengembangan hidup yang bermakna dan kesehatan mental. Dalam psikologi

humanistik, khususnya logoterapi, kehidupan yang bermakna (the meaningfull

life) dapat diraih dengan jalan memahami, menghayati dan merealisasikan tiga

nilai yaitu : nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan

(experiential values), dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values). Artinya, hidup

bermakna dapat dicapai melalui karya dan kegiatan berkarya yang bermanfaat.

Pengalaman dan penghayatan atas kebenaran (ideologi), keyakinan (agama),

keindahan (seni), dan cinta kasih, serta sikap tepat atas peristiwa tragis yang tak

dapat dielakkan adalah bentuk-bentuk dari kebermaknaan hidup. Dalam

kehidupan sosial dikenal istilah sosiodrama. Sosiodrama adalah aktifitas

memainkan seni peran teater dengan tujuan pendidikan atau terapi.

Menciptakan karya seni dalam hal ini adalah mengungkapkan nilai-nilai

kreatif, sedangkan mengalami dan menghayati karya-karya seni tergolong nilai-

nilai penghayatan. Keduanya merupakan sumber makna hidup dan kesehatan

mental. Kreasi seni sebagai ekspresi perasaan (keindahan) dimanfaatkan dalam

psikologi sebagai terapi yang disebut terapi seni (art therapy). Kegiatan-kegiatan

seperti menari, bernyanyi, melukis, pantonim, membaca novel, deklamasi, dan


menciptakan karya seni ternyata sangat membantu melancarkan komunikasi

antar pribadi dalam mengatasi hambatan emosional. Sementara bermain peran

dalam drama singkat telah lama digunakan sebagai tes diagnostik kepribadian,

karena hal itu dapat memproyeksikan karakter seseorang.

Dalam seni peran teater, seorang individu dituntut dengan totalitasnya

dalam mengeksplorasi karakter diri, untuk menemukan jati diri individu. Berbagai

macam proses yang ada dalam seni peran teater, yang pada intinya bertujuan

membentuk seorang individu untuk mampu menghayati perilaku dan tingkah laku

dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam hal ini, penghayatan akan perilaku dan

tingkah laku yang nantinya dapat memberikan semacam gambaran perilaku

sebagai bahan masukan untuk menentukan karakter yang sesuai dalam

kehidupan sosial masyarakat.

Proses pemahaman dan penghayatan nilai-nilai yang terkandung dalam

seni peran teater akan membawa dan memberikan konsekuensi tersendiri bagi

seorang seniman teater, salah satunya, semakin seseorang memahami dan

menghayati akan perilaku dan karakternya dirinya, semakin paham dan mengerti

pula akan pencarian identitas diri individu seseorang. Berangkat dari titik inilah

seorang individu akan mampu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan

sosialnya dengan penuh rasa tanggung jawab, dalam hal ini seorang individu

akan mampu menemukan makna hidupnya, untuk proses selanjutnya dalam

mencapai kebermaknaan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari.

Mahasiswa, sebagai orang yang sedang menempa dan mengembangkan

diri dapat memperoleh kebermaknaan hidup dengan cara meningkatkan

apresiasi terhadap seni peran teater. Menurut penilaian sementara, mahasiswa

memiliki problem kebermaknaan hidup sebagai contohnya adalah kepuasan


hidup hidup mahasiswa yang rendah. Mereka tidak puas terhadap prestasi
akademik yang diraihnya.

Berangkat dari pemikiran di atas penulis tertarik untuk mengetahui


hubungan antara apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan hidup.
Apakah ada hubungan antara tingkat apresiasi peran seni teater dengan

kebermaknaan hidup ?.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan hidup.

C. Manfaat Penelitian

1. Bila hasil penelitian ini terbukti, maka maka hasil tersebut dapat digunakan

untuk memberikan masukan empirik bagi pengembangan keilmuan psikologi,

khususnya psikoterapi dan kesehatan mental.

2. Bila penelitian ini terbukti, maka salah satu cara untuk meningkatkan

kebermakanaan hidup adalah dengan meningkatkan apresiasi seni peran teater.


BAB II

Landasan Teori

A. Kebermaknaan Hidup

1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

Salah satu tanda keunikan manusia adalah adanya pengalaman khas

yang tidak identik dengan pengalaman dan perasaan binatang. Manusia memiliki

karakter intelektual yang bisa digunakan untuk memperoleh kebermaknaan

dalam hidupnya. Menurut Fromm (1996), ada beberapa alasan untuk

berspekulasi demikian, bahwa pengalaman afeksi manusia yang bersifat khusus

seperti cinta, kasih sayang, perasaan kasihan dan semua sikap yang tidak

menjalankan fungsi kelangsungan hidup, serta interaksi sosial adalah hakekat

kebermaknaan hidup.

Kajian psikologi atau psikiatri yang banyak mempelajari fenomena hidup

(the meaning of life), kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning), dan

bagaimana mengembangkan hidup bermakna (the meaning of life) mula-mula

dielaborasi oleh seorang psikiater dari kota Wina, Austria, bernama Victor Frankl.

Selanjutnya kajian psikologi kebermaknaan hidup itu disebut logoterapi

Secara gramatikal "logoterapi" berasal dari asal kata "Logos", yang dalam

bahasa Yunani berarti "meaning" (makna) dan juga "spirituality" (keruhanian).

Logoterapi adalah sebuah aliran psikologi yang mengakui adanya dimensi

keruhanian di samping dimensi-dimensi ragawi, kejiwaan, dan lingkungan sosial

(Bastaman, 1996). Logoterapi beranggapan bahwa kehendak untuk hidup

bermakna (the will meaning) merupakan dambaan manusia untuk meraih

kehidupan yang dihayati bermakna (the meaningful life) dengan jalan


menemukan sumber-sumber makna hidup dan merealisasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992), pengalaman empirik luar biasa

selama empat tahun menjadi tahanan Nazi membuktikan bahwa kebermaknaan

hidup memiliki pilar-pilar penting berupa:

a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini

selalu mempunyai makna

b. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi pada setiap orang.

c. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan tanggung

jawab pribadi untuk memilih dan menentukan makna dan tujuan hidupnya.

Fromm (1996) menegaskan bahwa muara dari kebermaknaan hidup

adalah adanya rasa kasihan dan simpati yang merupakan dua perasaan yang

berkattan erat dengan kasih sayang, tetapi tidak sepenuhya identik. Kasih

sayang yang sesungguhnya adalah bahwa seseorang sanggup "menderita

dengan" atau, dalam arti yang lebih luas, mampu "merasa dengan" orang lain.

Kasih sayang, cinta dan rasa kasihan secara umum, diakui merupakan

pengalaman-pengalaman perasaan yang halus. Bertolak dari pandangan

tersebut, Schoun (1997) mengurai bahwa kualitas kebatinan yang mampu

memberikan keseimbangan makna spiritual dan dunia kehidupan adalah inti

kebermaknaan hidup.

Hilangnya keselarasan antara dua dimensi berupa tendensi manusia ke

arah benda di sekelilingnya, dan tendensi ke arah "kerajaan" Tuhan dalam diri

manusia diduga menjadi penyebab hilangnya kebermaknaan hidup. Dalam

pandangan Haddad (1988) orang-orang yang mengambil sekedar kecukupan

dari dunia ini dengan kebijaksanaan, tanpa mencari dalih ataupun sengaja
12

memilih cara-cara yang paling ringan adalah orang yang menemukan puncak
pengalaman spiritual.

Sebetulnya masih ada lagi bentuk pengalaman manusiawi yang sulit


diklasifikaskan dalam hubungannya dengan perasaan, afeksi dan sikap. Dua
jenis pengalaman manusiawi dalam hal ini adalah integritas dan identitas.
(Fromm, 1996).

Dari berbagai defmisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


kebermaknaan hidup adalah adanya hasrat untuk hidup bermakna demi
kebahagian, penghayatan, penyesuaian diri yang mendukung pengembangan
pribadi dan harga diri individu. Kebermaknaan hidup adalah sekelumit keinginan
manusia di antara sekian banyak keinginan lainnya, yang menggambarkan
hasrat yang paling mendasar dari setiap manusia yaitu hasrat untuk hidup
bermakna.

2. Karakteristik Individu yang Memiliki Kebermaknaan Hidup

Berdasarkan teori Frankl (dalam Bastaman, 1996), rumusan tentang

individu yang menjalani kehidupan bermakna dan memiliki kebermaknaan hidup


mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab secara pribadi dalam mengarahkan hidupnya dalam


menyikapi nasib dan takdir.

b. Mengenali diri sendiri, dan menyadari dirinya sebagai makhluk Tuhan.


c. Memiliki kendali atau kontrol dan sadar terhadap hidupnya

d. Memiliki kebebasan untuk memilih cara bertindak dan bersikap sesuai

dengan dirinya.

e. Memiliki kemampuan memberi dan menerima cinta.

f. Mampu melakukan transendensi diri/melampaui atau mengatasi diri.


g. Berorientasi pada masa depan dan bersikap optimis.

h. Tidak ditentukan oleh kekuatan diluardiri mereka sendiri.

i. Memiliki dasar untuk terus menjalani hidup.

Individu yang memilki kebermaknaan hidup dalam prespektif Haddad

(1996) adalah adanya perasaan tentram karena melaksanakan janji Allah,


kepercayaan hati akan jaminan Allah, pemusatan himmah (cita-cita) pada Tuhan,

penghindaran diri dari segala yang memalingkan diri dari Tuhan, kesediaan diri

untuk kembali kepada Tuhan, serta penyaluran seluruh daya dan tenaga dalam

mencari keridhaannya. Secara umum, keyakinan adalah pokok utama yang

menuntut hidup menjadi berarti, sedangkan segala macam kedudukan (maqam)

yang mulia, akhlak yang terpuji dan amal-amal saleh adalah cabang-cabang

serta buah-buahnya. Akhlak dan iman seseorang selalu mengikuti keyakinan diri

yang baik dalam hal kuat atau lemahnya serta bermanfaat atau tidaknya hidup

seseorang (Hamka, 2000).

Al-Ghazali (dalam Qosim, 1999) melihat manusia-manusia berjalan

mengarungi kehidupan tapi mereka tidak tahu untuk apa mereka harus berlaku

demikian, bahkan mereka tidak bertanya mengapa mereka berjalan demikian.

Mereka adalah orang-orang yang mulghah (sia-sia). Banyak kelompok manusia

yang tidak mengenal istirahat, selalu dikejar waktu, kering dari kebahagian dan

kedamaiaan, gagal menikmati stabilitas emosional karena tidak memilki orientasi

hidup yang kuat. Mengacu pada Al-Ghazali (dalam Qosim,1999) yang

menyerukan pentingnya pencarian makna-makna kehidupan yang suci maka

manusia seharusnya menunjukkan minat kepada tujuan-tujuan lebih yang tinggi.

Berikutnya manusia dianjurkan agar berjuang demi kepuasan batin, kenikmatan

cinta dan meyambut fajar kedamaian.


N

Asumsi yang dibangun tentang karakteristik individu yang mengejar

kebermakanaan hidup dalam analisis Toffler (1997) adalah adanya tanggung

jawab pada usia yang lebih dint. Karakteristik berikutnya adalah kemampuan

menyesuaikan diri, dan terpatrinya sikap individualitas yang merdeka namun

tetap patuh pada otoritas masyarakat. Individu yang sehat dan mampu

memaknai hidupnya bukan berarti ia tidak mau bekerja dan tidak membutuhkan

uang. Al-Jailani (1986) secara tekstual menyatakan bahwa melaksanakan

perintah Allah, menjauhi perbuatan terlarang, bersabar dalam menerima ujian,

adalah hakekat tujuan hidup. Catatannya, asalkan semua sikap dan perbuatan

tersebut dilakukan dengan sadar dan diniatkan untuk mencari taufik

(pertolongan) Allah dan dalam rangka merendahkan diri di hadapan Allah.

Dahaq (dalam al-Jailani, 1988) berkata bahwa cinta kepada Allah adalah

sikap mulia yang dikaruniakan Allah kepada hambanya yang dikehendakinya.

Allah memberitahukan bahwa dia mencintai hambanya dan hambanya pun

harus mencintainya. Implikasi dari cinta kepada Allah secara tidak langsung akan

melahirkan keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan antara kerja dan

menyenagkan diri, antara aktivitas horisontal dan transendental dan

keseimbangan lainnya. Menyambung konsep tentang cinta al-Junaidi (dalam al-

Jailani, tt) mengungkapkan cinta keada Allah itu adalah cenderung kepada Allah

dan apa saja yang bersangkutan dengan Allah. Bukti nyata dari cinta kepada

Allah ialah adanya ridla (kerelaan) dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah.

Giat beramal, tidak merasa berat menjalani hidup menjauhi sikap

sombong dan menipu, bersikap arif dan terhadap sesama makluk Tuhan adalah

kesimpulan hakekat hidup menurut sandaran agama. Adapun sikap bertanggung

jawab secara pribadi, mengenali diri sendiri, menyadari dirinya sebagai makhluk
IS

Tuhan, memiliki kendaii atau kontrol, memiliki kebebasan untuk memilih cara

bertindak dan bersikap sesuai dengan dirinya dan memiliki kemampuan memberi

dan menerima cinta adalah kesimpulan dari jenis karakteristik individu yang di

dalam dirinya terdapat kebermaknaan hidup .

3. Aspek-aspek Dalam Kebermaknaan Hidup

Menurut Crumbaugh & Mahollick (dalam Koeswara, 1992), terdapat enam

aspek dalam kebermakanaan hidup.

a. Makna Hidup

Makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga

bagi seseorang, dan memberi nilai khusus, serta dapat dijadikan sebagai tujuan

hidup bagi individu tersebut.

b. Kepuasan Hidup

Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang

dijalaninya, sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam

hidup dan segala aktifitas yang dilakukannya.

c. Kebebasan Hidup

Kebebasan hidup adalah perasaan mampu mnegendalikan kebebasan

hidupnya secara bertanggung jawab.

d. Sikap Terhadap Kematian

Sikap terhadap kematian adalah pandangan dan kesiapan seseorang

terhadap kematian yang akan dihadapi oleh setiap manusia.

e. Pikiran Tentang Bunuh Diri

Pikiran untuk bunuh diri adalah merupakan pikiran seseorang untuk

melakukan perbuatan bunuh diri.


f. Kepantasan Hidup

Kepantasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauh

mana ia merasa bahwa apa yang telah ia alami dalam hidup adalah sebagai

sesuatu yang wajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

menemukan kebermaknaan hidup, terdapat aspek-aspek kebermaknaan hidup

yang periu dipahami oleh setiap individu. Setiap individu mempunyai potensi

untuk memahami setiap aspek-aspek dan mengembangkannya agar

kehidupannya menjadi lebih bermakana.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebermaknaan Hidup

Bastaman (1997) menyebutkan faktor ekstemal dan internal yang

mempengaruhi kebermaknaan hidup yang terdiri dari:

1. Faktor eksternal.

a. Sarana dan prasarana: Berbagai macam fasilitas yang ada yang lebih

bersifat fisik yang nantinya dapat membantu dalam proses pelaksanaan

pekerjaan yang dapat menunjang kalancarannya.

b. Aturan dan norma: adanya aturan dan norma yang baku yang telah

disepakati bersama yang nantinya dapat memberikan ikatan secara hukum yang

sah dan dapat memberikan pula arahan yang lebih jelas tentang perilaku

kehidupan sehari-hari.

c. Suasana dan kondisi lingkungan: Keadaan lingkungan tempat individu

tinggal yang nantinya juga dapat memberikan dukungan pada pemenuhan

makna kehidupan individu.

2. Faktor Internal.
17

a. Creative values (nilai-nilai kreatif) bekerja dan berkarya serta

melaksanakan tugas dengan keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada

pekerjaan. Sebenarnya pekerjaan hanyalah sarana yang dapat memberikan

kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup. Makna

hidup bukan terletak pada pekerjaan melainkan pada sikap dan cara kerja yang

mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaannya. Berbuat kebajikan dan

melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan termasuk usaha

merealisasikan nilai-nilai kreatif.

b. Experiential values (nilai-nilai penghayatan) : meyakini dan menghayati

akan kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan, dan nilai-nilai lain

yang dianggap berharga. Dalam hal ini cinta kasih merupakan nilai yang sangat

penting dalam mengembangkan hidup yang bermakna. Mencintai seseorang

berarti menerima sepenuhnya keadaan seseorang yang dicintai seperti apa

adanya serta benar-benar memahami kepribadiannya dengan penuh pengertian.

Dengan jalan mengasihi dan dikasihi, seseorang akan merasakan hidupnya sarat

dengan pengalaman-pengalaman penuh makna dan membahagiakan.

c. Attitudional values (nilai-nilai bersikap) : menerima dengan tabah dan

mengambil sikap yang tetap terhadap penderitaan yang tak pernah dapat dihadiri

lagi setelah berbagai upaya dilakukan secara optimal tetapi tak berhasil

mengatasinya. Mengingat peristiwa yang tragis tak dapat dielakkan lagi, maka

sikap menghadapinyalah yang periu diubah. Dengan mengubah sikap

diharapkan beban mental akibat musibah mengurang, bahkan mungkin saja

dapat memberikaan pengalaman berharga bagi para penderita yang dalam

bahasa sehari-hari hikmah. Penderitaan dapat memberikan makna apabila

penderita mampu mengatasinya dengan baik, sekurang-kurangnya dapat


18

menerima keadaannya setelah upaya maksimal dilakukan tetapi tetap tidak

berhasil mengatasi. Optimisme dalam menghadapi musibah ini tersirat dalam

ungkapan-ungkapan seperti "makna dalam derita" (meaning in suffering) dan "

hikmah dalam musibah" (blessing in disguise).

Manusia secara hakiki mampu menemukan makna hidup melalui

penghayatan agama. Bastaman (1997) mengatakan bahwa makna hidup

terdapat dalam kehidupan itu sendiri. Faktor seseorang dapat menemukannya

melalui upaya yang sadar untuk merealisasikan nilai kreatif, nilai penghayatan,

dan nilai bersikap penghayatan terhadap trinilai inilah yang disebut sebagai

sumber-sumber kebermaknaan hidup yang sekaligus merupakan salah satu

metode dalam menemukan makna hidup.


19

B. Apresiasi Seni Peran Teater

1. Pengertian Apresiasi Seni Teater

a. Apresiasi. Istilah apresiasi yang berasal dari bahasa Inggris "Appreciation"

yang berarti sebuah penghargaan. Apresiasi dapat juga diartikan sebagai

suatu keputusan sebagai penghargaan atau suatu bentuk penilaian dari

suatu obyek, yang dihapus dari uraian dalam psikologi introspektif, di mana

nilai menentukan, secara kaku yang memisah dari sebuah pengamatan

(Anshori,1996).

Pengertian apresiasi bisa disandarkan kepada banyak hal, seperti,

apresiasi seni, apresiasi budaya, apresiasi karya dan Iain-Iain. Konteks

pembahasan apresiasi yang ditujukan kepada seni, menurut Suardiman

(1993), bisa memiliki makna berupa perhatian seseorang terhadap tata nilai

seni, produk seni, atau segala macam bentuk kegiatan berkesenian yang

sedemikian rupa sehingga orang tersebut mencapai tanggapan positif,

memiliki kebanggaan serta penghargaan dan dimiliki sebagai

kepribadiannya. Orang yang memiliki apresiasi sesuai dengan nilai seni

biasanya akan menghadapi kehidupan yang tentram, aman, damai sesuai

dengan nilai-nilai sosial budaya yang diterima melalui proses pendidikan

formal maupun nonformal.

Kenyataan sosial menunjukkan bahwa apresiasi tata nilai seni yang

terdapat pada setiap orang akan tercermin pada sikap, perilaku di dalam

hubungan sosial di mana ia berada. Orang yang telah mengikuti tata nilai

seni dan budaya yang sudah mapan, akan mengikuti dan menyesuaikan

tuntutan, ikatan nilai-nilai sosial yang sudah dianggap baik dan benar untuk

dijadikan pandangan hidup bermasyarakat (Faruk, 1999).


20

Berangkat dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa apresiasi mempunyai pengertian bagaimana individu memberikan

sebuah penilaian atau penghargaan terhadap segala sesuatu yang menjadi

obyek kebutuhan dari individu, baik yang menyangkut kebutuhan jasmani

ataupun kebutuhan yang lebih bersifat keruhanian, yang mana nantinya

akan memberikan sebuah kepuasan tersendiri bagi kehidupan individu.

b. Seni Peran Teater. Secara umum, seni adalah ekspresi dari kebutuhan

manusia untuk memperoleh kehidupan yang selaras dan lengkap. Lebih

jauh seni bahkan digunakan sebagai media perjuangan untuk memperoleh

hak-hak kebebasan (Camus, 1998). Sebagai media protes terhadap

realitas, sadar atau tidak, aktif atau pasif, optimistik atau pesimisik, seni

selalu dapat ditemukan dalam keping karya yang benar-benar kreaif.

Paradigma estetisme dalam Islam yang membalikkan hubungan antara

lafdz (kata tekstual) dan ma'na (arti interpretasi keindahan) secara

harmonis dan ritmis yang banyak diintrodusir oleh para pemikir Islam abad

pertengahan, dalam kontek kekinian disejajarkan dengan pengertian seni

(Abdalla, 1999). Camus (1998) bahkan mengangankan seni seperti

pemberontakan. Layaknya sebuah pemberontakan, seni adalah sebuah

gerakan yang pada waktu bersamaan bersifat mengagungkan sekaligus

mengingkari kenyataan. Tidak seorang seniman pun dapat menerima

kenyataan, tetapi juga tidak seorang seniman dapat hidup di luar kenyataan.

Kreasi seni adalah kehendak kesatuan dengan dan suatu penolakan

terhadap dunia.

Seni teater atau drama adalah salah satu bentuk seni yang

menjelaskan empati dengan gamblang dan mudah di pahami. Di dalam seni


21

teater terjadi identifikasi yang sangat kuat dan nyata antara aktor dengan

karakter fiktif yang dibawakannya, dan identifikasi yang dibawakannya, dan

identifikasi yang lebih halus lagi antara pengamat terhadap aktor. Dalam

sudut pandang kebersamaan dalam seni peran teater terjadi identifikasi

individu dalam sebuah kelompok, berawal dari sebuah istilah yang ada

dalam seni peran teater yaitu ; Sosiodrama. Dalam sosiodrama seorang

individu atau seorang seniman tetaer dituntut adanya kebersamaan dalam

melakukan sebuah aktifitas yang berhubungan dengan dunia seni peran

teater, lebih jelas lagi dalam sosiodrama dapat memberikan semacam

arahan dalam kebersamaan hidup antara sesama anggota dalam sebuah

kelompok tetaer.

Seorang pakar psikologi Carl Gustav Jung, menjelaskan bahwa empati

sebagai pusat teorinya tentang estetika. Menurut Jung, bila orang

memandangi suatu obyek artistik maka ia "menjadi obyek tersebut,

mengidentifikasikan diri dengannya, dan dengan cara itu meyingkirkan

dirinya sendiri", inilah rahasia dari kekuatan katarsis dari suatu seni (May,

1997).

Abdalla(1999) dengan berani mengungkapkan secara definitif bahwa

seni dalam ranah Islam adalah traktat yang dapat berupa filsafat, fiqih,

mantiq dan lainnya, yang dituturkan dalam gaya dan bobot literal yang amat

memukau. Fashlul Maqol Fii Ma Bainal Hikmati Wasyahaty minal It Tishal

karya Imam Maliki adalah icon seni dalan Islam. Al-Ghazali juga menulis

semacam renungan pribadi dalam Almunqidz minal al-Dzalal, Ibnu Al-Jauzi

menulis hal yang sama dalam Faidhul Khathir yang semuanya memilki cita

rasa keindahan (seni) yang tiada tara


Beranjak ke pengertian seni peran teater, istilah teater pada mulanya

dikenal dan digunakan oleh bangsa Yunani. Menurut Hamzah (1995), teater

muncul pertama kali ketika orang-orang Yunani melakukan upacara ritual

kepada dewanya. Upacara tersebut dilakukan di tempat ketinggian, suatu

tempat di mana disebut dengan Teaomai (theatron). Kata Theatron, sesuai

dan seiring dengan kemajuan jaman yang semakin modern berubah

menjadi Theatre (Inggris) dan Theater (Belanda) yang artinya mencakup


beberapa pengertian, yang antara lain :

a. Sebuah gedung pertemuan

b. Sebuah panggung ada pentas.

Kemudian pengertian meluas menjadi beberapa faktor mengenai pekerja


teater yang terdiri dari :

a. Pemain teater

b. Pelaksana teknis.

Pengertian lebih lengkap tentang teater dikemukakan oleh Ismail

(dalam Wintarno, 1992) yang menjelaskan bahwa seni peran teater adalah

seni menafsirkan, yaitu, pemain menafsirkan secara kreativitas

kehidupannya ke dalam segala bagian dan seginya dengan menggunakan


anatomi tubuh, pikiran, dan perasaan sebagai media peragaanya. Dasar
seni teater adalah penampilan sesuai dengan naskah yang tertulis disertai
gerak tari dan gaya ungkapan serta diiringi sebuah alunan musik tertentu.

Teater dimainkan oleh seseorang atau beberapa orang pemain yang biasa
disebut dengan Aktor, dan disuguhkan pada audien atau penonton
(Harymawan,1993).
2}

Rendra (1983) menyebutkan bahwa seni drama dan seni peran teater

mempunyai pengertian yang sama, yaitu sebuah karya kelompok yang

mengandung ekspresi orang-orang di dekatnya dan merangsang bagi


keindahan orang lain. Melihat yang demikian, di dalam teater dibutuhkan

sekumpulan individu yang tergabung dalam sebuah karya kolektif dan


harmonis sehingga menghasilkan sebuah karya yang dapat dinilai
keindahannya oleh orang lain.

Anirun (1980) menjelaskan, pada taraf latihan dasar periu adanya


penalaran ekspresi yang bersifat kejasmanian dan kejiwaan. Dalam

memainkan sebuah peran, seorang aktor, di atas panggung dituntut memilki


totalitas dalam mengekspresikan pikiran, emosinya, suara maupun gerak
dan kelenturan tubuhnya. Oleh sebab itu dalam sebuah proses
pembentukan, para pemain teater periu adanya latihan dasar keaktoran,

yang arti dan tujuannya untuk mempersiapkan keempat aspek di atas

tersebut, sebelum aktor memainkan sebuah peran dan peranan yang


sesungguhnya yaitu membedakan atau memainkan seorang tokoh peran
yang dipercayakan oleh sang sutradara pada dirinya.

Dari berbagai definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seni

peran teater merupakan salah satu bentuk ungkapan ekspresi kehidupan


individu dalam sebuah panggung atau pentas, di mana seorang individu
dapat memainkan sebuah peran karakter diluar dirinya, yang pada akhirnya
seorang individu akan mampu mengeksplorasi karakter diri sebanyak
mungkin, untuk kelangsungan pencarian jati diri individu.

c. Apresiasi seni peran teater. Tingkat Apresiasi seni peran teater mempunyai
pengertian suatu bentuk pengakuan atau penghargaan terhadap nilai-nilai
24

seni dan budaya khususnya seni peran teater atau seni drama pada

umumnya (Salim, 1991). Pengakuan dan penghargaan yang dimaksud di

sini adalah respon seorang individu dalam memberikan suatu intrepretasi


secara khusus terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam seni peran teater.

Tahap selanjutnya individu bahkan mampu mengintegrasikan dalam nilai-


nilai kehidupannya.

Seni adalah suatu hasil karya yang diciptakan dengan kecakapan yang
luar biasa. Dari gaya, corak, bentuk dan ciri-ciri khas, karya sini tertentu
dapat dapat ditebak dari mana atau oleh siapa hasil seni itu diciptakan.
Pengkajian makna seni budaya sebagai manifestasi cinta kasih

sayang, kemesraan, pemujaan, dan terutama yang berkaitan dengan


norma-moral dan tata nilai dimaksudkan untuk mengembangkan

kepribadian dan wawasan pemikiran dalam pandangan Rendra (1983)


disebut sebagai sebentuk apresiasi seni. Hal ini berarti akan memperluas
daya tanggap, persepsi dan penalaran mengenai fakta seni budaya yang
dihadapi setiap hari, dapat menimbulkan daya kreatif untuk menciptakan
atau menikmati hasil karya seni yang berada dalam berbagai bentuk
kesenian.

Apresiasi terhadap kesenian bisa berdampak positif bagi


perkembangan kepribadian, sebagai hiburan dan yang amat penting adalah

sebagai media penerangan dan pendidikan (Suyadi, 1995) Adapun dampak


positif lain menurut Suardiman (1993) bagi orang-orang yang mampu
mneyesuaikan diri dari tuntutan dan ikatan nilai-nilai sosial yaitu menjadi
orang yang berkeseimbangan mental. Padahal orang-orang yang kondisi
25

mentalnya sehat akan terlihat pada perilaku sosial, memiliki kesanggupan


berfikir, memiliki semangat kerja, dan perhatian di bidang seni.

Dari beberapa defmisi di atas bahwa tingkat apresiasi seni peran


teater mempunyai pengertian seberapa besar atau seberapa jauh seorang
individu mempunyai penilaian atau penghargaan terhadap nilai-nilai yang
terkandung dalam seni peran teater. Dalam hal ini, seorang individu dituntut
totalitasnya mengekspresikan kemampuan individu untuk berakting dalam
sebuah pentas atau panggung.

2. Apresisasi Seni Bagi Pekerja Seni Teater

Anirun (1980) menjelaskan bahwa ekspresi apresiasi yang bersifat


kejasmanian dan kejiwaan dilatih secara intensif, untuk meningkatkan ketahanan
dan keluwesan tubuh, ketrampilan gerak dan reaksi, kepekaan rasa, kejernihan
pikiran, kemauan, ketajaman ingatan, dan visi kreatif adalah sebuah proses
apresiasi seni peran bagi seorang pekerja teater. Selanjutnya latihan dasar
keaktoran yang lazimnya disebut latihan dasar teater, secara garis besarnya
disebut dan meliputi:

a. Olah Vokal, tubuh dan jiwa . Dalam latihan vokal diharapkan seorang aktor,
akan mempunyai suara yang keras, bersih dan serak, sehingga mampu
menjangkau audien atau penonton yang ada dalam gedung atau area teater,
tanpa harus berteriak. Olah Tubuh, di antaranya kelenturan tubuh, keluwesan
bergerak, kemampuan untuk berpasif dengan seluruh tubuhnya, atau
kesanggupan untuk bersikap serta perbuatan lainnya, harus mampu
dilahirkan oleh sang aktor. Olah jiwa, dalam teater diartikan sebagai teknik
pengolahan sukma yang dialakukan dengan meditasi dan mengasah
kepekaan panca indra.
26

b. Teknik Pemeran. Disebut juga dengan teknik bermain. Dengan melalui

tahapan ini setiap latihan ditekankan pada penciptaan karakter dan emosi

peran serta suasana lakon.

b. Improvisasi. Improvisasi bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan

bermain seorang aktor, selain itu improvisasi berguna juga untuk

memperkaya imajinasi dan untuk melatih kemampuan dalam merespon atau

menanggapi lingkungan.

c. Observasi. Seorang aktor haruslah merupakan seorang pengamat, bukan

saja di atas panggung tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari

Berkenaan dengan salah satu teknik olah tubuh, Boleslavky (1957),

menjelaskan bahwa latihan olah tubuh bertujuan untuk melatih stamina,

kelenturan serta bentuk kesadaran tubuh. Setelah ketiga hal tersebut dikuasai,

melalui latihan ini akan diperoleh kepekaan terhadap kesadaran diri atau lebih

bisa mengenal diri sendiri.

Menurut (Rendra, 1983), salah teknik bermain drama dalam pemeranan

teater adalah teknik pembina puncak. Di dalam memainkan sebuah peran,

seorang aktor harus mampu menjaga emosi peran sesuai dengan alur cerita,

sehingga dapat mencapai klimaks yang diinginkan sesuai dengan skenario.

Stanislavsky (1980), menjelaskan bahwa observasi dan pengamatan


dalam teater pada umumnya dan bagi aktor pada khususnya adalah dengan
melibatkan diri ke dalam kehidupan secara menyeluruh, artinya meliputi
keterlibatan fisik (dengan mengamati) dan keterlibatan secara emosional

(dengan merasakan), lalu dengan jeli dan seksama mencatatnya ke dalam


ingatan dan sekaligus meresapkannya. Dengan diri pribadi seorang aktor akan
menjadi kaya pengalaman, baik pengalaman lahiriah ataupun pengalaman
27

batiniah yang pada gilirannya pengalaman tersebut akan dimunculkan lagi untuk
kepentingan kerja kreatif.

1. Pengalaman dari diri sendiri: yang diperoleh secara langsung, yaitu


berhadapan dengan orang yang bersangkutan.

2. Pengalaman dari orang lain : pengalaman yang diperoleh secara tidak


langsung, yaitu melalui cerita dari orang kedua atau ketiga dan seterusnya,
atau melalui cerita tertulis.

3. Pengalaman melalui imajinasi, medan observasi dalam pembahasan ini


adalah pada pengalaman diri sendiri dan pengalaman orang lain.
Guna kepentingan pementasan, maka pengalaman yang dimiliki aktor
suatu ketika akan dimunculkan kembali dan dialihkan ke dalam peran (transfer
of emotion) sesuai dengan porsi yang dibutuhkan. Setelah melakukan observasi
dalam kehidupan guna memperkaya pengalaman, baik lahir maupun batin, maka
sebagai langkah selanjutnya adalah memunculkan pengalaman tersebut kembali,
yaitu melalui ingatan visual dan ingatan emosi.

Secara harfiah konsentrasi mengandung pengertian pemusatan, dan


secara lengkap dapat diartikan pemusatan pikiran dan perasaan pada suatu
sasaran tertentu. (Boleslavsky,1957), menekankan bahwa pemusatan pikiran
atau disebut dengan konsentrasi merupakan kesanggupan yang diperlukan guna
untuk mengarahkan semua kekuatan ruhani maupun pikiran yang ditujukan pada
arah yang sudah jelas serta melanjutkan secara terus menerus selama masih
menghendakinya. Selanjutnya dengan jiwa dan raga yang relax dan tenang,
serta mengandung stamina, perasaan akan menjadi lebih peka, serta menjadi
lebih kaya dalam variasi dan nuansa (Rendra, 1983).
28

Segala sesuatu obyek dari luar yang ditangkap oleh panca indra akan

melahirkan asosiasi-asosiasi tertentu, misalnya bau sedap, akan

mengasosiasikan pada makanan yang lezat dan enak. Asosiasi cenderung

terjadi karena pada dasarnya bahwa seseorang memiliki daya atau kemampuan

untuk berasosiasi (Rendra, 1983).

Seni peran teater menurut Sitorus (2002) membutuhkan bakat seni bagi

aktomya. Konotasi bakat secara literal dalam kamus dapat diartikan sebagai

suatu kemampuan yang alamiah dari seseorang yang mempunyai inklinasi yang

bersifat spesial dan kreatif. Dalam diri seorang aktor, kemampuan-kemampuan

ini adalah sensitifitas yang tinggi dan responsif terhadap penglihatan, bunyi,

sentuhan, rasa dan juga bau.

Titik singgung antara apresiasi seni dan proses pelunakan emosi dalam

seni peran teater bagi seorang aktor dengan sangat cemerlang di beberkan

Rendra (dalam Waluyo, 2002) yang menyebutkan bahwa dalam pementasan

terdapat empat sumber inspirasi gaya, yaitu aktor atau bintang, sutradara,

lingkunagan dan penulis. Dalam hal teknik berperan ini diharapkan seorang aktor

menjadi sumbergaya dalam pementasan teater. Jadi, sampai pada tahapan ini

dapat ditarik buah pemikiran bahwa adanya apresisai seni yang besar bagi

seorang aktor amatlah penting. Apresiasi seni membuat seorang aktor memilki

daya cipta, daya kreatif dan mampu membuat ia memerankan atribut orang lain.

2. Aspek-aspek Dalam Apresiasi Seni Peran Teater

Arifin. C. Nur (tanpa tahun) dalam sebuah naskahnya "Sumur Tanpa

Dasar", memberi ilustrasi pengalaman yang sangat berarti bagi seorang pekerja

teater (aktor) tentang periunya menanggalkan jati diri sendiri untuk membiaskan

ruang yang kosong dan kemudian ditempati jadi diri orang lain.
Proses kreatif sebagai bagian dari apresiasi dalam seni peran menurut
Dahana (2001) membawa konsekuensi logis di tingkat pribadi, yang antara lain:
a. Seorang aktor memiliki kemampuan mengenali karakter dan persoalan
orang lain, dalam variasi yang sebanyak-banyaknya. Artinya, dalam
kehidupan sehari-hari seseorang mesti dapat menempatkan dunia

sekitarnya sebagai pelajaran pertama, terutama pada variasi masalah dan

kejiwaan manusianya. Perbendaharaan ini lah yang akan memperkaya


penghayatan pada sebuah peran.

b. Seorang aktor pun mesti memiliki kemampuan primer untuk mengenali din
sendiri, di mana perbendaharaan pengetahuan di atas menjadi sumber
referensi dan refleksi untuk kedua hal ini. Konsekuensi ini pun tak terelakkan
lantaran kemampuan seorang aktor untuk menanggalkan atau
mengosongkan dirinya sendiri tak dapat ia lakukan tanpa mengenali apa
yang akan meluputkan seorang aktor dari kegamangan atau kerancuan
pribadi, akibat kerapnya ia berpindah-pindahnya peran didalam maupun
diluar panggung.

c. Kemampuan reflektif dan kontemplatif di atas pada akhirnya akan menjadi


proses dasar latihan sang aktor dan juga menjadi salah satu penentu dan

kualitas artistik maupun bentuk estetik yang dihasilkannya. Tak peduli pada
dasar atau sang aktor yang bersangkutan, baik berdasar bakat intuisi atau

rasio intelektual, ataupun gabungan keduanya. Kemampuan itu pula yang


akan mengkondisikan seorang aktor untuk berani mengalahkan diri sendiri,
dan memenangkan orang lain, dan akhirnya memberikan konsekensi.
d. Pengembangan kualitas permainan seorang aktor yang menghasilkan
(bahkan ditentukan) oleh perkembangan kualitas manusia sang aktor sendiri.
30

Hal keempat ini sebenarnya lebih berposisi sebagai hipotesis yang memang

telah memakan waktu sepanjang usia kreatif saya untuk membuktikan atau

setidaknya mengisi kegelisahan kreatif saya selama ini.

Adanya aspek ini, diharapkan semoga individu yang nantinya dapat

memberikan pengertian serta penghayatan dalam peran dirinya untuk supaya

dapat menerapkan dalam kehidupan antar sesama individu lain atau dalam

kehidupan sosial individu.

C. Hubungan Antara Tingkat Apresiasi Seni Pearan Teater dengan


Kebermaknaan Hidup

Psikologi khususnya aliran psikologi humanistik, mempelajari manusia

dan kualitas-kualitas khas manusiawi yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk

lain, terutama hewan. Kualitas-kualitas manusiawi itu antara lain : rasa tanggung

jawab, nilai dan penilaian, kebebasan pribadi, cinta kasih, rasa etis dan estetis,

krativitas, dan sebagainya. Seni sebagai ungkapan nilai-nilai dan estetis sudah

tentu menjadi bahan telaah psikologi. Seni pun berfungsi sebagai salah satu

sumber yang penting bagi pengembangan hidup bermakna dan kesehatan jiwa

dalam psikologi aliran logoterapi. Kehidupan yang bermakna dapat diraih dengan

jalan memahami, menghayati dan merealisasikan dari ketiga nilai yaitu: nilai-nilai

kreatif, nilai-nilai penghayatan, dan nilai-nilai bersikap. Artinya, hidup bermakna

dapat dicapai melalui karya dan kegiatan berkarya yang bermanfaat,

pengalaman dan penghayatan atas kebenaran, keyakinan, keindahan, dan cinta

kasih, serta sikap tepat atas peristiwa tragis yang tak dapat dielakkan lagi

(Bastaman, 1996).
Menciptakan karya seni adalah ungkapan nilai-nilai kreatif, sedangkan

mengalami dan menghayati karya seni tergolong nilai-nilai penghayatan yang

semuanya merupakan sumber makna hidup dan kesehatan mental.

Kreasi seni sebagai ekspresi perasaan dimanfaatkan dalam psikologi


sebagai terapi yang disebut terapi seni. Kegiatan-kegiatan seperti menari,

bernyanyi, melukis, membaca novel, pantomim, dan menciptakan karya seni

ternyata sangat membantu melancarkan komunikasi antara pribadi dan

mengatasi hambatan emosional. Bermain seni peran dalam drama telah lama

digunakan sebagai terapi yang dikenal "Psikodrama".

Ternyata fenomena dan dunia seni peran teater adalah titik temu

psikologi seni. Keduanya melibatkan diri dalam fenomena ini dan sering
menjadikannya sebagai tema sentral kajian psikologi dan kreasi seni. Keduanya

(seharusnya) saling membutuhkan dalam mempertajam pemahaman tentang


manusia.

Mengingat begitu erat antara seni dan psikologi, maka tak mengherankan

bila tokoh psikologi yang bernama Gardon W. Allport, seorang pakar psikologi

kepribadian secara tidak langsung menunjukkan pula titik temu antara psikologi

dan seni. Sudah tentu saran baik ini pun dapat dijabarkan lebih lanjut lagi

bagi para psikolog dan para insan seni sebagai berikut: Bila anda seorang
psikolog sering-sehnglah, membaca novel, melihat pameran seni rupa dan foto,

menonton film dan teater, menikmati musik atau seni suara dan tan, menyimak

makna saja, menyaksikan pagelaran seni tradisional dan seni kontemporer. Dan

jangan lupa berbincang-bincang hangat dengan para seniman. Sebaliknya, bila

anda insan-insan seni, baik sebagai aktor maupun sebagai sebagai sutradara,

pencipta karya seni, juga periu mempelajari secara intensif psikologi untuk
memahami: Motivasi, persepsi, dan emosi: imajinasi dan kreatifitas; komunikasi

efektif ; pengenalan dan pengembangan diri, temperamen, karakter dan

kepribadian ; pendidikan dan cara-cara mengajar efektif: perilaku

menyimpang dan keterampilan konseling penghayatan etis dan estetis, serta

hakikat manusia, dan berteman baiklah dengan psikologi (Bastaman, 1996).

Eksistensi seorang aktor diketahui dari kemampuan dan kebutuhannya

memberikan definisi pada dirinya sendiri. Kemampuan mentransformasikan diri

ini sebenarnya adalah potensi, kekuatan di masa datang. Sementara proses

berteater mengajarkan tentang siapa diri yang sebenarnya, maka aktor

mengajarkan seseorang tentang siapa dia nanti. Kemampuan mendefinisikan diri

ini, menunjukkan bahwa akting itu adalah seni yang merayakan vitalitas

kehidupan manusia dan mengalirnya kehidupan tersebut.

Merasakan kapasitas akting sebagai seni yang memperkaya kehidupan

spiritual manusia di mana saat ini orang membutuhkan kesegaran rohaniah

seperti itu. Seseorang periu mengeksplorasi kekayaan dari peristiwa-peristiwa

teater atau film, peristiwa spiritual antara dia dengan penontonnya, yang

resonansinya di dalam diri mereka berpengaruh lama setelah pertunjukan

selesai. Dalam pencarian jati diri inilah terjadi semacam proses penghayatan dan

pemahaman akan keberadaan dirinya dalam lingkungan sosial. Dalam hal ini

secara tidak langsung pula seorang aktor telah memberikan semacam

pemaknaan terhadap perilaku serta hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-

harinya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika seorang aktor yang mampu

melakukan penampilan aktingnya secara maksimal, akan merasakan satu

kepuasan tersendiri karena ia merasa telah berbuat secara totalitas di dalam

memerankan satu peran. Perasaan total inilah yang nantinya secara tidak
langsung akan mempengaruhi seorang aktor dalam menilai eksistensinya

sebagai seorang yang memiliki makna hidup. Totalitas juga memberi warna

seseorang dalam memandang dirinya secara positif. Perasaan diri yang positif

menjadikan individu memiliki kemampuan menyesuaikan diri dari tuntutan dan

ikatan nilai-nilai sosialnya yaitu menjadi orang yang berkeseimbangan mental

(Suardiman, 1993).

Berangkat dari titik inilah seorang individu akan mampu

mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan sosialnya dengan penuh rasa

tanggung jawab, dalam hal ini seorang individu akan mampu menemukan makna

hidupnya, untuk proses selanjutnya dalam mencapai kebermaknaan hidupnya

dalam kehidupan sehari-hari.

D. Hipotesis

Ada hubungan positif antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan

kebermaknaan hidup, semakin tinggi tingkat apresiasi seni peran teater maka

akan semakin semakin bermakna hidupnya.


34

BAB III

Metode Penelitian

A. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung : Kebermaknaan Hidup


2. Variabel Bebas :Tingkat Apresiasi Seni Peran Teater

B. Definisi Operasional Variabel


1. Kebermaknaan Hidup

Kebermaknaan hidup adalah adanya hasrat untuk hidup bermakna dem


kebahagiaan, penghayatan, penyesuaian diri yang mendukung pengembangan
pribadi dan harga diri pada individu.

Kebermaknaan hidup dapat diketahui dari skor yang diperoleh subyek


setelah mengisi skala kebermaknaan hidup. Semakin tinggi skor yang diperoleh
semakin tinggi kebermaknaan hidupnya.
2. Tingkat Apresiasi seni peran Teater.

Tingkat apresiasi seni peran teater mempunyai pengertian seberapa


besar atau seberapa jauh seorang individu (pemain teater) mempunyai penilaian
atau penghargaan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam seni peran teater.
Dalam hal ini, seorang individu dituntut totalitasnya mengekspresikan
kemampuannya untuk berakting dalam sebuah pentas atau panggung.
Untuk mengetahui tingkat apresiasi seni peran teater akan diketahui dari
skala apresiasi seni peran teater. Dari alat ini akan diperoleh skor apresiasi seni
peran teater, semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi apresiasi seni
peran teaternya.
JS

C Subyek dan Sampel Penelitian


Subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berdominsili di Jogjakarta
dan masih aktif sebagai mahasiswa berusia antara 19 tahun sampai dengan 27
tahun yang lebih berorientasi dan mempunyai minat seni, khususnya seni peran
teater, dan juga terkoordinir dalam suatu lembaga atau organisasi yang bergerak
dalam bidang seni, misalnya kelompok-kelompok teater kampus atau sanggar-
sanggar teater yang ada di Jogjakarta.

D. Prosedur Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk mendapatkan data


yang akan dianalisis dalam suatu penelitian. Untuk mendapatkan data yang
relevan dan akurat metode pengumpulan data yang digunakan haruslah tepat
dan susuai dengan tujuan penelitian yang akan digunakan, sehingga dapat
memenuhi syarat reliabilitas dan validitas.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan alat ukur


yang berbentuk angket atau kuesioner. Metode kuesioner adalah suatu daftar
yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang
akan diteliti, dalam hal ini adalah masalah tingkat apresiasi seni peran teater dan
kebermakanaan hidup.

Alasan digunakannya metode angket adalah ( Hadi,1993):


1. Dapat dilakuakan sekaligus pada subyek penelitian dalam jumlah yang besar.
2. Subyek mempunyai interpretasi yang sama dengan maksud penelitian tentang
pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam
angket.
36

3. Adanya pertimbangan bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang
keadaan di dalam dirinya sendiri.

Tujuan dilakukannya pengumpulan data dengan menggunakan metode


angket adalah agar memperoleh informasi yang relevan serta akurat dalam
waktu yang relatif singkat sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu,
penggunaan metode angket juga dapat mengurangi subyektifitas baik dari
penelitian maupun dari subyek penelitian.

Penelitiaan ini melibatkan dua variabel yaitu variabel tingkat apresiasi


seni peran teater dan kebermaknaan hidup. Untuk menggungkap variabel
kebermaknan hidup digunakan angket kebermakanaan hidup yang dimodifikasi
dari rancangan Crumbaugh dan Maholick yang diberi nama The Purpose in Life
Test, yang dapat mengungkap respon-respon yang diyakini berkaitan atau
merupakan petunjuk bagi seberapa tinggi individu menghayati dan mengalami
hidupnya secara bermakana, Frankl (dalam Koeswara, 1992). Aitem-aitem
Purpose In Life Test diharapkan dapat membedakan individu yang tinggi makna
hidupnya dengan individu yang hampa akan makna hidupnya. Aitem-aitem
tersebut merepresentasikan beberapa respon yang berkaitan dengan
kebermaknaan hidup, yaitu makna hidup, kepuasan hidup, kebebasan, sikap
terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup. The
Purpose in Life Test ini terdiri dari 20 aitem yang masing-masing jawabannya
bergerak dari angka satu sampai tujuh dengan menggunakan skala model
semantik, dan kemudian Purpose In Life Test dimodifikasi menjadi 60 aitem
dengan menggunakan skala model Likert (sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai,
dan sangat tidak sesuai). Penggunaan skala Likert dilakukan dengan asumsi
bahwa subyek penelitian lebih memahami pernyataan yang terdapat pada angket
37

penelitian, sehingga akan memudahkan subyek dalam menjawab semua


pernyataan yang terdapat pada angket penelitian.

Tabel

Distribusi aitem-aitem Angket kebermakanaan hidup


No Aspek-aspek Aitem Aitem Jumlah Bobot
Favorable unfavorable (%)
1 Makna Hidup 31,45,46 2, 13,14,30, 9 15%
39,56
i

2 Kepuasan Hidup 1,15,27,29,4 4,28,40,50, 14 ir~23,4%~


1,44,55,57, 60
59
3 Kebebasan Hidup 8, 12,26,42, 3, 24, 25, 54, 10 ' 16,7%
47, 58

4 Sikap Terhadap 20, 23, 53 7,19,32,49, 8 13,3% ;


Kematian 51

5 Pikiran untuk 33, 34, 52 6, 11, 16,35, 8 13,3% i


Bunuh Diri i
48, i

Kepantasan Hidup 5,10,17,18, 9, 38, 43 11 18,3% |


6 21,22,36,
37
Total 31 29 60 100%

Untuk mengungkap tingkat apresiasi seni peran teater yang mengungkap


aspek-aspek dari makna seni peran teater. Angket tingkat apresiasi seni peran
teater disusun oleh penulis sendiri, yang terdiri dari 60 aitem.

Metode kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini, yang
menyangkut beberapa aspek dari apresiasi seni peran teater yaitu : kemampuan
mengenali karakter dan persoalan orang lain, memiliki kemampuan primer
39

E. Metode Analisis Data

Data yang sudah diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis dengan teknik
statistik. Untuk menguji hopotesis penelitian digunakan Korelasi Product Moment,
untuk menguji tingkat korelasi.
40

BAB IV

Persiapan, Pelaksanaan, dan Hasil Penelitian

A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu dilaksanakan orientasi

kancah tentang kemungkinan pelaksanaan penelitian sesuai dengan tema


penelitian yang dipilih. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang berdominsili
di Jogjakarta dan masih aktif sebagai mahasiswa yang lebih berorientasi dan

mempunyai minat seni, khususnya seni peran teater, dan juga terkoordinasi

dalam suatu lembaga atau organisasi yang bergerak dalam bidang seni,
misalnya kelompok-kelompok teater kampus atau sanggar-sanggar teater yang
ada di Jogjakarta.

Kelompok teater mahasiswa yang berdominsili di Jogjakarta, yang


merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada bidang
seni pada sebuah universitas ataupun sekolah tinggi lanjutan yang ada di
ogjakarta. Kegiatan teater mahasiswa yang pada umumnya, tidaklah jauh
berbeda dengan kelompok teater-teater sanggar, tetapi dalam hal ini teater

mahasiswa lebih memfokuskan pada pengembangan bakat dan kreativitas


mahasiswa dalam bidang seni drama ataupun seni peran.

Sama halnya dengan organisasi-organisasi pada umumnya yang ada


dilingkungan universitas, kelompok teater mahasiswa juga termasuk dalam
sebuah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang masih aktif secara
akademik. Dalam wadah organisasi teater inilah yang nantinya para mahasiswa

dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya, banyak kegiatan yang ada di


41

teater, salah satunya adalah kegiatan pementasan sebuah lakon drama, sebelum

melakukan pementasan para anggotanya haruslah melakukan sebuah proses


latihan, yang di dalamnya banyak melibatkan berbagai macam aspek para
anggotanya, baik itu yang bersifat jasmani maupun kejiwaan. Dalam hal ini para

anggotan teater dituntut dalam kemandiriannya dalam pengembangan bakat dan

kreativitasnya.

Penentuan subyek penelitian pada komunitas teater mahasiswa

dimaksudkan untuk memberikan sebuah gambaran tentang arti penting sebuah


kehidupan individu yang bergelut dalam bidang seni drama, khususnya para
mahasiswa yang mampu mengaktualisasikan segala kemampuan dan bakatnya.
2. Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan berbagai


persiapan yang bertujuan untuk mengurangi berbagai macam hambatan-

hambatan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan penelitian dan untuk

mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan hipotesis penelitian.

Persiapan penelitian yang dilakukan yang meliputi surat ijin penelitian, dan

persiapan alat ukur yang akan dipakai untuk pengambilan data.

Sebelum penelitian dilaksanakan dilakukan try out preliminary yang

bertujuan untuk mengukur validitas isi dari aitem-aitem angket Tingkat apresiasi
seni peran teater dan Kebermaknaan Hidup, selain itu try out preliminary

dilakukan untuk mengetahui apakah aitem-aitem yang ada diperkirakan dapat


dimengerti dan mudah dipahami oleh subyek penelitian.

Uji coba alat ukur dilakukan secara individual terhadap subyek penelitian dari

para anggota kelompok-kelompok teater kampus, di antaranya teater "Parkir"

Fakultas Psikologi Ull, teater "Koin" Fakultas Ekonomi Ull, teater "Eska" IAIN
42

Sunan Kalijaga, teater "Lobby dua" APMD, teater "Unstrat" Universitas Negeri
Jogjakarta, teater "Ada" ABA YO, teater "Neraca" STIE YO.

Uji coba ini memakan waktu hampir selama satu minggu, antara tanggal
7 Juni 2002 sampai tanggal 14 Juni 2002. Subyek uji coba berjumlah 100 orang.
Tiap subyek diminta untuk mengisi angket dari kedua variabel: Tingkat apresiasi
seni peran teater dan Kebermaknaan Hidup.

Kelayakan skala ini dianalisis dalam tiga tahapan, penetapan batas kritis,
seleksi aitem, dan uji reliabilitas.

Batas kritis untuk kedua skala variabel penelitian adalah 0,25, ini berarti

aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total kurang dari 0,25 tidak
layak dimasukkan dalam skala.

Berdasarkan hasil uji coba diketahui bahwa skala Tingkat apresiasi seni
peran teater dari 60 aitem yang disajikan terdapat 34 aitem yang sahih, dan

terdapat 26 aitem yang gugur, sedangkan dari skala Kebermaknaan Hidup dari
60 aitem yang sajikan terdapat 44 aitem yang sahih, dan terdapat 16 aitem yang
gugur.

B. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik


purposive sampling. Pengambilan sampel dengan teknik ini didasarkan atas ciri-

ciri populasi yang telah diketahui sebelumnya (Hadi, 1993). Teknik purposive
sampling adalah suatu teknik sampling pengambilan bagian-bagian dalam

sampel penelitian dilakukan dengan sengaja. Sampel tersebut cukup


representatif untuk mewakili populasi yang diinginkan.
43

Pengambilan data dilakukan selama dua minggu dari tanggal 15 Juni


2002 sampai tanggal 28 Juni 2002. pengambilan data dilakukan secara personal
oleh peneliti yaitu setiap anggota kelompok teater kampus. Angket yang
dibagikan kepada para subyek penelitian sebanyak 100 angket dan 100 angket
pula yang dapat dianalisis, dimana satu angketnya yang terdiri dari dua angket
alat ukur yaitu : skala Tingkat apresiasi seni peran teater dan skala
Kebermaknaan Hidup.

C. Hasil Analisis Data

Gambaran tentang data penelitian secara umum dapat dilihat pada tabel
deskripsi data penelitian, dari data tersebut dapat diketahui fungsi-fungsi statistik
secara mendasar.

Tabel III

Deskripsi Hasil Penelitian

Variabel Skor x yang Dimungkinkan Skor)(yang


(Hipotetik) Dipe roleh
(Em pirik)
X max X min Mean SD ^ X max XMin
Tingkat apresiasi 136 34 85 17,0 127 75
seni peran teater
Kebermaknaan 176 44 110 22,0 173 100
hidup

a. Tingkat apresiasi seni peran teater

Hasil analisis data angket apresiasi seni peran teater menunjukkan


bahwa ada 34 aitem yang sahih dan ada 26 aitem yang gugur dari 60 aitem. Dari
ke 34 aitem yang sahih koefesien aitem total bergerak dari 0,25 sampai 0.634
dengan koefesien reliabilitas alpha 0,885.
44

Tabel V

Distribusi Aitem Angket Tingkat Apresiasi Seni Peran Teater yang Valid

No Aspek-Aspek Aitem Aitem Jumlah Bobot


Favorable Unfavorable (%)

1 Kemampuan 3, 35 43,36, 16 5 14,71 %


Mengenali
Karakter Orang
Lain
2 Kemampuan 18,26, 1,49 47,42 6 17,65%
Primer
Mengenali Diri
Sendiri
3 Kemampuan 5, 27, 15, 8, 45,56 8 23,53%
Kontemplatif dan 14, 41
Reflektif
4 Pengembangan 32, 9,10,31, 13,30,12, 50, 15 44,12%
Kualitas 28, 52, 53, 58 20,11,54
Permainan
Total 20 14 34 100%

Agar dapat menggambarkan keadaan subyek berdasarkan data yang

diperoleh, maka akan dibuat distribusi frekuensi terhadap nilai dari variabel yang

diteliti dengan cara menggolongkan subyek menjadi tiga kelompok, yaitu

kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikan dengan membagi

dengan satuan standar defiasi dari distribusi normal menjadi tiga bagian.

Melihat rerata empirik yang dihasilkan oleh keseluruhan subyek yaitu

sebesar 98,00 maka dapat diketahui bahwa tingkat apresiasi seni peran teater

subyek dalam kategori sedang, (keterangan batasan kategori ada di lampiran

halaman 92).

b. Kebermaknaan Hidup

hasil analisis data angket kebermaknaan hidup menunjukkan bahwa ada 44

aitem yang sahih dan ada 16 aitem yang gugur, dari 60 aitem yang ada. Dari 60
45

aitem koefisien aitem total bergerak dari 0,25 sampai 0,583 dengan koefisien

alpha 0,883, distribusi aitem kebermaknaan hidup yang sahih dapat dilhat pada

tabel di bawah :

Tabel VI

Distribusi Aitem Angket Kebermaknaan Hidup Yang Valid

No Aspek-aspek Aitem Aitem Jumlah Bobot


Favorable unfavorable (% )
1 Makna Hidup 31, 46 30,39 4 9,09% |

2 Kepuasan Hidup 1,15,27,29,41 28,40 10 22,73%


,44, 55, 59 I

3 Kebebasan Hidup 8, 12, 26, 42, 3, 25, 54, 58 9 8,99% |


47,

4 Sikap Terhadap 7, 19, 32, 3 6,82 % ;


I
Kematian
s

5 Pikiran untuk 33, 34 6, 11, 16,35, 7 15,91% ;


Bunuh Diri 48,

6 Kepantasan Hidup 5, 10, 17, 18, 9,38,43 11 25%


21,22,36,37

Total 25 19 44 100% ;
i

Melihat rerata empirik yang dihasilkan oleh keseluruhan subyek, yaitu

142,14 maka dapat diketahui bahwa kebermaknaan hidup subyek berada dalam

kategori tinggi, (keterangan batasan kategori ada di lampiran halaman 93).

Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan teknik product

moment melalui pragram SPS-2000 dari Sutrisno Hadi dan Yuni Parmadiningsih

(2000), teriebih dahulu dilakukan uji asumsi. Tujuan dari uji asumsi adalah dapat

i ,,
46

diketahui apakah syarat-syarat untuk melakukan uji hipotesa dengan

menggunakan Product Moment dapat memberikan hasil yang dapat menjawab

hipotesis, dengan maksud agar kesimpulan yang diperoleh tidak menyimpang

dari kebenaran yang seharusnya diperoleh (Hadi, 1996), uji asumsi ini meliputi uji

normalitas dan uji linieritas.

1. Uji asumsi normalitas dilakukan pada tiap variabel untuk mengetahui apakah

data statistik perametrik yang diperoleh dapat memenuhi distribusi kueve normal

atau tidak. Untuk mengetahui uji normalitas ini dapat digunakan rumus kai

kuadrat, dengan melihat p nya. Apabila p nya >0,05 maka dapat dikatakan

bahwa data terdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pada angket tingkat apresiasi peran teater diperoleh

kai kuadrat sebesar 11,957 dengan db = 9 p = 0,216, dengan demikian data

yang diperoleh dari angket tingkat apresiasi seni peran teater terdistribusi normal

9sesuai dengan kurve normal) karena p> 0,05.

Pada angket kebermaknaan hidup hasil uji normalitasnya menghasilkan

kai kuadrat sebesar 3,368 dengan db = 9 dan p = 0,948. karena p> 0,05 maka

data angket kebermaknaan hidup terdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui pola bentuk hubungan antara

variabel bebas dan variabel tergantung, apakah hubungannya linier atau tidak.

Hasil uji linieritas hubungan antara tingkat apresiasi seni peran teater

dengan kebermaknaan hidup dapat diketahui hasil F = 0,837 dan p = 0,635

karena p> 0,05 dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat apresiasi seni

peran teater dengan kebermaknaan hidup mempunyai hubungan yang linier.


47

D. Hasil Penelitian

Setelah memenuhi syarat-syarat fungsi statistik dasar dengan melakukan

uji normalitas dan uji linieritas maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data

sesuai dengan hipotesis dan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui adanya

hubungan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan

hidup. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini

adalah dengan menggunakan analisis penelitian statistik Korelasi Product

Moment dari Pearson, modul analisis Dwivariat. Teknik analisis tersebut

dilakukan dengan menggunakan program komputer seri Program Statistik (SPS),

edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih (2000).

Hasil analisis data dengan menggunakan analisis statistik korelasi

product moment adalah sebagai berikut:

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi (r xy) = 0,316 dan p=

0,002, karena p <0,01 maka dapat diartikan bahwa ada hubungan yang sangat

signifikan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan

hidup. Dengan demikian hipotesa dapat diterima.

2. Koefisien determinan yang dihasilkan adalah r2 = 0,100 dengan p = 0,002 (p

<0,01), ini berarti bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat apresiasi

seni peran teater dengan kebermaknaan hidup. Hal ini menerangkan juga

bahwa semakin meningkat tingkat apresiasi seni peran teater akan semakin

meningkat kebermaknaan hidup individu.

3. Koefisien korelasi yang dihasilkan adalah sebesar rxy = 0,316 dengan p =

0,002 (p <0,01) termasuk dalam kelompok tinggi. Hal ini berarti ada hubungan

positif dan signifikan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan

kebermaknaan hidup.
48

4. Hasil koefisien determinan dapat menunjukkan sumbangan dari variabel bebas

terhadap variabel tergantung. Karena r2 = 0,100 dengan p = 0,002 (p <0,01)

maka dapat dilihat bahwa sumbangan adalah sebesar 10%. Hal ini berarti

bahwa tingkat apresiasi seni peran teater memberi pengaruh sebesar 10%

terhadap kebermaknaan hidup.

E. Pembahasan

Dari hasil analisis korelasi product moment Pearson diperoleh hasil

sebesar ( rxy ) =0,316 dan p= 0,002 ( p< 0,01 ), hal ini menunjukkan bahwa

tingkat apresiasi seni peran teater, mempunyai hubungan yang signifikan dengan

kebermaknaan hidup. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan

kebermaknaan hidup, diterima. Dari hasil penelitian juga diperoleh koefisien

determinan sebesar f = 0,100 dengan nilai p = 0,002 ( p < 0,01 ), hal ini berarti

semakin tinggi tingkat apresiasi seni peran teater seseorang maka akan semakin

tinggi kebermaknaan hidupnya.


49

BAGAN DINAMIKA PSIKOLOGIS

INDIVIDU
EMPATI

KATARSIS

IDENTIFIKASI
SENI PERAN Aperesiasi DIRI
^
w KEBERMAKNAAN
TEATER Seni Peran HIDUP
KONTROL DIRI

KEBEBASAN DIRI

PERAN
KARAKTER

Seni peran teater secara umum merupakan ekspresi dari kebutuhan

manusia untuk memperoleh kehidupan yang selaras dan lengkap. Seni peran

teater secara khusus mempunyai pengertian seni menafsirkan, yaitu seorang

pemain menafsirkan secara kreatif dari kehidupannya ke dalam segala bagian

dan seginya dengan menggunakan anatomi tubuh, pikiran, dan perasaannya

sebagai media peraganya. Selanjutnya seorang insan teater yang memerankan

sebuah karakter yang akan dimainkan dibutuhkan kemampuan mengalihkan

peran orang lain kedalam dirinya. Pengalihan peran yang merupakan

kemampuan yang khas yang dimiliki oleh seorang pemain teater atau seorang

aktor, untuk mengambil suatu sikap atau peran dari sudut pandang orang lain,

atau singkatnya, menempatkan diri pada posisi orang lain.

Dalam seni peran teater seseorang juga mengalami suatu perasaan

yang lebih bebas dalam mengungkapkan segala macam kemampuan yang

dimiliki oleh individu, dari sudut pandang psikologi seorang individu dapat

melakukan katarsis atau yang lebih umumnya seorang individu dapat

mencurahkan segala macam tekanan-tekan tekanan serta dapat mencurahkan


50

segala macam ide-ide kreatif yang belum sempat tereksplorasi dalam sebuah

karya seni yang lebih kongkrit dan nyata. Ada beberapa kesempatan alih peran

yang mungkin dialami oleh seseorang, seperti melalui hubungan antara individu

data keluarga, dalam kelompok sebaya, disekolah dan didalam kelompok

masyarakat luas.

Seni peran atau seni drama yang merupakan salah satu bentuk seni yang

menjelaskan empati dengan gamblang dan mudah dipahami, dalam teater atau

drama terjadi semacam proses identifikasi karakter yang sangat kuat dan nyata

antar aktor dan karakter fiktif yang dibawakannya, dan identifikasi yang lebih

halus lagi antara pengamat dan aktor. Subuah proses psikologis yang terjadi

dalam proses pengalihan peran karakter seorang aktor yaitu empati. Empati

suatu istilah yang dapat digunakan untuk pertemuan pengaruh, dan interaksi di

antara pribadi-pribadi, empati yang berarti merasakan ke dalam, yang mengacu

pada keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang,

sehingga seseorang yang berempati sesaat melupakan atau kehilangan identitas

diri.

Seorang aktor yang mampu berempati nantinya dapat menghayati peran

karakter yang akan dimainkan, di mana seorang aktor mampu

mentransformasikan peran diri orang lain ke dalam peran dirinya. Kemampuan

mendefinisikan diri ini, menunjukkan bahwa ekting itu adalah seni yang

merayakan vitalitas kehidupan manusia dan mengalirnya kehidupan tersebut.

Kemampuan ekting secara maksimal seorang aktor pada sebuah peran karakter

yang dimainkannya, hal ini akan membawa konsekuensi tersendiri bagi

keberadaan sang aktor, dan dia akan mampu merasakan kepuasan tersendiri,

karena ia merasa telah berbuat secara total dalam memerankan perannya.


51

Perasaan totalitas yang nantinya secara tidak langsung akan

mempengaruhi seorang aktor dalam menilai eksistensinya sebagai seorang yag

memiliki makna hidup. Totalitas yang memeberi warna seseorang dalam

memandang dirinya secara positif. Perasan diri yang positif menjadikan individu

memilki kemampuan menyesuaikan diri dari tuntutan dan ikatan nilai-nilai

sosialnya yaitu menjadi orang yang berkeseimbangan mental.

Berangkat dari titik inilah seorang individu akan mampu

mengaktualisasikan dirinya dan pemaknaan jati dirinya dalam lingkup kehidupan

sosialnya, dan penuh rasa tanggung jawab, dalam hal ini seorang individu akan

mampu menemukan makna hidupnya, untuk proses selanjutnya dalam

pencapaian kebermaknaan hidupnya dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian yang mengahasilkan koefisien determinan sebesar (r2) =

0,100, menunjukkan bahwa sumbangan efektif tingkat apresiasi seni peran teater

terhadap kebermaknaan hidup sebesar 10%, yang dapat diartikan bahwa 10%

kebermaknaan hidup yang dipengaruhi oleh tingkat apresiasi seni peran teater,

dan 90% ditentukan oleh faktor lainnya, sehingga kebermaknaan hidup yang

dipengaruhi oleh tingkat apresiasi seni peran teater, yang dimiliki oleh individu,

disamping faktor-faktor lainnya seperti, budaya, lingkungan masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat kecerdasan, ataupun tingkat ekonomi sosial individu, dan

juga masih banyak lagi faktor lain yang dapat meningkatkan kebermaknaan

hidup seseorang.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat

apresiasi seni peran teater mempunyai hubungan yang erat dengan

kebermaknaan hidup. Apabila tingkat apresiasi seni peran tetaer individu


52

semakin tinggi, maka berarti individu tersebut dapat menemukan kebermaknaan

hidupnya.

Seni peran teater atau seni drama yang merupakan tiruan kehidupan

manusia yang diproyeksikan di atas pentas atau penggung. Melihat drama,

penonton seolah melihat kejadian dalam masyarakat. Kadang-kadang konflik

yang disampaikan dalam sebuah pementasan drama sama dengan konflik batin

mereka sendiri.

Drama adalah potret kehidupan manusia, dengan kita dapat melihat

sebuah analogi sebuah kehidupan, dapatlah kita sebagai manusia dapat menarik

sebuah pelajaran tentang kahidupan, dan kita dapat melihat sebuah gambaran

kehidupan diluar kehidupan kita sendiri, yang pada akhirnya, kita dapat

menemukan sebuah kebermaknaan kehidupan yang lebih berarti.


33

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

dapat disimpulkan bahwa :

1. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan

hidup. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan

hidup, diterima. Apabila tingkat apresiasi seni peran teater seseorang meningkat,

maka kebermaknaan hidupnya akan semakin meningkat pula.Hal ini dapat

diketahui dari hasil analisis korelasi product moment yang diperoleh yaitu

sebesar rxy = 0,316 dengan p = 0,002 (p<0,01).

2. Dari hasil koefisien determinan dapat diketahui sumbangan efektif tingkat

apresiasi seni peran teater terhadap kebermaknaan hidup adalah sebesar 10%.

Hal ini dapat diketahui dari hasil r2 = 0,100, yang berarti bahwa tingkat apresiasi

seni peran teater memberikan pengaruh sebesar 10% terhadap kebermaknaan

hidup.

3. Dilihat dari analisis statistik deskriptif variabel tingkat apresiasi seni peran

teater dan variabel kebermaknaan hidup dapat diketahui bahwa tingkat apresiasi

seni peran teater pada taraf sedang dan kebermaknaan hidup pada komunitas

kelompok teater kampus pada taraf tinggi.


54

B. Saran

Penelitian ini merupakan langkah kongkret untuk memperkaya khazanah

keilmuan yang berkaitan dengan persoalan pandangan hidup ataupun tentang

kebermaknaan hidup seseorang dari sudut kaca mata seni peran atau seni

drama. Untuk itu dengan semakin kompleknya segala macam persoalan hidup

manusia dalam rangka untuk meraih sebuah kebermaknaan hidup yang di

dambakan oleh setiap manusia. Seni peran teater atau seni drama yang

merupakan salah satu bentuk aktifitas seseorang yang pada ahirnya dapat

memberikan semacam kontribusi dan sumbangan bagi proses pencarian dan

pemenuhan kebermaknaan hidup seseorang.

Saran-saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya adalah :

a. Pemain Teater

Penelitian diarahkan pada subyek yang benar-benar terlibat dalam proses

seni peran teater secara riil dan nyata, subyek yang dimaksud disini adalah para

mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat dalam bidang seni peran teater.

Diharapkan dari hasil penelitian ini, yang menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara tingkat apresiasi seni peran teater dengan kebermaknaan hidup,

nantinya dapat dijadikan acuan serta telaah ilmiah dalam pengembangan minat

dan bakat para mahasiswa dalam bidang seni peran teater. Bila para pemain

teater optimal dalam mengekspresikan seni peran tetaer, maka kebermaknaan

hidupnya akan optimal.

b. Penelitian Selanjutnya

Studi penelitian ilmiah yang mampu melihat dan menguak lebih jauh lagi

tentang profil individu yang memiliki tingkat apresiasi seni peran teater, baik yang
55

tinggi maupun yang rendah, dan dapat bisa melihat individu yang benar-benar

concern dengan adanya persoalan-persoalan dunia seni.

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan,

dimana adanya pengaruh tingkat apresiasi seni peran teater dengan

kebermaknaan hidup, hal ini ditunjukkan pula dengan adanya hasil sumbangan

efektif sebesar 10%, yang berarti tingkat apresiasi seni peran teater, mempunyai

pengaruh sebesar 10% terhadap kebermaknaan hidup para insan seni,

khususnya para individu yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Dengan

adanya hasil penelitian ini, diharapkan untuk penelitian selanjutnya, untuk lebih

bisa mengungkap lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor serta aspek-aspek dari

kebermaknaan hidup para seniman teater, yang nantinya tingkat apresiasi seni

peran teater bisa memberikan sumbangan lebih dari 10% dari pengembangan

kebermaknaan hidup seseorang.

Periu dilakukan studi ke-lslam-an yang mengungkap bagaimana

pandangan mengenai keterlibatan individu dalam dunia seni peran teater dalam

proses pengembangan kebermaknaan hidupnya.


56

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, U. A. 1999. Membakar Rumah Tuhan. Bandung : PT Remaja Rosda


karya.

Acarya. A. A. 1990. Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim. Jakarta : Bulan


Bintang.

Al-Jaelani. S. A. Q, tt. 45 Wejangan Syekh Abdul Qodir Jaelani "Untuk


Membebaskan Manusia Dari Bahaya Syirik. Terjemahan: Arif Sanwani :
CV Bintang Pelajar.

Al-Jaelani. S, A. Q, Menyingkap Rahasia Tuhan. Terjemahan: Abu Asma


Anshori. Solo : CV Ramadhani.

Alisyahbana. A. Sidharta, M & Brower, M.A.W. 1997. Menuju Kesejahteraan


Jiwa. Jakarta : Gramedia.

Anirun, S. 1980. Pengantar Kepada Seni Peran. Bandung : Lembaga Kesenian


Bandung.

Anshori. H. 1996. Kamus Psichology. Surabaya : Usaha Nasional.

Arifin. C. Nur. Tt. Sumur Tanpa Dasar. (Naskah Drama), Jogjakarta : Taman
Budaya UGM.

Arifin, M. 1980. Teater Sebuah Perkenalan Dasar. Flores : Nusa Indah.

Azwar. S. 1997. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bastaman. H. D, 1997, Integrasi Psikologi Dengan Islam. Yoyakarta : Pustaka


Pelajar.

Bastaman. H. D. 1996. Psikologi dan Seni: Sebuah Pejumpaan. Yogyakarta :


Psikologika No. 1 Thn. I. Hal. 5-13.

Bastaman. H. D. 1996. Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : Paramadina.

Boleslavsky. R. 1957. Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor. Terjemahan:


Asrul Sani. Jakarta : Balai Pustaka

Camus. A. 1998. Seni, Politik, Pemberontakan. Terjemahan: Max Arifin.


Yogyakarta : Bentang.

Eagleton. T. 2002. Marxisme Dan Kritik Sastra. Terjemahan: Reza Muliati dkk.
Yogyakarta : Penerbit Sumbu Yogyakarta.

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yoyakarta : Pustaka Pelajar.


57

Fromm, E. 1996. Revolosi Harapan. Terjemahan: Kamdani. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Fromm, E. 2001. Konsep Manusia Menurut Marx. Terjemahan: Agung


Prihantoro. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hamka. 2000. Tasauf Moderen. Jakarta : Pustaka Panji Mas.

Nashir. H. 1997. Agama dan Krisis kemanusiaan Modern. Yogyakarta

Pustaka Pelajar.

Harymawan. RMA. 1993. Dramaturgi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Haddad. A. S. A. 1996. Thoriqoh Menuju Kebahagiaan. Terjemahan: Muhammad


Al Baqir. Bandung : Mizan.

Haddad. A. S. A. 1988. Menuju Kesempunaan Hidup. Terjemahan: Muhammad


Al Baqir. Bandung : Mizan.

Hamzah, A. Adib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung : Rosda.

Hawari, D. 1997. Al Quran : llmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa.


Yogyakarta : Dana Bakti Prima Yasa.

Koeswara, E. 1992. Logoterapi "Psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta : Kanisius.

May, R. 1997. Seni Konseling. Terjemahan: Darmin Ahmad dan Afifah Inayati.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Maarif, A. S. 1997, Agama dan Kemanusiaan Modern, Yoyakarta : Pustaka


Pelajar.

Muthahhari, M. 1993. Tuhan Dalam Kehidupan Manusia. Yogyakarta : Mizan.

Qosim, N, Z. 1999. Pengaruh Pemikiran Al Ghazali Terhadap Pendidikan di

Indonesia. (Skripsi) tidak di terbitkan. Jogjakrta : Fakultas llmu Agama

Islam, Ull.

Dahana. R. P. 2001. Homo Theatricus. Magelang : Indonesiatera.

Rendra. W.S. 1983. Tentang Bermain Drama. Jakarta : Pustaka Jaya.

Sahid. N. 2000. Interkulturalisme (dalam) Teater. Yogyakarta : Yayasan Untuk


Indonesia.
58

Salim. P. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern


English Press.

Sartre. J. P. 2000. Psikologi Imajinasi. Terjemahan: Silvester G. Sukur.


Yogyakarta : Bentang.

Schadt, G. Fritz. 1985. Aktor Dan Tubuhnya. Terjemahan: Asrul Sani. Jakarta :
Yayasan Citra.

Schoun. F, 1997. Hakekat Manusia. Terjemahan: Ahmad Norma Permata.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sitorus. E. D, 2002, The Art Of Acting "Seni Peran Untuk Teater, Film Dan TV,
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Stanislavsaky, 1980, Persiapan Seorang Aktor. Terjemahan: Asrul Sani, Jakarta


: Pustaka Jaya.

Suardiman. 1993. Apresiasi Sosial Budaya Dengan Kesimbangan Mental Pada

Mahasiswa. ( Penelitian), tidak diterbitkan. Jogjakarta Psikologi UGM

Suyadi. 1995. llmu Budaya Dasar. Jakarta : Dep Pendidikan dan Kebudayaan,

Universitas Terbuka

Thouless. R. H, Pengantar Psikologi Agama, Terjemahan: Machnun Husein.


Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Toffler. A, 1997, Gelombang Ketiga, Terjemahan: Sri Kusdiyantinah. Jakarta : PT


Pantja Simpati.

Toffler. A. 1992. Kejutan Masa Depan. Terjemahan: Sri Kusdiyantinah. Jakarta :


PT Pantja Simpati.

Waluyo. H. J, 2002, Drama Teori Dan Pengajarannya, Yoyakarta : PT. Hanindita


Graha Widya.

Wintarno, A. 1992, Upaya Aktor Menuju Akting Yang Meruang, (Skripsi Sarjana),
Fakultas Kesenian Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS PSIKOLOGI
Kampus Terpadu, Jalan Kaliurang Kin. 14,5 Telp. (0274) 896146, Fax. 896147 Yogyakarta 55584

Nomor /Dek/70/FP/ / Yogyakarta,


Lamp.
Hal Permohonan Ijin Penelitian untuk Skripsi

Kepada Yth.
Bapak/Ibu
di
Tempat

Assalamu 'alaihtm wr. wb.

Dengan ini kami memohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk memberi ijin


pada mahasiswa kami;

Kama : A^.M^.^h '


No. Mhs. : ,j!£..#7J.Mf..:
Agar dapat melakukan penelitian/survey/hry-out angket/studi kasus *) di
Instansi Bapak/Ibu/Sdr.
Kegiatan ini dilakukan oleh maliasiswa yang bersangkutan dalam rangka
penyusunan Skripsi sebagai syarat kelulusan study di Fakultas kami.
Adapun judul skripsinya adalah :

Dengan Dosen Pembimbing

Demikian permohonan kami, atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Sdr


kami ucapkan banyak terimakasih.

Wassalamu 'alaikum wr, wb.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Dekan,
V

\{-fiA*A
.1^. M^M) 6i\ Dr. Sukarti
fc k v v x ^

K NERACA
STIE"YCr
TEATERNERACA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YOGYAKARTA

No : 02/B/TDLXIII/Juni/2002

Lam : -

Hal : Surat keterangan penelitian

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :


Nama : Didik Nofianto

No Mhs : 96 231 099

Fakultas : Psikologi Universitas Islam indonesia


Keterangan : Telah melakukan penelitian pada anggota kelompok teater "
NERACA " SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YOGYAKARTA, dari tanggal 23 Juni
2002 sampai dengan 27 Juni 2002 guna menyusun Skripsi yang berjudul" TINGKAT
APRESIASI SENI PERAN TEATER TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP ".

Jogjakarta 27 Juni 2002

(HApDI KUSUMA)
Ketua
57

Teater Lobby -Dua


STPMD "APMD" JOGJAKARTA

JL. Timoho 317 Jogjakarta 55225 telp. (0274) 561971

No : 02/B/TDL.XIII/Juni/2002

Lam : -

Hal : Surat keterangan penelitian

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :


Nama : Didik Nofianto

No Mhs : 96 231 099

Fakultas : Psikologi Universitas Islam indonesia


Keterangan : Telah melakukan penelitian pada anggota kelompok teater" Lobby-Dua
" STPMD "APMD" Jogajakarta, dari tanggal 23 Juni 2002 sampai dengan 25 Juni 2002
guna menyusun Skripsi yang berjudul " TINGKAT APRESIASI SENI PERAN TEATER
TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP ".

Jogjakarta 26 Juni 2002

-=—_ —(7TOAD RUBIDDIN


Ketua
58

TEATER ESKA
IAIN SUNAN KALIJAGA JOGJAKARTA

Sekretariat: Komplek 7 UKM Nomer 02 IAIN SU-KA Jogjakarta

Nomer : 35/P. T.ESKAA/72002

Lamp :-
Hal : Surat keterangan penelitian

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa :


Nama : Didik Nofianto

No Mhs : 96 231 099

Fakultas : Psikologi Universitas Islam indonesia


Keterangan : Telah melakukan penelitian pada anggota kelompok teater " ESKA "
IAIN SUNAN KALIJAGA Jogjakarta, dari tanggal 22 Juni 2002 sampai dengan 24 Juni
2002 guna menyusun Skripsi yang berjudul " TINGKAT APRESIASI SENI PERAN
TEATER TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP ".

Jogjakarta 26 Juni 2002

( su4endra )
Ketua
^^ UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
z
01 LKMBACA KKSKKUTIK MAHASISWA

W KOMUNITAS SENI KOIN


i&>.i\&a
FE Ull Condong Catur, Dt:po'<, Sieman, Yogyakarta, Indonesia, 55283 Email: visi__kre3tii;?$koi:ip:od;.ct!on.oig

No : 02/Bn~DL/Juni/2002

Lam :-

Hal : Surat Keterangan Penelitian

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menrangkan bahwa :

Nama : Didik Nofianto

No Mhs : 96 231 099

Fakultas : Psikologi Universitas Islam Indonesia

Keterangan : Telah melakukan penelitian pada anggota kelompok teater

KOIN " Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, dari tanggal 23

Juni 2002 sampai dengan tanggal 27 Juni 2002, guna untuk pengambilan data

penelitian untuk menyusun skripsi yang berjudul : "HUBUNGAN TINGKAT

APRESIASI SENI PERAN TEATER TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP".

Jogja\ariaf 28 Juni 2002

(Iba NurJRachman )

Ketua
61

No : 02/B/UII/Juni/2002

Lam :-

Hal : Surat Keterangan Penelitian

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menrangkan bahwa :

Nama : Didik Nofianto

No Mhs : 96 231 099

Fakultas : Psikologi Universitas Islam Indonesia

Keterangan : Telah melakukan penelitian pada anggota kelompok teater "

PARKIR " Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, dari tanggal

20 Juni 2002 sampai dengan tanggal 27 Juni 2002, guna untuk pengambilan

data penelitian untuk menyusun skripsi yang berjudul : "HUBUNGAN TINGKAT

APRESIASI SENI PERAN TEATER TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP".

Jogjakarta 28 Juni 2002

(Achmad Baiquni)

Ketua
..- — ... .. ... : 62
UNIT STUD! SASTRA DAN TEATER
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAIARTA
S5253-5

No : 02/B/UNJ/Juni/2002

Lam :-

Hal : Surat Keterangan Penelitian

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menrangkan bahwa :

Nama : Didik Nofianto

No Mhs : 96 231 099

Fakultas : Psikologi Universitas Islam Indonesia

Keterangan : Telah melakukan penelitian pada anggota kelompok teater "

UNSTRAT " Universitas Negeri Jogjakarta, dari tanggal 21 Juni 2002 sampai

dengan tanggal 25 Juni 2002, guna untuk pengambilan data penelitian untuk

menyusun skripsi yang berjudul : "HUBUNGAN TINGKAT APRESIASI SENI

PERAN TEATER TERHADAP KEBERMAKNAAN HIDUP".

Jogjakarta^ Juni 2002

Sekretcriaf : Gelanggang Mahasiswa UNY Telp. 5S6168 psw. 288


Fax.565500 E-mail : unstrat(?i.''hotmai!.com.
63

jfejGKETI

NAMA

USIA/ TGL LAHIR

PENDIDIKAN

KELOMPOK

PETUNJUK PENGISiAN

Bacalah setiap pernyataan denagn cermat. Tuliskan jawaban yang paling

sesuai dengan keadaan diri anda, denagn cara memberi tanda silang ( X ) pada

salah satu kolom yang telah tersedia.

SS : Apabila anda Sangat Sesuai dengan pernyataan.

S : Apabila anda Sesuai dengan pernyataan.

TS : Apabila anda Tidak Sesuai dengan pernyataan.

STS : Apabila anda Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan.

NO PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya selalu semangat dalam menjalani


hidup
. _

• - - -

2 Saya tidak punya kekebasan karena semua


diatur oleh norma

3 Saya merasa cemas bila esok hari saya


akan mati

4 Menurut saya orang yang melakukan


bunuh diri adalah orang yang berani dalam
mengambil keputusan
5 Saya merasa dapat mencurahkan segala
kemampuan yang pernah saya miliki
64

Saya akan bunuh diri bila setiap saat saya


selalu mengalami kegagalan dalam hidup
ini

Apa yang pernah saya jalani dalam hidup


ini tidak pernah punya arti penting
! 8 Dalam hidup saya mempunyai tujuan hidup
ho; Saya merasa tidak pernah lepas dari
i
j pengawasan orang lain
10 i Saya menganggap bunuh diri merupakan
I
jalan keiuar yang sempit
11 Kadang bunuh diri adalah satu-satunya
jaian dalam pemecahan sebuah
permasalahan
12 Saya akan terus berusaha untuk mencapai
cita-cita hidup saya

13 Hidup bagi saya adalah suatu hal yang


tidak penting

14 Saya percaya bahwa orang yang tidak


tergantung pada keluarganya dapat
membuat keputusan dengan bebas
15 Saya merasa banyak berguna dalam
kehidupan ini
16 Bagi saya kehidupan yang banyak
diharapkan orang lain adalah suatu hal
yang sangat bodoh
17 Menurut saya bunuh diri adalah suatu
perbuatan yang licik
18 Banyak hal bermanfaat yang dapat saya
lakukan dalam hidup ini

19 Dalam menentukan pilihan hidup saya lebih


cenderung dikendalikan oleh orang lain
Saya tidak pernah memberi batasan dalam
menentukan pilihan hidup saya
21 Saya merasa selalu optimis dalam
menjalani hidup ini
22 Saya merasa iebih puas dengan pekerjaan
yang saya lakukan sendiri
23 Tidak pernah terlintas dalam benak saya
untuk melakukan bunuh diri

24 Saya selalu menyarankan bunuh diri pada


orang yang banyak mempunyai masaiah
25" HiduD saya adalah sesuatu yang tidak
berharga
.... :...

26 Suatu saat saya akan memperoleh hasil


dari kerja keras saya

27 Kehidupan pribadi saya sangat berarti


28 Banyak orang menganggap bahwa saya ini
tidak pantas hidup
29 Saya tidak mudah terpengaruh oleh orang
lain

30 Saya tidak pernah melakukan hal yang


bermanfaat dalam hidup saya

31 Apa yang saya lakukan dalam hidup ini


adalah pilihan saya sendiri
32 Saya merasa tidak pernah selesai dalam
melakukan suatu pekerjaan
33 Kehadiran saya banyak diharapkan oleh
orang lain

34 Saya dapat mengatasi hidup saya tanpa


harus dikendalikan oleh pihak lain

35 Saya merasa setiap pekerjaan yang pernah


saya lakukan selalu sia-sia
36 Kematian adalah sesuatu yang wajar yang
akan dialami oleh setiap manusia
. _ -

37 Saya memandang kehidupan ini sesuai


dengan tujuan hidup saya selama ini
65

38 Saya bingung dalam menjalani hidup ini


39 Hidup bagi saya hanyalah suatu
keputusasaan

40 Jika saya bisa memilih maka saya tidak


akan pernah dilahirkan dalam hidup ini
41 Setiap manusia yang hidup pasti akan mati
42 Terus hidup dan berkembang adalah
merupakan sustu keharusan bagi saya
43 Saya adalah orang yang tidak
bertanggungjawab
44 Kematian bukan merupakan suatu hal yang
paling menakutkan bagi kelangsungan
hidup saya saat ini

45 Adalah suatu keajaiban saya bisa hidup


didunia ini

46 Saya tidak takut menghadapi kematian


47 Saya merasa mampu menemukan arti i

i
hidup saya i
I

48 Kehidupan sehari-hari saya adalah sesuatu


yang menyakitkan
49 Saya tidak pernah mendapatkan
penghargaan temadap apa yang pernah
saya lakukan
50 Menurut saya hidup adalah sesuatu yang
I membosankan
51 Jika saya mati hari ini, maka saya merasa
hidup saya tidak berharga

52 Saya dapat mencapai tujuan hidup saya


\
53 Saya akan melakukan apapun yang dapat
membuat saya bahagia
54 Dalam mencapai tujuan hidup saya merasa
tidak puas
55 Banyak orang mengatakan hidup saya
66

tidak berguna
56 Saya kurang bersemangat hidup pada
waktu memikirkan kematian

57 Bunuh diri adalah suatu hal yang sia-sia


58 Menurut saya kematian suatu hal yang
terus menghantui kehidupan saya selama
ini

59 Saya merasa lebih leluasa pada waktu


berada di alam terbuka

60 Menurut saya orang yang selalu taat pada


aturan nantinya akan banyak mengalami
kerugian dalam hidupnya
67

ANGKET II

NAMA

USIA/ TGL LAHIR

PENDIDIKAN

KELOMPOK :

PETUNJUK PENGISIAN

Bacalah setiap pernyataan dengan cermat. Tuliskan jawaban yang paling

sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda silang ( X ) paad

salah satu kolom yang telah tersedia.

SS : Apabila anda Sangat Sesuai dengan pernyataan.

S : Apabila anda Sesuai dengan pernyataan.

TS : Apabila anda Tidak Sesuai dengan pernyataan.

STS : Apabila anda Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan.

No PERNYATAAN SS S ~i TS STS
1 Pada waktu diatas panggung saya lebih
bisa menempatkan peran saya
2 Saya berusaha untuk berbicara lebih sopan
pada teaterawan yang lebih senior dari
saya
3 Melalui seni peran saya merasa lebih bisa
memahami perasaan orang lain
4 Saya termasuk orang yang kurang
pergaulan
5 Dalam waktu yang relatif singkat saya
dapat memainkan beberapa karakter tokoh
peran - - - - -

6 Saya banyak merasakan hal yang sangat


berarti bagi kehidupan saya setelah banyak
menghayati peran saya

7 Latihan teater bagi saya hanya sekedar


mengisi kekosongan waktu hidup saya
68

8 Saya merasa lebih lega setelah dapat


memainkan peran saya
9 Saya menganggap bahwa hidup ini adalah
bagaimana kita memainkan peran kita di
hadapan orang lain
10 Saya selalu melakukan latihan peran teater
rutin setiap hari
11 Dari hari ke hari tingkat permainan peran
saya semakin menurun
12 Kuaiitas permainan saya lebih terkesan
monoton
13 Saya sering mengalami kejenuhan dan
kebosanan dalam proses latihan
14 Setelah mengikuti seni peran, banyak
orang menganggap saya lebih kreatif
15 Setelah mengikuti proses berkesenian saya
banyak mengalami perubahan terhadap
perilaku sehari-hari saya
16 Saya merasa kurang banyak membaca
literatur riwayat hidup tokoh-tokoh
teaterawan

17 Pada waktu pentas, teman main saya


merupakan bagian dari peran hidup saya
18 Saya meras lebih percaya diri pada waktu
berada diatas pentas panggung
19 Setelah memainkan sebuah peran saya
merasakan kepuasan tersendiri
20 Fisik saya sering mengalami keletihan
pada waktu proses latihan seni peran
21 Saya mudah tersinggung ketika permainan
peran saya banyak dikritik
22 Saya merasa lebih leluasa dan bebas
bergerak daiam memainkan peran saya
23 Saya banyak menanyakan suatu ha! yang
meyangkut peran saya pada orang yang
lebih ahli dari pada saya
24 Saya merasa lebih cepat akrab dengan
kehadiran lawan main peran saya
25 Saya paling suka kalau disuruh memainkan
peran orang lain
26 Saya banyak mengenali karakter saya dari
pada orang lain
27 Saya lebih bisa memebedakan kehidupan
di atas pentas panggung dengan kehidupan
sehari-hari saya
28 Saya mengidolakan tokoh-tokoh seniman
besar yang pernah saya ketahui
29 Saya sering merendahkan kemampuan
69

teman-teman saya dalam berakting


30 Permainan peran saya kurang begitu
diminati orang lain
31 Saya banyak membaca buku tentang teori
bermain drama
32 Saya banyak melakukan latihan sendiri
secara khusus dalam memahami peran
tokoh yang akan saya mainkan
33 Saya tidak akan tinggal diam pada waktu
teman saya mengaiami kesuiitan daiam
memainkan sebuah peran
34 Pada waktu main di atas panggung saya
sering terpengaruh oleh lawan main saya
35 Saya sering membaca tokoh-tokoh dalam
sebuah cerita untuk latihan memahami
orang lain
36 Saya merasa kurang bisa dalam
memainkan peran yang bertentangan
dengan karakter saya sendiri
37 Banyak hal yang dapat memberikan
gambaran siapa saya sebenarnya

38 Saya tidak pernah di bimbing secara


khusus dalam proses latihan teater
39 Banyak peran yang saya mainkan yang
sangat bertentangan dengan pola
kehidupan saya
40 Saat melakukan latihan, perasaan saya
lebih tenang setelah melakukan meditasi
41 Saya selalu menjaga kestabilan emosi
saya dengan seni peran
42 Dengan bermain seni peran, terkadang
saya merasa bingung dengan keadaan diri
saya sendiri
43 Bagi saya kehadiran orang lain banyak
menganggu kosentrasi saya dalam
menghayati sebuah peran
44 Saya akan terus mencari peran tokoh yang
sesuai dengan karakter peran saya
45 Banyak hal yang membuat saya semakin
bingung terhadap apa yang pernah saya
lakukan
46 Akhir-akhir ini saya merasa kurang bisa
berkonsentrasi penuh
47 Saya tidak pernah peduli dengan keadaan
diri saya sendiri

48 Banyak orang mengatakan saya orang


yang kurang percaya diri dalam memainkan
sebuah peran
49 i Seni bagi saya adalah bagaimana kita
I memahami diri kita sendiri
50 | Saya termasuk orang yang kurang kreatif
| dalam meniainkan sebuah peran
51 I Dalam memainkan karakter diri sendiri,
; saya lebih mudah memahaminya
52 I Saya memiliki program pribadi dalam
i latihan teater _
53 Saya sering menonton penunjukan teater di
; iuar keiompqk teater saya
54 ; Beriatih teater adalah suatu hal yang
• membosankan bagi saya
55 : Dengan teater saya oapat mengenali
; kelemahan diri saya
56 ; Bagi saya, mencari ide dengan
menoasingkan diriadalah buann-buang
i waktu saja
57 ] Jarang sekali saya mengikuti kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan
kesenian teater
58 Saya akan mengikuti setiap kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan teater saya
59 ! Saya hanya mau menonton pertunjukan
teater yang hanya dimainkan oleh kelompok
teatersaya
60 ; Saya berupaya untuk berpenampiian apa
; adanya
72
ilaiiian i

: S;:r •as Statistik iSPS-iiii'iin

111; 'i r a
• Kosahiha;; iniiir
Hdisi S ;
• liadi dan Vuni PajiardininsHr;
inhersHa:- .>•<:{> h, i oo akan a. inoonpsi!
Wsi iijvf'i
' f't'La in 20iin DiI indungi IT
iiii\ \Ur'I,V\i'0
^i'l-iAi PSIKOLOGI Hi
ihjpus Taian Kaiiurani; h- :-i,5 w;

r.'M ••! iS rslhOLOGi i.

ii s r.\:

•'* i):.!! IK

S << 1

Sn' jl
tiX; k-.c. _cn t« .x:^ _c::: rx:- tic
'•To •.-•! —:;• t -• r-
-.-;, _•--_) ,^.,-j j-.-j, ,-.—,
-o co co
O I — '.XD
-Tjr cr: "--^>
X5

PakH ; Sen Prosras Statistis fSPS- "J! "• •••' • ">


MdAii : Altai is is But i r
i'nmrat;, : i:,j i-kcanCaian Tekiiik AI pit a Cnir.tiarli
h.jjS! : SatfiSiiO iiadi dan Vani lJ ft jr. ;ir d}!11 njls
liiivn'sitas Gadjaii Sada, Ui^aKarth, iiidinii'Sii
Mrs: iiis'/l\; iiak (iota in Maa i;i i iiijii'^i i;

i;:;j,s. mm- i -i\;u

Fnht'i.iAS PSifvijLuGi 11 i

N vi

MS P IM, i [•

" i. ' ' M V v '. V (, | I C i v

I I C
cr~ "J —-~i <r-~2
CO t o
i ~- . :r_:: c?~-
-1 vT --r
•;i c~o cO
*? Iia 1aman 6

i s am :>nn a a" i

r.asas m; i :' ,\c


92

DESKRiPSi KATEGORI DATA HIPOTETIK (TEORITIK)

|VJM!V!,"\ VnlMrtOtL TINGKAT APRESiASi SE?s!i PERAN TEATEF

•1LAH AITEM (Jumiah item van

SKOR TERENDAK AiTEM

lavvaoc.

NI'v/iAL HiPOFfcTiK

W I L_ I I I

\ D'EVi

FhRHITUNGAN

VO i-\ i / i O j

SKOR RENDAH (BATAS BAWAH)

FABEL KATEGORI SKOR VARIABEL

KAI tb'JKI

TINGGI

SEDANG

d p ••>. i n '•• i_
93

DESKRIPSI KATEGORI DATA HIPOTETIK (TEORITIK)

KEBERMAKNAAN HiDUP

Mi Mi ! tiVi i JuMiah it yai iy ^a!

i o ^>' r\! i-j'vVSOcjl ! a L

iv <AKb> i iv'M L i i!r' M i i- i ti\

UlLlllV

! 'ti'•:*'".Mi i U Mo AfV.

bMjK i INbv'ji : \if\ I Mb M i Mb)

SKOR RENDAH (BATAS BAWAHi

TABhL KA 1 cGORi SKOK VARiABEL


J- J
99

** Halaman 1

PakH s ' [ M^ ^ i
Modul hi s m
Program N v s
Enisi M hm
Inivt-rsi ^ i
Mr si iB' v it- i

\ a lis a ci'ia i 111.

Sama I.PiiibajM MMiMiS i'MM

\MHM
Msa Pi^basa

Mna'ip

Jiiiiilati hasus M.'ti!iiia


Jusiab Bala Hi Aang
Juniah Kasus Jalap
i.y-3 i^
DATA TINGKAT APRESiASi SENI PERAN TEATER SETELAH UJI CQBA

104

i b
3 I 4 i 3

•M M .1. i. i. U
1 ~-- ~* -•• *'. --- ^

! 24 3 3 /,
3 2 4 2 3i •J 3 c-- 4 3i
-:-
°

2 3 3: 2 2 2 o
0 3' 2; 2
i " "' "; —

j 26 z
°
3 1 '/
•"1
3 n 3 3 3 3t 2 2
I *- f' 2 2

a 3 3 2 3 2 4 i
°
^ „„

i 28 o
. 2 b
~

c. ZL
-

3 3 4 4 O
^

3 -•
4 4 3
~

3 3 3 O 3 4 4 O
"-

r.
-7. /
; 30 -i 4 4 3 3 0 -

4 4 3
' ~ 1 4 4 4 2 T; 3 4 2 3 2 .-. Q
2
30 4 4 "-; 3 3 3 2. 4
4 3 3 4 ~'.' 2 /; 4

• 33 i\
4 3 4 3
M
M
o
1 3 2 3 _:
3 4 3
•; 34 4 ~~.: -: 3 "-• 9
" ~
2 4 4 2 3 3 4

-1 3—• r -1—;—r
1 t-, , <-* , 4i4|4
i ,—,
1 1 •; * —— —_

T -! —
— _ —

- ?
—-—•
MM
3D
!

: 45 2s ._ 2 2i
.-

r' 1 0
2 3 4 •j 1 3 3 •>

•! 4 7 9
3 4 3
? 0 7
0 2 2 2 2 2 2 »

, ,,

! -3 3; 4 2
-

0
-
1
2; 4 4 3;
3 4 3, 4 4 3, ~. 4 4 3; 3 4 £ ! 4 4

3 4 4 9 3 3
3 2 3 2 3 3 4
2 M
1
0, 0, 4 3 --} 3 3
1 51 3 b ~
^ 4 3 3 4 3 3
3
1 ~^~ '4,
| 52
.-,
3 4 3 3 0 3
4 b 4 £_ 3
1 53 3 7 9
•4 9 ^
3 3 3 1 4 9
0
i
4 3 3 3 ^
2' 3 3 3 9 2 ^ 3
4 3, 9
4 4
3 z2
3 3 4 4 3
0

3 3 9 9 b 3 2 3 3 3
^
~
3
DATA TINGKAT APRESIASI SENI PERAN TEATER SETELAH UJI COBA
I ()5

9 3
No 1 4 5 6
-

8 9 10 11 13 1-4 16 17 18
C"? 3 9 *~i
3 3 2 3 3 3 3
2 3 2 2 2 3 2
3 9 -1 3; 3 9 3
58 4 4 o 2 •1
3 2> 4 3 4 3

4 ' ' '„ ! ~


3 3 3 3
59 3 3 ! 3 9
......
9 4 9
3 3
^60 3
2 3 3 9
3 3 3 2 3 9 3 3 3 3 ^
3

61 n 3 3 3 3 3 9 3 3 3
2 3 3 3 4

62 4-y 3 2 4 4
-.

2 2 9 2 -
--4— 4 b 7 3 4
<
9 3 3 3 3
GO

2 4 4 1 1 1 3 1 4 2 | 4 0

9
3 3 2 2 3 3 3, 1 4 3 4 4 1
64 4
65 2 i- 9 3 3. 3 2 0 3 2' 9 3 2
^4 4 ^ 2 <
1
66 • 9 3 3 3 2 3 , 3 : 7; 3 . 2
4 - 4 3 2 3 2' 2i 0 i
3 ; 9 3 „
9 ! 3 j
^ -t
5 / i 3 ; 2 - i
9 . 9 7 • 7
3 1

I 0 ] o I

1 !
1 4—
f 71 ! 3 ; 3 1 2 ) 9 1 0 3 i 2 ' 3 ! 2 i 3 j 9 i 3 ] ~> 71
! 3 ! 2 3 !
• 30 \ 3 l 3 i 3 i 9 i 9 1 9 3 • 3 i 3 t
j 3
' 2 I 9 3 • 3 i 3 3 1
j " ^3 j 4 • 4 1 r- 3 1 9 !
1 4 5 3 3 7
\ 4 3 4 ; 4 3 1
—4- [—4—
• •-

t — ,,
i 4 /I ":
! 4 j 4 ! ^ 3 3 1 3 i 3 i 3 4 I 3 1 j
1 73 1 4 9
3* 1 4 1 4 i 4 3 3 3 1 3 r~3 I 3 3 ; v-. 3 4 1 3 3 1
i ' ^ j 4 3 O : 9 3 -d b ^-
3 I 3 1 4 j 2 3 3
3
'"' i b 2l j
/' ( i ^
. ,3 .. '--' , 4
0 3 3 3 9 1
i
~
-
?
i 4 3 3 3 4 j 4 3 1
78 1 4 9> 9 9 -^
1 3 3 | 3
2 0 : 2 4 I 1 4 3 1
3
79 4
4 9 /. 3 3 3
4 4 3 i ° 0 3 i 3 ^-' i

SC 4 4 3 -t
3 3 3 3 3 9 3 2'. 3 4 1 4
4 3
SI 3 4 2 4 2 2 3 3 2 2 9 9 3 4 i 9
1 '•
82 3 4
1
4 4 1 3 2 3 2 4 1 2 1 2 1 j 1 7 j
3 3 9
83 4 4 3 4 4 0

0
3 9 3 9 3 4 4 ! 4
84 3 b 2 9
1 n
2 2 b jL
4
2 2 4 ! 3 2 1
... •^ 3 ^
3 3 3 3 0 i
85 4 4 4 2 3 0 i
3 ^ ; t?
86 9 1 3 2 2 9 3 7 !
3
0 2 0 4 *-• 3 3 • 2 1 |
87 4 A 3 ~,
3 9 I 3 3 3 9 3 9 ! 4
4 1 4 3 j
1 j
3 3
88 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 4 I 4 4 ! 3 3 I
9 1 3 9
89 3 j 21 3 3 7 1 9 3 2; 4 i 2 2 !
90 4 0, 1 4 3: 3 3 4 3 3 ! 3
4 3 i
3 9 3 3 ! 3 3 3
91 2 2 2 3 9 9 1 •n
^_
i
1 3 i 4 1 2 >

92 3 3 4 4 9 ; 4 !
4 3 4 9 3 i 4 4 1 4 3 i
-

...
4^ ...,
93 4 3 I T; 3 9 3 4
_...21_. b 3 ^- i
_ . „ . _ .
" i 7 3 '
9 • "2: —7—' 3 i 3
94 4 4 i -%
4 -.

3 3 i 7 1 4 1 3 ]
o 1 /.

Q7 1 3 4 9 1 1 9 9 3 3 4 3 2 4
1—— \ - ! 3 4 0 I
98 j 3 4 3 ! 3 3 4 3 2 1 1 3
j 3
-4_
4 4 4 3 i
9 j
99 1 L
b 4 3
~1 2" 3 9
2 3 1 2 2
9 2 2
3 I
100 1 3 4 0 4 I 4 ; 1 0
-.

0
3 b 2 j 1 b 2 3 3 2 4 !
DATA TINGKAT APRESIASI SENI PERAN TEATER SETELAH UJI COBA

i i i

j No i 19 i 20 21 i 22 i 23 S24 26 27 28 29 30 31 1 32 1 .3,^,
34 Jmi |
l 1 I 3 3 3 1 3 i 3 f 8 3 4 4 1 13 3 | 3 i 9
105 I
i 71
i
[ 3 9: 9
! 3 I 4 ! 3 9,
3 4 4 b i 3 3 i s
7i 110 1
i 3
I 4 3 3 1 3 i
I
9
3 1
2 3 4 4 1 3 4 i 3 1 4 4 104 •
3; 3
i 4 S 2 1 4 ! 3 1 3 •"3 3i 2 9
2 j 3
I 2 1 j 3 -{
! 4
-
3 4 3 1 1 9
i 32' •a 94 !
1 ° i /-,.-, i
1 9
\ 6 i 1 i O i
1
3
*-
2 i 3 9 4 3 3 2 1 3 3 3

1 / i 2 i '; i b
1 •"> 3 ) 3 2
0
3 8! 1 3 2 3 1 .M -; i
1 ""
5
b
l 3 1 V 1 1

i 0 1 2 1 2 i 3 i iJ
9 1 0
1 3 2 3 3 2 3 3:- 94 1
1 q J \ 9 7 37 i
• 3 i 2 : 3 "*
1 2: 3: ; 3 2 3
: ic | 3 --'
9 J 3 ; 3
j , 3
2 3 \ 3;
4
9^
82 i
3
: 11 1 2 3 \ 3 3 3 -,
7 9
2 80 )
! 2 i 3; ; 2 Jj 1 -- 3

1 - 3 2 3 4 2 n 7 7 2
3
35 1
\ £.
s c. I
113 3 ---
\ ^2 - 3 2 3 M
9 3 1 9
9 1 !

11~ I 9 9 9 ) 1 2i
: 9 ,^
2
/.
3 8 9 9
92 i
!
1 /-,
' 15 1 9 3 ! O i 4
4 O
! 4 3 8r:' :
: 4 3 A 4 4

i 16 -2,
• 3 1 3 9 4 9; -) 3 3, '..
38 :
1 2 3' 3 .:'•

' 17 1 2 2 3 ! 3 - : 91 9 9 2 3 9 3 3 3-1 1
1 18 i 2 9
2 i 2 , 9, 1 4 4 3 3 0 9; 9 -3 9 C.4 ;
^ 3-
1 18 1 7 3 3 9',
b i 9 3 ' 9
3 3 7 9 9 9 3 3; 9-~ i

j 20 i ~ ^ 3 4 4 1 4 4 • 3 4 4 3 4
, - £ 4 1'! 3 ;
! 21 i 2 9 3 3 2 ; 3 4 3 2 3 4 3 64 l
-
...
2 -•

\ tL/L 3 4 4
i
3 4 3 3 8 3 3 Q7 !
3 1 "• 1 ° 1 3

j 1.6 9
3
1

1
3 3 n
4 :
3
4 7 9 7
..-. 2 7 51 !
1 24 3 3 3 4 1 3 107 ;
4 ! 3 4 4 3 3 3'.
! 03 2 3 3 3 3 i 3 3 2 2 9 0
03 ;

2 2 3 3 3 4 3 2 9 3 84 j
i26 3 O !
2 b
^
1 27 4 b
3 3 3
z. 4 i 2 3 3 3 83 i
1 9~ 3 -7 \ ^
O
rt
3 1 3

1 2b 3 -

3 4 2 0 3 3 4 3 b 33 '
! 70 3 3 1 0 - ! „

3 b 4 4 3 3 3 'l 14 i
~ 1 4 -' °

3 3 3 3 4 9 1 A 4
3 9 4
3
111 i
1 3 b i
! 31 b
2 2 1 4 9
^

A 4 J
9
3 3 ^ . 13'S'! 1

3 3 3 3 3 3 1 3 4 9;
3

3 9 3 110 )
i

i 33 2; 2 3 3 3 9 3 | 3 3 9; 9 3 7 3 4 3 96 '
! 34 2 3 3 9 3 1 9 9 ^> ' 9,
98 i
3 b 3 2 2 b

i "^ 9; 3 3 ; 9 9, :
3 3 3 3 3 9 /. 85 I
36 3
3
3 3 3 3 3 | 3 i 3 4 3 3 b 2' ; '. -i 9 - '

~ T 4 3 : 4 ' 4 r. 3 • 9
4
-? 7 13-7 1
__22_J
: '3 -^ 3 0 3 3 7 3 3 3 j 3 ^ ; (79 :
°

\ 3d 3
A ', : '1 -•
1 3 9 4 •°'3 !
3
"' i
4 3 9 1 ) 1 3 7) 3 1 3.9. ,
1 i
i 41 3 3 4 4 4 3 2- j 3; 4 7 133 i
~ \ 4
4 4 -j 4 j
i 42 4 4 4 1 j 4 4 4 4 -2
12 - j
j -. ,
9 !
! 43

.£ O b 3 4
9 3 ! A
2 2 ! 9
5 i 3 93 I
44 4 4 4 1 4 4 | 4 1 4 j4 J 4 4 i 4 4 1 j 4 112 i
; 45 3 9 ^ i 9 9 ! 9 3
2 2 2 i /L 2 8T ;
1 43 9
2 2 2 4
1
5 j 1 : 3 4 ! 9
4
]
;
9 4 ; ^ 6C' \
• 47 2 3 2 0
2 3 ! 3 j 0 3 9 1 3 3 • 7
53 :
*- i
48 3 3 4 2 4 2 4 j 4 I 3 4 2 3 3 3i 1 : 4 96 j
49 2 3 4 4 4 1 4 j 2i 1 3 4 3 3 1 3 4 3 4 111 1

50 2 3 4 4 3 3 '; 4 3 3 4 b i 4 101 j
4 i
0
2 1
51 4 4 3 4 4 3
4 1 3 i 2 ! 4 3
3 i
A
4 3 /
113 j
"""52 3 3 4
0
£. 4 1 b
!
| 2 i 4 0
z. M • 4 3 4 j 4 i '101 !
53 2 2 •D 3 4 1 1 ! 3 ' 0 1
4 3
^ 1 9 M
3 1 9 ' D- 1

54 9 9 9
1 2 b 2 ' 3 i 3 | 9 9
2 1 3 | 9
6/ !
3
3 /, 3 3 i
55 3 vTi 0 3 3 i 4 | 3 1 3
105 i
55 9
4 3 3 3 2 1 3 4 2 i 3 4 i 94 i
~
DATA TINGKAT APRESIASI SENI PERAN TEATER SETELAH UJI COBA
107

j 21 | 22
i

! No 19 ; 20 23 24 25 | 26 27 28 29 . 30 31
^9
03 33 34 Jml
i
>
57 i 2 i 2 i 3 9 ] 3 3 ! 3 4 4 3 2 4 4 3 2s 93
! 58 —a—j—1_ j 3 j 3 | 2 9;
3 1 2 4 3 3 4 3 3 3 2 98
i 58 j 2 j 2 i 2 3 i ^
2 2 3 3 9 3 2 9 91
i 68 I 2 j 2 9;
3 3 3 3 b 2 3 3 3 9
91
| 81 I 3 ! 4 ~4—t—
9 3 7- 9
3
i
|
9
--'
3 4 3 3 4 3 1 3 95
| 62 i 1 1 4 1
...J
3 1 4 4 ] 4 b 4 b J 3 4 4 4
105
J £ •\
4 i
i-£3 i 4 4 1 I 1 1 4 1 4 4 1 1 4 88
: G4 ] 4 ,/! i 4 1 3
-j :— 1 J 3 2 1 2 3 9
3 93
3 o

2 ; 3; : 2 j 3 j 2 3 3 3
j 3 1 .3 1 3 2 ^ 2
1 3 3 j 88
7 j 3; 3 3 •I—~—
i—— . -j—4!—\—8—j—8 3 i 3 ! 3 b 2 i 3 ! 3 3 1 Q5
! 3 ! 4 | 7 f'-M3 1l -•„
• 6/ i 2 j 3 9 I 9 I 9 4 •-* I b 2 ! I 4 3 ! 98 •
; 68 j 4 | 4 • 4 J -i i 9 1 9 1 7 ! 9 I « 3 .' 2 3 i 9 ^"t-
4 4 ] 99 !
! 63 ' 3 • 3 !3;3i4i7'9l? 4 -1 < 9 i 9 3 3 3 3 ! 107 J
1 -6 j 2 t 2 }28?Si-4i3{2?i3 3 3 ! 3 ! 2 o
4
4 9 j 09 )
; M ' 2 ! 3 !8!2j3'2!b12 9
4 i i i 4 I ^ 1 ; "-t ; h'U '
: "2 ; 3 ! 2 4 ] 3 I 3 I 2 3 4 4 ^"3 T~93 i
1 M i 4 ) 3 1 3r ,l;
!3!3i4l3J3i3l4 4 11)3 3 3 3
2 J 10S '
1 IM ; 4 ; 4
1 2 ! 3 | 4 j 3 i 3 ! 3 | 4 4 i 1 ) 3 3 3 1 i 3 i 106 !
• -•' 9 • 3 1 ^ ! 3 ) 3 4 i 3 j 3 j 3 | 4 4 i 1 3 3 2 b- 1 3 i 10 / I
; M j 3 1 3 i 3 j 3 4 7 i 3 j 4--r™7 4 | 3 3 3 3
3 3 | 3 108 I
h~~H—4- i
1 /j
-i 3 J 3 4 1 i 3 j 2 j 4 4 j 3 3 3
3 ! 3 106 «
4 4 2 | 1 | 1 j 2 2 | 2 3 3 4 1 i 3 6 / i
! 7C i 3 i 3 ) 3 ] 3 3 3 3 i 3 j 4 4 j 3 3 3
i M_J........4. 1 ° 4 110 i
b 3 4 3 ^ \ c 4 4 8 b 3 4 3 ij 3 ,i_ 112 I
i
4 1
n
4 3 3 ^
4 2 3
1 4 2 4 4 ] 2 96 <
1 82 9 9
1 2 3 9
j
3> 1 1 4 2 2 1 1 0 75 ^
!
i 83 3
3 3 4 3 3 3 4 4 3 9 3
1 — 3 3 3 112 I
i84 2 9 3
4 4 3 3 2 3 2 4 3 4 4 3 ! 1 91 !
R^. 9 9 9 i 9 „
3
3 M i 3 *t
-*
i
3
3 3 : 3 ' 108 !
' 86 3 b 3 3 3 1 2 9 j 9 -; 4 1 b 3 3 3 3 ! 87 !
! 87 | 3 b
O 3
b i b 2 ' 2 4 4 3 9
3 3 3 3 jj 107 i;
! gg j
3 3 4 ! 3 3 i 2 4 4 3 3 3 4 4 J 3 ) 113 !
j 8S /
3
9
2 ! 2 2 i ^ 4 | 2 3 3
4 4 3 1 3 i 90 i
1 93 i 3 3 4 j 3 ] 3 1 3 4 i 4 3 3 ^J
3,
i , : _

: 91 j 2 j 3 2 1 2 3 I 2 j 2 j 2 3 j 3 /_ 2 3 3 3|3| 85 I
i 92 j 3 i 3 9 i 9
4 j 3 j 3 j 3 I 4 1 4 | 3 3 3 4 4 ] 3 ! 116 1
; 93 i 3 j 3 3 j 3 4!3j3i3i3i4!3 3 3 o
3 I 103 i
! 9- ; 3 ! 3 7 1 7
4!3|3!3!4i4i4 3 b 9
3 j 111 1
i ...J . .-, .-^
3 ; 9 1 9;
3 j 3 I 3 j 4 | 4 j 3 8 b 3 3 3
112 i
; 96 b 2 1 1 2 2 1 "•• 1 "^ 4 3 3 3 4 9 3 -19,9 1
1 . i \ "
3 3
• S"^ ". 4 4 4 9
3 3 3 3 4 111 i
i 98 o 3 1 1 2 <j 2 1 7 3 4 O 3 3 4 3 9
101 j
i oc.
2 9
2 0
9 | 9 9
O 2 2 2 3 3 "3—*" 67 |
I———1
1 100 3 1 I 3 1 4 3 ! 4 3 4 3 j 2 2 3 3 4 95 *
IOH
DATA KEBERMAKNAAN HIDUP SETELAH UJI COBA

'9 i I'. i

3 4 4 4 4 4 • 4 2 4 4 4 1
^.
3 3
2 4 3. 3 3,
4 '3. 8 j
4 ; 2. 2 .3 3 •9 I
3 „ 3. 3

3
4 3 3 4 4 3 3 ! 3 4 3

1 33 i 4 4 *^ 4 4 s 4 ** 0 j. 4 4 9 i

9
1 24 ; b 3 4 2 4 4 4 6 *-'
3 •j 3 1
i 2d i b 2 3 3 1
2 3 3 3 3 1
3 3 4 2
7 9, 9 9 9 3
4 2 4
1 "I -t 0
0
/: 9
i 2 /' i 3 A
3 7
2 c> 4 4 4 4 2> 4

3-
3 „

0
3 3 0 3 3 3 3 ;
0

3 3 4

3 4 •H
3 3 3

4 /; <_• 9 2
s ?
- 3 4 3 4
"'

4
3 3 4 3 9 3 ^ ,.
9 3 4 3 -+ ;
3 4
-
4 3 4 2 3 4 £ --f 4 3 ^
7
2 7 '; 9 9 9 9 9 3 7
2 9 i

i : ~ | — .
_~~: 7 3. 4 4 4 3 4 •Pi
4 <

4 4 3 4 /i
2 4 4 4 4 4 4 4 :
i 4 4
4 '1 4 1
4 4
1
4
4 4 3 4 4 |
3 4 -!
4 4 4 3 4 3 j
4 2 —
4
1 4 4 4 4 4 4 4 A 4 M 4 4 i
,,

-.. 1 4 -

3 4 4 4" 2 3 4 4 3 3 i
'~

1 3
3 2
^
H 4 4 4 1 •1 0
3
4 4 4 i

i -a7 1 3- 3. 3 4 3 4 2 4 4 \ 3 3 3 ^ !
/1
i 48 ! 4 4 A 4 4 4 4 4 4 4 4
" j. ' 1 4 ' 4 4
1—£—j
-' 4 b ' 4 4 4 4 4 3 4
3 q •^ 3
! 50 I 3 2 4 4 4 4 4 2, 4

i £2•* ] ,

4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1
3
y, |
\ c 9 |
4
0
4 4 4 -1
4 4
~
*, 3, 4 4 r~4
i 53 | 3 2 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3
4 !
..

1 54 i 0 3 4 3 4 2 4 4 2 3 4 4 3 i
3
4
i ob 1 4 3 2 3 3 4 4 3 2 3, 4
9
0
4
i 56 ; 2 3 4 4 3 4 9
3 T

2 3 3 9 i
2 4
109
DATA KEBERMAKNAAN HIDUP SETELAH UJI COBA

I i
> No 1
.,,
4 5 5 ; 1 o
11 13 14 15 15
4 3 3 4 4 ! ': 1 1 4 4 4 9 3

1 58 ! 2 7
2 4 4 c i 4 4 3 4 7
2 4
-

'

1 59 1 3 2
n
3 2. i ; 1 3 9 3 3- 3 3

3 9. ^
3 3 4 2 4 2 4 4 4 4 i
j '•
i 63 3 3' ^ 4 2 4 3 3 3 4 3 '
9 3 2 3 2 9 j
j 64 . 4 2 3 •4 Si' 1 4 4 3

j 63 3 3 9, 3 3 3 3 9
3 2
•-' -"' i
9
1 oo 4 r. 3 4 4 4 ^ 48 4 o 3 \
4.1 6; 3 3., 9 :
,;• 4 3 4 ^,i 0- 44 .9 4
'9 4
3 o 2 4 *4 . 4 2 3 4 L \
4 3 d 4 3 4
6,
3 M 3 -7, "2
4 4 j
; _(.„ ; .; •-• .- ,. -- ,- ^ -.
.-,
, '

: —,.. s .-, ^. ^ — ... — ~ ~ -s


i
*..
1 i.
'•
*,
•- - ( i-- "- ;

i "~9 4 3. 9
2 3 3 3, -.: 9 3 4

i 74 3 4 9 9 4 ; 9 4 9
4 2 4 3 ~ !
— ,- ^ n „ ,_ *" ^ "* . ._ ,. _ ^ ,.. ^ „ ,

1 / 0 ^4-
-• ^ H- *-' - -• ^ -
O 4 -' ;'
J 73, ! •H 3 4 3 9
3 4 4 i 3 -3 3 4 3, 3 9 \

i TC -; 1
i i O 3 0
2 3 4 h 3 4
1
4 3 - 1
7 3 2
1 ,a 4 3 4 3 «22.' 3 4 3 0

j 80 - 4 b
4
3 4 3 *-t 2i 3 3 4 3
*~ 1
j 81 j 4 4 3 4 4 4
3 4 4
4 3
4 4 4
! 32 i 2 4 2 3 3 2 2 2 2
0 -
^ 3
i 83 4 3, 4 3 3, 3
3

3 3 3 4 i
L41-4 4 3 4 4 4 4- 3 2 4 3 2 4 3

4 3 3 4 3 3 7 3- 3 0 b ^
2 4 i
1 65 1 2 3 7
3 0 1
4 4
9 3 3 i
"f
0

i PS ~ -1 4 3 3 4 3 ? *-i 2' 3 3 3 3 Z. '-


°

j 88 ! 4 7 9 0 4
4 3 3
3 3 9 3 !
3 0
3
7 3 7 3
: 69 I 4 4 4 4 2 4 2 4 3 £ \
^ A !
1 90 j 4 4 3 4 3 3 7 3 4 3 9
2 3 4

i ° 1 ! 4 3, ^ 3 2 9 9 3 4 3 7 b b 3 4 3

4 !

7
i 95 i 4 3 3 4 "
4 3 3 4 4 3' 4 4 "

j 93, • 4 7
4 3 3 -7,
4 3
3
c. 4 3 0 3

j 3~ •
4 3 3 4 3' 4 4
4 ^
•i 1 3
i JiL4 4 6 3 b 3 4
2 3 2
4 3 4 •H- 4 4 3 0 4 4 3
4
3 3, 9 9 4
i 1ol> l 3 3 4* 3 4 3 2 3
^
DATA KEBERMAKNAAN HIDUP SETELAH UJI COBA

18 ! 19 20 J 99 '
, _j 4i 1_

] 4

4 i 4

i o 3 ] b i
-» 1 i i-
4 j
j
3 i
1
4 i
j
3
_0 1
j_

i—-—H
I *- }
_j—8—1_

1 ^_
2 I 3 j
— 1 : 1-

- •-! 4 4 3 4 9 M O 1

4
,
9 7
4 4 4 4

\ 43 . ! !
4 ...1 A 4 2 4 ! 2 7 4 3 4 4
, ,,
4
j 49 ; 4 4 4 4 9 4 4 9. 2 4 4 4 ^H 3 4

1 popri 4 /
4
-, ,,

2 3 2
1—3—1 ; '
jS 3 4
351 ! 4 4 4 3- /i 4 4 3
9
3, 4 3 4 4
1 ;
1 52 j 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 9
4
4 4
! 53 ! 4 4 3 2 3 4 3 3 jL 9' 4 4 2 3
! 54 i—M ..
3 Q
4 4 3 4 3 4 3 4 i
s z

4 3
i ~ 1 3 3 3 —;—j 3 4 3
4 I 3
DATA KEBERMAKNAAN HIDUP SETELAH UJI COBA

No 17 19 20 21 22 23 24 25 23 27 28 9Q
30 1 99 j
3
57 4 --f 3 3 4
-9

4 4 3

! 58 fx ^
4 3 4 3
2 3 2
A 3 ! 4 i
1 59 Q 3
2 9 3 3 2 3. 3 3 9

4 2 ! 3 1
60 3 4 3 2 3 4 3 3 3 9% 4
4 4 1 4 ;
61 2 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 6 ] 4 j
62 4 9
9 4 3 2 2 4 3 4 4 4 1 4 I
3
63 3 4 4 4 4 3 4
•1

4
3 3 9 3 i 3 1
64 9 7 3
3 3 4 z 4 3 ^. b 4 2 1 4 i
3 3 4 2 ! 3 3 2 2 9 j 2 2 2 i 2 3
9 7, 3
56 4 4 4 4 z 0 i 3 4 -t 4 ) 3 1
3
6 / 3 4 4 4 4. 3 3 . 2 3 4 3 4 I

2
3, 4 .2; 3 4 4 t 4 ; 3
r.

4 4
4 4 I 4 i
9 O
3 3 ; 3
^ ..,
3 „.

3 i 82, "; 2 3 4 3 ! 3, 9 ;

TO
4 4 4 9 9 9 3 ; 1 r; 4 ! 4
5 9 J
—-—t 1 i

1 /4 3 3 3 3 3 9
0 9
3 ; 3 i 3 4. 3- 3 3 j
! 86 7
3 3 3 3 3 l 2 ! 3 4 3. 3 3 1
1 76 1 7
3 3 3
3 3 2 9
4
—±__i_-3--- i 3 4 3 3
3 j
1 87 ! 2
3 3 3 3 3 2
^

3 3 3
3 3 i
•> 3
! 78 i 4 4 4 3 3 3 4 1 O i
3 ^4 4 7 3 4 1
1 79 ) 4 9 3 3 3 3 3 4 3 3 3 1
1 80 | 4 4 3 3 3 3 "" 9
3 3 3> *^
3 b
i

1
| 81 j 4 4 4 4 4
9
4 4 3 4 j b 4 4 4
3) 4 I
82 ) 3 2 2 3 2 2 4

2 3 2 !
83 j 4 2 3 3 3 3
3
3 j 3 4
A
b
"
3 1
1 84 ! 4 4 4 4 8 3 *-* 9 3 ; 3
9 ',, M" j
3 „

3 3
! 55 I 4 3 3'
3
3 Z i
3 4 3 0 ;

j86 ] 3 4 9
3 3
- 1
2 4
9
3
0
0
!
1

J g7 I '4 3 3 3
3
l 7
..
A

! 88 ! 3 9 3
_

9 3
• J9 • T • /
3 .'"• j
b
;; 1
! 89 ! 4 4 4 4 3 4 3 3 i 7 3 4 3 ~ 3 !
-,
! 9.9 1 . ^ „ ,. „ _ ^ ,. i

t?D -4 4 4 b 4 3
4 0 0 c- -8 b
4 i
^-O 4 4 7
4 9 3 3 9 7 l 7 4 4 4 \
97 4 4 b 9
2 3 4 3 4 3
3
.:••
4 i
98 4 2 -i 2 z
^
4 3 1
99 2 4 .3 4 O 3 6 4 3 b
3, ,
9
•;;—H
100 4 3 3 3
*" H j
112
DATA KEBERMAKNAAN HIDUP SETELAH UJI COBA

j
! No 34 35 35 33
38 1 39 40 41 47 43 ? 44 Jmi :
! 1 3 4 4 3
3
3 o
3 ^
'" 3 j 3 104 I
o 3
4 4 3 ^ j 3
4 4 131 1
1 1
\ 3 4 ' 9""1 3 3 3 3 z. 4 4 154 i
4 4 3 4 3
o 2 "43 1
j 5 3 4 3 4 3 4 4 3 ~*
6 4 4 1 4 ~- 4 3 1
6 3 4 4 4
M 4
4
4 4 4 4 4 ! b 157 i
7
4 b 4 2 3 6 3 3 J' 4 j_ ;
° -4
1 _/ *3
2 ! 4 4 4 1
8 1 b 4 b 4 4 1 1 64 ;
G
4 4 - 4 4 3 4 2' 4 i 4 ! ' 93 :
4 4
10 \ 4 i 9 ; 4 9 j
4 4 3 j 3 3 3 ' 3' i

1 '• '• ! 2 j 4 i 3 i 4 i 2 2 7 : 3
2 -77 i

! *iZ ;
\.
4 | 4 j 4 ! 4' j 3
9 3 : 3, 3 9, 9 ! 7 •
'41
7 ) 4 • -, ; 4 ! 7 -
3 -2 9 ! ! 3 i „ - . •

•777—1——

3 I 3

1 20 « 4 4 4 3, 4 2 4 2 2 i 4 4 '52
0
- 2 'i 3 4 3 4 4 3 4 4 4
0 i 2
! 22 4
"I* 3 3 •
/_ 3 3 3 O 4 O 143
i 23 4 4 4 2 3 2 3 4 4 i --73
~'

24 3 /
3 3
4 4 3 2 4 b 4 ; "48
4D 3 2 2 3 2 3 2 3 i 124
°
25 4 4 3
9
3 3
3 4 3 ^ 4 3 i 143
4/ ! 4 3 3 2 2 ^1 2 0 4 135
28 4 4
n
'" 'i '-*• 9
3 ; -.4-
6
9
' 29 9 3 9 -43
4 4 3 3 3 b 3 i
1 —1
3.3 3 3 n 3
0 O 0 3 4 0 3 • "42
3
9-i ^ 4 4 7 3 3 3 3 ' 944
1 — , 4
99 9 3 4 •1 3 3 3 9 I
1—48:—i 3 2 3 3 1 '35
3 A ' 4 ! 2 9 3 3 1 -x ! 9
42
A
3
3 ! -43 •
94 ! 9 l A f 3 ; ~ -..
1 ^ 1 ^ „, -. . ^.

4 !

40 i
J •—
! 41 4 A 1
4 1 4 3 Z-
j Z— i 4
4 1
42 i a 4 4 3 1 1 4 " 33 ;
4 4 '

43 4 4 i 4 3 3 3
0 3
zL 3 7 4 1

44 4 4 : 4 4 4
^
4 4 4 ; '77
''4
1 44 4 ^r 3 9 4.
3 b 2 3 : - 3 -
!•-

I 46 4 4 4 3 3
4 -44

t 47 4 zl 9 v7, 4 3 3 9
8 ; • 93 •

4 4 4 4 4 9 4
i 4u 1 1 4 4 4 ' MM
j 49 4 4 4 4 4 9 4 -: .73 :
4 4
4 3
50 4 4 2 2 2 4 b 4
A
143 1
4 < : 1
51 4 4 4 4 4 4 9 3 3 3 4
: )
4 i 152 i
52 4 4 4 2 2 2 9 7 3- 7 3 4 ; "43 :
53 2 4 4 3 4 4 1 3 2 4 4 5 1 P42 i
.-,
A
54 3 -"> 4 2 3 i
3
•4 i i 3.- i
°

55 3, *4 4
-
3
3 3 3 3 3 3 i MP
DATA KEBERMAKNAAN HIDUP SETELAH UJI COBA

! No 33 9 '•
44
3 r;
36 3M ' 38 39 1 40 41 42 / 3 4 4 '

! 57 °
4 7 '.
2 2 4 ] 3 3
i
'41 i
3 3 3 3 ', .77 1
i 58 4 3 4 1 3 9
3 1
3^
! 59 -

3. 3 2 2 3 3 2 9
3' 9, ;
- j
3 4, 3, 3
! 60 4 7 2 ] 4 4 4 - ; '• 83 ;
! 61 4 4 ' 4 3. 4 4 i 3 3 4 i 4 16 5
j 62 3
4 j 4 1 2
4
4 i b 4 ^ i b 4 1 1 p. 1 •
]
! 63 4
:
i
1 'i- i 2 3
o 2 3 i -. 4 1

! /S i 4 4 3
'
4 4 9
"-'
2 4 3 4 :- ': 24
] 79 j 3 4 4 3 4 3 4 0 3 7
3 5 '= 47
! 80 1 3 4 4 /I
4 3 3 4 3 b 4 ! 145 .
°

] 8i ; 4 4 4 4
4 4
3 7 4 4 3 1 " 62 j
4 1 1
1 2 i i ICO
2 4
i
3
9 4 4 4 4. 4. 3 141
; 09 i 4 8 i
4 4 4 9 4 4 4 4 3 3 4 | "\"ZZ
i 83 ! 3 4 3, 3 i 33
0> o 3 3 1
1 m 1 -, ,. 3 9 -2 - 3 ] " ^o

i •
) CM •;; 3

9 '
i CM 3 ^
*3 4 3 Si o 13 b
! BS ' 4 4 1 3 7
3 3
_,
3 i •'3"- :
• 69 • 4 4
,;
4 4
1 4 9 3 9 '• 3 "' ;

9, 3< 4 3 9 ;
1 88 '. 4 4 4 4 3 "47
i oi ^ 9 4 7 3 3
SS 9 3- 2 3 9 3 i ,93

i 92 ! 9 4 4 4 .'. 3 9. 3 3 3 9
J. ' - 4'"

; 93 j 3 4 4 4 4 4 4 4 9 3 3 3 | -46
3 9, 3
i S4 1 4 4 4 4 3 3 82> 3 i '• ~ '
1 95 j 4 4 4 9
7,
4 4 4 3
3
3 9 i 1 P.4
: -. y_;
*"* • " ^ --' ^' -•* ^ ^ 1

4 4 4 4 4 4 4
4 1 "'• 2 /
°

1 98 j 4 i
4 9
2 3 4 4.
3 3 4 1 113 ;
1 99 j o
4 4 3 9 2 3 3. 1 M- /
- -i no ! 9 9 9 9
i tv 4 i 4 4 4 4 4 4 -; MS

Anda mungkin juga menyukai